UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA STYROFOAM
(Anak Usia 4-5 Tahun di Paud Sarlitha Cempaka Putih)
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Nama : Sulastri NIM : 2012817017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
ii UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Skripsi Agustus 2018
Sulastri (2012817017)
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA STYROFOAM
xix+ 66 hal, 9 tabel, 4 gambar, 3 grafik, 2 bagan dan 16 lampiran ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang peningkatan kemampuan menulis permulaan anak usia 4-5 tahun melalui penggunaan media styrofoam. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Sarlitha Jl. Cempaka Peutih Barat XXI RT/RW 014/05 Cempaka Putih Jakarta Pusat dengan jumlah murid pada Tahun Pelajaran 2016/2017. Metode penelitian yang dipakai menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart.
Penelitian tindakan Kelas ini melalui tahapan sebagai berikut, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Target pencapaian dalam penelitian ini adalah 75%. Penelitian ini telah memperoleh hasil yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis permulaan anak terlihat dari data presentase setiap siklusnya. Kemampuan menulis permulaan dari 14 anak, pada pra siklus nilai rata-ratanya 40%. Sedangkan dari 14 anak, pada siklus I nilai rata-rata menjadi 64%. Kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 81%. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan media styrofoam dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan anak usia 4-5 tahun dapat dikatakan berhasil.
Kata Kunci: Kemampuan Menulis Permulaan, Anak Usia 4-5 Tahun, Media Styrofoam Daftar Pustaka 16 (1981-2008)
iii
iv
v
vi
vii
viii PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK
Suami , Anak dan mertua tercinta yang telah banyak memberikan contoh dan motivasi untuk menjadi manusia yang lebih baik. Almarhumah Ibu dan Bapak, adik dan kakak yang telah banyak mendoakan.
Teman-teman seperjuangan UMJ-PGPAUD 2102 yang telah banyak memberikan dorongan penyelesaian skropsi ini
ix
MOTTO
(Qs. Arrahman Ayat : 60)
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil'alamiin, tak henti-hentinya rasa Puji dan Syukur peneliti panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi atas segala kemudahan, kekuatan, rahmat dan hidayah Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan di PAUD Sarlitha Cempaka Putih Jakarta.
Sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi akhir zaman kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang banyak memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dalam proses penyelesaian pembuatan skripsi ini, Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Iswan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Dr. Diah Andika Sari, M.Pd, selaku Ketua Prodi PG-PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Dr. Munifah Bahfen, M.Pd, selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas segala saran, masukan dan juga kesabaran selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Para Dosen dan karyawan Fakultas Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
5. Kepala Sekolah PAUD Sarlitha Cempaka Putih yang sudah berkenan mengijinkan tempat guna kelancaran penelitian.
6. Teman-teman seperjuangan dan juga karyawan di PAUD Sarlitha Cempaka Putih Jakarta Pusat.
7. Mertua, anak, dan suami tersayang yang banyak memberikan do'a, kesabaran dan dukungan baik moril maupun materi.
8. Seluruh teman-teman PG-PAUD UMJ Angkatan 2012 yang banyak memberikan inspirasi kepada peneliti selama perkuliahan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama para pendidik (guru) dalam perbaikan proses belajar mengajar di sekolah masing-masing demi kemajuan bangsa dan negara.
Jakarta, Agustus 2018
Sulastri
xi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
PAKTA INTEGRITAS ... v
PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
MOTTO ... viii
KATA PENGANTAR ... ix\
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN A. . Latar Belakang Masalah ... 1
B. . Fokus Penelitian ... 5
C. . Perumusan Masalah ... 5
D. . Tujuan Penelitian ... 5
E. . Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. . Kajian Teori ... 7
1. Hakekat Anak Usia Dini ... 7
a. . Pengertian Anak Usia Dini ... 7
b. . Karaktersitik Anak Usia Dini ... 9
2. Hakekat Menulis Permulaan ... 11
a. . Pengertian Menulis Permulaan ... 11
b. . Tahapan Menulis Permulaan ... 15
3. Konsep Media Pembelajaran AUD ... 21
xii
a. . Pengertian Media Pembelajaran AUD ... 22
b. . Tujuan Media Pembelajaran ... 23
c. . Fungsi Media Pembelajaran ... 23
d. . Media Styrofoam ... 25
B. Kerangka Berfikir ... ... 27
C. . Hipotesis Tindakan ... 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. . Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
1. Tempat Penelitian ... 29
2. Waktu Penelitian ... 29
B. . Metode Penelitian ... 30
C. . Prosedur Penelitian ... 30
D. . Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 32
E. . Desain dan Prosedur Tindakan ... 34
F. . Teknik Pengambilan Data ... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. . Deskripsi Hasil Penelitian ... 49
1. Data Pra Siklus ... 50
2. Data Siklus I ... 52
3. Data Siklus II ... 59
B. . Pembahasan ... 65
1. Analisis Data ... 65
a. . Analisis Data Siklus I ... 65
b. Analisis Data Siklus II ... 67
xiii
c. . Interpretasi Hasil Penelitian ... 69
BAB V. PENUTUP A. . Kesimpulan ... 71
B. . Implikasi ... 71
C. . Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 74
xiv DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 30
Tabel 3.2 Persentasi Kemampuan Menulis Permulaan ... 33
Tabel 3.2 Jadwal Perencanaan Tindakan Siklus ... 35
Tabel 3.3 Satuan Perencanaan Tindakan Siklus...37
Tabel 3.4 Satuan Perencanaan Siklus II ... 41
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Menulis Permulaan ... 47
Tabel 3.6 Instrumen Kemunculan K. Men. Permulaan ... 47
Tabel 4.1 Hasil Observasi Pra Siklus ... ... 51
Tabel 4.2 Hasil Observasi Siklus 1 ... ... 56
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus 2 ... ... 62
Tabel 4.4 Rekapitulasi Rata-rata dan Presentase... ... 66
Tabel 4.5 Rekapitulasi Berdasarkan Indikator... ... 67
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Penelitian Akhir ... ... 68
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kegiatan Siklus 1 ... ... 58 Gambar 4.2 Kegiatan Siklus 2... ... 64
xvi DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1Hasil Presentase Siklus I... ... 52 Grafik 4.2 Hasil Observasi Siklus II... ... 63
xvii DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Model Penelitian Kemmis dan Mc Taggart ... ... 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan anugerah terbesar dan terindah bagi orang tua. Anak adalah buah hati orang tua yang kelak menjadi tumpuan dan harapan. Untuk mewujudkan harapan, orang tua berusaha memberikan segala yang terbaik untuk anaknya terutama pendidikan. Dengan memberikan pendidikan yang terbaik diharapkan anak akan berkembang pengetahuannya dan menjadi orang yang berguna. Banyak orang tua yang mulai memahami bahwa pendidikan yang terbaik harus dimulai sejak dini.
