TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hakekat Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.
Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6).
Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini (PAUD).
8
Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS).
Maleong dalam (Harun, 2009: 43) menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun;
kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PAUD sejenis (SPS) usia 0-6 tahun.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui lingkungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.
9 b. Karakteristik Anak Usia 4-5 Tahun
Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan banyak cara dan berbeda. Kartini Kartono (1990: 109) menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik 1) bersifat egosentris naif, 2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, 3) ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, 4) sikap hidup yang fisiognomis, yaitu anak secara langsung memberikan atribut/sifat lahiriah atau materiel terhadap setiap penghayatannya.
Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Sofia Hartati (2005: 8-9) sebagai berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensial untuk belajar, 5) memiliki sikap egosentris, 6)memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, 7) merupakan bagian dari mahluk sosial.
Sementara itu, Rusdinal (2005: 16) menambahkan bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun adalah sebagai berikut: 1) anak pada masa praoperasional, belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat, 2) anak suka menyebutkan nama-nama benda yang ada di sekitarnya dan mendefinisikan kata, 3) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat, 4) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik.
10
Secara lebih rinci, Syamsuar Mochthar (1987: 230) mengungkapkan tentang karakteristik anak usia dini, adalah sebagai berikut:
1) Anak usia 4-5 tahun
(a) Gerakan lebih terkoordinasi (b) Senang bermain dengan kata
(c) Dapat duduk diam dan menyelesaikan tugas dengan hati-hati (d) Dapat mengurus diri sendiri
(e) Sudah dapat membedakan satu dengan banyak 2) Anak usia 5-6 tahun
(a) Gerakan lebih terkontrol
(b) Perkembangan bahasa sudah cukup baik (c) Dapat bermain dan berkawan
(d) Peka terhadap situasi sosial
(e) Mengetahui perbedaan kelamin dan status (f) Dapat berhitung 1-10
Anak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki Taman Kanak- kanak. Karakteristik anak 4- 6 tahun adalah: 1) Perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan sehingga dapat membantu mengembangkan otot- otot anak, 2) Perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya, 3) Perkembangan kognitif ( daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan rasa keingintahuan anak terhadap
11
lingkungan sekitar. Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya, 4) Bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun dilakukan anak secara bersama- sama(Hibama S Rahman, 2002:
43).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa usia 4-5 tahun disebut juga sebagai masa usia berkelompok, dimana pada usia ini anak tumbuh untuk mempelajari dasar-dasar berperilaku sosial dan mengetahui keadaan lingkungannya. Pada usia ini berbagai bentuk kreativitas dalam bermain mulai muncul dan meningkat seiring dengan rasa ingin tahunya yang begitu besar.
2. Hakekat Menulis Permulaan a. Pengertian Menulis Permulaan
Menulis adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan sesuatu, baik berupa ide ataupun gagasan kepada orang lain atau pembaca yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tulisan.
Ahmadi (1990:38) bahwa menulis ialah belajar berfikir dengan cara tertentu. Kegiatan menulis memang merupakan kagiatan yang unik. Tidak setiap orang yang sudah menguasai kaidah-kaidah bahasa dengan sendirinya secara linier akan terampil menulis. Kegiatan menulis harus mempertimbangkan bahasa, sosial, dan logika. Tanpa memperhatikan hal tersebut, tulisan itu tidak komunikatif.
12
Selain itu, ketika menulis pun harus menguasai prinsip-prinsip menulis dan berfikir yang dapat membantumencapai tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.
Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan dalam Semi (2007:14).
Sedangkan menurut Tarigan (2008:22), menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan, Suparno (2008:1.3).
Menurut Tarigan (2008:22), menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir. Juga dapat menolong kita berfikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita
13
merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
Menulis pada dasarnya bukan hanya sekedar menuangkan bahasa ujaran ke dalam sebuah tulisan, tapi merupakan mekanisme curahan ide, gagasan atau ilmu yang dituliskan dengan struktur yang benar, berkolerasi dengan baik antar paragraph dan bahasa dari kesalahan-kesalahan mekanik seperti ejaan dan tanda baca dalam Alwasilah (2005:43).
Penyempurnan definisi di atas, Tarigan (1981:42) mengatakan menulis adalah akumulasi dari beberapa paragraph yang tersusun dengan sistematis, koheren, unity, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup, ada progresi, semuanya membicarakan sesuatu serta tertulis dalam bahasa yang sempurna.
