• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

PERTANGGUNGJAWABAN PENGAWAS TERHADAP PENGELOLAAN SUATU YAYASAN MENURUT UNDANG-UNDANG No. 16 TAHUN 2001

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh: AGUS RINALDI NIM. 030200189

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

PERTANGGUNGJAWABAN PENGAWAS TERHADAP PENGELOLAAN SUATU YAYASAN MENURUT UNDANG-UNDANG No. 16 TAHUN 2001

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh: AGUS RINALDI NIM. 030200189

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui oleh: Ketua Departemen

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H. M.H. NIP. 131 570 455

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H. M.H. Syafruddin Hasibuan, S.H. M.H. DFM. NIP. 131 570 455 NIP. 131 842 853

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan berkat dan rahmat-Nya, masih diberikan kesehatan dan kesempatan serta kemudahan dalam mengerjakan skripsi ini serta Nabi Muhammad SAW atas doa serta syafaatnya.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini disadari dengan sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Namun terlepas dari segala kekurangan yang ada pada penulisan skripsi ini, atau tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu diucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H. M.H., sebagai Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara juga sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.Hum., sebagai Pembantu Umum Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

5. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., sebagai Pembantu Umum Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum., sebagai Dosen Pembimbing II serta sebagai sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini..

7. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S., sebagai Penasihat Akademik selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 8. Ibu Ningrum Natasya, S.H. MLI, Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H.

M.Hum., Ibu Dr. T. Kezeirina Devi A., S.H., M.Hum., Bapak M. Hayat, S.H., Ibu Rosnidar Sembiring SH,M.Hum., Bapak Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., Ibu Nurmalawaty, S.H., M.Hum., Bapak Abul Khair, S.H., M.Hum., Ibu Suria Ningsih, S.H., M.Hum., Para Dosen dan Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Juga diucapkan terima kasih yang sangat besar kepada kedua orang tua yang telah sabar dan mencurahkan segenap kasih sayangnya dan segala pengorbanannya serta doanya sehingga dapat memperoleh pendidikan tinggi ini, kepada orang tua yang paling di sayangi dan di cintai

1) Ayahanda H. Subandi (pengorbanan dan dukungan yang selama ini Papa berikan merupakan bukti bahwa untuk mendapat kehidupan yang lebih baik memang harus diperjuangkan)

(5)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

ku pada pendewasaan diri. Bahwa hidup memang sangat berat bila tidak dijalani dengan penuh kesabaran. Kesabaran Mama mengajarkan ku akan sebuah arti “cinta”)

3) Kakanda tersayang Doddy Nata Pramana yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat selesai.

10. Juga tidak lupa diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk keluarga besar penulis, Eyang Kakung Alm. H. Sahari (akan selalu ku ingat semua pesan dan nasehat dari eyang, akhirnya Agus menyelesaikan kuliah ini eyang), Eyang Putri Hj. Nurmala, Pakde Ir. H. Raden Bagus. Darori, M.M., Bude Hj. Suwartina, yang telah memberikan doa restu, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhingga.

11. Terima kasih diucapkan kepada kakanda Sylvi Kurnia Prihatsari, S.S., M.A., (dengan dukungan dan arahan-arahannya, akhirnya dapat menyelesaikan kuliah. Doain cepat dapat kerja ya kak), Kakanda dr. Sylvi Febriza Rizkasari (makasih ya kak, karena sudah bisa jadi tempat curhat yang baik dan penuh pengertian, serta menjadi dokter pribadiku dikala lagi sakit), Kakanda Sylva Taruli Sakti Anggatri (makasih ya mas, udah temeni jalan-jalan dikala lagi suntuk dan bingung).

(6)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

semua rasa ini menjadi pengalaman, motivasi dan semangat yang akan selalu mendorong ke arah yang lebih maju dan lebih baik (pasti Ayank ngelanjutin S-2 sepertimu).

13. Tidak ketinggalan terima kasih kepada sahabat-sahabatku Ari “Gigss”, Kanin “Jr”, Rizki “Cemeng”, Dolok “Ane”, yang selama ini bersama-sama dalam suka maupun duka.

14. Rekan-rekan angkatan 2003 yang selama ini bersama-sama di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Mimie, Ernita, Fidia Ulfa (makasih atas fotocopian catatannya ya), Buat anggota Sex-C Futsal Team, Arief, Jamil, Ahmad Aman (Sex-C is winner forever), Imul, Federico, Suhex, David, Octa, Prima, Firdan, Yoyok, Winca, Safrina, Rafina, Phuan, Duha, Rio, Alpin, Adit, Gatot, Agung, Cipta, Winda, Muslih, Fauzan, Bunda “kantin”, dan teman-teman serta senior-senior yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu.

15. Anak-anak Burger Mega Ledsu, buat Adi (buat konsumen betah ya bos), Zainal “Domba”, Heru (PS lagi-PS lagi), buat Bang Tua (Thank’s ya bang, udah Install Komputerku dan buat komputerku selalu Update terus), Yuni “ Saras”, Rara.

(7)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Gubsu di Partai PDI-Perjuangan. Kekalahan adalah kunci dari keberhasilan).

17. Serta untuk semua teman-teman yang pernah hadir dan menetap dalam hatiku yang benar-benar tak terlupakan. Untuk waktu bersama dikala jalan-jalan, sedih dikala semua masalah ada dalam pikiran, dan mengharumkan di sekian kejadian yang menghadang di depan kita. Semua itu hanyalah membuat kenangan untuk tersenyum dalam hati sepanjang masa. Thank’s 4all of you…

Akhir kata kiranya tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.

Wassalamualaikum wr. wb. Medan, Februari 2008

Penulis,

(8)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

PERTANGGUNGJAWABAN PENGAWAS TERHADAP PENGELOLAAN SUATU YAYASAN MENURUT UNDANG-UNDANG No. 16 TAHUN 2001

*) Agus Rinaldi **) Bismar Nasution ***) Sunarmi

ABSTRAK

Sebelum lahirnya Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, pendirian Yayasan di Indonesia dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, dokrin dan yurisprudensi. Badan hukum Yayasan didirikan untuk tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Oleh karena sifat dan tujuan Yayasan tersebut, maka Yayasan sama sekali berbeda dengan badan hukum atau badan usaha lain, seperti Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer, Firma, Persekutuan Perdata, Perusahaan dagang, Koperasi dan sebagainya, dimana badan-badan tersebut tidak bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan melainkan untuk mencari keuntungan semata. Namun kini Yayasan telah dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang bukan untuk tujuan sosial, kemanusiaan dan keagamaan, seperti untuk memperkaya diri sendiri atau pengurus Yayasan, menghindari pajak yang seharusnya dibayar, menguasai suatu lembaga pendidikan untuk selama-lamanya, menembus birokrasi, memperoleh fasilitas dari Negara atau penguasa, dan berbagai tujuan lainnya. Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah mengenai Yayasan.

Mengamati perkembangan Yayasan baik pada waktu yang lalu maupun pada waktu yang sekarang ini, Yayasan banyak digunakan untuk melakukan kegiatan usaha yang sulit dibedakan dengan lembaga/badan hukum yang bersifat

komersil, sehingga dalam prakteknya Yayasan sering dijadikan kedok ataupun cara untuk melakukan kegiatan usaha yang bersifat komersil. Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 memperbolehkan Yayasan untuk melakukan kegiatan usaha yang bertujuan memperoleh laba dengan alasan agar Yayasan tidak selamanya tergantung pada sumbangan dari masyarakat, negara ataupun bantuan dari negara lain. Hal ini tentunya menyimpang dari tujuan semula pendirian Yayasan yang bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Hal ini memberi makna bahwa kekayaan Yayasan terpisah dari kekayaan pendiri. Selain itu, Yayasan merupakan subyek hukum (entitas hukum) mandiri yang tidak bergantung dari keberadaan organ Yayasan. Artinya, organ Yayasan bukanlah pemilik Yayasan melainkan sebagai pengelola kelangsungan hidup Yayasan. Organ Yayasan bertanggungjawab penuh terhadap pengelolaan kekayaan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.

