• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan, Komunikasi, dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Manajerial dengan Kepuasan Kerja Pegawai sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada Universitas Islam Sumatera Utara).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan, Komunikasi, dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Manajerial dengan Kepuasan Kerja Pegawai sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada Universitas Islam Sumatera Utara)."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN,

KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL DENGAN KEPUASAN KERJA

PEGAWAI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS

ISLAM SUMATERA UTARA)

TESIS

Oleh

SRI ELVIANI

087017034/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

PENGARUH MOTIVASI KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN,

KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL DENGAN KEPUASAN KERJA

PEGAWAI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS

ISLAM SUMATERA UTARA)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI ELVIANI

087017034/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH MOTIVASI KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMUNIKASI DAN BUDAYA

ORGANISASI TERHADAP KINERJA

MANAJERIAL DENGAN KEPUASAN KERJA

PEGAWAI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA)

Nama Mahasiswa : Sri Elviani

Nomor Pokok : 087017034

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 01 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak

Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

“PENGARUH MOTIVASI KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN,

KOMUNIKASI, DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA

MANAJERIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS ISLAM

SUMATERA UTARA)”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya, sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, 01 September 2010

Yang membuat pernyataan

(6)

PENGARUH MOTIVASI KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN

KEPUASAN KERJA PEGAWAI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS ISLAM

SUMATERA UTARA)

ABSTRAK

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari suatu perusahaan bukan hanya ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola keuangan yang berdasarkan pada kekuatan modal atau uang semata, tetapi juga ditentukan dari keberhasilannya mengelola sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai dan menguji pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi, dan budaya organisasi terhadap kinerja manajerial Universitas Islam Sumatera Utara dengan kepuasan kerja pegawai sebagai variabel intervening

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif. Data dalam penelitian ini merupakan data primer, dan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi terdiri dari 66 (enam puluh enam) orang pimpinan dan 80 (delapan puluh) orang pegawai. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Pengujian penelitian dilakukan dengan analisis jalur, uji F dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan motivasi (prestasi kerja, pengaruh, pengendalian, ketergantungan, perluasan dan afiliasi), gaya kepemimpinan (gaya partisipatif, gaya pengasuh, gaya otoriter, gaya birokrasi, gaya berorientasi pada tugas), komunikasi (komunikasi administrasi ke bawah dan komunikasi administrasi ke atas) serta budaya organisasi (profesionalisme, jarak dari manajemen, percaya pada rekan kerja, keteraturan, permusuhan dan integrasi) tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan secara parsial motivasi (prestasi kerja, pengaruh, pengendalian, ketergantungan, perluasan dan afiliasi), gaya kepemimpinan (gaya partisipatif, gaya pengasuh, gaya otoriter, gaya birokrasi, gaya berorientasi pada tugas), komunikasi (komunikasi administrasi ke bawah dan komunikasi administrasi ke atas) serta budaya organisasi (profesionalisme, jarak dari manajemen, percaya pada rekan kerja, keteraturan, permusuhan dan integrasi) tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, tetapi komunikasi administrasi ke atas dan jarak dari manajemen yang memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial.

(7)

THE EFFECT OF MOTIVATION, LEADERSHIP STYLE, COMMUNICATION, AND ORGANIZATIONAL CULTURE ON MANAGERIAL PERFORMANCE, WITH

EMPLOYEE SATISFACTION AS AN INTERVENING VARIABLE (CASE STUDY IN ISLAMIC UNIVERSITY OF

NORTH SUMATRA)

ABSTRACT

Survival and growth of an enterprise is determined not only of success in financial management which is based on capital strength or money, but also determined the success of human resource management. This study aims to examine the effect of motivation, leadership style, communication and organizational culture on employee satisfaction and test the effect of motivation, leadership style, communication, and organizational culture on managerial performance, Islamic University of North Sumatra with employee satisfaction as an intervening variable.

Types of research used in this study is associative. The data in this study is the primary data, and methods of data collection using questionnaires testing of hypotheses are tested using 5% significant level. The population consisted of 66 (sixty six) heads and 80 (eighty) employees. The sampling method using the census so that the entire population was used as a sample. Testing was conducted by path analysis, F test and t test.

The results showed that simultaneous motivation (achievement, influence, control, dependency, expansion and affiliates), leadership style (participative style, the style of caregivers, authoritarian style, bureaucratic style, task-oriented style), communication (downward and administrative communication administrative communications and over) as well as organizational culture (professionalism, distance from management, trust in coworkers, regularity, hostility and integration) has no effect on managerial performance and by partial motivation (achievement, influence, control, dependency, expansion and affiliates), leadership style (participative style, the style of caregivers, authoritarian style, bureaucratic style, task-oriented style), communication (communication and communication administration under administration and over) as well as organizational culture (professionalism, distance from management, trust in coworkers, regularity, hostility and integration) has no effect on managerial performance, but the communication and administration over the distance from which the management has an influence on managerial performance.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja, Gaya

Kepemimpinan, Komunikasi, dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Manajerial

dengan Kepuasan Kerja Pegawai sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada

Universitas Islam Sumatera Utara).”

Penelitian ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi prasyarat untuk

meraih gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan.

Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka tesis ini dapat

terselesaikan. Selanjutnya melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM), SpA(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi

(9)

4. Ibu Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak selaku Pembimbing Tesis yang telah memberikan

petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku Pembimbing Tesis yang telah

memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, M.Si, Ak selaku Penguji Tesis yang telah memberikan

masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis dalam

penyelesaian tesis ini.

7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Penguji Tesis yang telah

memberikan masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis

dalam penyelesaian tesis ini.

8. Suamiku terkasih Ramadona Simbolon, SE, M.Si yang telah memberikan doa,

dorongan, perhatian, kesabaran dan selalu membantu dan membimbing penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Achmad Tabrani Pohan (Ayah) dan Sumailani (Ibu) tercinta yang telah

memberikan doa, dorongan, perhatian, dan motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

10.Rasyad Akbar Ar Ravi buah hatiku yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi

dalam penyelesaian tesis ini.

11.Amang dan Inang tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

12.Keluarga yang kucintai Kak Sri, Kak Dewi, Fitri, Bang Bari, Bang Ronal, Kak

(10)

13.Semua pihak yang telah memberi masukan dan dorongan guna penyelesaian tesis

ini.

Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat

dan karunia dari Allah SWT, Amin. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan

kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup

kemungkinan bila tesis ini masih banyak kekurangan.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi

yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Medan, 01 September 2010 Penulis/Peneliti

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Elviani

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/09 September 1979

Alamat : Jl. Garu III No. 99E Medan

Agama : Islam

Pendidikan : 1. SD Negeri 060933 Tamat Tahun 1992

2. SMP Negeri 8 Medan Tamat Tahun 1996

3. SMU Darussalam Medan Tamat Tahun 1999

4. Universitas Islam Sumatera Utara Tamat Tahun

2005

Pekerjaan : Staf Ahli Keuangan Yayasan Universitas Islam

Sumatera Utara

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Originalitas ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Teori ... 7

2.1.1 Motivasi Kerja ... 7

2.1.2 Gaya Kepemimpinan ... 10

2.1.3 Komunikasi ... 13

2.1.4 Budaya Organisasi ... 15

2.1.5 Kepuasan Kerja ... 18

2.1.6 Kinerja ... 22

(13)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 26

3.1Kerangka Konsep ... 26

3.2 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB IV METODE PENELITIAN ... 29

4.1Jenis Penelitian ... 29

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.3Populasi dan Sampel ... 29

4.4Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5Instrumen Penelitian... 31

4.6Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32

4.7Metode Analisis Data ... 36

4.7.1 Statistik Deskriptif ... 36

4.7.2 Uji Kualitas Data ... 36

4.7.3 Uji Asumsi Klasik ... 38

4.7.3.1 Uji normalitas ... 38

4.7.3.2 Uji multikolinearitas ... 39

4.7.3.3 Uji heteroskedastisitas ... 40

4.7.4 Uji Hipotesis ... 40

4.7.4.1 Analisis jalur (path analysis) ... 40

4.7.4.2 Uji koefisien determinasi ... 42

4.7.4.3 Uji F ... 43

4.7.4.4 Uji t ... 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

5.1Hasil Penelitian ... 45

5.1.1 Deskripsi Data ... 45

5.1.1.1 Deskripsi lokasi ... 45

(14)

5.1.1.3 Statistik deskriptif ... 47

5.1.2 Uji Kualitas Data ... 52

5.1.2.1 Validitas ... 52

5.1.2.2 Reliabilitas ... 55

5.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 56

5.1.3.1 Uji normalitas ... 56

5.1.3.2 Uji multikolinearitas ... 57

5.1.3.2 Uji heteroskedastisitas ... 58

5.1.4 Pengujian Hipotesis ... 59

5.1.4.1 Pengujian hipotesis dengan analisid jalur ... 59

5.1.4.2 Pengujian hipotesis dengan uji F ... 71

5.1.4.3 Pengujian hipotesis dengan uji t ... 73

5.1.4.4 Analisis koefisien determinasi (R2) ... 76

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1 Kesimpulan ... 86

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 87

6.3 Saran ... 88

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu... 24

4.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34

5.1 Pengumpulan Data ... 45

5.2 Karakteristik Responden Pimpinan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

5.3 Karakteristik Responden Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

5.4 Karakteristik Responden Pimpinan Berdasarkan Pendidikan ... 47

5.5 Karakteristik Responden Pegawai Berdasarkan Pendidikan ... 47

5.6 Statistik Deskriptif ... 48

5.7 Uji Validitas Variabel ... 53

5.8 Uji Reliabilitas Variabel ... 56

5.9 Uji Multikolinieritas... 57

5.10 Hasil Uji Regresi (Analisis Jalur Persamaan 1) ... 60

5.11 Hasil Uji Regresi (Analisis Jalur Persamaan 2) ... 62

5.12 Hasil Uji F ... 71

5.13 Hasil Uji t ... 73

5.14 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ... 77

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konsep ... 26

5.1 Uji Normalitas Data ... 57

5.2 Uji Heteroskedastisitas ... 58

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 93

2. Tabulasi Data ... 102

3. Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi... 108

4. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan ... 109

5. Hasil Uji Validitas Variabel Komunikasi ... 110

6. Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi ... 111

7. Hasil Uji Validitas Variabel Kepuasan Kerja Pegawai dan Kinerja Manajerial ... 112

8. Hasil Uji Reliabilitas ... 113

9. Statistik Deskriptif ... 114

10. Hasil Uji Normalitas ... 115

11. Hasil Uji Multikolinearitas ... 116

12. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 117

13. Hasil Uji Regresi (Analisis Jalur Persamaan 1) ... 118

14. Hasil Uji Regresi (Analisis Jalur Persamaan 2) ... 119

15. Hasil Uji F dan Uji t ... 120

(18)

PENGARUH MOTIVASI KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN

KEPUASAN KERJA PEGAWAI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS ISLAM

SUMATERA UTARA)

ABSTRAK

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari suatu perusahaan bukan hanya ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola keuangan yang berdasarkan pada kekuatan modal atau uang semata, tetapi juga ditentukan dari keberhasilannya mengelola sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai dan menguji pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi, dan budaya organisasi terhadap kinerja manajerial Universitas Islam Sumatera Utara dengan kepuasan kerja pegawai sebagai variabel intervening

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif. Data dalam penelitian ini merupakan data primer, dan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi terdiri dari 66 (enam puluh enam) orang pimpinan dan 80 (delapan puluh) orang pegawai. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus sehingga seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Pengujian penelitian dilakukan dengan analisis jalur, uji F dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan motivasi (prestasi kerja, pengaruh, pengendalian, ketergantungan, perluasan dan afiliasi), gaya kepemimpinan (gaya partisipatif, gaya pengasuh, gaya otoriter, gaya birokrasi, gaya berorientasi pada tugas), komunikasi (komunikasi administrasi ke bawah dan komunikasi administrasi ke atas) serta budaya organisasi (profesionalisme, jarak dari manajemen, percaya pada rekan kerja, keteraturan, permusuhan dan integrasi) tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan secara parsial motivasi (prestasi kerja, pengaruh, pengendalian, ketergantungan, perluasan dan afiliasi), gaya kepemimpinan (gaya partisipatif, gaya pengasuh, gaya otoriter, gaya birokrasi, gaya berorientasi pada tugas), komunikasi (komunikasi administrasi ke bawah dan komunikasi administrasi ke atas) serta budaya organisasi (profesionalisme, jarak dari manajemen, percaya pada rekan kerja, keteraturan, permusuhan dan integrasi) tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, tetapi komunikasi administrasi ke atas dan jarak dari manajemen yang memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial.

(19)

THE EFFECT OF MOTIVATION, LEADERSHIP STYLE, COMMUNICATION, AND ORGANIZATIONAL CULTURE ON MANAGERIAL PERFORMANCE, WITH

EMPLOYEE SATISFACTION AS AN INTERVENING VARIABLE (CASE STUDY IN ISLAMIC UNIVERSITY OF

NORTH SUMATRA)

ABSTRACT

Survival and growth of an enterprise is determined not only of success in financial management which is based on capital strength or money, but also determined the success of human resource management. This study aims to examine the effect of motivation, leadership style, communication and organizational culture on employee satisfaction and test the effect of motivation, leadership style, communication, and organizational culture on managerial performance, Islamic University of North Sumatra with employee satisfaction as an intervening variable.

Types of research used in this study is associative. The data in this study is the primary data, and methods of data collection using questionnaires testing of hypotheses are tested using 5% significant level. The population consisted of 66 (sixty six) heads and 80 (eighty) employees. The sampling method using the census so that the entire population was used as a sample. Testing was conducted by path analysis, F test and t test.