Anak didik Taman Kanak-kanak sedang mengalami pertumbuhan, terutama pertumbuhan jasmani yang sangat pesat. Dalam beberapa bulan saja, tinggi dan berat badannya bertambah dengan cepat. Secara jelas hal tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan motorik, koordinasi otot-otot dan kecepatan jasmaniahnya menunjukkan kemajuan-kemajuan yang mencolok.
Pertumbuhan keterampilan motorik, baik motorik kasar maupun halus pada anak, tidak akan berkembang melalui kematangan begitu saja, melainkan juga keterampilan itu harus dipelajari.
Perkembangan keterampilan motorik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan harus
2
dipelajari secara individu dan sebaiknya keterampilan dipelajari satu-demi satu. Apabila salah satu faktor tersebut tidak ada, maka perkembangan keterampilan jasmani anak akan berada di bawah kemampuannya. Sebagai contoh, bila anak pada awal menggunakan atau memegang pensil di sekolah tidak ada bimbingan yang diberikan oleh guru, maka keterampilan tersebut akan dipelajarinya lebih lambat dan kurang efisien bila dibandingkan dengan anak yang sejak awal mendapatkan bimbingan dari guru.
Anak yang tanpa bimbingan pada awal menggunakan atau memegang pensil, karena tidak tahu caranya, kemungkinan anak tidak dapat menulis lebih besar. Pengembangan fisik/motorik merupakan salah satu pengembangan kemampuan dasar di TK. Bahan kegiatan fisik/motorik mencakup kegiatan yang mengarah pada kegiatan untuk melatih motorik kasar dan halus
Pengembangan motorik halus anak dilakukan melalui olah tangan dengan menggunakan alat/media kreatif seperti kuas, pensil, kertas, gunting, tanah liat, plastisin, busa, dan lain-lain Dengan menggunakan media kreatif tersebut anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat melatih otot-otot tangan dan koordinasi, mata, pikiran dengan tangannya.
Agar kegiatan pengembangan fisik/motorik dapat terlaksana dengan baik, maka anak didik dituntut memiliki perhatian dan daya tangkap yang baik pula, seperti kecepatan bereaksi, kesanggupan kerja sama, disiplin, jujur, dan lain-lain sesuai dengan kemampuan anak didik.
3
Masih banyak anak-anak TK yang tidak dapat memegang pensil dengan baik dan benar, karena kurangnya stimulus pada otot-otot jari tangan. Akibatnya kemampuan menulis pada anak tidak berkembang sebagaimana mestinya dan tidak optimal. Kemampuan menulis setiap anak berbeda-beda, ada anak-anak yang dapat dengan cepat menulis dan memegang pensil dengan baik dan benar, ada pula anak yang lambat dalam menulis dan tidak dapat memegang pensil dengan baik, karena otot-otot jari tangannya masih kaku.
Banyak hal yg dapat dilakukan oleh guru anak usia dini dalam memberikan pelatihan dan bimbingan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis awal, salah satunya adalah dengan cara memberikan permainan meniru tulisan, agar perkembangan motorik halus anak dapat terstimulasi dengan baik , sehingga mampu serta percaya diri untuk dapat memegang pensil dan dapat menulis dengan baik
Permasalahan yang dihadapi guru di sekolah Paud Sarlitha yaitu Berdasarkan observasi sementara ditemukan faktor-faktor penyebab munculnya masalah yaitu: metode yang diterapkan oleh guru kurang variatif dan tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga pembelajaran di sekolah menjadi kurang diminati oleh anak dan akibatnya kurang aktif.
Penyebab lainnya yaitu anak yang kemampuan menulisnya masih kurang karena tidak dapat memegang pensil dengan benar dan tidak distimulus dengan baik penyebab lainnya lagi adalah kurangnya orang tua memberikan latihan menulis pada saat di rumah. Untuk membantu
4
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan kemampuan menulis anak di sekolah, maka permainan meniru tulisan dipilih sebagai solusi dalam mengatasi kurangnya kemampuan menulis pada anak.
Dalam permainan meniru tulisan ini anak diajarkan untuk mengenal tulisan yang ditulisnya sendiri. Selain. itu untuk menambah perbendaharaan kosa kata. Permainan meniru tulisan tersebut dapat juga merangsang kecerdasan dan motorik halus anak, sehingga akan dengan mudah memegang pensil dengan baik dan benar.Di usia dini, anak sangat kritis belajar menulis, anak-anak memerlukan dorongan, rangsangan dan penyemangat agar dapat terlibat dalam setiap kegiatan menulis.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Melalui Penggunaan Media Styrofoam Di Paud Sarlitha Cempaka Putih.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini difokuskan pada peningkatan kemampuan menulis permulaan pada anak usia 4-5 tahun melalui penggunaan media steoroam di PAUD Sarlitha Cempaka Putih Jakarta Pusat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
5
1. Apakah melalui penggunaan media steorofaom dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan anak usia 4-5 tahun di PAUD Sarlitha Cempaka Putih Jakarta Pusat?
2. Permainan menggunakan media steorofoam seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan menulis permulaan?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis permulaan pada anak usia 4-5 di PAUD Sarlitha.
2. Untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan menulis permulaan melalui penggunaaan media steorofoam di PAUD Sarlitha.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan dalam pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis
Dapat memberikan pemahaman dan masukan kepada orang tua, guru dan masyarakat untuk mengembangkan potensi anak dengan membentuk kondisi atau iklim pembelajaran yang variaif, yaitu belajar seraya bermain dengan permainan meniru tulisan
2. Kegunaan praktis
6
a. Untuk anak , anak dapat melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan dan melatih keberanian.
b. Untuk orang tua, dapat menambah khasanah ilmu dan memperkaya pengetahuan serta pemahaman tentang peningkatan kemampuan menulis anak melalui permainan meniru tulisan
c. Untuk sekolah /pendidik, dapat memberikan masukan dan saran agar dapat merancang dan mengelola suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak melalui permainan meniru tulisan yang sesuai dengan kegiatan dan kebutuhan, minat, kemampuan anak, serta, lingkungannya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Hakekat Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.
Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6).
Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini (PAUD).
8
Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS).
Maleong dalam (Harun, 2009: 43) menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun;
kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PAUD sejenis (SPS) usia 0-6 tahun.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui lingkungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.
9 b. Karakteristik Anak Usia 4-5 Tahun
Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan banyak cara dan berbeda. Kartini Kartono (1990: 109) menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakteristik 1) bersifat egosentris naif, 2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, 3) ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas, 4) sikap hidup yang fisiognomis, yaitu anak secara langsung memberikan atribut/sifat lahiriah atau materiel terhadap setiap penghayatannya.
Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Sofia Hartati (2005: 8-9) sebagai berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensial untuk belajar, 5) memiliki sikap egosentris, 6)memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek, 7) merupakan bagian dari mahluk sosial.
Sementara itu, Rusdinal (2005: 16) menambahkan bahwa karakteristik anak usia 5-7 tahun adalah sebagai berikut: 1) anak pada masa praoperasional, belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat, 2) anak suka menyebutkan nama-nama benda yang ada di sekitarnya dan mendefinisikan kata, 3) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat, 4) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik.
10
Secara lebih rinci, Syamsuar Mochthar (1987: 230) mengungkapkan tentang karakteristik anak usia dini, adalah sebagai berikut:
1) Anak usia 4-5 tahun
(a) Gerakan lebih terkoordinasi (b) Senang bermain dengan kata
(c) Dapat duduk diam dan menyelesaikan tugas dengan hati-hati (d) Dapat mengurus diri sendiri
(e) Sudah dapat membedakan satu dengan banyak 2) Anak usia 5-6 tahun
(a) Gerakan lebih terkontrol
(b) Perkembangan bahasa sudah cukup baik (c) Dapat bermain dan berkawan
(d) Peka terhadap situasi sosial
(e) Mengetahui perbedaan kelamin dan status (f) Dapat berhitung 1-10
Anak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki Taman Kanak- kanak. Karakteristik anak 4- 6 tahun adalah: 1) Perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan sehingga dapat membantu mengembangkan otot- otot anak, 2) Perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya, 3) Perkembangan kognitif ( daya pikir) sangat pesat ditunjukkan dengan rasa keingintahuan anak terhadap
11
lingkungan sekitar. Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya, 4) Bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun dilakukan anak secara bersama- sama(Hibama S Rahman, 2002:
43).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa usia 4-5 tahun disebut juga sebagai masa usia berkelompok, dimana pada usia ini anak tumbuh untuk mempelajari dasar-dasar berperilaku sosial dan mengetahui keadaan lingkungannya. Pada usia ini berbagai bentuk kreativitas dalam bermain mulai muncul dan meningkat seiring dengan rasa ingin tahunya yang begitu besar.
2. Hakekat Menulis Permulaan a. Pengertian Menulis Permulaan
Menulis adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan sesuatu, baik berupa ide ataupun gagasan kepada orang lain atau pembaca yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tulisan.
Ahmadi (1990:38) bahwa menulis ialah belajar berfikir dengan cara tertentu. Kegiatan menulis memang merupakan kagiatan yang unik. Tidak setiap orang yang sudah menguasai kaidah-kaidah bahasa dengan sendirinya secara linier akan terampil menulis. Kegiatan menulis harus mempertimbangkan bahasa, sosial, dan logika. Tanpa memperhatikan hal tersebut, tulisan itu tidak komunikatif.
12
Selain itu, ketika menulis pun harus menguasai prinsip-prinsip menulis dan berfikir yang dapat membantumencapai tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.
Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan dalam Semi (2007:14).
Sedangkan menurut Tarigan (2008:22), menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan, Suparno (2008:1.3).
Menurut Tarigan (2008:22), menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir. Juga dapat menolong kita berfikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita
13
merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
Menulis pada dasarnya bukan hanya sekedar menuangkan bahasa ujaran ke dalam sebuah tulisan, tapi merupakan mekanisme curahan ide, gagasan atau ilmu yang dituliskan dengan struktur yang benar, berkolerasi dengan baik antar paragraph dan bahasa dari kesalahan-kesalahan mekanik seperti ejaan dan tanda baca dalam Alwasilah (2005:43).
Penyempurnan definisi di atas, Tarigan (1981:42) mengatakan menulis adalah akumulasi dari beberapa paragraph yang tersusun dengan sistematis, koheren, unity, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup, ada progresi, semuanya membicarakan sesuatu serta tertulis dalam bahasa yang sempurna.
Jenis-jenis tulisan : (1) Tulisan narasi, bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa. (2) Tulisan Naratif Aristik, yaitu paragraf yang menyajikan sejumlah pengalaman estetis dengan tujuan untuk menghibur pembacanya. Naratif Internasional, yaitu tulisan yang menyajikan sejumlah pernyataan faktual, informasi dan pengetahuan. (3) Tulisan Eksposisi, yaitu tulisan yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek dengan sejelas- jelasnya.(4)Tulisan argumentasi yang mengemukakan alasan. (5) Tulisan persuasif bersifat ajakan, bujukan atau nasihat.
14
Fungsi Menulis: melukiskan, memberi petunjuk. memerintahkan, mengingat, dan berkorespondensi. Membaca, menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah dasar, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi- bunyi bermakna.