(9)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

penelitian menunjukkan bahwa seorang pengawas menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan. Para pengurus Yayasan termasuk pengawas, berkewajiban merencanakan, mengelola, dan mengendalikan kegiatan operasional Yayasan serta menciptakan nilai tambah (value added) atau value for money, terhadap harta Yayasan guna mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Dalam menjalankan tugas tersebut, pengurus dapat mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan Yayasan. Visi dan misi Yayasan perlu dirumuskan secara jelas dan tegas sebagai dasar untuk memberi arah dalam perencanaan strategis Yayasan. Visi, misi, tujuan serta aspek strategis lainnya harus disusun oleh Pengurus Yayasan. Sumber pendanaan Yayasan biasanya menjadi fokus perhatian Pengurus karena Pengurus Yayasan menjadi penentu eksistensi Yayasan itu sendiri.

Kata Kunci : Pengawas, Tanggung Jawab, Yayasan.

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

(10)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK vi

DAFTAR ISI viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 6

D. Keaslian Penulisan 7

E. Tinjauan Kepustakaan 8

F. Metode Penelitian 10

G. Sistematika Penulisan 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG YAYASAN A. Pengertian Yayasan 12

B. Sejarah Pendirian Yayasan 18

C. Sifat, Maksud dan Tujuan Yayasan 28

D. Hakekat Yayasan Sebagai Badan Hukum 34

BAB III PENGAWAS SEBAGAI ORGAN YAYASAN MENURUT UNDANG-UNDANG No. 16 tahun 2001 A. Organ Yayasan 41

B. Tata Cara Pengangkatan, Pengganti, dan Pemberhentian Pengawas 47

C. Tugas dan Wewenang Pengawas 51

(11)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

B. Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Harta Suatu

Yayasan 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 71

B. Saran 72

DAFTAR PUSTAKA 74

(12)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara Republik Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum dan kemudian dalam pokok pikiran yang kedua dari Pembukaan UUD 1945 tersebut dinyatakan bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosoial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemudian di dalam GBHN dinyatakan juga bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila yang akan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang kehidupan terutama bidang perekonomian. Pembangunan bidang perekonomian meliputi segala sektor-sektor seperti pertanian, indistri, pertambangan dan energi, perhubungan, koperasi, jasa-jasa dan lain sebagainya.

Untuk mencapai segala tujuan yang dicita-citakan tersebut, tidak lain adalah bagaimana upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peran pemerintah dalam hal ini harus dapat aktif, karena sebagian penduduk Indonesia tergolong dalam masyarakat ekonomi lemah. Pemerintah dapat berperan melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang perekonomian.

(13)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Apabila dilihat dari jumlah pemilik perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi perusahaan perorangan dan perusahaan persekutuan. Perusahaan perorangan didirikan dan dimiliki oleh satu orang pengusaha. Perusahaan persekutuan didirikan oleh beberapa orang pengusaha yang bekerja sama dalam persekutuan.1

1. Badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah (penguasa) atau lazim disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).

Dilihat dari status pemiliknya perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan swasta dan perusahaan-perusahaan negara. Perusahaan swasta didirikan oleh negara lazim disebut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dilihat dari klasifikasi badan hukum berdasqarkan eksistensinya yaitu:

2. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah yang merupakan milik swasta seperti Perseroan Terbatas, Koperasi.

3. Badan hukum yang diperbolehkan atau untuk tujuan tertentu yang bersifat ideal seperti yayasan pendidikan, sosial, keagamaan dan lain-lain sebagainya.

Sekarang ini perkembangan perusahaan sangat pesat sehingga perlu ada aturan-aturan yang secara khusus mengaturnya. Seperti halnya Perseroan Terbatas pemerintah dalam hal ini telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, sedangkan untuk Koperasi pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Pengaturan mengenai bentuk usaha diatas sangat diperlukan, hal ini untuk tercapainya kepastian hukum sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat.

1

(14)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan yang merupakan suatu perubahan yang mendasar dalam bidang hukum Yayasan. Selama ini pengaturan Yayasan hanya melalui yurisprudensi dan kebiasaan-kebiasaan saja. Dengan diadakannya pengaturan tersendiri mengenai Yayasan merupakan suatu penegasan pengakuan eksistensi Yayasan sebai subyek hukum.

Sebelumnya, Yayasan selama ini dianggap sebagai badan hukum hanya melalui teori-teori hukum, sehingga apabila diperhatikan perkembangan Yayasan pada saat ini cukup pesat. Hal ini diakibatkan belum adanya pengaturan hukum secara tegas mengenai Yayasan, sehingga masyarakat dapat mudah mendirikan Yayasan.

Dalam mendirikan Yayasan ada kecenderungan bahwa masyarakat mendirikan Yayasan dengan maksud berlindung dibalik status badan hukum Yayasan yang tidak hanya digunakan sebagai wadah pengembangan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan melainkan adakalanya juga Yayasan digunakan untuk memperkaya diri dari para Pendiri, Pengurus dan Pengawas. Hal ini tidak sejalan dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar Yayasan, pada pihak lain ada dugaan Yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari para pendiri atau pihak lain dengan cara melawan hukum.2

Undang-Undang tentang Yayasan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 sudah melambangkan fungsi kreatif dengan membatasi tujuan Yayasan dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan sekaligus mencoba mengkoordinir dan melembagakan Yayasan

2

(15)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

yang hendak melaksanakan fungsi komersialnya. Namun Undang-Undang menghendaki transparansi finansial terhadap pembukuan keuangan Yayasan. Hal ini memberi kesempatan pada Kejaksaan dan Pengadilan untuk melakukan pengawasan publik.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan memberikan peluang kepada Yayasan untuk mencari keuntungan.

Hal senada juga disampaikan oleh H. Abdul Muis, dikatakan bahwa Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 memberi peluang kepeda Yayasan untuk berbisnis dan selain itu Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuan dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam badan usaha.3

Bergesernya tujuan ideal dan sosial ke arah tujuan komersial merupakan tuntutan zaman, agar misi Yayasan dalam mencapai tujuan bias tercapai. Tanpa adanya dana yang memadai tentu saja Yayasan tidak bisa berkembang dan mengembangkan diri. Pada mulanya tidak komersial itu dilakukan sifatnya temporer yaitu dilakukan hanya sewaktu-waktu saja dan tidak berkesinambungan.4

Oleh karena itu dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 2004 memberikan pemahaman yang benar kepada

3

Harian Medan Pos, Sabtu 22 Juni 2002.

4

(16)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

masyarakat mengenai Yayasan, menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi.

Pendirian Yayasan dilakukan dengan akta notaris dan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk. Ketentuan tersebut dimaksudkan agar penataan administrasi pengesahaan suatu Yayasan sebagai badan hukum dapat dilakukan dengan baik guna mencegah berdirinya Yayasan tanpa melalui prosedur yang ditentukan dalam Undang-Undang ini. Dalam rangka memberikan pelayanan dan kemudahan bagi masyarakat permohonan pendirian Yayasan dapat diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan tersebut. Dan setelah Yayasan memperoleh pengesahan haruslah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar registrasi Yayasan dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum yang dilakukan Yayasan yang dapat merugikan masyarakat.5

Dalam kondisi sekarang ini banyak dijumpai Yayasan-Yayasan hanya berkedok sebagai badan hukum. Sehingga pendirian Yayasan hanya bertujuan untuk memperkaya para pengurusnya saja. Di pihak lain sangatlah mudah dam hal

Dalam hal ini, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 merupakan Undang-Undang baru setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 berisi tentang perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001.