The results showed that simultaneous motivation (achievement, influence, control, dependency, expansion and affiliates), leadership style (participative style, the style of caregivers, authoritarian style, bureaucratic style, task-oriented style), communication (downward and administrative communication administrative communications and over) as well as organizational culture (professionalism, distance from management, trust in coworkers, regularity, hostility and integration) has no effect on managerial performance and by partial motivation (achievement, influence, control, dependency, expansion and affiliates), leadership style (participative style, the style of caregivers, authoritarian style, bureaucratic style, task-oriented style), communication (communication and communication administration under administration and over) as well as organizational culture (professionalism, distance from management, trust in coworkers, regularity, hostility and integration) has no effect on managerial performance, but the communication and administration over the distance from which the management has an influence on managerial performance.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Institusi pendidikan dewasa ini yang tumbuh dan berkembang dengan sangat

dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien

artinya dapat dengan mudah berubah atau menyesuaikan diri dan dapat

mengakomodasikan setiap perubahan baik yang sedang dan telah terjadi dengan

cepat, tepat dan terarah serta biaya yang murah. Dengan demikian, organisasi sudah

tidak lagi dipandang sebagai sistem tertutup (closed-system) tetapi organisasi

merupakan sistem terbuka (opened system) yang harus dapat merespon dan

mengakomodasikan berbagai perubahan eksternal dengan cepat dan efisien.

Krisis ekonomi yang berdampak pada lesunya iklim dunia usaha

mengakibatkan banyak perusahaan/organisasi harus melakukan upaya perampingan

atau konsolidasi internal lainnya sebagai upaya penghematan keuangan untuk dapat

mempertahankan kelangsungan hidup (survive) dan mencapai pertumbuhan (growth)

melalui kinerja yang efektif dan efisien. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari

suatu perusahaan bukan hanya ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola

keuangan yang berdasarkan pada kekuatan modal atau uang semata, tetapi juga

ditentukan dari keberhasilannya mengelola sumber daya manusia.

Pengelolaan sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah bahwa

(21)

pimpinan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan antara lain melalui

pembentukan mental bekerja yang baik dengan dedikasi dan loyalitas yang tinggi

terhadap pekerjaannya, memberikan motivasi kerja, bimbingan, pengarahan dan

koordinasi yang baik dalam bekerja oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

Menciptakan kepuasan kerja pegawai adalah tidak mudah karena kepuasan kerja

dapat tercipta jika variabel-variabel yang mempengaruhinya antara lain motivasi

kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan budaya organisasi dapat diakomodasikan

dengan baik dan diterima oleh semua pegawai di dalam suatu organisasi.

Gibson (1996) dalam Brahmasari (2005: 96), mengemukakan bahwa kinerja

organisasi tergantung dari kinerja individu atau dengan kata lain kinerja individu akan

memberikan kontribusi pada kinerja organisasi artinya bahwa perilaku anggota

organisasi baik secara individu maupun kelompok memberikan kekuatan atas kinerja

organisasi sebab motivasinya akan mempengaruhi pada kinerja organisasi. Sujak

(1990) dalam Ermayanti (2001: 3), mengemukakan bahwa pemahaman motivasi, baik

yang ada dalam diri pegawai maupun yang berasal dari lingkungan akan dapat

membantu dalam peningkatan kinerja. Dalam hal ini seorang manajer perlu

mengarahkan motivasi dengan menciptakan kondisi (iklim) organisasi melalui

pembentukan budaya kerja atau budaya organisasi sehingga para pegawai merasa

terpacu untuk bekerja lebih keras agar kinerja yang dicapai juga tinggi.

Pemberian motivasi harus diarahkan dengan baik menurut prioritas dan dapat

diterima dengan baik oleh pegawai, karena motivasi tidak dapat diberikan untuk

(22)

penting dalam sistem manajemen perusahaan selain motivasi kerja kepada para

pegawai adalah kepemimpinan (leadership). Hasil dari beberapa penelitian

menunjukkan bahwa kepemimpinan sangat diperlukan untuk meningkatkan daya

saing perusahaan secara berkelanjutan. Kepemimpinan adalah suatu proses di mana

seseorang dapat menjadi pemimpin (leader) melalui aktivitas yang terus menerus

sehingga dapat mempengaruhi yang dipimpinnya (followers) dalam rangka untuk

mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.

Fenomena praktis yang terjadi di Universitas Islam Sumatera Utara adalah

terjadinya konflik yang sampai dengan saat ini belum selesai. Konflik UISU tersebut

terjadi pada 4 Desember 2006 diawali dengan ketidakpuasan pihak-pihak tertentu

yang didukung oleh beberapa orang pegawai, dosen dan pimpinan terhadap

kebijakan-kebijakan pimpinan saat itu. Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya

kurangnya motivasi kerja karena tidak adanya reward dan punishment terhadap

pegawai, dosen maupun pimpinan yang kinerjanya baik dan tidak baik, sehingga para

pegawai tidak merasa terpacu untuk bekerja lebih keras lagi agar kinerjanya menjadi

tinggi. Selain itu gaya kepemimpinan para pimpinan di UISU menyebabkan

komunikasi yang kurang baik antar pegawai dengan pimpinan, antar dosen dengan

pimpinan maupun antar pimpinan serta budaya organisasi yang tidak baik juga

menjadi pemicu terjadinya konflik ini. Tidak adanya motivasi kerja, tidak baiknya

komunikasi, gaya kepemimpinan serta budaya organisasi yang tidak baik

(23)

tersebut memiliki konsekuensi terhadap kinerja manajerial menjadi terhambat dan

menyebabkan konflik yang berkepanjangan sampai dengan saat ini.

Berdasarkan uraian-uraian dan fenomena-fenomena di atas, maka peneliti

tertarik untuk meneliti pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan

budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai serta dampaknya terhadap kinerja

manajerial Universitas Islam Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Apakah motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan budaya

organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial Universitas Islam

Sumatera Utara?

b. Apakah motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan budaya

organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial Universitas Islam

Sumatera Utara dengan kepuasan kerja pegawai sebagai variabel intervening?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Menguji pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan

budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai Universitas Islam

(24)

b. Menguji pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi, dan

budaya organisasi terhadap kinerja manajerial Universitas Islam Sumatera

Utara dengan kepuasan kerja pegawai sebagai variabel intervening.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti

sehubungan dengan pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan, motivasi,

dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai serta dampaknya

pada kinerja manajerial Universitas Islam Sumatera Utara.

b. Bagi pimpinan Universitas Islam Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

dan masukan dalam melakukan penelitian pada bidang sejenis.

1.5. Originalitas

Penelitian mengenai pengaruh motivasi kerja, gaya kepemimpinan,

komunikasi, dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai dan dampaknya

terhadap kinerja manajerial telah banyak dilakukan sebelumnya oleh para peneliti.