Jenis-jenis tulisan : (1) Tulisan narasi, bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa. (2) Tulisan Naratif Aristik, yaitu paragraf yang menyajikan sejumlah pengalaman estetis dengan tujuan untuk menghibur pembacanya. Naratif Internasional, yaitu tulisan yang menyajikan sejumlah pernyataan faktual, informasi dan pengetahuan. (3) Tulisan Eksposisi, yaitu tulisan yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek dengan sejelas-jelasnya.(4)Tulisan argumentasi yang mengemukakan alasan. (5) Tulisan persuasif bersifat ajakan, bujukan atau nasihat.
14
Fungsi Menulis: melukiskan, memberi petunjuk. memerintahkan, mengingat, dan berkorespondensi. Membaca, menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah dasar, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna.
Jadi dapat disimpulkan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan lambang-lambang bahasa dalam menyampaikan sesuatu. Menulis juga harus mempertimbangkan bahasa, sosial, dan logika. Menulis dapat melahirkan pikiran atau perasaan. Menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan, merupakan mekanisme curahan ide, gagasan atau ilmu yang dituliskan dengan struktur yang benar. Akumulasi dari beberapa paragraph yang tersusun dengan sistematis, karena itu menulis mempunyai fungsi melukiskan, memberi petunjuk memerintahkan, mengingat dan berkorenspondesi.
b. Tahapan Perkembangan Menulis
Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dari bahasa lisan ke dalam suatu bentuk goresan atau coretan. Kegiatan awal menulis
15
dimulai ketika anak pura-pura menulis di atas kertas, pasir atau media lainnya dalam bentuk coret-coretan sampai anak mampu menirukan bentuk tulisan yang sesungguhnya.
Secara umum anak sudah melakukan kegiatan menulis sebelum ia masuk sekolah atau sebelum ia menerima pembelajaran menulis secara formal disekolah. Hal ini dapat dilihat pada waktu anak melihat alat tulis, Secara spontan ia akan menggunakan alat tulis tersebut untuk menulis, walaupun yang dibuat anak hanya merupakan coretan yang tidak jelas coretan benang kusut.
Sejumlah peneliti telah memberikan uraian berkaitan dengan perkembangan menulis anak pada usia dini (Clay. 1975, Dyson, 1985, Sulzby, 1986 Teale, 1986 Vulkelich & Goiden, 1984) dan para peneliti tersebut bersepakat bahwa perkembangan kemampuan menulis terbagi kedalam beberapa tahap, akan tetapi tahapan-tahapan tersebut tidak dapat dipisahkan secara tegas karena bersifat saling bersentuhan.
Tahapan kemampuan menulis anak adalah sebagai berikut : 1) Tahapan mencoret, usia 2,5 – 3 tahun. Pada tahap ini, kegiatan
menulis yang dilakukan anak hanya berbentuk coretan yang tidak memiliki bentuk hanya menyerupai tarikan garis ke atas dan ke bawah,
2) Tahap menulis melalui menggambar, usia 3 – 3,5 tahun. Pada masa ini, kegiatan menulis yang dilakukan anak melalui kegiatan
16
menggambar. Hal ini disebabkan karena anak menganggap kegiatan menggambar sama dengan kegiatan menulis dan anak menganggap bahwa dengan membuat gambar berarti ia telah menuliskan pesannya kepada orang lain.
3) Tahap menulis melalui membentuk gambar seperti huruf, usia 4 tahun. Pada tahap ini, secara sepintas apa yang digambar anak menyerupai bentuk suatu huruf. Akan tetapi, apabila diperhatikan lebih cermat maka yang dibuat anak bukannya huruf akan tetapi suatu kreasi atau gambar.
4) Tahap menulis dengan membuat huruf yang telah dipelajari, usia 4 tahun. Pada masa ini, anak mulai menuliskan huruf-huruf yang dipelajarinya sesuai dengan urutannya, seperti menuliskan huruf – huruf yang membentuk namanya.
5) Tahap menulis melalui kegiatan menemukan ejaan, usia 4,5 tahun.