5

(17)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

pendirian Yayasan. Pendirian Yayasan selama ini hanya berdasrkan kebiasaan-kebiasaan dan yurisprudensi yang ada.

Sejalan dengan kecenderungan tersebut timbul pula berbagai masalah, baik masalah yang berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan anggaran dasar maupun masalah sengketa antara pengurus, pendiri dengan pengawas ataupun pihak-pihak lain.

B. Perumusan Masalah

Agar dapat dianalisis sehingga memberi gambaran yang tepat tentang tentang isi skripsi ini, permasalahan akan dibatasi pada masalah-masalah yang timbul, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hak-hak dan kewajiban Pengawas dalam mengelola Yayasan? 2. Bagaimanakah tanggung jawab Pengawas terhadap pengelolaan harta

Yayasan?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini, antara lain sebagai berikut :

1. Mengetahui hak-hak dan kewajiban Pengawas dalam mengelola Yayasan menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001.

(18)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Manfaat penulisan skripsi ini, yakni sebagai berikut : 1. Secara Teoritis :

Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah dalam tulisan ini akan memberikan penambahan dan sikap keritis dalam menghadapi pemberlakuan substansi sebuah peraturan perundang-undangan yang berkenaan tentang yayasan di Indonesia, mengingat bahwa buku dan literatur yang membahas masalah yang berkenaan dengan tema tulisan ini masih minim, maka pemaparan bahasan tulisan ini didukung oleh pendapat banyak sarjana ekonomi ahli dibidang hukum dan ekonomi yang memberikan sumbangsih pemikirannya berkenaan dengan tema, oleh karena itu diharapkan bahwa kelak tulisan ini mampu menambah khasanah pemikiran terhadap masalah peran penting Pengawas dalam pengelolaan yayasan.

2. Secara Praktis :

(19)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul Pertanggung jawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 adalah hasil karya penulis sendiri karena pembahasan masalah yang dikemukakan pada penulisan skripsi kali ini khusus membahas masalah pertanggung jawaban pengawas terhadap pengelolaan yayasan berdasarkan peraturan yang ada, yang dijabarkan dengan pemikiran, referensi buku-buku, dan dari bantuan pihak-pihak lain.

E. Tinjauan Kepustakaan

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001, dikatakan bahwa Yayasan merupakan badan hukum terdiri dari atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.6

Sedangkan badan hukum adalah subjek hukum ciptaan manusia pribadi berdasarkan hukum, yang diberikan hak dan kewajiban seperti manusia pribadi.7

Selanjutnya yang dimaksud dengan subyek hukum adalah suatu yang mempunyai hak dan kewajiban diantaranya manusia (natuurlijke persoon) dan badan hukum (rechtperson).8

6

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001.

7

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hal. 29.

8

(20)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Apabila disimak uraian di atas maka ada beberapa unsur yang dapat dikatakan sebagai yayasan :

1. Yayasan adalah badan hukum.

Badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum dan memang diperlukan keberadaannya sehingga disebut legal entity. Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 2 memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman.9

2. Terdiri atas kekayaan yang dipisahkan

Sedangkan dalam unsur kedua dikatakan bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan. Kekayaan yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, Karyawan atau pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan Yayasan.10

3. Untuk mencapai tujuan dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.

Lebih lanjut mengenai pertanggung jawaban pengawas yayasan bahwa pengawas yayasan wajib membuat pembukuan atas kegiatan uasaha yang dilakukan.11

9

Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001.

10

Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.

11

Pasal 48 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001.

(21)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan yayasan dapat dijamin. Sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.

F. Metode Penulisan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) atau berupa data sekunder saja. Melalui metode studi pustaka ini dipelajari sumber-sumber penulisan berupa rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar di bidangnya, Koran dan majalah termasuk situs internet, mengingat tema tulisan yang diangkat belakangan ini kerap diaktualisasikan melalui media elektronik dan media cetak.

G. Sistematika Penulisan

Tulisan ini terdiri dari 5 (lima) Bab. Dimana masing-masing gambaran umum mengenai substansi bahasan tiap Bab, antara lain sebagai beikut :

Bab I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

(22)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

hukum dan pengaruh kebijakan industrial terhadap kebijakan investasi.

Bab III : Merupakan tinjauan mengenai pengawas sebagai organ yayasan menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001, pada bab ini bahasan mencakup tentang tata pengangkatan, penggantian dan pemberhentian pengawas, serta tugas dan wewenang pengawas. Bab IV : Berisi tentang penelaahan mengenai pertanggung jawaban

pengawas terhadap pengelolaan yayasan menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001, pada bab ini yang dibahas adalah mencakup hak-hak dan kewajiban pengawas dalam mengelola yayasan, pertanggung jawaban pengawas terhadap pengembangan organisasi yayasan, pertanggung jawaban pengawas terhadap pengelolaan harta suatu yayasan, dan tanggung jawab pengawas mengenai transparansi dan akuntabilitas yayasan.

(23)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG YAYASAN

A. Pengertian Yayasan

Sebelum kita bicara lebih jauh tentang yayasan, ada baiknya bila kita melihat kebelakang dan mengupas sedikit tentang asal usul munculnya lembaga yayasan yang kita kenal seperti yang sekarang ini.

Sebelumnya juga telah disebutkan bahwa yayasan erat hubungannya dengan fiilantropi atau kedermawanan/kasih sayang yang merupakan terjemahan bebas dari Philantropisme (setidaknya begitulah masyarakat luas kita mengartikannya). Mengenai arti dari Philantropisme ini sendiri belum ada batasan yang baku yang menerangkan pengertian dari Philantropisme. Baru pada tahun 2001, sebuah seminar lokakarya nasional di Jakarta mencoba memberikan batasan konsep kedermawanan sebagai perpindahan secara sukarela untuk tujuan sedekah, sosial dan kemasyarakatan, terdiri dari dua bentuk utama yaitu

pendayagunaan hibah sosial dan pembangunan.12

12

Definisi ini mulanya dipinjam dari Filiphina sebagai salah satu negara ASEAN yang sudah relative maju kegiatan philantropinya. Lihat Velasco, Gisela T. “Overview of Organized

Philantropy in the Philippines”, dalam Tadashi Yamamoto, 1996.

(24)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Akhirnya sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan pola piker masyarakat, kegiatan ini semakin mengalami perkembangan dan dituntut untuk dilakukan lebih terstuktur. Hal inilah yang mungkin pada akhirnya mendorong masyarakat untuk membentuk suatu lembaga yang dapat menjadi wadah kegiatan sosial masyarakat yang kita kenal dengan nama yayasan.

Seperti yang telah diuraikan oleh penulis sebelumnya, bahwa memang lembaga yayasan telah dikenal dan banyak digunakan di tanah air sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda sampai Indonesia menjadi negara merdeka dan berdaulat, namun tidak ada peraturan hukum yang mengatur tentang yayasan,13

Yayasan sendiri, dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah Stichting, yang dalam bahasa Inggris dikenal istilah foundation. Pengertian yayasan sebagai Foundation menurut Black’s Law Dictionary sebagai berikut

hal inilah yang membuat tidak jelasnya pengertian apapun definisi tentang yayasan itu sendiri.

