• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENGATURAN HUKUM OUTSORCING DI INDONESIA

D. Hak-Hak Normatif Pekerja Outsourcing

Salah satu tujuan pembagunan ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada pekerja/buruh dalam mewujudkan kesehjateraan, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 4 huruf c Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan.

Mengenai hak pekerja/buruh, sebagai sesuatu hal yang penting dalam rangka perlindungan pekerja/buruh, dalam peraturan perundang-undangan Ketenagakerjaan dan Kepmenakertrans No.Kep-102/Men/VI/2004 sudah cukup lengkap diatur, seperti berikut ini:

69

1. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 3 Undang-Undang No. 14 Tahun 1969, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja);

2. Setiap tenaga kerja memilki kesempatan yang sama tanpa diskrimisasi untuk memperoleh pekerjaan (Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan);

3. Hak setiap pekerja/buruh memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan);

4. Hak setiap tenaga kerja untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuanya melalui pelatihan kerja (Pasal 11 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan);

5. Hak setiap pekerja/buruh untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya (Pasal 12 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tntang Ketenagakerjaan);

6. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan ditempat kerja. (Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan);

7. Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga

sertifikasi. (Pasal 23 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan);

8. Setiap tenaga kerja mempuyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau diluar negri. (Pasal 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).89

9. Hak atas “uang lembur” pada hari istirahat mingguan dan hari besar bagi

tenaga kerja outsourcing, bahwa berdasarkan (Pasal 79 ayat (1) jo ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengusaha wajib member waktu istirahat mingguan kepada pekerja/buruh, masing-masing:

a. 1 (satu) hari untuk pola waktu kerja 6:1, dalam arti enam hari kerja dan satu hari istirahat mingguan;

b. 2 (dua) hari untuk pola waktu kerja 5:2, dalam arti lima hari kerja dan dua hari istirahat mingguan;

10.Hak upah kerja lembur pada hari istirahat mingguan dan hari libur resmi, bahwa berdasarkan (Pasal 11 huruf b dan huruf c Kepmenakertrans No.Kep-102/Men/VI/2004), yakni:

a. Pola 6:1, untuk 7 (tujuh) jam pertama = 2 x upah per-jam (UPJ), dan jam kedelapan = 3 x UPJ, serta (bila masih lanjut) jam Sembilan dan sepuluh = 4 x UPJ. Kecuali, bila lembur pada hari kerja terpendek, diperhitungkan mulai dari 5 (lima) jam pertama = 2 x UPJ, dan jam

89

71

keenam = 3 x UPJ, serta (bila masih berlanjut) jam ketujuh dan kedelapan = 4 x UPJ.

c. Pola 5:2 untuk 8 (delapan) jam pertama = 2 x UPJ, dan jam kesembilan = 3 x UPJ, (serta bila masih berlanjut) jam kesepuluh dan sebelas = 4 UPJ.

d. UPJ = 1/173 x upah (upah pokok dan tunjangan tetap). Namun, apabila komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka dasar UPJ, adalah nilai terbesar antara [upah pokok + tunjangan tetap] atau [75% x (upah pokok + tunjangan tetap + tunjangan tidak tetap)].

11.Memperoleh upah dan dan/atau upah kerja lembur apabila diperkerjakan melebihi waktu kerja normal, atau bekerja lembur pada hari istirahat mingguan atau hari libur resmi. (Pasal 1 angka 30 dan Pasal 78 ayat (2) jo Pasal 77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketengakerjaan)

12.Hak menunaikan ibadah (termasuk dalam jangka waktu yang lama) dengan hak upah. (Pasal 81 jo Pasal 84 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)

13.Hak untuk tidak bekerja pada saat (sakit) haid-khusus bagi wanita -, walaupun no work no pay. (Pasal 81 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)

14.Hak cuti hamil dan melahirkan (termasuk gugur kandungan) dengan hak upah. ( Pasal 82 jo Pasal 84 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan)

15.Hak dan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3), perlindungan moral dan kesusilaan serta perlakuaan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. (Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan jo Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja)

16.Hak jaminan sosial tenaga kerja. (Pasal 99 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo Pasal 3 ayat (2) jo Pasal 6 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

17.Berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja sesuai dengan ketentuan. (Pasal 104 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo Pasal 5 UU No. 21/2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh)

18.Hak mogok kerja sesuai prosedur. (Pasal 137 dan Pasal 138 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan)

19.Hak memperoleh “pesangaon” bila hubungan kerjanya PKWTT atau

dianggap dan memenuhi syarat PKWTT. (Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)

20.Hak atas bantuan hukum bagi tenaga kerja. ( Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Bantuan Hukum).90

Menurut Soepomo dalam Asikin dikutip oleh Abdul Hakim, perlindungan tenaga kerja dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni :

1. Perlindungan Ekonomis

90

Umar Kasim, Hak-hak Pekerja outsourcing, htpp///Umar kasim.hukum online.com/2013/03/05/hak-hak pekerja outsourcing (Diakses pada tanggal 22 februari 2015).

73

Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup, termasuk apabila tenaga kerja tersebut tidak mampu bekerja diluar kehendaknya.

2. Perlindungan Sosial

Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, kebebasan berserikat dan perlindungan untuk berorganisasi.