Adapun ide yang dijadikan dasar dilakukannya penelitian ini Brahmasari dan

Suprayetno (2008). Berdasarkan penelitian Brahmasari dan Suprayetno, maka yang

(25)

a. Objek penelitian Brahmasari dan Suprayetno adalah kinerja perusahaan

sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah kinerja manajerial

di institusi pendidikan.

b. Penelitian Brahmasari dan Suprayetno menggunakan variabel bebas motivasi

kerja, kepemimpinan dan budaya organisasi serta kepuasan kerja pegawai

sebagai variabel intervening, sedangkan penelitian ini menambahkan satu

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Motivasi Kerja

Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau

eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap etusiasme dan

persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi bukanlah

satu-satunya yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Ada dua faktor yang

terlihat, kemampuan perseorangan dan pemahamannya tentang perilaku apa yang

diperlukan untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi. Dalam pengertian motivasi

terdapat tiga unsur esensial, yaitu faktor pendorong atau pembangkit motif, baik

internal maupun eksternal, tujuan yang ingin dicapai dan strategi yang diperlukan

oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Faktor internal sebagai

pendorong motif bersumber dari dalam individu itu sendiri seperti kepribadian,

intelegensi, kebiasaan, kesadaran, minat, bakat, kemauan dan semangat. Sedangkan

faktor eksternal berasal dari luar individu yaitu lingkungan, seperti lingkungan sosial,

tekanan dan regulasi keorganisasian.

Robbin (2002: 55) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk

melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk

tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk

(27)

dalam kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan berkarya dalam organisasi

bisnis, aspek motivasi kerja mutlak mendapat perhatian serius dari para manajer.

Karena 4 (empat) pertimbangan utama yaitu: (1) Filsafat hidup manusia berkisar pada

prinsip “quit proquo”, yang dalam bahasa awam dicerminkan oleh pepatah yang

mengatakan “ada ubi ada talas, ada budi ada balas”, (2) Dinamika kebutuhan manusia

sangat kompleks dan tidak hanya bersifat materi, akan tetapi juga bersifat psikologis,

(3) Tidak ada titik jenuh dalam pemuasan kebutuhan manusia, (4) Perbedaan

karakteristik individu dalam organisasi atau perusahaan, mengakibatkan tidak adanya

satupun teknik motivasi yang sama efektifnya untuk semua orang dalam organisasi

juga untuk seseorang pada waktu dan kondisi yang berbeda-beda.

Radig (1998), Soegiri (2004: 27-28) dalam Antoni (2006: 24) mengemukakan

bahwa pemberian dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan

untuk meningkatkan gairah kerja pegawai sehingga dapat mencapai hasil yang

dikehendaki oleh manajemen. Hubungan motivasi, gairah kerja dan hasil optimal

mempunyai bentuk linear dalam arti dengan pemberian motivasi kerja yang baik,

maka gairah kerja pegawai akan meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai

dengan standar kinerja yang ditetapkan. Gairah kerja sebagai salah satu bentuk

motivasi dapat dilihat antara lain dari tingkat kehadiran pegawai, tanggung jawab

terhadap waktu kerja yang telah ditetapkan.

Ada tiga konsep dasar yang mendasari motivasi, yaitu pengharapan, nilai dan

perantaraan. Pengharapan merupakan keyakinan bahwa usaha seseorang akan

(28)

untuk memperoleh sejumlah keuntungan. Oleh karenanya tugas individual cenderung

berbeda yang menyebabkan nilai (berupa insentif atau uang, prestasi yang dicapai,

kesempatan untuk meningkatkan karir) yang diterima berbeda pula pada setiap

kondisi. Jadi, nilai dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diharapkan dari

pekerjaan yang dilakukan.

Motivasi yang ada dalam diri seseorang bukan merupakan indikator yang

berdiri sendiri. Motivasi itu sendiri muncul sebagai akibat dari interaksi yang terjadi

dalam diri individu. Menurut Danim (2004) dalam Wirdah (2010: 17) ada tiga

variabel yang mempengaruhi motivasi seseorang dalam bekerja, yaitu:

1. Sifat-sifat individual pekerja ini meliputi kepentingan setiap individu, sikap, kebutuhan atau harapan yang berbeda pada setiap individu. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan derajat motivasi di dalam diri pekerja menjadi variasi satu dengan yang lainnya. Seorang pekerja yang menginginkan prestasi kerja yang tinggi misalnya, cenderung akan terdorong untuk melakukan pekerjaan yang dapat meningkatkan taraf hidupnya. Sebaliknya seseorang yang dimotivasi oleh uang akan cenderung memilih pekerjaan yang imbalannya besar.

2. Sifat-sifat pekerjaan ini meliputi tugas-tugas yang harus dilaksanakan, termasuk tanggung jawab yang harus diemban dan kepuasan yang muncul kemudian. Pekerjaan yang banyak membutuhkan tanggung jawab misalnya akan mendatangkan kepuasan tertentu yang dapat meningkatkan derajat motivasi.

3. Lingkungan kerja dan situasi kerja pegawai. Seorang individu yang berada pada lingkungan kerjanya akan senantiasa berinteraksi sesama rekan sekerja maupun dengan atasan. Di sini seorang pegawai dapat dimotivasi oleh rekan kerjanya atau oleh atasannya. Penghargaan yang diberikan oleh atasan baik dalam bentuk materi maupun non materi akan meningkatkan motivasi kerja seorang pegawai.

Untuk mengukur motivasi kerja dipergunakan beberapa indikator menurut

(29)

1. Prestasi kerja, yaitu sesuatu yang dicapai oleh seorang pekerja di bawah lingkungan kerja yang sulit sekalipun. Misalnya dalam menyelesaikan tugas yang dibatasi oleh jadwal waktu (deadline) yang ketat yang harus dipenuhi, seorang pekerja dapat menyelesaikan tugasnya dengan hasil yang memuaskan. 2. Pengaruh, yaitu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan gagasan atau argumentasi sebagai bentuk dari kuatnya pengaruh yang ditanamkan kepada orang lain. Saran-saran atau gagasan yang diterima sebagai bentuk partisipasi dari seorang pekerja akan menumbuhkan motivasi, apalagi jika gagasan atau pemikiran tersebut dapat diikuti oleh orang lain yang dapat dipakai sebagai metode kerja baru dan ternyata hasilnya positif dan dirasakan lebih baik. 3. Pengendalian, yaitu tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap

bawahan. Untuk menumbuhkan motivasi dan sikap tanggung jawab yang besar dari bawahan, seseorang atasan dapat memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menumbuhkan partisipasi.

4. Ketergantungan, yaitu kebutuhan dari bawahan terhadap orang-orang yang berada di lingkungan kerjanya, baik terhadap sesama pekerja maupun terhadap atasan. Adanya saran, gagasan ataupun ide dari atasan kepada bawahan yang dapat membantunya memahami suatu masalah atau cara penyelesaian masalah akan menjadi motivasi yang positif.

5. Pengembangan, yaitu upaya yang dilakukan oleh organisasi terhadap pekerja atau oleh atasan terhadap bawahannya untuk memberikan kesempatan guna meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan atau pelatihan. Pengembangan ini dapat menjadi motivator yang kuat bagi pegawai. Di samping pengembangan yang menyangkut kepastian karir pekerja, pengertian pengembangan yang dimaksudkan di sini juga menyangkut metode kerja yang dipakai. Adanya perubahan metode kerja yang dirasakan lebih baik karena membantu penyelesaian tugas juga menjadi motivasi bagi pekerja. 6. Afiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang atas dasar

sosial. Keterbukaan orang-orang yang berada di lingkungan kerja yang memungkinkan hubungan antar pribadi dapat berjalan dengan baik, saling membantu masalah pribadi akan menjadi motivasi yang positif dari pekerja.