14

13

Maksudnya ialah, sebelum akhirnya pemerintah mengesahkan Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 dan perubahannya, yaitu Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004.

14

Henry Chambell Black, M. A, “Black’s Law Dictionary”, Cet 6, St. Paul Minnesotta:USA, West Publishing Co, 1990, hal. 656.

Permanent fund established and maintained by contribution for charitable, educational, religious, research or other benevolen

purpose. An Institution or association given to rendering financial aid

to colleges, schools, hospital and charities and generally supported by

gifts for such purposes.

The founding or building of a college or hospital is the foundation;

(25)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Yayasan dapat diartikan seperti tersebut diatas menekankan pada adanya suatu dana permanent yang dibuat dan dipelihara berdasarkan kontribusi.15

Scholten16

Mahadi

mengatakan : “Yayasan adalah suatu badan hukum yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan tertentu, dengan penunjukan, bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan”.

17

Menurut Abdul Muis, pengertian yayasan adalah :

mengutip dari kamus van Dale mengatakan bahwa yayasan ialah sebagai suatu badan hukum yang didirikan dengan suatu akte atau testamen, si pendiri menyisihkan sebahagian dari hartanya untuk tujuan tertentu. Si pendiri juga menetapkan pengurus-pengurusnya.

18

Pengertian yayasan mernurut Prof. Drs. C.S.T. Kansil, SH dan Christine S.T. Kansil, SH, MH adalah:

“Yayasan merupakan suatu lembaga yang mempunyai tujuan idial yaitu tujuan sosial bagi kesejahteraan masyarakat yang sampai saat ini di negara kita tidak atau belum diatur dalam Undang-Undang secara khusus. Lembaga ini hidup dan berkembang semata-mata berdasarkan hukum yang tidak tertulis, berdasarkan kebiasaan yang hidup dalam masyarakat”.

19

15

Arie Kesumastuti Maria Suhardiadi, SH, “Hukum Yayasan di Indonesia (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan)”, Indonesia Legal Center Publishing, Cet 2, PT. Abadi, Jakarta, 2003, hal. 13.

16

Disitir dari Ali Rido, SH, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf.

17

Mahadi, “Badan Hukum”, Fakultas Hukum USU, 1978, hal. 18.

18

H. Abdul Muis, “Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat (Suatu Tinjauan Mengenai Yayasan Sebagai Badan Hukum dalam Menjalankan Kegiatan Sosial)”, Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Medan, 1991, hal.2.

19

Prof. Drs. C.S.T. Kansil, SH dan Christine S.T. Kansil, SH, MH. “Kamus Istilah Aneka Hukum, Cet 1, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2000, hal.198.

(26)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Dari beberapa pengertian tentang yayasan yang telah diuraikan tersebut, maka kita setidaknya dapat menarik kesimpulan bahwa yayasan adalah merupakan suatu lembaga yang bergerak dibidang sosial yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Hal mana berkaitan erat dengan kegiatan amal (filantropi) yang merupakan bentuk ideal lembaga yayasan.

Sedangkan menurut UUY dalam Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa “Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota”.

Adapun yang terdapat dalam yayasan adalah :

a. Yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan.

b. Kekayaan yayasan digunakan untuk mencapai tujuan yayasan.

Tujuan yang dimaksud adalah tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.

B. Sejarah Pendirian Yayasan

(27)

orang-Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

perorangan atau badan hukum. Jadi, berdasarkan ketentuan Pasal 9 UUY, yayasan dapat didirikan oleh :

a. Satu orang :

1. Orang Indonesia (Warga Negara Indonesia); 2. Orang Asing (Warga Negara Asing).

b. Lebih dari satu orang :

1. Orang-orang Indonesia (Warga Negara Indonesia); 2. Orang-orang Asing (Warga Negara Asing);

3. Orang-orang Indonesia (Warga Negara Indonesia) dan orang-orang asing (Warga Negara Asing).

c. Satu badan hukum :

1. Badan hukum Indonesia; 2. Badan hukum asing. d. Lebih dari satu badan hukum :

1. Badan hukum Indonesia; 2. Badan hukum Asing;

3. Badan hukum Indonesia (Warga Negara Indonesia) dan badan hukum asing (Warga Negara Indonesia).

e. Adanya pemisahan harta kakayaan pendiri yang akan dijadikan sebagai kekayaan awal.

f. Berdasarkan wasiat.

(28)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Mengenai hal ini, tidak ada diatur secara tegas oleh UUY, sehingga hal ini dianggap sah-sah saja, terlebih lagi jika melihat kepada tujuan dari yayasan yang sifatnya mulia. Namun hal ini Arie Kusumastuti berpendapat lain, menurut penafsirannya.20

Mengapa demikian? Menurutnya hal ini berkaitan erat dengan adanya kewajiban dari para pendiri yayasan untuk memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal yayasan.

UUY telah mengatur secara tegas bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan.

21

Lebih lanjut ia berpendapat, barangkali para pembentuk UUY pada saat itu memikirkan bahwa apabila dilakukan pemisahan antara kekayaan pendiri perorangan dengan pendiri badan usaha yang bersama-sama akan mendirikan suatu yayasan, maka hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan dikemudian hari.22

Dalam hal ini ada pemikiran seprti hal tersebut, maka pola pemikiran tersebut adalah tidak tepat. Karena menurut hematnya dapat saja pendiri perorangan dan pendiri badan hukum sebelumnya sudah membuat perjanjian yang secara tegas menyetujui dan mengatur pemisahan harta kekayaan mereka yang akan dimasukkan sebagai kekayaan awal yayasan.23

Untuk langkah selanjutnya, pasal 9 (2) menentukan bahwa pendirian yayasan dilakukan dengan akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

20

Arie Kusumastuti, “Hukum Yayasan di Indonesia hal. 74. ia berpendapat bahwa dalam penjelasan pasal 9 (1) telah dinyatakan secara tegas dalam hal tersebut tidak dibolehkan dengan adanya kata ‘atau’ (… orang perorangan ‘atau’ badan hukum)

21

Ibid,.

22

Ibid,.

23

(29)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Apabila yayasan tersebut didirikan bersama-sama dengan pihak asing, maka hal tersebut diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Sebelum lahirnya UU No. 16/2001 dan UU No. 28/2004, bahwa pendirian yayasan di Indonesia hanya berdasarkan kebiasaan masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah.

Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan yayasan dengan maksud untuk berlindung dibalik status badan hukum yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkn kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusiaan, melainkan adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri sendiri, pengurus dan pengawas.

Pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris dan menjadi Badan Hukum setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Perundang-undangan dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia (BNRI), ketentuan ini dimaksud agar register yayasan dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan melanggar (onrechtmatigedaad) yang merugikan masyarakat, dan apabila ada kekayaan yayasan berupa benda tidak bergerak (misalnya : tanah) bisa langsung tercatat atas nama yayasan.24

Untuk mewujudkan mekanisme publik terhadap yayasan yang diduga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan anggaran dasar atau merugikan kepentingan umum. Maka kemungkinan pemeriksaan terhadap yayasan yang dilakukan oleh ahli berdasarkan penetapan pengadilan atas permohonan tertulis pihak ketiga yang berkepentingan atau atas permintaan Kejaksaan dalam mewakili

24

(30)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

kepentingan khalayak (umum). Misalnya dalam anggaran dasar yayasan bergerak dalam bidang pendidikan, tetapi dalam prakteknya yayasan tersebut bergerak dalam bidang minyak tanah (minyak lampu).

