• Tidak ada hasil yang ditemukan

5) Lagu hit terkenal “Another one Bites the Dust” oleh Queen mengandung kalimat yang jelas jika diputar terbalik yang berbunyi “Its

4.3.4. Hakekat Lahirnya Sebuah Ideologi dan Amnesia Selektif

Penulis melihat kalau sebuah ideologi tidaklah lahir dengan begitu saja, ia lahir dari sebuah idealisme yang sengaja dijadikan pijakan berfilosofi dalam tindakan guna mewujudkan tujuannya. Oleh sebab itu idealisme itu bersifat abstrak. Ia bukanlah layaknya sebuah penemuan berupa benda di bidang ilmu pengetahuan teknologi yang dipatenkan. Artinya tidak ada batasan kepemilikan dalam hal ini, dan semua orang bisa menjadi pengikut dan pemiliknya dalam sebuah realitas.

Dan ketika ranah realitas dan ideal bertemu menjadi satu, para penggemarnya atau para pengagumnya melakukan proses seleksi yang sama. Sehingga yang mereka ingat adalah hal-hal yang cocok dengan pemikiran ideal mereka masing-masing.

Di sinilah kemudian mitos, yang dalam pandangan Barthes mempunyai celah untuk masuk guna menjembatani realitas dan idealisme tersebut yang hanya bisa dibaca melalui pemaknaan kototasi dalam teori semiotikanya.

Secara sederhana mitos mungkin dapat diartikan sebagai dongeng untuk menjelaskan realitas yang dihadapi manusia terkait sesuatu yang lebih besar (supra). Ia lebih mirip puisi yang kaya kalimat bersayap dan simbolik yang telah lepas dari tangan penulisnya. Jadi dengan kata lain, mitos bisa ditafsir dan dimaknai sendiri oleh masing-masing pembacanya.

Kemudian lagi, mitos tidak bisa lepas dari fakta sejarah. Namun sejarah yang dimaksud disini bukanlah sekedar persoalan fakta semata. Sejarah juga sangat terkait dengan persoalan emosi dan persepsi. Sejarah juga membutuhkan penanda dan simbol untuk sebuah kurun waktu. Oleh sebab itu jangan heran kalau versi populer sejarah kadang mengabaikan bahkan menolak fakta.

Untuk itu, berfikir historis sebenarnya sangatlah fundamental bagi manusia untuk setidaknya memetakan masa depan, karena ia mengajarkan tentang hakekat masa lalu. Kenapa demikian?, karena sejarah akan selalu membayangi sisi kehidupan manusia hingga akhir zaman. Bukankah dari banyak literatur yang telah ada menjelaskan kalau sejarah bisa mempersatukan suatu entitas, bangsa, kelompok dan sebagainya?. Sejarah bukanlah sekedar menyangkut nama dan tanggal, akan tetapi ia juga menyangkut tentang harga diri, keyakinan, kepedulian, penilaian, kewaspadaan dan lain sebagainya.

Sejarah akan membimbing manusia untuk menyelami apa-apa yang tidak bisa dimengerti dan tidak pernah dapat dilihat. Sejarah mencoba memperkenalkan manusia pada pendangan hatinya yang buta akan sesuatu, untuk pada akhirnya mampu melihat apa yang tersurat dan apa yang tersirat dalam sebuah realitas. Sehingga dengan demikian, kesalahan-kesalahan di masa lalu diharapkan tidak terulang lagi di masa yang akan datang.

Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa dikatakan kalau manusia dalam memahami sebuah fakta realitas tidak lepas dari sebuah penyakit yang namanya “amnesia selektif”. Amnesia selektif adalah sifat kekhasan sebagian besar umat manusia. Yaitu mengingat dan menyimpan hanya yang di mau, lalu mendorong yang tidak diinginkan ke pinggir ruang ingatan.

Dan ketika penulis hubungkan hal ini dengan realitas ataupun fenomena Illuminati dalam berbagai persoalan sosial masyarakat dewasa ini, termasuk dalam dunia seni dan budaya, tidak sedikit orang yang mencibirnya dan bersikap skeptis, bahkan dari kalangan akademisi sekalipun terhadap bahaya dari ideologi Illuminati tersebut bagi manusia khusunya umat beragama.