Pada tahap ini, anak berusaha menemukan ejaan dan membuat kata dari huruf-huruf yang diejanya. Kegiatan ini dilanjutkan anak dengan kegiatan menulis, yaitu menuliskan huruf yang diejanya menjadi berbagai kata yang diinginkan anak
6) Tahap menulis melalui mengeja, usia di atas 5 tahun. Pada masa ini kemampuan menulis anak sudah sama dengan kemampuan menulis orang dewasa.
Jadi dapat disimpulkan tahapan perkembangan menulis awal adalah tahapan mencoret, tahapan menulis melalui gambar, tahapan
17
membentuk gambar, dapat membuat huruf yang telah dipelajari, tahap menulis melalui kegiatan menemukan ejaan, tahapan menulis melalui mengeja.
Adapun menurut pendapat beberapa ahli lainnya, menulis membutuhkan perkembangan kemampuan lebih lanjut dari membaca.
Perkembangan yang dikemukakan oleh Temple, Nathan, burns, cly, Ferreiro dan Teberosky dalam Brewer (1992), oleh jalongo ,tahapan perkembangan menulis anak adalah:
1) Tahap Mencoret atau Membuat Goresan (Scible stage)
Pada tahap ini, anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulisnya. Mereka mulai belajar tentang bahasa tertulis dan bagaimana mengerjakan tulisan tersebut. Anak membuat coret- coretan acak (tidak teratur), tahap coretan-coretan seringkali digabungkan seolah-olah coretan itu tidak pernah lepas dari kertas. Orang tua dan guru pada tahap mencoret seharusnya menyediakan jenis-jenis bahan untuk menulis seperti pensil, spidol, buku, kertas dan krayon anak menganggap goresan tersebut sebagai tulisan.
2) Tahap Pengulangan secara Linear (Linear repetitive stage)
Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah tahap pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang mendatar (horizontal) ataupun garis tegak lurus. Dalam tahap ini, anak berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu
18
yang besar mempunyai tali yang panjang dari pada kata yang merujuk pada sesuatu hal yang kecil.
3) Tahap Menulis secara random/acak (Random letter stage)
Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu tulisan dan menggunakan itu semua agar dapat mengulang berbagai kata dan kalimat. Anak-anak menghasilkan garis yang berisi pesan yang tidak mempunyai keterkaitan pada suatu bunyi dari berbagai kata.
4) Tahap Berlatih Huruf (Menyebutkan Huruf-huruf)
Kebanyakan anak-anak, biasanya sangat tertarik huruf-huruf yang membentuk nama mereka sendiri.
5) Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter-Name Writing OrPhonetic Writing
Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Misalnya mereka menulis “kamu” dengan tulisan “u”. Anak senang menuliskan nama pendek panggilan mereka sendiri melalui contoh yang mereka lihat dengan huruf-huruf besar atau kecil.
Mereka mulai menghadirkan berbagai kata dengan suatu bentuk grafik yang secara refleks menunjukkan tentang apa yang didengar.
Dalam contoh ini, dengan mudah melihat anak-anak
19
mengungkapkan kata saya dengan “Y” atau kata keluarga dengan
“ga”. Semakin berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuannya dalam berkomunikasi dengan orang lain, akan memiliki dampak terhadap perkembangan fungsi kognitifnya.
Kemampuan mengkomunikasikan sesuatu seperti nama benda, orang atau binatang dengan menggunakan kosa kata yang banyak dan teratur akan mencerminkan kamampuan berfikir anak tentang hal tersebut.
6) Tahap Menyalin Kata-kata Yang Ada di Lingkungan.
Anak-anak menyukai menyalin kata-kata yang terdapat pada poster di dinding atau dari kantong kata sendiri.
7) Tahap Menemukan Ejaan
Anak usia 5-6 tahun telah menggunakan konsonan awal (L untuk Love). Konsonan awal, tengah, dan akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus.
8) Tahap Ejaan sesuai ucapan
Anak mulai dapat mengeja suatu tulisan berupa kata-kata yang dikenalnya sesuai dengan ucapan yang didengarnya.
Untuk mengembangkan kemampuan dan menumbuhkan keinginan akan menulis, maka orang tua dan guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan kegiatan menulis tersebut.
20
Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap kemampuan menulis yang telah dimiliki oleh anak akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Normalnya semakin berkembang usia anak, perkembangan menulis anak akan semakin meningkat.
3. Konsep Media Pembelajaran Anak Usia Dini