Di Indonesia ternyata untuk menentukan pendapat-pendapat para ahli dan yurisprudensi-yurisprudensi mengenai yayasan tersebut tidak mudah, tetapi dalam praktek hukum dan kebiasaan-kebiasaan membuktikan bahwa di Indonesia itu : a. Dapat didirikan suatu yayasan.

b. Yayasan mempunyai kedudukan sebagai badan hukum.

Dalam kenyataan yayasan-yayasan yang didirikan itu dalam dalam pergaulan hukumnya diakui mempunyai hak dan kewajiban sendiri, sebagai salah satu pihak dalam hubungan hukumnya dengan subjek hukum yang lain.

Dalm pasal 9 Undang-undang No. 16 Tahun 2001 jo Undang-undang No. 28 Tahun 2004 mengatakan bahwa yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Dan pendirian yayasan tersebut dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia.25

25

Chatamarrasjid, Badan Hukum Yayasan (Suatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial). Op Cit. hal. 22.

Selanjutnya pasal 10 ayat 2 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pendirian yayasan dapat dilakuakan berdasarkan surat wasiat dengan penerima wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat.

(31)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam hal yayasan didirikan berdasarkan surat wasiat dan ahli waris pendiri tidak melaksanakan kewajibannya, maka pengadilan dapat memerintahkan ahli waris yang bersangkutan untuk melaksanakan kewajiban tersebut atas permintaan Kejaksaan. Contohnya dalam surat wasiat menyatakan bahwa ahli waris menginginkan bahwa tanah wakafnya harus dibuat mesjid, tetapi dalam kanyataannya tanah tersebut digunakan untuk bidang pendidikan.

Menurut Ali Rido, dari hal-hal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mendirikan yayasan diperlukan :26

1. Syarat Materiil yang terdiri dari :

a. Harus ada suatu pemisahan harta kekayaan b. Suatu tujuan tertentu

c. Suatu organisasi

2. Syarat Formil dengan akta otentik

Kekayaan awal yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang. Selain kekayaan yang berasal dari pemisahan harta kekayaan tersebut, yayasan dimungkinkan untuk memperoleh tambahan harta kekayaan melalui :

a) Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat; b) Wakaf;

c) Warisan; d) Hibah;

e) Hibah wasiat;

26

(32)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

f) Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;

g) Bantuan pemerintah; h) Bantuan dari luar negeri.27

Menurut pendapat Scholten dan Pilto kedudukan badan hukum itu ada, jika organisasi itu merupakan suatu kesatuan sendiri, mempunyai kepribadian sendiri, mempunyai tujuan sendiri dan mempunyai harta kekayaan sendiri atau dengan kata lain kedudukan badan hukum itu diperoleh bersama-sama dengan berdirinya yayasan itu.28

Berdasarkan Pasal 11 ayat 1 UUY, bahwa yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2 memperoleh pengesahan dari Menteri. Lebih jauh lagi ditegaskan dalam Pasal 11 ayat 1 Undang-undang No. 28 tahun 2004, kewenangan Menteri dalam memberikan pengesahan akta pendirian yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia atas nama Menteri, yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan yayasan.29

Dalam Pasal 12 ayat 4 pada perubahan UUY, Undang-undang No. 28 Tahun 2004 mengatakan bahwa pengesahan akta pendirian diajukan oleh pendiri atau kuasanya dengan mengajuka permohonan tertulis kepada Menteri.

27

YB. Sigit Hutomo, Pengelolaan Harta Yayasan, Dalam Reformasi Yayasan Perspektif Hukum dan Manajemen, Yogyakarta : Andi, 2002, hal. 126.

28

Scholten, Dalam Ali Rido, Op Cit, hal. 14.

29

(33)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Pengesahan akta pendirian diberikan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.30

Ayat 2 Pasal 12 menyatakan bahwa dalam hal diperlukan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 1 pengesahan diberikan atau tidak diberikan dalam jangka waktu :31

a. Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterima jawaban permintaan pertimbangan diterima dari instansi terkait, atau

b. Setelah lewat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal jawaban permintaan pertimbangan kepada instansi terkait tidak diterima.

Dalam hal permohonan pengesahan ditolak Menteri wajib memberitahukan secara tertulis disertai dengan alasannya, kepada pemohon mengenai penolakan tersebut. Alasan penolakan adalah bahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya.

Akta dalam mendirikan yayasan itu memuat anggaran dasar dan keterangan lain yang dianggap perlu. Anggaran dasar sekurang-kurangnya memuat :32

a. Nama dan tempat kedudukan

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan c. Jangka waktu pendirian

d. Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam bentuk uang atau benda.

30

Pasal 12 ayat 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.

31

Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.

32

(34)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

e. Cara memperoleh dan menggunakan kekayaan

f. Tata cara pengangkatan, pemberhentian dan penggantian anggota Pembina, pengurus dan pengawas

g. Hak dan kewajiban anggota pembina, pengurus dan pengawas h. Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan

i. Ketentuan mengenai perubahan anggaran dasar j. Penggabungan dan pembubaran yayasan dan

k. Penggunan kekayaan sisa likuidasi dari atau penyaluran kekayaan yayasan setelah pembubaran.

Keterangan lain biasanya memuat sekurang-kurangnya nama, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir serta kewarganegaraan pendiri, pembina, pengurus dan pengawas.

Yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidak tertentu.dalam hal ini, berarti lama pendirian yayasan harus diatur dan ditentukan dalam Anggaran Dasar. Jika yayasan didirikan untuk jangka waktu tertentu, pengurus dapat mengajukan perpanjangan waktu pendirian kepada Menteri Kehakiman dan Hak Azazi Manusia, paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu pendirian yayasan.

Selanjutnya menurut Chatamarrasjid, suatu yayasan sekurang-kurangnya harus meliputi sebagai berikut, yaitu :

1. Harus bertujuan sosial dan kemanusiaan;

(35)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

3. Dana yayasan berasal dari harta kekayaan para pendri yang sesuai dengan tujuan pendirian yayasan

4. Kekayaan yang dipisahkan harus sesuai dengan tujuan pendirian yayasan;

5. Fasilitas yang diperoleh dan dana yang berhasil dihimpun harus digunakan sesuai dengan tujuan yayasan;

6. Yayasan dapat melakukan usaha yang menghasilkan laba, tetapi bukan tujuan dan harus digunakan untuk tujuan sosial;

7. Yayasan harus terbuka untuk partisipasi masyarakat; 8. Pertanggung jawaban pengurus harus jelas;

9. Yayasan harus ditujukan untuk menegakkan hak asasi manusia dan keadilan sosial;

10. Kalau yayasan bubar, kekayaan yayasan harus dilimpahkan pada badan atau yayasan yang bertujuan sama atau hamper sama;

11. Kayasan baik pendiriannya maupun peraturan lainnya harus diatur oleh atau dengan Undang-Undang.33

Berakhirnya suatu yayasan dapat terjadi dalam beberapa cara, misalnya karena jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir, tujuan telah atau tidak mungkin dicapai lagi, ataupun karena putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, pailit, atau karena hal-hal lain yang diatur dalam peraturan dari yayasan.

33

(36)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Hal yang terpenting dalam mendirikan yayasan adalah mengenai nama yayasan, sebagaimana diatur dalam pasal 15 UUY yang menerangkan, bahwa yayasan tidak boleh memakai nama yang :34

a. Telah dipakai secara sah oleh yayasan lain atau

b. Bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan

Nama yayasan harus didahului dengan kata ‘Yayasan’, dalam hal kekayaan yayasan berasal dari wakaf, kata wakaf dapat ditambahkan setelah kata yayasan.

