• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG YAYASAN

D. Hakekat Yayasan Sebagai Badan Hukum

Dalam system Common Law khususnya Inggris dikenal lembaga hukum yang serupa dengan yayasan dan mempunyai tujuan kreatif seperti halnya yayasan menurut undang-undang yayasan No. 16 Tahun 2001 dan Undang-undang yayasan menurut Undang-undang yayasan No. 28 Tahun 2004. Lembaga hukum

45

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

tersebut disebut charitable trust karena khusus didirikan untuk charitable purpose.46

Beberapa dengan yayasan, charitable trust, sebagaimana juga private trust, bukanmerupakan badan hukum. Kekayaan charitable trust dimiliki (terdaftar atas nama) trustee pribadi yang sepenuhnya bertanggung jawab untuk seluruh kewajiban charitable trust. Dengan demikian dalam hal charitable trust

adalah subyek hukum yang menjadi mengemban hak dan kewajiban charitable trust. Adapun yang diangkat sebagai charitable trust adalah baik orang perorangan (manusia) maupun badan hukum. Itulah yang menjadi sebab mengapa Law tidak memandang perlu bahwa charitable trust berstatus badan hukum dan merupakan subyek hukum mandiri.

Berbeda dengan private truts yang didirikan untuk kepentingan satu atau lebih penerima manfaat tertentu. Charitable trust tidak didirikan untuk kepentingan penerima manfaat tertentu, melainkan tujuannya tertentu dalam pencapaian suatu charitable purpose (tujuan kreatif) secara umum. Di Inggris pengawasan atas pengurusan charitable trust oleh (caharitable) trustee dipercayakan kepada Charity Commisioners yang merupakan instansi pemerintah.

47

Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa ruang lingkup kegiatan yang terbuka bagi charitable trust lebih sembit dibandingkan dengan yayasan. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, charitable trust hanya didirikan untuk tujuan kreatif

(charitable purpose) dan tidak mengenal beneficiarier tertentu. Untuk tujuan yang bukan kreatif, lembaga charitable trust tidak dapat digunakan. Sebagai contoh

46

Fred B.G. Tumbuan, Mencermati Yayasan Sebagaimana Dimaksud Oleh Undang-undang Yayasan, Newsletter No. 46 September 2001, hal. 5.

47

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

untuk mengembangkan suatu cabang olah raga atau kegiatan pendidikan tidak digunakan charitable trust, karena kegiatan dimaksud bukan merupakan

charitable trust.

Di Indonesia sendiri sejak dahulu yayasan disamping perhimpunan/perkumpulan (vereniging) dipakai sebagai wahana untuk melakukan pekerjaan sosial, kemanusuan dan keagamaan. Perbedaan antara status hukum antara perhimpunan dan yayasan adalah bahwa status hukum perhimpunan sebagai badan hukum perdata diatur secara jelas dalam staatsblad 1870-64

Rechtspersoonlijkheid van Vereenigingen, sedangkan yayasan sebagai badan hukum semata-mata produk jurisprudensi.

Apabila disimak kembali KUHPerdata maka tidak dapat dipungkiri bahwa KUHPerdata memang mengendalikan keberadaan. Yayasan pengendalian tersebut dapat ditemukan dalam pasal-pasal 365,899,900,1680,1852 dan pasal 1654 KUHPerdata. Dalam Pasal 365 KUHPerdata diatur bahwa perwalian atau Voogdij dapat dipercayakan pada perhimpunan yang berstatus badan hukum. Yayasan

(stichting) atau badan kreatif. Selanjutnya pasal 899 KUHPerdata memuat ketentuan tentang orang yang dapat menarik manfaat dari yayasan. Perlu disebutkan disini bahwa pembuat undang-undang mencampur-adukkan istilah

stichctingen, gestichten dan armeninrichtingen dalam pasal-pasal KUHPerdata tersebut. Sekalipun demikian tidak perlu diragukan bahwa yang dimaksudkan ketiga istilah itu adalah sama yaitu yayasan sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan di bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan.48

48

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam pasal-pasal tersebut sama sekali tidak memberikan rumusan tentang pengertian yayasan. Pengertian yayasan tersebut diberikan oleh sarjana, diantaranya :

Menurut Scholten yang menyatakan, yayasan adalah suatu badan hukum, yang dialihkan pada suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu, dengan penunjukan, bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan.49

”Yayasan merupakan suatu lembaga yang mempunyai suatu tujuan ideal, yaitu tujuan sosial bagi kesejahteraan masyarakat yang sampai saat ini di negara kita tidak atau belum diatur dalam undang-undang secara khusus. Lembaga ini hidup berkembang semata-mata berdasarkan hukum yang tidak tertulis, berdasarkan kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.”

Sedangkan menurut Abdul Muis, pengertian yayasan adalah :

50

Dengan dikeluarkannya undang No.16 Tahun 2001 dan Undang-undang No. 28 Tahun 2004 maka pengertian yayasan adalah badan hukumyang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.51

49

Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Op Cit, hal. 112.

50

H. Abdul Muis, Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat (Suatu Tinjauan Mengenai Yayasan Sebagai Badan Hukum Dalam Menjalankan Kegiatan Sosial), Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan, 1991, hal.2.

51

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Di Indonesia sejak dahulu dikenal beberapa jenis yayasan yang semuanya diakui sebagai badan hukum. Di samping yayasan yang sepenuhnya tunduk kepada hukum yang berlaku bagi golongan Eropa maka dalam KUHPerdata dikenal dengan nama stiching, gisticht dan armeninrichting, selain itu terdapat jenis yayasan yang tunduk kepada hukum lain. Diantaranya terdapat yayasan Tionghoa (chineesche Stichting) semisal klenteng dan rumah abu (tso bio atau aschhuis), dan yang cukup dikenal umumnya yaitu wakaf, yayasan tunduk pada hukum perwakafan (hukum islam). Yang perlu diperhatikan dalam hal wakaf bahwa harta benda yang diwakafkan menjadi benda yang selanjutnya berada diluar perdagangan dan oleh karena itu tidak dapat diperjual-belikan.

Dari tinjauan diatas maka jelaslah bahwa status badan hukum yayasan sebelum Undang-undang yayasan tidak pernah diragukan,. Maka tidak mengherankan bahwa Undang-undang yayasan menegaskan hal ini.

Apabila diperhatikan ketentuan dalam Pasal 1 Undang-Undang Yayasan maka jelaslah bahwa yayasan pada hakekatnya adalah kekayaan yang terpisahkan yang oleh Undang-undang diberikan status badan hukum.

Kekayaan yang dipisahkan tersebut diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Dapat dikatakan bahwa yayasan pada hakekatnya adalah : (i) kekayaan berstatus badan hukum (ii) keberadaannya adalah demi tujuan tertentu.

Mengapa dalam UUY diberi penekanan bahwa yayasan harus bertujan sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek kegiatan yayasan di Indonesia, bentuk badan hukum yayasan banyak digunakan untuk mencapai tujuandan kemanusiaan seperti perawatan orang jompo, yayasan panti asuhan anak yatim-piatu, yayasan

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

kematian, yayasan dana pensiun dan sebagainya. Pemerintah juga dapat mendirikan yayasan seperti, yayasan bahan makanan, yayasan kesejahteraan Pegawai dan lain-lain sebagainya.

Yayasan tersebut didirikan dengan tujuan idealis dan tidak mencari keuntungan. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang banyak mempergunakan bentuk badan hukum yayasan. Tujuan yayasan untuk pendidikan ini adalah untuk mencerdaskan bangsa, memajukan pendidikan atau meningkatkan mutu pendidikan. Tetapi dalam prakteknya yayasan pendidikan tersebut memungut biaya pendidikan (SPP) yang tidak sedikit jumlahnya. Yayasan tersebut memanfaatkan kedudukan yayasan sebagai badan yang tidak kena pajak atau memperoleh keuntungan pajak, dan ini merupakan salah satu sebab mengapa yayasan pendidikan berkembang pesat.

Memperhatikan hakekat yayasan tersebut di atas maka sudah tepat bahwa undang-undang yayasan menegaskan bahwa yayasan dapat didirikan oleh satu orang dengan memisahkan harta kekayaan pendirinya. Disini terdapat perbedaan mencolok bila dibandingkan dengan pendirian Perseroan Terbatas harus dilakuka n sedikitnya (2) dua orang karrena Perseroan Terbatas adalah persekutuan modal (asosiasi modal) yang dibentuk berdasarkan perjanjian.

Sekalipun yayasan sebagai badan hukum merupakan hasil kreasi hukum dan oleh karena itu adalah suatu artificial person (buatan orang), amun demikian yayasan adalah benar-benar subyek hukum mandiri (person a standi in judicio) yang oleh hukum dibekali dengan hak dan kewajiban yang tidak berbeda dengan hak dan kewajiban yang dimiliki seorang manusia. Selanjutnya oleh karena yayasan adalah subyek hukum mandiri,maka keberadaannya tidak tergantung dari

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

keberadaan anggota pembina, pengurus maupun pengawas. Sekalipun mereka berganti, penggantian tersebut tidak merubah keberadaan yayasan.

Pendirian yayasan dilakukan oleh satu orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dengan bahasa Indonesia. Dalam kaitan ini perlu diperhatikan bahwa perbuatan hukum pendirian yayasan pada dasarnya adalah perbuatan hukum yang bersifat sepihak. Juga apabila yayasan didirikan oleh 2(dua) atau lebih pendiri, sifat perbuatan hukum dimaksud secara esensial berbeda dengan perbuatan hukum pendirian perseroan terbatas. Dalam hal ini perseroan terbatas, perbuatan hukum para pendiri sekaligus mengandung penyertaan dalam perseroan selaku persekutuan modal.

Sebagaimana telah disebutkan di atas undang-undang yayasan mengamanatkan bahwa pendirian tersebut harus dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa apabila pendirian yayasan tidak dilakukan dengan akta notaris, maka perbuatan hukum tersebut bukan perbuatanhukum pendiri yayasan sebagamana dimaksud dalam undang-undang yayasan dan oleh karena itu perbuatan yayasan tersebut tidak melahirkan yayasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akta notaris merupakan syarat bagi adanya yayasan.52

52

Gunawan Widjaja, Suatu Panduan Komprehensif Yayasan Di Indonesia, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2002, hal. 11.

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Dokumen terkait