2.1.2. Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memberikan wawasan

sehingga orang lain ingin mencapainya. Pemimpin yang baik memberikan

(30)

tim kerja. Pemimpin yang efektif mampu memberikan pengarahan terhadap usaha

semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi.

DuBrin (2005: 3) mengemukakan bahwa kepemimpinan itu adalah upaya

mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara

mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan

orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan

dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka

mencapai tujuan, kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan

diantara bawahan agar tujuan organisasional dapat tercapai. Siagian (2002: 62)

mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu

mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak

disenanginya.

Siagian (2002: 66) mengemukakan bahwa peranan pemimpin atau

kepemimpinan dalam organisasi atau perusahaan ada tiga bentuk yaitu peranan yang

bersifat interpersonal, peranan yang bersifat informasional, dan peran pengambilan

keputusan. Yang dimaksud dengan peranan yang bersifat interpersonal dalam

organisasi adalah bahwa seorang pemimpin dalam perusahaan atau organisasi

merupakan simbol akan keberadaan organisasi, seorang pemimpin bertanggung jawab

untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahan, dan seorang pemimpin

mempunyai peran sebagai penghubung. Peranan yang bersifat informasional

(31)

sebagai pemberi, penerima dan penganalisa informasi. Sedangkan peran pemimpin

dalam pengambilan keputusan mempunyai arti bahwa pemimpin mempunyai peran

sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa strategi-strategi bisnis yang

mampu untuk mengembangkan inovasi, mengambil peluang atau kesempatan dan

bernegosiasi dan menjalankan usaha dengan konsisten.

Mintzberg dalam Luthans (2002) dan Sutiadi (2003: 4) mengemukakan bahwa

peran kepemimpinan dalam organisasi adalah sebagai pengatur visi, motivator,

penganalis, dan penguasaan pekerjaan. Yasin (2001: 6) mengemukakan bahwa

keberhasilan kegiatan usaha pengembangan organisasi, sebagian besar ditentukan

oleh kualitas kepemimpinan atau pengelolanya dan komitmen pimpinan puncak

organisasi untuk investasi energi yang diperlukan maupun usaha-usaha pribadi

pimpinan. Anoraga et al. (1995) dalam Tika (2006: 64) mengemukakan bahwa ada

sembilan peranan kepemimpinan seorang dalam organisasi yaitu pemimpin sebagai

perencana, pemimpin sebagai pembuat kebijakan, pemimpin sebagai ahli, pemimpin

sebagai pelaksana, pemimpin sebagai pengendali, pemimpin sebagai pemberi hadiah

atau hukuman, pemimpin sebagai teladan dan lambang atau simbol, pemimpin

sebagai tempat menimpakan segala kesalahan, dan pemimpin sebagai pengganti

peran anggota lain.

Setiap pemimpin mempunyai gaya yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Definisi gaya kepemimpinan menurut Thoha (2007) dalam Brahmasari dan

Suprayetno (2008: 16) adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada

(32)

Sedangkan menurut Winardi (2000) dalam Wirdah (2010: 11), gaya kepemimpinan

adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk memahami suksesnya

kepemimpinan, dalam hubungannya di mana pusat perhatian ditujukan pada yang

dilakukan oleh pemimpin.

Menurut Hopwood (1976) dalam Wirdah (2010: 12), ada beberapa tipe

kepemimpinan yang dapat dijadikan indikator yang dapat mengukur gaya manajemen

yaitu:

1. Gaya parsitipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang menempatkan pimpinan selalu berada di tengah-tengah para bawahan sehingga ia terlibat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.

2. Gaya pengasuh, yaitu gaya kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin dengan gaya seperti ini bertindak sebagai seorang bapak yang selalu melindungi bawahannya dalam batas-batas yang wajar.

3. Gaya otoriter, yaitu gaya kepemimpinan yang menempatkan kekuasaan ditangan satu orang.

4. Gaya birokrasi, yaitu gaya kepemimpinan yang menempatkan peraturan organisasi sebagai orientasi dalam pelaksanaan tugas.

5. Gaya yang berorientasi pada tugas, yaitu gaya kepemimpinan yang memandang bahwa pelaksanaan tugas adalah yang paling utama dalam suatu organisasi. Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan seperti ini akan berupaya untuk bekerja sesuai target dan tepat waktu, meskipun dalam kondisi yang sulit.

2.1.3. Komunikasi

Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis, yang berarti

bersama. Munurut Herbert (1981) dalam Suranto (2005: 15) mendefinisikan

komunikasi sebagai proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan

dipindahkan dari seorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai

(33)

menyatakan bahwa komunikasi ialah proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan

yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan merubah perilakunya.

Menurut Arep dan Tanjung (2004: 81) Komunikasi adalah informasi mengalir

secara bebas dari atas ke bawah atau sebaliknya. Dalam menjalankan suatu institusi

pendidikan dibutuhkan komunikasi yang baik dan lancar antara atasan dengan

bawahannya atau sebaliknya sangat dibutuhkan dalam menyamakan persepsi untuk

menyusun dan merumuskan serta melaksanakan dengan baik rencana kerja yang

ingin dicapai oleh Universitas Islam Sumatera Utara. Sebab walau begitu

cemerlangnya hasil berpikir seseorang baik pimpinan maupun bawahan tidak akan

ada artinya jika tidak dinyatakan dan dikomunikasikan dengan baik pimpinan tidak

hanya memiliki kemampuan membuat komitmen atau keputusan, tetapi harus

diterjemahkan menjadi gagasan, prakarsa, inisiatif, kreativitas, pendapat, saran,

perintah, dan lainnya yang sejenis itu melalui komunikasi yang baik. Oleh karena

kemampuan mengambil keputusan akan kehilangan artinya tanpa kemampuan

mengkomunikasikannya (Nawawi dan Martini, 2004: 167).

Penyelengaraan pendidikan di Universitas Islam Sumatera Utara tidak akan

berjalan dengan baik tanpa adanya komunikasi yang baik antara pimpinan dan

bawahan. Kemampuan berkomunikasi secara efektif bagi seorang pimpinan erat

kaitannya dengan kepemimpinan yang berwibawa. Kalau seorang pimpinan ingin

memiliki kepemimpinan yang berwibawa, maka ia perlu mempunyai kemampuan

(34)

dapat memperkecil, bahkan menghilangkan konflik antara kepentingan pribadi

dengan kepentingan organisasi (Effendi, 1989: 134, 141).

Dalam membahas komunikasi ini hanya dibahas masalah komunikasi

administrasi yang vertikal karena sesuai dengan penelitian ini sehingga fokus

penelitiannya adalah komunikasi antara pimpinan dengan pegawainya/bawahan.