Untuk lebih mengetahui tentang pendirian yayasan sebagai badan hukum Indonesia, kita perlu mengetahui kedudukan yayasan menurut Undang-undang No.16 Tahun 2001 dan Undang-undang No. 28 Tahun 2004, yakni :

1. Landasan Hukum Peralihan Yayasan Sebagai Badan Hukum

Dalam rangka memperoleh status badan hukum, maka yayasan harus memenuhi syarat-syarat pendiri badan hukum tersebut. Pembentukan yayasan didalam hukum perdata terjadi dengan surat pengakuan (akta) diantara pendirinya atau dengan surat hibah/wasiat yang dibuat dihadapan notaris. Dalam akta tersebut ditetapkan maksud/tujuan, nama, susunan dan badan pengurus, serta kekayaan yang dipisahkan untuk mewujudkan tujuan yayasan itu. Jadi, yayasan sebagai badan hukum harus disyaratkan adanya :35

1. Penunjukan suatu tujuan tertentu. 2. Penunjukan suatu organisasi.

3. Harus dapat pemisahan harta kekayaan.

34

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001

35

(37)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam UU No. 16/2001 jo UU No. 28/2004 Pasal 9 secara tegas mengatakan bahwa yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.

Dalam praktek kenotariatan yayasan didirikan dengan akta notaris dan sejak masa kemerdekaan akta-akta pendirian ditulis dalam bahasa Indonesia. Pendirian itu dilakukan oleh satu orang atau beberapa orang pendiri bersama-sama dan selanjutnya sesudah aktanya selesai dilanjutkan dengan pendaftaran di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang dalam wilayah kerja tempat kedudukan hukum yayasan itu berada.

Pendaftaran itu dilakukan dengan menyerahkan satu helai tindasan dari akta pendirian yayasan itu kepada petugas yang melayani pendaftaran itu dengan membayar biaya resmi pendaftarannya. Konsekwensi dari pendaftaran ini, karena sifatnya berupa pengumuman tadi, maka setiap orang yang bermaksud hendak mengetahui eksistensi dalam komposisi pengurus yayasan bertanya kapada pejabat yang menyelenggarakan pendaftaran yayasan di setiap Kepaniteraan Pengadilan tentang keberadaan suatu Yayasan. Sayangnya ketentuan register keberadaan yayasan yang tersentralistik dengan system hukum di Indonesia tidak ada sehingga sangat sukar sekali untuk mengetahui atau mendeteksi berapa jumlah riel dari yayasan yang didirikan menurut hukum di Indonesia. Sedangkan dalam UUY No. 16/2001 dan UUY No. 28/2004 tidak mengatur secara khusus mengenai pendaftaran.

(38)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

selanjutnya meminta keterangan pejabat disana tentang keberadaan suatu yayasan sekaligus mencari tahu siapa pengawas atang penanggung jawabnya.

Pada mulanya pendaftaran itu cukup dilakukan sesuai dengan prosedur tersebut diatas, akan tetapi sejak Menteri Kehakiman dijabat oleh Bapak Ismail Saleh maka ketentuan sebelum pendaftaran dilakukan maka pengurus yayasan harus terlebih dahulu mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama yayasan berikut fotocopinya diserahkan ke Kepaniteraan Pengadilan untuk dicocokkan dengan fotocopinya yang dilampirkan oleh pemohon pendaftaran dan sesudah selesai dicocokkan maka salinan dari kartu NPWP itu dikembalikan kepada yang bersangkutan.

Konsekwensi perolehan status yayasan sebagai badan hukum itu adalah bahwa yayasan itu dapat bertindak sebagai subyek hukum hukum dalam hukum dan karenanya dapat bertindak sebagai pendukung hak dan kewajiban, sekaligus dapat melakukan segala bentuk perbuatan hukum dalam lalu lintas hukum di Indonesia dengan segala akibatnya.

Dalam kiprahnya melakukan tindakan hukum yayasan dapat saja suatu katika berhadapan dengan pihak lain di Pengadilan (baik sebagai Penggugat maupun Tergugat) dan dapat pula dinyatakan pailit seperti halnya pada PT dan mungkin saja dapat dinyatakan tidak hadir tetapi yentu saja yayasan tidak dapat dinyatakan berada dibawah curatele sebab ia tidak dapat disamakan dengan manusia dewasa uang harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dapat diletakkan dibawah curate.36

36

(39)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

2. Pertanggung jawaban Yayasan Sebagai Badan Hukum Terhadap Pihak ketiga. Dalam hubungan dengan tujuan sosial dari yayasan yang berkaitan dengan organisasi yayasan bagaimana yang dikehendaki (das sollen) dan persoalan bagaimana agar yayasan tidak menyimpang dari tujuan semula, maka persoalan kewenangan dan tanggung jawab pengawas amatlah sentral.

Salah satu unsur yang lemah dalam konstruksi yayasan adalah bahwa semua kekuasaan dan kewenangan dapat terkonsentrasi pada pengawas dan pengurus dan mutlak otonom. Yayasan jauh lebih naamloos (tanpa nama) dari

Naamloze Vennontschap (PT) atau perkumpulan. Yayasan tidak mempunyai suatu personen substraat seperti badan-badan hukum yang lain. Bila dalam perkumpulan terdapat checks and balance adalah karena diberikan kepada rapat umum anggota perkumpulan kewenangan yang bersifat memaksa, tetapi hal seperti ini tidak terdapat dalam yayasan.37

Berbeda dengan manusia yang bertindak sendiri, yayasan sekalipun sebagai badan hukum merupakan subyek hukum mandiri, pada dasarnya adalah orang ciptaan manusia (articial person) yang hanya dapat melakukan perbuatan hukum dengan perantaraan manusia selaku wakilnya. Ketergantungan yayasan pada seorang wakil dalam melakukan perbuatan hukum menjadi sebab mengapa yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus dan Pengawas. Menurut UUY No. 16 Tahun 2001 dan UUY No. 28 Tahun 2004 disebutkan mengenai tugas dan tanggung jawab pengurus, Pembina dan pengawas.

37

(40)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Tanpa organ tersebut yayasan tidak dapat berfungsi dan mencapai tujuan untuk mana yayasan didirikan.

Tugas dan tanggung jawab Pembina, Pengurus dan Pengawas selaku organ yayasan bersumber pada ketergantungan yayasan kepada organ tersebut mengingat bahwa yayasan tidak dapat berfungsi tanpa organ dan kekayaan, bahwa yayasan adalah sebab bagi keberadaan organ, karena apabila tidak ada yayasan, maka juga tidak ada organ. Memperhatikan apa yang diuraikan di atas, kiranya salah bila dikatakan bahwa antara yayasan dan masing-masing organ terdapat

fiduciary duties (hubungan kepercayaan) yang melahirkan fiduciary duties bagi organ tersebut.38

Hubungan kepercayaan atau fiduciary relationship antara yayasan dengan organ yang berarti bahwa keberadaan organ adalah semata-mata demi kepentingan dan tujuan yayasan dipertegas dalam Pasal 3 ayat 2 UU No. 16/2001 jo UU No. 28/2004. Pada bagian penjelasan atas Pasal 3 ayat 2 tersebut bahwa ketentuan dalam ayat ini sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan sehingga yang menjadi anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah ataupun honor tetap.39

38

Ibid, hal. 81.

39

Pasal 3 Ayat 2 UU No. 28 Tahun 2004 jo UU No. 16 Tahun 2001.

(41)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Dewan Komisaris atau pengawas dari badan usaha yang didirikan oleh yayasan dimana yayasan memerlukan penyertaan.40

C. Sifat, Maksud dan Tujuan Yayasan

Undang-undang yayasan dalam Bab VI tentang organ yayasan memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur masing-masing organ. Berkaitan dengan pengangkatan anggota organ yayasan. UU yayasan mengatur bahwa hanya orang perseorangan (manusia) dapat diangkat sebagai anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas.