Jadi dapat disimpulkan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan lambang-lambang bahasa dalam menyampaikan sesuatu. Menulis juga harus mempertimbangkan bahasa, sosial, dan logika. Menulis dapat melahirkan pikiran atau perasaan. Menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan, merupakan mekanisme curahan ide, gagasan atau ilmu yang dituliskan dengan struktur yang benar. Akumulasi dari beberapa paragraph yang tersusun dengan sistematis, karena itu menulis mempunyai fungsi melukiskan, memberi petunjuk memerintahkan, mengingat dan berkorenspondesi.
b. Tahapan Perkembangan Menulis
Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dari bahasa lisan ke dalam suatu bentuk goresan atau coretan. Kegiatan awal menulis
15
dimulai ketika anak pura-pura menulis di atas kertas, pasir atau media lainnya dalam bentuk coret-coretan sampai anak mampu menirukan bentuk tulisan yang sesungguhnya.
Secara umum anak sudah melakukan kegiatan menulis sebelum ia masuk sekolah atau sebelum ia menerima pembelajaran menulis secara formal disekolah. Hal ini dapat dilihat pada waktu anak melihat alat tulis, Secara spontan ia akan menggunakan alat tulis tersebut untuk menulis, walaupun yang dibuat anak hanya merupakan coretan yang tidak jelas coretan benang kusut.
Sejumlah peneliti telah memberikan uraian berkaitan dengan perkembangan menulis anak pada usia dini (Clay. 1975, Dyson, 1985, Sulzby, 1986 Teale, 1986 Vulkelich & Goiden, 1984) dan para peneliti tersebut bersepakat bahwa perkembangan kemampuan menulis terbagi kedalam beberapa tahap, akan tetapi tahapan-tahapan tersebut tidak dapat dipisahkan secara tegas karena bersifat saling bersentuhan.
Tahapan kemampuan menulis anak adalah sebagai berikut : 1) Tahapan mencoret, usia 2,5 – 3 tahun. Pada tahap ini, kegiatan
menulis yang dilakukan anak hanya berbentuk coretan yang tidak memiliki bentuk hanya menyerupai tarikan garis ke atas dan ke bawah,
2) Tahap menulis melalui menggambar, usia 3 – 3,5 tahun. Pada masa ini, kegiatan menulis yang dilakukan anak melalui kegiatan
16
menggambar. Hal ini disebabkan karena anak menganggap kegiatan menggambar sama dengan kegiatan menulis dan anak menganggap bahwa dengan membuat gambar berarti ia telah menuliskan pesannya kepada orang lain.
3) Tahap menulis melalui membentuk gambar seperti huruf, usia 4 tahun. Pada tahap ini, secara sepintas apa yang digambar anak menyerupai bentuk suatu huruf. Akan tetapi, apabila diperhatikan lebih cermat maka yang dibuat anak bukannya huruf akan tetapi suatu kreasi atau gambar.
4) Tahap menulis dengan membuat huruf yang telah dipelajari, usia 4 tahun. Pada masa ini, anak mulai menuliskan huruf-huruf yang dipelajarinya sesuai dengan urutannya, seperti menuliskan huruf – huruf yang membentuk namanya.
5) Tahap menulis melalui kegiatan menemukan ejaan, usia 4,5 tahun.
Pada tahap ini, anak berusaha menemukan ejaan dan membuat kata dari huruf-huruf yang diejanya. Kegiatan ini dilanjutkan anak dengan kegiatan menulis, yaitu menuliskan huruf yang diejanya menjadi berbagai kata yang diinginkan anak
6) Tahap menulis melalui mengeja, usia di atas 5 tahun. Pada masa ini kemampuan menulis anak sudah sama dengan kemampuan menulis orang dewasa.
Jadi dapat disimpulkan tahapan perkembangan menulis awal adalah tahapan mencoret, tahapan menulis melalui gambar, tahapan
17
membentuk gambar, dapat membuat huruf yang telah dipelajari, tahap menulis melalui kegiatan menemukan ejaan, tahapan menulis melalui mengeja.
Adapun menurut pendapat beberapa ahli lainnya, menulis membutuhkan perkembangan kemampuan lebih lanjut dari membaca.
Perkembangan yang dikemukakan oleh Temple, Nathan, burns, cly, Ferreiro dan Teberosky dalam Brewer (1992), oleh jalongo ,tahapan perkembangan menulis anak adalah:
1) Tahap Mencoret atau Membuat Goresan (Scible stage)
Pada tahap ini, anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulisnya. Mereka mulai belajar tentang bahasa tertulis dan bagaimana mengerjakan tulisan tersebut. Anak membuat coret- coretan acak (tidak teratur), tahap coretan-coretan seringkali digabungkan seolah-olah coretan itu tidak pernah lepas dari kertas. Orang tua dan guru pada tahap mencoret seharusnya menyediakan jenis-jenis bahan untuk menulis seperti pensil, spidol, buku, kertas dan krayon anak menganggap goresan tersebut sebagai tulisan.
2) Tahap Pengulangan secara Linear (Linear repetitive stage)
Tahap selanjutnya dalam perkembangan menulis adalah tahap pengulangan secara linear. Pada tahap ini, anak menelusuri bentuk tulisan yang mendatar (horizontal) ataupun garis tegak lurus. Dalam tahap ini, anak berpikir bahwa suatu kata merujuk pada sesuatu
18
yang besar mempunyai tali yang panjang dari pada kata yang merujuk pada sesuatu hal yang kecil.
3) Tahap Menulis secara random/acak (Random letter stage)
Pada tahap ini, anak belajar tentang berbagai bentuk yang dapat diterima sebagai suatu tulisan dan menggunakan itu semua agar dapat mengulang berbagai kata dan kalimat. Anak-anak menghasilkan garis yang berisi pesan yang tidak mempunyai keterkaitan pada suatu bunyi dari berbagai kata.
4) Tahap Berlatih Huruf (Menyebutkan Huruf-huruf)
Kebanyakan anak-anak, biasanya sangat tertarik huruf-huruf yang membentuk nama mereka sendiri.
5) Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter-Name Writing OrPhonetic Writing
Pada tahap ini, anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi. Permulaan tahap ini sering digambarkan sebagai menulis tulisan nama karena anak-anak menulis tulisan nama dan bunyi secara bersamaan. Misalnya mereka menulis “kamu” dengan tulisan “u”. Anak senang menuliskan nama pendek panggilan mereka sendiri melalui contoh yang mereka lihat dengan huruf- huruf besar atau kecil.