Komunikasi administrasi dilihat dari strukturnya menurut (Sutarto, 1991)

dalam Wirdah (2010: 14), adalah:

1. Komunikasi administrasi ke bawah (top down)

Komunikasi administrasi ke bawah (top down) adalah penyampaian informasi atau tugas dari pejabat yang berkedudukan lebih tinggi kepada pejabat yang berkedudukan lebih rendah. Wujud komunikasi administrasi ke bawah antara lain:

a. Memberi perintah. b. Memberi tugas.

c. Melimpahkan wewenang.

d. Menegur atau mengingatkan atau memperingatkan. e. Membimbing, mengarahkan, menasehati.

f. Memuji atau menyalahkan. g. Memberi komentar.

h. Dan lain-lain.

2. Komunikasi ke atas (bottom up)

Komunikasi ke atas (bottom up) adalah rangkaian kegiatan penyampaian warta/komunikasi dari pejabat yang berkedudukan lebih rendah kepada pejabat yang berkedudukan lebih tinggi. Wujud komunikasi administrasi keatas antara lain:

a. Menyampaikan laporan.

b. Menyampaikan pertanggungjawaban. c. Menyampaikan usul, saran, keluhan, pesan. d. Menyampaikan pertimbangan.

(35)

2.1.4. Budaya Organisasi

Seperti halnya pengertian motivasi dan kepemimpinan, pengertian budaya

organisasi banyak diungkapkan oleh para ilmuwan yang merupakan ahli dalam ilmu

budaya organisasi, namun masih sedikit kesepahaman tentang arti konsep budaya

organisasi atau bagaimana budaya organisasi harus diobservasi dan diukur

(Brahmasari, 2004). Lebih lanjut Brahmasari (2004: 16) mengemukakan bahwa hal

tersebut dikarenakan oleh kurangnya kesepahaman tentang formulasi teori tentang

budaya organisasi, gambarannya, dan kemungkinan hubungannya dengan dampak

kinerja.

Ndraha (2003: 4) dalam Brahmasari (2004: 12) mengemukakan bahwa

budaya perusahaan (corporate culture) merupakan aplikasi dari budaya organisasi

(organizational culture) terhadap badan usaha atau perusahaan. Kedua istilah ini

sering dipergunakan untuk maksud yang sama secara bergantian. Marcoulides dan

Heck (1993) dalam Brahmasari (2004: 16) mengemukakan bahwa budaya organisasi

sebagai suatu konsep dapat menjadi suatu sarana untuk mengukur kesesuaian dari

tujuan organisasi, strategi dan organisasi tugas, serta dampak yang dihasilkan. Tanpa

ukuran yang valid dan reliabel dari aspek kritis budaya organisasi, maka pernyataan

tentang dampak budaya pada kinerja akan terus berdasarkan pada spekulasi, observasi

personal dan studi kasus.

Glaser et al. (1987) dalam Koesmono (2005: 9) mengemukakan bahwa

budaya organisasional seringkali digambarkan dalam arti yang dimiliki bersama.

(36)

berkembang dari waktu ke waktu dan berfungsi sebagai perekat yang menyatukan

organisasi. Hofstede (1986: 21) dalam Koesmono (2005: 9) mengemukakan bahwa

budaya dapat didefinisikan sebagai berbagai interaksi dari ciri-ciri kebiasaan yang

mempengaruhi kelompok kelompok orang dalam lingkungannya. Tika (2006: 16)

mengemukakan bahwa dalam pembentukan budaya organisasi ada ua hal penting

yang harus diperhatikan yaitu unsur-unsur pembentuk budaya organisasi dan proses

pembentukan budaya organisasi itu sendiri.

Sementara itu Robbins (1996) dalam Tika (2006: 20-21) menjelaskan

mengenai 3 (tiga) kekuatan untuk mempertahankan suatu budaya organisasi sebagai

berikut: (1) Praktik seleksi, proses seleksi bertujuan mengidentifikasi dan

mempekerjakan individu-individu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan sukses dalam organisasi.

(2) Manajemen puncak, tindakan manajemen puncak mempunyai dampak besar pada

budaya organisasi. Ucapan dan perilaku mereka dalam melaksanakan norma-norma

sangat berpengaruh terhadap anggota organisasi. (3) Sosialisasi, sosialisasi

dimaksudkan agar para pegawai baru dapat menyesuaikan diri dengan budaya

organisasi.

Proses sosialisasi ini meliputi tiga tahap yaitu tahap kedatangan, tahap

pertemuan, dan tahap metromofi. Selanjutnya Tika (2006: 21) memberikan

kesimpulan tentang proses pembentukan budaya organisasi melalui 4 (empat)

tahapan, yaitu tahap pertama terjadinya interaksi antar pimpinan atau pendiri

(37)

dari interaksi menimbulkan ide yang ditransformasikan menjadi artifak, nilai, dan

asumsi. Tahap ketiga adalah bahwa artifak, nilai, dan asumsi akan diimplementasikan

sehingga membentuk budaya organisasi. Tahap terakhir adalah bahwa dalam rangka

mempertahankan budaya organisasi dilakukan pembelajaran (learning) kepada

anggota baru dalam organisasi.

Hofstide (1997) dalam Munandar, Sjabadhyni, dan Wutun (2004: 20)

mengemukakan bahwa budaya organisasi mempunyai 5 (lima) ciri-ciri pokok yaitu:

(1) Budaya organisasi merupakan satu kesatuan yang integral dan saling terkait,

(2) Budaya organisasi merupakan refleksi sejarah dari organisasi yang bersangkutan,

(3) Budaya organisasi berkaitan dengan hal-hal yang dipelajari oleh para antropolog,

seperti ritual, simbol, ceritera, dan ketokohan, (4) Budaya organisasi dibangun secara

sosial, dalam pengertian bahwa budaya organisasi lahir dari consensus bersama dari

sekelompok orang yang mendirikan organisasi tersebut, (5) Budaya organisasi sulit

diubah.

2.1.5. Kepuasan Kerja

Werther dan Davis (1986) dalam Prabowo (2003) dan Munandar, Sjabadhyni,

Wutun (2004: 73) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah kondisi kesukaan

atau ketidaksukaan menurut pandangan pegawai terhadap pekerjaannya. Dole dan

Schroeder (2001) dalam Koesmono (2005), mengemukakan bahwa kepuasan kerja

dapat didefinisikan sebagai perasaan dan reaksi individu terhadap lingkungan

pekerjaannya. Testa (1999) dan Locke (1983) dalam Koesmono (2005)

(38)

emosi yang positif hasil dari penilaian salah satu pekerjaan atau

pengalaman-pengalaman pekerjaan. Lebih lanjut Koesmono (2005) mengemukakan bahwa

kepuasan kerja merupakan penilaian, perasaan atau sikap seseorang atau pegawai

terhadap pekerjaannya dan berhubungan dengan lingkungan kerja, jenis pekerjaan,

kompensasi, hubungan antar teman kerja, hubungan sosial di tempat kerja dan

sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja adalah dipenuhinya

beberapa keinginan dan kebutuhannya melalui kegiatan kerja atau bekerja.

Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996) dalam Sylvana (2002: 4)

mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan bagian dari proses motivasi.