Untuk kebanyakan mayoritas orang di seluruh negara-negara di dunia, Illuminati mungkin sebuah dongeng atau isapan jempol belaka, apalagi di dunia akademisi. Bagi sebagian orang dan ahli-ahli skeptis, cerita ini mungkin adalah sampah, tapi hal itu tidak berlaku bagi yang memahaminya. Justru menurut penulis, di dongeng itulah adanyanya kehidupan Illuminati itu sendiri dan mereka akan tertawa ria dalam realitas penyangkalan terhadap eksistensi mereka.

Adalah keberadaan dan kemunculan semua simbol-simbol Illuminati-lah yang membuat penulis untuk mengatakan kepada semua pihak, bahwa ini adalah masalah yang serius. Banyaknya bukti-bukti visual tentang keberadaan mereka sekarang ini dalam berbagai bidang sendi kehidupan sangatlah nyata. Dan bukti-bukti tersebut menurut penulis tidaklah berbohong dan bukanlah suatu kebetulan belaka.

Begitu besar perubahan global sekarang ini, dimana banyak menjurus menuju ke arah yang bersifat kegilaan, seperti kegilaan yang terjadi dibidang perpolitikkan dan ekonomi dunia. Misalnya saja dalam pengesahan undang-undang perkawinan sejenis oleh beberapa negara, yang mana hal tersebut diiringi dengan penguatan opini publik melakui ikon-ikon mereka di dunia seni dan budaya seperti halnya Lady Gaga yang selalu mengkampanyekan paham seks bebas, perkawinan sejenis, pornoaksi dan lain-lain dengan dalih kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia. Hal itu dipilih dikarenakan para artis tersebut sudah pasti banyak pendukungnya. Dan itu bagi mereka akan memberikan kekuatan tandingan dari musuh-musuhnya dalam perang opini di masyarakat.

Terkait dengan realitas di dalam menyikapi fenomena ideologi Illuminati ini, mungkin pertanyaan utamanya bukan.. “masih inginkah Anda bersikap skeptis terhadap keberadaan Illuminati tersebut?”, tetapi “sanggupkah Anda menepis skeptis terhadap keberadaan Illuminati tersebut?.

Terkadang dalam hidup ini, adakalanya tidak perlu berfikir teoritis layaknya seorang intelektual untuk melihat dan menginterpretasikan suatu

fenomena. Mungkin tidak harus juga diminta untuk mempercayai keberadaan organisasi ini, tapi setidaknya ini hanyalah keinginan melihat sebuah usaha untuk membongkar teka-teki yang tampak di depan mata sebagai sebuah realitas yang ada.

Jadi, setidaknya ini menyangkut “it is about trying” (hanya tentang sebuah usaha) untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga pada akhirnya terkuaklah tabir yang sesungguhnya. Dengan kata lain, mengutip istilahnya Maxs Weber yaitu “Verstehen”, yang artinya “pemahaman”, dimana penjelasannya, dalam ranah ilmu pengetahuan itu fakta tidak akan menjelaskan apa-apa bila tidak adanya pemahaman.

Terkait dengan penelitian yang sederhana ini yang mengkaji sebuah mitologi, penulis berpendapat, janganlah mengenal dan mempercayai mitos karena tokohnya, tetapi kenalilah mitos itu sendiri, niscaya kita akan mengenali tokohnya.

Untuk sebuah alasan yang bisa dimengerti, menurut penulis, seharusnya kita menyadari kalaulah sebuah ideologi telah lahir ke dunia ini, maka sampai kapanpun dia tidak akan pernah mati, hilang ataupun lenyap tanpa bekas sekalipun. Ia berbeda dengan benda yang bisa saja mengalami kehancuran dan kepunahan karena ia bersifat fisik, tetapi tidak dengan ideologi karena ia bersifat abstrak.

Hal ini menurut penulis terkait dengan fitrah dan sifat alamiah manusia dalam membentuk kebudayaanya, di mana hal tersebut akan diwariskan secara turun-temurun hingga dunia ini berakhir. Ah.,dengan kata lain penulis ingin

mengatakan pada kita semua, apalah artinya jendral tanpa kopral, inisiator tanpa pengekor, inventor tanpa pengguna, pionir tanpa peniru, Nabi tanpa umat, pencerah tanpa yang dicerahkan.

Dokumen terkait