Mereka mulai menghadirkan berbagai kata dengan suatu bentuk grafik yang secara refleks menunjukkan tentang apa yang didengar.
Dalam contoh ini, dengan mudah melihat anak-anak
19
mengungkapkan kata saya dengan “Y” atau kata keluarga dengan
“ga”. Semakin berkembangnya penguasaan kosa kata anak serta kemampuannya dalam berkomunikasi dengan orang lain, akan memiliki dampak terhadap perkembangan fungsi kognitifnya.
Kemampuan mengkomunikasikan sesuatu seperti nama benda, orang atau binatang dengan menggunakan kosa kata yang banyak dan teratur akan mencerminkan kamampuan berfikir anak tentang hal tersebut.
6) Tahap Menyalin Kata-kata Yang Ada di Lingkungan.
Anak-anak menyukai menyalin kata-kata yang terdapat pada poster di dinding atau dari kantong kata sendiri.
7) Tahap Menemukan Ejaan
Anak usia 5-6 tahun telah menggunakan konsonan awal (L untuk Love). Konsonan awal, tengah, dan akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus.
8) Tahap Ejaan sesuai ucapan
Anak mulai dapat mengeja suatu tulisan berupa kata-kata yang dikenalnya sesuai dengan ucapan yang didengarnya.
Untuk mengembangkan kemampuan dan menumbuhkan keinginan akan menulis, maka orang tua dan guru harus memperhatikan prinsip- prinsip dalam pelaksanaan kegiatan menulis tersebut.
20
Jadi dapat disimpulkan bahwa, setiap kemampuan menulis yang telah dimiliki oleh anak akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya. Normalnya semakin berkembang usia anak, perkembangan menulis anak akan semakin meningkat.
3. Konsep Media Pembelajaran Anak Usia Dini a. Pengertian Media Pembelajaran
Gagne (dalam Musfiqon, 2012: 27) menyatakan bahwa, media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Menurut Umar Hamalik (dalam Hartanto, 2013: 8) menyatakan media adalah alat, metode, dan teknik digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasidan interest antara guru dan anak didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran disekolah
Danim (dalam Rahayu, 2013: 94) berpendapat bahwa media dalam pendidikan merupakan seperangkat alat bantu pelengkap yang digunakan guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan murid, agar murid dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Sedangkan menurut Yususfhadi Miarso (dalam Asmawati, 2014: 206) bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si pembelajar sehingga dapat
21
mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.
Sadiman dalam Musfiqon (2012: 26) mengatakan media adalah perantara dan pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Sejalan dengan pendapat diatas National Education Assosiation (NEA) memberikan definisi media sebagai bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audio visual dan peralatannya, dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilhat, didengar maupun dibaca (Sanaki, 2013: 4).
Pada prinsipnya media belajar berguna untuk memudahkan anak memahami sesuatu yang sulit dan menyederhanakan yang kompleks. Guru bisa menggunakan media yang sederhana, mudah diperoleh, dan sesuai dengan taraf perkembangan berfiikir anak.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pendidik kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran,perasaan, minat, dan perhatian dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
b. Tujuan Media Pembelajaran
Rangkaian kegiatan pembelajaran sangat memerlukan media sebagai sarana untuk memperlancar komunikasi antara pendidik dan peserta didik.
22
Menurut Sanaki (2013: 5) tujuan media pembelajaran yaitu: 1) Mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) Meningkatkan efesiensi proses pembelajaran,3) Menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan belajar, 4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran.
Dari uraian tentang tujuan media pembelajaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan media pembelajaran adalah untuk memudahkan proses pembelajaran di dalam kelas dalam memahami materi yang disampaikan.
c. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2006: 108-109) mengemukakan bahwa ada beberapa fungsi media pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
Peristiwa penting dan langka dapat diabadikan dengan foto maupun direkam melalui video, kemudian dapat disimpan dan dapat dipergunakan ketika membutuhkan. Seorang guru dapat menjelaskan terjadinya tsunami maupun gunung meletus melalui video.
2) Memanipulasi keadaan atau obyek tertentu. Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkrit sehingga mudah dipahami dan menghilangkan verbalisme.
23
3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar, sehinnga perhatian terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
Fungsi media pembelajaran juga dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (dalam, Asmawati 2014: 207) sebagai berikut: 1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan,2) Proses pembelajaran menjadi menarik, 3) Pembelajaran dapat menjadi interaktif, 4) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi, 5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, 6) Proses pembelajaran dapat diterima dimana saja dan kapan saja, 7) sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan, 8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh pendidik untuk memanipulasi keadaan atau obyek tertentu dari yang bersifat abstrak menjadi konkrit sehingga mudah dipahami dan menghilangkan verbalisme serta membuat pembelajaran menjadi semakin menarik sehingga motivasi belajar anak lebih meningkat.
d. Media Styrofoam 1) Pengertian styrofoam
Styrofoam yang memiliki nama lain polystyrene , Begitu banyak digunakan oleh manusia dalam kehidupannya sehari hari. Begitu Styrofoam diciptakan pun langsungmarak digunakan di Indonesia.
24
Banyak keunggulan pada styrofoam yang yang akansangat menguntungkan bagi para penjual makanan seperti tidak mudah bocor, praktis dan ringan sudah pasti lebih disukai sebagai pembungkus makanan mereka.
Bahkan kita tidak dapat dalam satu hari saja tidak menggunakan bahan polimer sintetik. Polystyrene adalah sebuah dengan monomer, sebuah hidrokarbon cair yang dibuat secarakomersial dari minyak bumi. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat padat, dapatmencair pada suhu yang lebih tinggi. Stirena tergolong senyawa aromatik.
Polistirena pertamakali dibuat pada 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker Jerman. Ketika mengisolasi zattersebut dari resin alami, dia tidak menyadari apa yang dia telah temukan. Seorang kimiawanorganik Jerman lainnya, Hermann Staudinger, menyadari bahwa penemuan Simon terdiri darirantai panjang molekul stirena, yang adalah sebuah polimer plastik.Polistirena padat murniadalah sebuah plastik tak berwarna, keras dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapatdibentuk menjadi berbagai macam produk dengan detil yang bagus.