Kepuasan anggota organisasi dapat dihubungkan dengan kinerja dan hasil kerja

mereka serta imbalan dan hukuman yang mereka terima. Oleh karena itu, tingkat

kepuasan kerja dalam organisasi dapat ditunjukkan dengan hasil seperti sikap anggota

organisasi, pergantian pekerjaan anggota organisasi, kemangkiran atau absensi,

keterlambatan, dan keluhan yang biasa terjadi dalam suatu organisasi.

Robbins (2001: 148) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sebagai

suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut

interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi,

memenuhi standar kinerja, hidup pada kondisi kerja yang sering kurang dari ideal,

dan hal serupa lainnya. Ini berarti penilaian (assesment) seorang pegawai terhadap

puas atau tidak puasnya dia terhadap pekerjaan merupakan penjumlahan yang runit

dari sejumlah unsur pekerjaan yang diskrit (terbedakan dan terpisahkan satu sama

(39)

Menurut Ramayah (2001) dalam Koesmono (2005: 28) mengemukakan

bahwa seorang manajer akan sangat peduli pada aspek kepuasan kerja, karena

mempunyai tanggung jawab moral apakah dapat memberikan lingkungan yang

memuaskan kepada pegawainya dan percaya bahwa perilaku pekerja yang puas akan

membuat kontribusi yang positif terhadap organisasi. Para manajer merasakan usaha

dan kinerja mereka berhasil apabila keadilan dalam penghargaan memberikan tingkat

kepuasan kerja dan kinerja.

Situasi pekerjaan yang seimbang akan meningkatkan perasaan dalam control

terhadap kehidupan kerja dan menghasilkan kepuasan kerja. Sehingga para manajer

mempunyai tanggung jawab untuk meningkatkan kepuasan kerja para bawahannya

agar dapat memberikan kontribusi yang positif pada organisasinya. Davis (1985)

dalam Mangkunegara (2005: 117) mengemukakan bahwa job satisfaction is related

to a number of major employee variables, such a turnover, absences, age,

occupation, and size of the organization in which an employee works. Berdasar

pendapat tersebut, Mangkunegara (2005: 117) mengemukakan bahwa kepuasan kerja

berhubungan dengan variabel-variabel seperti turnover, tingkat absensi, umur, tingkat

pekerjaan, dan ukuran organisasi perusahaan.

Kepuasan kerja berhubungan dengan turnover mengandung arti bahwa

kepuasan kerja yang tinggi selalu dihubungkan dengan turnover pegawai yang

rendah, dan sebaliknya jika pegawai banyak yang merasa tidak puas maka turnover

(40)

mengandung arti bahwa pegawai yang kurang puas cenderung tingkat

ketidakhadirannya tinggi.

Kepuasan kerja berhubungan dengan umur mengandung arti bahwa pegawai

yang cenderung lebih tua akan merasa lebih puas daripada pegawai yang berumur

relatif lebih muda, karena diasumsikan bahwa pegawai yang tua lebih berpengalaman

menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan dan pegawai dengan usia muda

biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga apabila

antara harapannya dengan realita kerja terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan

dapat menyebabkan mereka menjadi tidak puas.

Kepuasan kerja dihubungkan dengan tingkat pekerjaan mengandung arti

bahwa pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih

puas daripada pegawai yang menduduki pekerjaan yang lebih rendah, karena pegawai

yang tingkat pekerjaannya lebih tinggi menunjukkan kemampuan kerja yang baik dan

aktif dalam mengemukakan ide-ide serta kreatif dalam bekerja. Kepuasan kerja

berhubungan dengan ukuran organisasi perusahaan mengandung arti bahwa besar

kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi proses komunikasi, koordinasi, dan

partisipasi pegawai sehingga dapat mempengaruhi kepuasan kerja pegawai.

Mangkunegara (2005: 120) mengemukakan bahwa ada 2 (dua) faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja yaitu faktor yang ada pada diri pegawai dan faktor

pekerjaannya. Faktor yang ada pada diri pegawai yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan

khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja,

(41)

pekerjaan yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan,

mutu pengawasan, jaminan keuangan, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial,

dan hubungan kerja.

2.1.6. Kinerja

Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk

aktivitas. Kemampuan bertindak itu dapat diperoleh manusia baik secara alami (ada

sejak lahir) atau dipelajari. Walaupun manusia mempunyai potensi untuk berperilaku

tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada saat-saat tertentu saja. Potensi

untuk berperilaku tertentu itu disebut ability (kemampuan), sedangkan ekspresi dari

potensi ini dikenal sebagai performance (kinerja).

Hasibuan dalam Sujak (1990) dan Sutiadi (2003: 6) mengemukakan bahwa

kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta waktu. Dengan kata lain bahwa kinerja adalah hasil kerja yang

dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan. Selanjutnya As’ad dalam Agustina (2002) dan

Sutiadi (2003: 6) mengemukakan bahwa kinerja seseorang merupakan ukuran sejauh-

mana keberhasilan seseorang dalam melakukan tugas pekerjaannya.

Ada 3 (tiga) faktor utama yang berpengaruh pada kinerja yaitu individu

(kemampuan bekerja), usaha kerja (keinginan untuk bekerja), dan dukungan

organisasional (kesempatan untuk bekerja). Cash dan Fischer (1987) dalam Thoyib

(42)

result yang diartikan dengan apa yang telah dihasilkan oleh individu pegawai. Kinerja

dipengaruhi oleh kinerja organisasi (organizational performance) itu sendiri yang

meliputi pengembangan organisasi (organizational development), rencana

kompensasi (compensation plan), sistem komunikasi (communication system), gaya

manajerial (managerial style), struktur organisasi (organization structure), kebijakan

dan prosedur (policies and procedures). Robbins (2003) dalam Thoyib (2005: 10)

mengemukakan bahwa istilah lain dari kinerja adalah human output yang dapat

diukur dari produktivitas, absensi, turnover, citizenship, dan satisfaction.

Baron dan Greenberg (1990) dalam Thoyib (2005: 10) mengemukakan bahwa

kinerja pada individu juga disebut dengan job performance, work outcomes, task

performance. Brahmasari (2004: 64) mengemukakan bahwa kinerja adalah

pencapaian atas tujuan organisasi yang dapat berbentuk output kuantitatif maupun

kualitatif, kreativitas, fleksibilitas, dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan

oleh organisasi. Penekanan kinerja dapat bersifat jangka pendek maupun jangka

panjang, juga dapat pada tingkatan individu, kelompok ataupun organisasi.

Manajemen kinerja merupakan suatu proses yang dirancang untuk menghubungkan

tujuan organisasi dengan tujuan individu, sehingga kedua tujuan tersebut bertemu.

Kinerja juga dapat merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah

diselesaikan oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu dan dapat diukur. Tika

(2006: 121) mengemukakan bahwa ada 4 (empat) unsur-unsur yang. terdapat dalam

kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

(43)

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Ida Ayu

Bahwa motivasi kerja dan budaya organisasi berpengaruh positif pegawai, motivasi kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja serta kepuasan kerja pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja budaya organisasi secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Pegawai. Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap Kinerja Pegawai dibandingkan variabel

(44)

Kantor Pelayanan Pajak

Semarang Barat

kinerja pegawai.