Pembatasan ini memang tepat mengingat badan hukum, demikian pula yayasan hanya melakukan perbuatan hukum dengan perantara manusia selaku wakilnya. Dalam hal ini akan dijelaskan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing organ yayasan sebagaimana diatur dalam UU Yayasan.

Pada dasarnya yayasan harus dapat berperan sebagai wadah untuk mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Berdasarkan UUY, yayasan bersifat sebagai berikut :

a. Sosial (social)

b. Keagamaan (religious) c. Kemanusiaan (humanity)

Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 UUY, penjelasan umum dan penjelasan Pasal3 ayat 2, sifat-sifat tersebut diatas harus tercermin dalam maksud dan tujuan serta kegiatan yayasan. Oleh karena itu anggota Pembina, pengurus, dan pengawas yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah atau honor tetap,

40

(42)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

serta tidak boleh bertujuan untuk memperkaya diri para pendiri, Pembina, pengurus, dan pengawas yayasan.

Dengan mengacu pada definisi yayasan yang diberikan oleh Black’s Law Dictionary, maka yayasan bertujuan untuk kegiatan amal (charity), pendidikan

(educational), keagamaan (religious), atau tujuan kedermawanan lainya (or other benevolent purpose).41

Dengan berlakunya UUY, maka maksud dan tujuan dari yayasan harus memenuhi kekuatan sebagai berikut :

Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 8 Juli 1975 No. 476/K/Sip/1975 (yang menjadi acuan untuk penentuan tujuan yayasan sebelum berlakunya UUY), dimana ertimbangan Pengadilan Negeri dibenarkan oleh Pengadilan Tinggi dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung, dari putusan Mahkamah Agung tersebut jelas yayasan mempunyai tujuan untuk “membantu”. Perkara membantu ini ditafsirkan sebagai kegiatan sosial.

42

a. Untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan (Pasal 1 angka 1 UUY).

1) Sosial

Dalam bidang sosial meliputi pendirian rumah anak yatim piatu, mendirikan rumah pemeliharaan orang yang lanjut usia, mendirikan sekolah lemah mental, pendidikan informal seperti kursus-kursus keterampilan, pendidikan formal seperti pendidikan dari tingkat kelompok bermain sampai perguruan tinggi, kesenian, olahraga, dan perlindungan konsumen serta kegiatan usaha lainnya yang terkait.

41

Ibid, hal. 656.

42

(43)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

2) Keagamaan

Dalam bidang keagamaan meliputi pendirian rumah ibadah (masjid, vihara,gereja, atau klenteng), pesantren, pemeliharaan taman makam, menyalurkan infaq dan sedekah serta kegiatan usaha lainnya yang terkait.

3) kemanusiaan

dalam bidang kemanusiaan meliputi pendirian rumah sakit, pendirian poloklinik, pendirian rumah singgah, pelayanan jenazah, penampungan pengungsi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup serta kegiatan usaha lainnya yang terkait.

b. Maksud dan tujuan yayasan harus bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan (penjelasan Pasal 3 ayat 2 UUY).

c. Maksud dan tujuan yayasan harus dicantumkan dalam anggaran dasar yayasan (Pasal 14 ayat 2 UUY).

Menurut Chatamarrasjid43

43

Chatamarrasjid, “Badan Hukum Yayasan” (Susatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Badan Hukum Sosial), Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 41.

(44)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Pendapat diats bertolak dari pandangan bahwa tiap bentuk badan hukum yang diciptakan mempunyai tujuan tertentu dan tidak ada 1 (satu) bentuk badan hukum yang mencakup tujuan dan struktur semua bentuk badan hukum lain.44

Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan serta tidak Sedangkan maksud dan tujuan yayasan tertentu, artinya maksud dan tujuan tersebut harus jelas batasannya untuk hal-hal yang sudah ditentukan dan bersifat khusus. Jadi, maksud dan tujuan yayasan disini tidak dapat bersifat umum. Tujuan yayasan ini merupakan hal penting, karena tujuan yayasan dapat berpengaruh terhadap bubarnya suatu yayasan, hal ini sesuai dengan bunyi pasal 62 huruf (b) Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 yang menyatakan : “Yayasan dapat dibubarkan karena; tujuan yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak tercapai”. Oleh karena itu, yayasan harus berhati-hati dalam menetapkan tujuannya. Jangan sampai tujuan tersebut terlalu umum/luas ataupun terlalu berat sehingga sulit untuk mencapai atau memenuhinya, yang akhirnya dapat mengakibatkan yayasan tersebut dibubarkan. Hal-hal mengenai bubarnya suatu yayasan, akan kita bicarakan pada sub bab berikutnya.

UUY sendiri tidak memberi penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan tujuan sosial dan kemanusiaan, tetapi hanya memberikan contoh kegiatanyang dapat dilakukan oleh yayasan. Hal ini dapat kita lihat dalam pasal 8 UUY maupun penjelasannya.

Pasal 8 UUY menyebutkan :

44

(45)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan/atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Penjelasan pasal 8 :

Kegiatan usaha dari badan usaha yayasan mempunyai cakupan yang luas, termasuk antara lain hak asasi manusia, kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan.

Dalam UUY yang ddiperbaharui pun pasal ini tidak termasuk ke dalam pasal-pasal yang direvisi, sehingga tetap tidak ada acuan mengenai kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Oleh karena itu untuk menilai/memutuskan apakah kegiatan usaha yang dilakukan oleh yayasan yang tidak tercantum dalam penjelasan pasal 8 adalah sesuai dengan tujuan sosial dan kemanusiaan, seandainya kegiatan yayasan diragukan bertujuan sosial dan kemanusiaan, barangkali keputusannya diserahkan kepada Pengadilan.45

D. Hakekat Yayasan Sebagai Badan Hukum

Dalam system Common Law khususnya Inggris dikenal lembaga hukum yang serupa dengan yayasan dan mempunyai tujuan kreatif seperti halnya yayasan menurut undang-undang yayasan No. 16 Tahun 2001 dan Undang-undang yayasan menurut Undang-undang yayasan No. 28 Tahun 2004. Lembaga hukum

45

(46)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

tersebut disebut charitable trust karena khusus didirikan untuk charitable purpose.46

Beberapa dengan yayasan, charitable trust, sebagaimana juga private trust, bukanmerupakan badan hukum. Kekayaan charitable trust dimiliki (terdaftar atas nama) trustee pribadi yang sepenuhnya bertanggung jawab untuk seluruh kewajiban charitable trust. Dengan demikian dalam hal charitable trust

adalah subyek hukum yang menjadi mengemban hak dan kewajiban charitable trust. Adapun yang diangkat sebagai charitable trust adalah baik orang perorangan (manusia) maupun badan hukum. Itulah yang menjadi sebab mengapa Law tidak memandang perlu bahwa charitable trust berstatus badan hukum dan merupakan subyek hukum mandiri.

Berbeda dengan private truts yang didirikan untuk kepentingan satu atau lebih penerima manfaat tertentu. Charitable trust tidak didirikan untuk kepentingan penerima manfaat tertentu, melainkan tujuannya tertentu dalam pencapaian suatu charitable purpose (tujuan kreatif) secara umum. Di Inggris pengawasan atas pengurusan charitable trust oleh (caharitable) trustee dipercayakan kepada Charity Commisioners yang merupakan instansi pemerintah.