Penambahan karet padasaat polimerisasi dapat meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan kejut. Polistirena jenis inidikenal dengan nama High Impact Polystyrene (HIPS). Polistirena murni yang transparan bisadibuat menjadi beraneka warna melalui proses .
25
Polistirena banyak dipakai dalam produk-produkelektronik sebagai casing, kabinet dan komponen-komponen lainya. Peralatan rumah tanggayang terbuat dari polistirena, sapu, sisir, baskom, gantungan baju, ember.Tetapi dibalik semuakeunggulan styrofoam itu dapat menimbulkan kerugian yang sangat merugikan bagi manusia dan alam (https://www.scribd.com/doc/47406734/Pengertian-styrofoam diakses 9 September 2018).
Gabus / Styrofoam merupakan suatu bahan apung yang mempunyai banyak kegunaan. Gabus digunakan sebagai penutup botol terutama minuman beralkohol seperti anggur. Selain itu, kandungan udara yang banyak di dalam gabus menyebabkannya digunakan sebagai pengapung dalam jaket penyelamat pada masa lalu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, media gabus Styrofoam adalah bahan apung yang mempunyai banyak kegunaan. Gabus digunakan sebagai penutup botol terutama minuman beralkohol seperti anggur, untuk merangkai bunga dll. Selain itu, kandungan udara yang banyak di dalam gabus menyebabkannya digunakan sebagai pengapung dalam jaket penyelamat pada masa lalu.
B. Kerangka Berfikir
Kemampuan menulis sangat diperlukan baik dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. Para siswa memerlukan kemampuan menulis untuk menyalin, mencatat, atau untuk menyelesaikan tugas-tugas
26
sekolah. Dalam kehidupan masyarakat orang memerlukan kemampuan menulis untuk keperluan berkirim surat, mengisi formulir, atau membuat catatan.
Proses belajar menulis melibatkan rentang waktu yang panjang.
Proses belajar menulis tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan proses belajar berbicara dan membaca. Pada dasarnya membelajarkan persiapan membaca dan menulis anak usia dini dapat saja dilaksanakan selama dalam batas-batas aturan pengembangan pra-skolastik atau pra-akademik.
Pembelajaran persiapan membaca dan menulis anak usia dini hendaknya dapat diberikan secara terpadu dalam program pengembangan kemampuan dasar, dalam hal ini bidang pengembangan berbahasa dan motorik.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah, maka hipotesis dari penelitian ini adalah dengan media gabus styrofoam maka kemampuan menulis permulaan anak usia 4-5 tahun di PAUD Sarlitha Cempaka Putih dapat meningkat.
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Paud Sarlitha yang terletak di Jalan cempaka putih barat XIX RT 014/05 No. 17 Cempaka Putih Jakarta Pusat.
2. Waktu Penelitian
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. Penelitian ini dilaksananakan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan.
Jadwal penelitian pra siklus dilaksanakan pada hari Rabutanggal 01 April 2016 dengan alokasi waktu kurang lebih 60 menit. Jadwal penelitian siklus I dilaksanakan pada hari Senin dan Rabu tanggal 04 dan 06 April 2016 dengan alokasi waktu kurang lebih 60 menit. Jadwal penelitian siklus II dilaksanakan hari Senin dan Rabu tanggal 25 dan 27 April 2016 dengan alokasi waktu kurang lebih 60 menit.
Dalam PTK ini yang menjadi subyek penelitian adalah anak usia 4-5 tahun kelompok A yang berjumlah 14 orang.
28 Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian No
. Aspek Kegiatan Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan Proposal
2 Pengurusan Izin
3 Persiapan Perencanaan Tindakan
4 Penelitian Siklus I 5 Penelitian Siklus II 6 Penyusunan Laporan
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Menurut Ebutt dan Rochiati Wiraatmaja bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah kajian sistimatik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan- tindakan tersebut.
Bahkan Mc Niff dalam Supardi mengatakan PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum.Pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.
C. Prosedur Penelitian
Model tindakan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Konsepinti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus
29
terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
Sedangkan PTK model John Elliot tampak lebih detail dan rinci, karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart terdiri dari penentuan ide awal, prasurvei/temuan awal, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, observasi, refleksi dan penyusunan laporan penelitian.
Model tindakan yang dipilihadalah model penelitian yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart. Pemilihan model tindakan ini karena alur penelitiannya mudah dipahami, selain itu dengan melaksanakan PTK dapat memudahkan seorang guru dalam melaksanakan penelitian dengan tidak meninggalkan kewajiban utamanya yaitu mengajar di kelasnya. Dengan melaksanakan PTK diharapkan seorang guru dapat mengatasi permasalahan di kelasnya serta meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
Prosedur dalam penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Adapun prosedurnya dalam Aritkunto (2002:84) meliputi tahap-tahap (a).perencanaan atau (plan), (b) tindakan (acting) (c) observasi (observing) dan (d) refleksi (reflecy). Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan ulang (riplenmas), begitu seterusnya membentuk suatu spiral sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
30 Reflect
Observe
Action
Reflect
Revised Plan Observe
Action
Gambar 3.1 :
Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Diadopsi dari model spiral Kemmis dan Mc.Taggart)
D. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah diharapkan adanya peningkatan menulis permulaan pada anak usia 4-5 tahun di PAUD Sarlitha Cempaka Putih Jakarta Pusat yang meliputi : kemampuan anak untuk membuat tulisan, menggambar, berlatih menulis huruf dan menulis.
Siklus 1
Siklus 2
31
Menurut Mulyasa (2009: 183) menyatakan bahwa kriteria keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas yaitu tingkat penguasaan minimal 75% dari jumlah siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti dan kolaborator membuat suatu kesepakatan dengan menentukan besarnya persentase target yang ingin dicapai yaitu 75%. Pengukuran diukur dari 4 indikator dan 10 kegiatan sesuai dengan kondisi di PAUD Sarlitha Cempaka Putih.
Indikator penilaian tersebut yaitu:
1. Membentuk coretan yang tidak bermakna.
2. Dapat membuat gambar
3. Dapat membuat huruf hidup atau huruf vokal (a,i,u,e,o) 4. Menulis nama sendiri.
Berikut adalah tabel persentase kemampuan menulis permulaan pada anak.
Tabel 3.2
Persentase Kemampuan Menulis Permulaan
PERSENTASI KRITERIA
75% Sangat tinggi
50% - 74,99% Tinggi
25% Sedang
0% - 24,99% Rendah
32 E. Desain dan Prosedur Tindakan
1. Desain Tindakan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan menulis permulaan anak pada usia 4-5 tahun, karena pada anak di kelompok A belum berkembang secara menyeluruh sesuai dengan tahapan. Adapun pelaksanaan tindakan akan dimulai pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 yaitu bulan April minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4.
Penelitian ini akan dilaksanakan di PAUD Sarlitha Cempaka Putih
Jakarta Pusat.
. Peneliti berperan sebagai pemimpin, perencana, dan pelaksanaan tindakan yang dibantu oleh seorang kolaborator. Peneliti membuat rencana tindakan yang dibantu oleh seorang kolaborator.
Peneliti membuat rencana tindakan secarara sistematik yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran bersama kolaborator, kemudian memberikan tindakan kepada subjek penelitian. Selama proses penelitian, peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan yang hasilnya dievaluasi secara kolaboratif.
Hasil pengamatan dan refleksi tindakan yang telah dilakukan dapat digunakan untuk menganalisa data sebagai bahan acuan untuk menganalis data dan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki perencanaan pada siklus selanjutnya.
33 Tabel 3.2
Jadwal Rencana Tindakan Siklus Siklus Pertemuan
ke
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
I
1 Senin,
04 April 2016
Membuat coretan sembarang dan coretan bentuk.
2 Selasa, 05 April 2016
Menggambar dari pola lingkaran, segi empat.
3 Rabu,
06 April 2016
Menggambar dari bentuk lingaran, segitiga dan segi empat membentuk manusia utuh.
II
1 Senin,
25 April 2016
Meniru huruf vokal (a,i,u e, dan o)
2 Selasa
26 April 2016
Meniru huruf konsonan sederhana yang sering dilihat.
3 Rabu,
27 April 2016
Meniru menulis nama sendiri.
2. Prosedur Tindakan
Tahapan tindakan yang dilakukan peneliti adalah sesuai rancangan siklus penelitian sebagai berikut:
a. pra siklus
Sebelum melakukan siklus pertama, peneliti melakukan beberapa persiapan.Adapun persiapan tersebut antara lain:
a. Meminta izin kepada Kepala Sekolah
34
b. Mencari dan mengumpulkan data-data anak yang akan diteliti. Data- data tersebut diperoleh dari hasil observasi langsung terhadap anak yang akan diteliti.
c. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian yaitu dimulai pada bulan April 2016, disesuaikan dengan waktu belajar yang dijadwalkan sekolah
b. Tahap Siklus 1
Setelah melakukan persiapan pra siklus, peneliti menempuh langkah- langkah penelitian pada siklus 1 dengan tahapan sebagai berikut :
1) Tahapan PerencanaanTindakan
a) Membuat satuan perencanaan yang akan diberikan kepada anak. Satuan perencanaan disusun berdasarkan tujuan, materi, metode kegiatan dan alat pengumpul data.
b) Menyiapkan media utama berupa gabus styrofoam, serta media pendukung spidol, dan origami.
c) Menyiapkan alat pengumpul data berupa alat dokumentasi berupa kamera dand aftar checklist peningkatan kemampuan menulis permulaan.
35
Tabel 3.3
Satuan Perencanaan Siklus I
Pertemuan ke-1 Indikator
Pencapaian
: Membentuk coretan yang tidak bermakna
Kegiatan : Membuat coretan sembarang diatas gabus styrofoam
Waktu : 60 menit
PEMBUKAAN:
− Berdo'a dan salam
− Bersyair dan menyanyi
− Percakapan
KEGIATAN INTI:
− Menginformasikan macam-macam garis.
− Memberi contoh cara membuat garis datar dan lurus.
− Anak mencoret bebas diatas gabus styrofoam
PENUTUP
− Tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan
− Menginformasikan kegiatan esok hari
− Menanyakan perasaan hari ini
− Bernyanyi/bersajak
− Doa/salam
Penilaian Observasi dan Tanya Jawab :
Media Styrofoam :
36 Alat
Pengumpulan Data
:
1. Instrumen kemampuan menulis permulaan.
2. Lembar catatan lapangan.
3. Kamera untuk dokumentasi
Pertemuan ke-2 Indikator
Pencapaian
: Dapat membuat gambar
Kegiatan : Menggambar dari pola lingkaran, segi empat.
Waktu : 60 menit
PEMBUKAAN:
− Berdo'a dan salam
− Bersyair dan menyanyi
− Percakapan KEGIATAN INTI:
− Menginformasikan macam-macam garis.
− Memberi contoh gambar mobil secara sederhana.
− Anak menggambar diatas gabus styrofoam menggunakan spidol.
PENUTUP
− Tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan
− Menginformasikan kegiatan esok hari
− Menanyakan perasaan hari ini
− Bernyanyi/bersajak
− Doa/salam
Penilaian Observasi dan Tanya Jawab :
Media Styrofoam :
Alat
Pengumpulan Data
:
1. Instrumen kemampuan menulis permulaan.
2. Lembar catatan lapangan.
3. Kamera untuk dokumentasi
Pertemuan ke-3 Indikator
Pencapaian
: Dapat membuat gambar
Kegiatan : Menggambar dari bentuk lingaran, segitiga dan segi empat membentuk manusia utuh.
Waktu : 60 menit
37 PEMBUKAAN:
− Berdo'a dan salam
− Bersyair dan menyanyi
− Percakapan KEGIATAN INTI:
− Menginformasikan macam-macam garis.
− Memberi contoh gambar ayah dan ibu secara sederhana.
− Anak menggambar diatas gabus styrofoam menggunakan spidol.