3. Perlindungan Teknis

Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.91

Perlindungan kerja sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan dan peraturan pelaksanannya bertujuan untuk menjamin berlangsungnya hubungan kerja yang harmonis antara pekerja/buruh dengan pengusaha tanpa disertai adanya tekanan-tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah. Oleh karena itu pengusaha yang secara sosio-ekonomi memiliki kedudukan yang kuat membantu melaksanakan ketentuan perlindungan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak- hak Normatif Pekerja outsourcing dalam Perjanjian PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dengan PT.Putra Tanjung Lestari adalah:

Berdasarkan Perjanjian kerjasama PT.Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dengan PT.Putra Tanjung Lestari dalam pengadaan tenaga kerja outsourcing, maka dapat diketahui secara terperinci yang menjadi hak-hak normatif pekerja outsourcing atau office boy sebagai berikut:

91

Abdul Hakim, Pengatar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung :PT.Citra Aditya Bakti,2003) hal. 61-62.

1. Pasal 2

Dokumen pendukung sebagai lampiran perjanjian yang dibuat dalam satu bagian atau lebih merupakan saling terkait satu sama lain dan dianggap sebagai satu kesatuan dengan perjanjian ini, antara lain:

a. Biaya outsourcing untuk pengolahan office boy selam satu (1) tahun fiskal.

b. Salinan surat izin operasional penyedia jasa Tenaga Kerja dari instansi pemerintah untuk Pihak Kedua.

c. Salinan perjanjian kerja antara Tenaga Kerja dengan Pihak Kedua. Salinan tersebut harus diserahkan Pihak Kedua kepada Pihak Pertama selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah perjanjian ini ditandatangani. Isi dari perjanjian kerja meliputi tetapi tidak terbatas pada syarat adanya pengalihan perlindungan hak-hak bagi tenaga kerja kepada perusahaan penyedia jasa pekerja lain.

2. Pasal 3

Tenaga Kerja merupakan karyawan dari Pihak Kedua, dan hubungan kerja yang terjadi adalah antara Tenaga Kerja dengan Pihak Kedua, sehingga perlindungan upah dan kesehjahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggungjawab sepenuhnya Pihak Kedua.

3. Pasal 6 ayat (3)

Pihak Kedua mengatur jam kerja, lokasi kerja, jadwal cuti, menyelenggarakan rapat bulanan dengan Tenaga Kerja dan rapat tersebut dapat dihadiri oleh Pihak Pertama.

75

4. Pasal 7 ayat (1)

Pihak Petama akan membayar biaya pengelolaan sebesar Rp. 71.290.500,- (Tujuh Puluh Satu Juta Dua Ratus Sembilan Puluh Ribu Lima Ratus Rupiah) perbulan atau Rp. 855.486.000,- (Delapan Ratus Lima Puluh Lima Juta Empat Ratus Delapan Puluh Enam Ribi Rupiah) pertahun kepada Pihak Kedua. Perincian tentang pembiayaan ini seperti tercantum dalam lampiran terhadap dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

Ayat (2)

Biaya pegelolaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas dapat berubah nilainya apabila adanya perubahan jumlah Tenaga Kerja dan perubahan nilai Upah Minimum Kabupaten Batu Bara.

Ayat (3)

Biaya pengelolaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas akan ditinjau ulan setiap tahun selama masa berlakunya perjanjian ini, dan jika dilakukan ulang atas biaya pengeloaan, maka harus dibuat dalam satu addendum perjanjian yang dibubuhi materai dan ditandatangani oleh Para Pihak, addendum yang telah ditandatangani Para Pihak tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

Setelah Addendum Perjanjian No. SEX-GA-42-0513 5. Pasal 7

Pihak Pertama akan membayar biaya pengolahan sebesar Rp. 646.608.000,-(Enam Ratus Empat Puluh Enam Juta Enam Ratus Delapan Ribu Rupiah) dan Jamsostek sebesar Rp. 31.164.000,- (Tiga Puluh Satu Juta Seratus

Enam Puluh Empat Ribu Rupiah) untuk periode Mei 2014 sampai dengan Januari 2015. Perincian tentang pembiayaan ini seperti tercantum dalam lampiran terhadap dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

6. Pasal 10 ayat (2)

Membayar upah dan hak-hak Tenaga Kerja tepat pada waktunya. Ayat (3)

Menyediakan formulir daftar hadir, cuti, dan formulir-formulir lain yang diperlukan bagi Tenaga Kerja.

Ayat (4)

Memberikan cuti 1 (satu) hari kerja bagi pekerja yang telah bekerja selama satu (1) bulan.

Ayat (5)

Menyelesaiakan sendiri segala perselisihan yang timbul dengan Tenaga Kerja tanpa melibatkan pihak pertama.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja maka dapat diketahui status tenaga kerja outsourcing PT.Putra Tanjung Lestari dengan PT.Indonesia Asahan Aluminium (Persero) antara lain:

1. Sesuai dengan Pasal 77 ayat 2 Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003, bahwa waktu kerja adalah: a.7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1(satu) minggu. Berhubungan dengan Pasal 10 ayat (3) Surat perjanjian kerjasama

77

PT.Indonesia Asahan Aluminium (Persero) secara eksplisit telah menyediakan formulir daftar hadir, cuti, dan formulir-formulir lain yang diperlukan tenaga kerja.

2. Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 (empat) ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, perusahaan harus mengikutsertakan pekerja untuk menggunakan program jamsostek. Berdasarkan Pasal 7 surat perjanjian tenaga kerja, PT.Indonesia Asahan Aluminium (Persero) telah membayar biaya pengolahan dan jamsostek sebesar Rp.31.164.000, (Tiga Puluh Satu Juta Seratus Enam Puluh Empat Ribu Rupiah).

3. Berdasarkan Pasal 79 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama 12 bulan secara terus menerus. Sebanding dengan Pasal 10 ayat (4) surat perjanjian PT.Indonesia Asahan Aluminium (Persero) memberikan cuti 1 (satu) hari kerja bagi pekerja selama satu bulan.

Dokumen terkait