47

Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa ruang lingkup kegiatan yang terbuka bagi charitable trust lebih sembit dibandingkan dengan yayasan. Sebagaimana telah dikemukakan diatas, charitable trust hanya didirikan untuk tujuan kreatif

(charitable purpose) dan tidak mengenal beneficiarier tertentu. Untuk tujuan yang bukan kreatif, lembaga charitable trust tidak dapat digunakan. Sebagai contoh

46

Fred B.G. Tumbuan, Mencermati Yayasan Sebagaimana Dimaksud Oleh Undang-undang Yayasan, Newsletter No. 46 September 2001, hal. 5.

47

(47)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

untuk mengembangkan suatu cabang olah raga atau kegiatan pendidikan tidak digunakan charitable trust, karena kegiatan dimaksud bukan merupakan

charitable trust.

Di Indonesia sendiri sejak dahulu yayasan disamping perhimpunan/perkumpulan (vereniging) dipakai sebagai wahana untuk melakukan pekerjaan sosial, kemanusuan dan keagamaan. Perbedaan antara status hukum antara perhimpunan dan yayasan adalah bahwa status hukum perhimpunan sebagai badan hukum perdata diatur secara jelas dalam staatsblad 1870-64

Rechtspersoonlijkheid van Vereenigingen, sedangkan yayasan sebagai badan hukum semata-mata produk jurisprudensi.

Apabila disimak kembali KUHPerdata maka tidak dapat dipungkiri bahwa KUHPerdata memang mengendalikan keberadaan. Yayasan pengendalian tersebut dapat ditemukan dalam pasal-pasal 365,899,900,1680,1852 dan pasal 1654 KUHPerdata. Dalam Pasal 365 KUHPerdata diatur bahwa perwalian atau Voogdij dapat dipercayakan pada perhimpunan yang berstatus badan hukum. Yayasan

(stichting) atau badan kreatif. Selanjutnya pasal 899 KUHPerdata memuat ketentuan tentang orang yang dapat menarik manfaat dari yayasan. Perlu disebutkan disini bahwa pembuat undang-undang mencampur-adukkan istilah

stichctingen, gestichten dan armeninrichtingen dalam pasal-pasal KUHPerdata tersebut. Sekalipun demikian tidak perlu diragukan bahwa yang dimaksudkan ketiga istilah itu adalah sama yaitu yayasan sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan di bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan.48

48

(48)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam pasal-pasal tersebut sama sekali tidak memberikan rumusan tentang pengertian yayasan. Pengertian yayasan tersebut diberikan oleh sarjana, diantaranya :

Menurut Scholten yang menyatakan, yayasan adalah suatu badan hukum, yang dialihkan pada suatu pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu, dengan penunjukan, bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan.49

”Yayasan merupakan suatu lembaga yang mempunyai suatu tujuan ideal, yaitu tujuan sosial bagi kesejahteraan masyarakat yang sampai saat ini di negara kita tidak atau belum diatur dalam undang-undang secara khusus. Lembaga ini hidup berkembang semata-mata berdasarkan hukum yang tidak tertulis, berdasarkan kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.”

Sedangkan menurut Abdul Muis, pengertian yayasan adalah :

50

Dengan dikeluarkannya undang No.16 Tahun 2001 dan Undang-undang No. 28 Tahun 2004 maka pengertian yayasan adalah badan hukumyang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.51

49

Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Op Cit, hal. 112.

50

H. Abdul Muis, Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat (Suatu Tinjauan Mengenai Yayasan Sebagai Badan Hukum Dalam Menjalankan Kegiatan Sosial), Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan, 1991, hal.2.

51

(49)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

Di Indonesia sejak dahulu dikenal beberapa jenis yayasan yang semuanya diakui sebagai badan hukum. Di samping yayasan yang sepenuhnya tunduk kepada hukum yang berlaku bagi golongan Eropa maka dalam KUHPerdata dikenal dengan nama stiching, gisticht dan armeninrichting, selain itu terdapat jenis yayasan yang tunduk kepada hukum lain. Diantaranya terdapat yayasan Tionghoa (chineesche Stichting) semisal klenteng dan rumah abu (tso bio atau aschhuis), dan yang cukup dikenal umumnya yaitu wakaf, yayasan tunduk pada hukum perwakafan (hukum islam). Yang perlu diperhatikan dalam hal wakaf bahwa harta benda yang diwakafkan menjadi benda yang selanjutnya berada diluar perdagangan dan oleh karena itu tidak dapat diperjual-belikan.

Dari tinjauan diatas maka jelaslah bahwa status badan hukum yayasan sebelum Undang-undang yayasan tidak pernah diragukan,. Maka tidak mengherankan bahwa Undang-undang yayasan menegaskan hal ini.

Apabila diperhatikan ketentuan dalam Pasal 1 Undang-Undang Yayasan maka jelaslah bahwa yayasan pada hakekatnya adalah kekayaan yang terpisahkan yang oleh Undang-undang diberikan status badan hukum.

Kekayaan yang dipisahkan tersebut diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Dapat dikatakan bahwa yayasan pada hakekatnya adalah : (i) kekayaan berstatus badan hukum (ii) keberadaannya adalah demi tujuan tertentu.

(50)

Agus Rinaldi : Pertanggungjawaban Pengawas Terhadap Pengelolaan Suatu Yayasan Menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, 2008.

USU Repository © 2009

kematian, yayasan dana pensiun dan sebagainya. Pemerintah juga dapat mendirikan yayasan seperti, yayasan bahan makanan, yayasan kesejahteraan Pegawai dan lain-lain sebagainya.

Yayasan tersebut didirikan dengan tujuan idealis dan tidak mencari keuntungan. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang banyak mempergunakan bentuk badan hukum yayasan. Tujuan yayasan untuk pendidikan ini adalah untuk mencerdaskan bangsa, memajukan pendidikan atau meningkatkan mutu pendidikan. Tetapi dalam prakteknya yayasan pendidikan tersebut memungut biaya pendidikan (SPP) yang tidak sedikit jumlahnya. Yayasan tersebut memanfaatkan kedudukan yayasan sebagai badan yang tidak kena pajak atau memperoleh keuntungan pajak, dan ini merupakan salah satu sebab mengapa yayasan pendidikan berkembang pesat.

Memperhatikan hakekat yayasan tersebut di atas maka sudah tepat bahwa undang-undang yayasan menegaskan bahwa yaya

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana sudah diuraikan pada penjelasan di atas, Yayasan tidak mempunyai anggota. Individu yang bekerja di dalam Yayasan baik pendiri, Pembina, Pengurus

Kedua, pemberian honorarium terhadap Pembina dan Pengawas Yayasan tidak diatur pada Anggaran Dasar Yayasan dan perbuatan tersebut tidak sesuai dengan Pasal 3 ayat

kompleksitas organisasi mulai dari Pimpinan (Pembina) yayasan yang sangat berpengaruh terhadap struktur organisasi termasuk pemilihan susunan anggota kepengurusan sampai

Proses pendirian yayasan yang mudah mendorong orang untuk mendirikan yayasan dalam menjalankan kegiatan mereka. Oleh karenanya yayasan berkembang di masyarakat tanpa ada aturan

Kewenangan pengurus dalam mengelola yayasan juga dibatasi oleh Undang-Undang Yayasan yang diatur dalam Pasal 37 dan 38 dalam hal-hal yang mengikat yayasan sebagai penjamin

badan hukum oleh sebab itu tujuan dari pendirian yayasan adalah masyarakat,.. maka yayasan menjadi milik masyarakat sehingga kekayaannya pun

Pasal 5 ayat (1) Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 mengatur tentang harta kekayaan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan

Hasil pembahasan dari permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah pengaturan hukum tentang tanggung jawab notaris atas terjadinya pembatalan akta pendirian yayasan menjadi