PENUTUP
− Tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan
− Menginformasikan kegiatan esok hari
− Menanyakan perasaan hari ini
− Bernyanyi/bersajak
− Doa/salam
Penilaian Observasi dan Tanya Jawab :
Media Styrofoam :
Alat
Pengumpulan Data
1. Instrumen kemampuan menulis permulaan. : 2. Lembar catatan lapangan.
3. Kamera untuk dokumentasi
2) Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahapan ini, peneliti bersama kolaborator melaksanakan satuan perencanaan tindakan yang sudah direncanakan, yaitu pembelajaran meniru tulisan untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan.
3) Pengamatan Tindakan
Pendekatan pengamatan tindakan yang digunakan adalah pengamatan sejawat (peerobserving) yakni observasi yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator terhadap pembelajaran. Hal ini
38
dilakukan agar mampu meringankan beban dalam masalah analisis.
Selain itu data yang terkumpul bersifat objektif dan tidak bias.
4) Refleksi Tindakan
Setelah melakukan perencanaan, tindakan dan pengamatan, peneliti bersama kolaborator mengadakan evaluasi yang telah dilakukan yaitu apakah permainan meniru tulisan dapat memperlihatkan adanya peningkatan terhadap kemampuan menulis awal pada anak.
Peneliti membandingkan antara sesudah diberikan tindakan dan sebelum diberikan tindakan. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari pelaksanaaan siklus.
Maksud pelaksanaan refleksi ini adalah untuk menganalisis ketercapaian proses pemberian tindakan maupun untuk menganalisis factor penyebab ketidak tercapaian tindakan, faktor-faktor ini dapat berupa aspek-aspek yang terkait erat dengan tindakan maupun aspek lain sehingga memunculkan masalah baru. Hasil refleksi akan digunakan sebagai revisi tindakan siklus I, apabila telah terjadi peningkatan, tetapi belum signifikan pada setiap aspeknya, maka perlu dilanjutkan pada siklus II.
39 c. Tahap Siklus II
Setelah melakukan persiapan siklus I, peneliti menempuh langkah-langkah penelitian pada siklus II dengan tahapan sebagai berikut :
1) Tahapan PerencanaanTindakan
a) Membuat satuan perencanaan yang akan diberikan kepada anak. Satuan perencanaan disusun berdasarkan tujuan, materi, metode kegiatan dan alat pengumpul data.
b) Menyiapkan media utama berupa gabus styrofoam, serta media pendukung spidol, dan origami.
c) Menyiapkan alat pengumpul data berupa alat dokumentasi berupa kamera dand aftar checklist peningkatan kemampuan menulis permulaan.
Tabel 3.4
Satuan Perencanaan Siklus II Pertemuan ke-1
Indikator Pencapaian
: Meniru huruf
Kegiatan : Meniru huruf vokal (a,i,u e, dan o)
Waktu : 60 menit
PEMBUKAAN:
40
− Berdo'a dan salam
− Bersyair dan menyanyi
− Percakapan
KEGIATAN INTI:
− Menginformasikan macam-macam huruf vokal.
− Memberi cara menulis huruf vokal.
− Anak menulis diatas gabus styrofoam menggunakan spidol.
PENUTUP
− Tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan
− Menginformasikan kegiatan esok hari
− Menanyakan perasaan hari ini
− Bernyanyi/bersajak
− Doa/salam
Penilaian Observasi dan Tanya Jawab :
Media Styrofoam :
Alat
Pengumpulan Data
:
1. Instrumen kemampuan menulis permulaan.
2. Lembar catatan lapangan.
3. Kamera untuk dokumentasi
41
Pertemuan ke-2 Indikator
Pencapaian
: Meniru huruf vokal
Kegiatan : Meniru huruf konsonan sederhana yang sering dilihat.
Waktu : 60 menit
PEMBUKAAN:
− Berdo'a dan salam
− Bersyair dan menyanyi
− Percakapan KEGIATAN INTI:
− Menginformasikan macam-macam huruf konsonan.
− Memberi cara menulis huruf konsonan.
− Anak menulis diatas gabus styrofoam menggunakan spidol.
PENUTUP
− Tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan
− Menginformasikan kegiatan esok hari
− Menanyakan perasaan hari ini
− Bernyanyi/bersajak
− Doa/salam
Penilaian Observasi dan Tanya Jawab :
Media Styrofoam :
Alat
Pengumpulan Data
:
1. Instrumen kemampuan menulis permulaan.
2. Lembar catatan lapangan.
3. Kamera untuk dokumentasi
Pertemuan ke-3 Indikator
Pencapaian
: Meniru menulis nama
Kegiatan : Meniru menulis nama sendiri.
Waktu : 60 menit
PEMBUKAAN:
− Berdo'a dan salam
− Bersyair dan menyanyi
− Percakapan KEGIATAN INTI:
42
− Menginformasikan macam-macam huruf yang ada dalam nama anak.
− Memberi contoh cara menulis huruf-huruf yang ada dalam nama mereka.
− Anak menulis nama diatas gabus styrofoam menggunakan spidol.
PENUTUP
− Tanya jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan
− Menginformasikan kegiatan esok hari
− Menanyakan perasaan hari ini
− Bernyanyi/bersajak
− Doa/salam
Penilaian Observasi dan Tanya Jawab :
Media Styrofoam :
Alat
Pengumpulan Data
:
1. Instrumen kemampuan menulis permulaan.
2. Lembar catatan lapangan.
3. Kamera untuk dokumentasi
2) Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahapan ini, peneliti bersama kolaborator melaksanakan satuan perencanaan tindakan yang sudah direncanakan, yaitu pembelajaran meniru tulisan untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan dengan kegiatan: (1) meniru huruf vokal, (2) meniru huuf konsonan, (3) meniru menulis nama sendiri.
3) Pengamatan Tindakan
Pendekatan pengamatan tindakan yang digunakan adalah pengamatan sejawat (peerobserving) yakni observasi yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator terhadap pembelajaran. Hal ini dilakukan agar mampu meringankan beban dalam masalah analisis.
Selain itu data yang terkumpul bersifat objektif dan tidak bias.