Pengaruh tidak langsung terhadap variabel kinerja pegawai, variabel budaya organisasi dan locus of

control berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Selanjutnya, kepuasan

kerja mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap

Bahwa secara simultan gaya kepemimpinan, komunikasi dan motivasi

kerja berpengaruh

signifikan terhadap kinerja Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten

(45)

P1

Hubungan antara motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi, budaya

organisasi terhadap kinerja manajerial UISU dengan kepuasan kerja sebagai variabel

intervening dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran di bawah ini:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep ini perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel

independen dan variabel dependen. Menurut Lubis dan Syahputra (2008: 20)

kerangka konsep penelitian adalah gambaran ringkas, mengenai keterkaitan suatu

konsep dengan konsep lainnya yang akan diteliti atau menggambarkan pengaruh atau

(46)

Dengan demikian maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah kinerja

manajerial Universitas Islam Sumatera Utara sebagai variabel dependen yang

dipengaruhi oleh motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan budaya

organisasi sebagai variabel independen melalui kepuasan kerja pegawai sebagai

variabel intervening.

Jika manajer memberikan motivasi kerja terhadap pegawai Universitas Islam

Sumatera Utara yang ditunjukkan dengan memberikan reward dan punishment, maka

pegawai akan berusaha untuk bekerja lebih keras lagi agar kinerjanya menjadi tinggi.

Pegawai akan merasa puas dalam bekerja dan berusaha memberikan yang terbaik

bagi organisasi dan hal tersebut tentunya akan meningkatkan kinerja manajerial.

Jika gaya kepemimpinan manajer di Universitas Islam Sumatera Utara yang

ditunjukkan dengan kemampuan manajer dalam mempengaruhi/mengarahkan

bawahannya sedemikian rupa sehingga para bawahannya dapat bekerja sama dalam

suatu kelompok dan mendorong mereka dalam suatu tujuan tertentu akan

memberikan kepuasan kepada pegawai, sehingga kinerja manajer yang berfungsi

sebagai pimpinan dapat meningkat.

Jika komunikasi seorang manajer yang ditunjukkan dengan kemampuan

manajer dalam proses komunikasi mampu memberikan informasi yang jelas kepada

para bawahannya sehingga bawahannya dapat mengerti apa yang harus dikerjakannya

untuk mencapai tujuan organisasinya maka akan memberikan kepuasan kepada para

(47)

Jika budaya organisasi di Universitas Islam Sumatera Utara kondusif, tidak

terjadi tebang pilih akan memberikan kepuasan kepada pegawai, sehingga dia akan

berusaha bekerja lebih baik dan kinerja manajerial Universitas Islam Sumatera Utara

akan meningkat.

Jika motivasi kerja diterapkan di Universitas Islam Sumatera Utara dan dapat

berjalan dengan baik, gaya kepemimpinan para manajer mampu mempengaruhi

bawahan, komunikasi berjalan dengan baik dan budaya organisasi berjalan dengan

kondusif, maka akan memberikan kepuasan kepada para pegawai. Pegawai akan

berusaha untuk bekerja lebih keras untuk meningkatkan kinerjanya sehingga akan

dapat meningkatkan kinerja manajerial Universitas Islam Sumatera Utara

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian sebagai

berikut:

H1 : Motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan budaya organisasi

mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial Universitas Islam

Sumatera Utara.

H2 : Motivasi kerja, gaya kepemimpinan, komunikasi dan budaya organisasi

mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial Universitas Islam

Sumatera Utara dengan kepuasan kerja pegawai sebagai variabel

(48)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

asosiatif dengan hubungan kausal atau sebab akibat. Menurut Sugiyono (2004: 37)

Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian asosiatif dapat dibangun suatu teori

yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/

fenomena. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah motivasi kerja,

gaya kepemimpinan, komunikasi, dan budaya organisasi yang merupakan variabel

independen, kinerja manajerial variabel dependen dan kepuasan kerja pegawai

sebagai variabel intervening.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Universitas Islam Sumatera Utara yang

beralamat di Jalan Karya Bakti No. 36 Medan. Sedangkan jangka waktu penelitian

dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Juni 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan Universitas Islam

(49)

Utara sebanyak 80 orang berdasarkan struktur organisasi Universitas Islam Sumatera

Utara dengan rincian sebagai berikut:

1. Rektor 1 Orang

2. Pembantu Rektor 4 Orang

3. Dekan 9 Orang

4. Pembantu Dekan 25 Orang

5. Ketua Program Studi 27 Orang

6. Pegawai 80 Orang

Oleh karena jumlah populasi relatif sedikit, maka metode pengambilan sampel

menggunakan metode sensus yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel (Erlina

dan Mulyani, 2007). Metode pengumpulan data menggunakan metode survei yakni

penggunaan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya

(Ghozali, 2006).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan

kuesioner, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (1999), kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam

penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah manajerial Universitas Islam

Sumatera Utara yang berjumlah 66 (enam puluh enam) orang dan pegawai

(50)

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer, menurut Indriantoro dan

Supomo (1999) “data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara)”. Prosedur

pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, di mana

kuesioner diantar sendiri oleh penulis dengan 1 tahap dan ditunggu selama 10 hari

kerja dengan pertimbangan kesibukan responden.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala

Likert yang diadopsi dan dimodifikasi dari beberapa peneliti sebelumnya. Kuesioner

ini menggunakan skor 5 poin yang terdiri dari:

skor 1 : sangat tidak setuju

skor 2 : tidak setuju

skor 3 : netral

skor 4 : setuju

skor 5 : sangat setuju

Kuesioner motivasi kerja diadopsi dan dimodifikasi dari Parek, Udai (1985)

dalam Mas’ud (2004). Kuesioner gaya kepemimpinan diadopsi dan dimodifikasi dari

Singh_Sengupta, Sunita (1997) dalam Mas’ud (2004). Kuesioner komunikasi

diadopsi dan dimodifikasi dari Mas’ud (2004). Kuesioner budaya organisais diadopsi

Gambar

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi kerja terhadap kinerja pegawai dan penelitian Cahyono (2012) menunjukkan bahwa gaya

Hasil uji F dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan, kedisiplinan kerja, kepuasan kerja dan motivasi kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa ketiga variabel yaitu motivasi kerja, pengalaman kerja dan gaya kepemimpinan memiliki pengaruh

Hasil estimasi terlihat bahwa, model pengaruh gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan kepuasan kerja terhadap disiplin kerja menghasilkan nilai R - square sebesar 0.81892

“Pengaruh Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai dengan Kepuasan Kerja Pegawai Sebagai Intervening Variabel Pada Dipertahortnakbun

Tujuan penelitian ini untuk melihat seberapa pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja dengan komitmen organisasi sebagai variabel intervening pada komisi

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Disiplin, Motivasi, Budaya organisasi, dan kecerdasan emosional terhadap Kinerja Pegawai Hasil uji hipotesis dengan uji simultan F test memperlihatkan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap