• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya Uu No. 16 Tahun 2001 Jo Uu No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangannya di Indonesia, Yayasan bukanlah merupakan hal yang baru dan asing di dalam masyarakat. Bahkan keberadaan Yayasan dengan berbagai macam karakteristiknya ini sudah banyak terdapat dalam masyarakat sejak zaman Hindia Belanda, yang dikenal dengan sebutan “stichting”.

Di Belanda sendiri, Yayasan ini barulah pada tahun 1956 diatur dengan

Wet op Stichtingen van 31 Mei 1956 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari

1957, dan juga di dalam Het Nieuw Burgelijke Wet Boek (NBW Nederland). Di Inggris Yayasan ini telah dikenal sejak tahun 1601 yang diatur dalam Charitable

Uses Acts Of 1601. Di Amerika Serikat Yayasan sebagai organisasi nirlaba juga

diatur dalam Nonprofit Corporation Act. Dalam Revised Nodel Nonprofit

Corporation Act 1987 (Act 1987) yang menggantikan The Old Model Act (Old

Act) 1964. Demikian pula halnya di Jepang, Yayasan dan badan hukum untuk

kepentingan publik lainnya telah diatur di dalam Undang-Undang Hukum Perdata Jepang.1

Dari sejumlah Yayasan yang ada di negara Indonesia dapat dilihat kegiatannya antara lain seperti memberikan santunan kepada yatim piatu,

(2)

memberikan kesejahteraan kepada penderita cacat badan, memberikan beasiswa kepada anak yang kurang/tidak mampu, memberikan bantuan kepada keluarga yang sedang berduka, membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita suatu penyakit dan sebagainya.2

Keinginan untuk segera memiliki Undang-Undang Yayasan sebenarnya sudah lama, bahkan belakangan di era reformasi keinginan untuk segera memiliki Undang-Undang Yayasan itu bersamaan dengan keinginan untuk menertibkan

Terlihat dalam aspek kegiatannya, Yayasan tampak menonjol di sektor sosial, pendidikan dan agama. Keberadaan Yayasan juga tak luput dari keinginan masyarakat untuk memiliki suatu wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Oleh karena itu terbentuklah Yayasan yang dalam menjalankan roda kegiatannya diharap dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat banyak.

Kendati pun perkembangan Yayasan di Indonesia berlangsung dengan pesat, keberadaan Yayasan masih hidup dan tumbuh berdasarkan kebiasaan yang hidup di dalam masyarakat, doktrin dan yurisprudensi. Tidak adanya peraturan hukum yang pasti dan mengatur secara khusus mengenai Yayasan membuat ketidakseragaman aturan yang diterapkan dalam suatu Yayasan antara Yayasan yang satu dengan yang lainnya.

(3)

Yayasan-Yayasan yang semula didirikan oleh Pemerintah dan kemudian dipimpin oleh mantan tokoh-tokoh Pemerintahan seperti mantan Presiden Soeharto.3

Sebagaimana diketahui, sebelum lahirnya hukum yang mengatur mengenai Yayasan secara khusus, tidak terdapat aturan yang jelas dan merinci mengenai Yayasan. Akan tetapi secara sporadis dalam beberapa Pasal Undang-Undang disebut adanya Yayasan, seperti : Pasal 365, 899, 900 dan 1680 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Selanjutnya disebut KUHPerdata), kemudian dalam Pasal 2 ayat (7) Undang-Undang Kepailitan. Dalam ketentuan perpajakan juga disebutkan tentang Yayasan. Di dalam berbagai Peraturan Perundang-Undangan Agraria, dimungkinkan pula bagi Yayasan untuk mempunyai hak atas tanah.

Setelah 56 tahun pasca kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 6 Agustus 2001 lahirlah Undang-Undang yang mengatur tentang Yayasan yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Lembaran Negara (LN) No. 112 Tahun 2001 Tambahan Lembaran Negara (TLN) 4132 dan telah direvisi dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan LN No. 115 T.L.N. 4430 (Selanjutnya disebut dengan UU Yayasan).

4

3 Nindyo Pramono, Reformasi Yayasan, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2002), hal. 2. 4 Anwar Borahima, Op.Cit, hal. 3.

(4)

Akan tetapi dari peraturan-peraturan tersebut hanya menyinggung

mengenai Yayasan, tanpa menjelaskan lebih rinci mengenai defenisi dari Yayasan atau bagaimana cara pendirian Yayasan, dan kejelasan status hukum Yayasan yang masih banyak diperdebatkan para pihak kala itu.

Pada praktik yang terjadi di masa lalu Yayasan didirikan berdasarkan pada kebiasaan dengan meniru cara pendirian Yayasan-Yayasan lain yang terlebih dahulu telah berdiri, yakni dengan melakukan pendirian di hadapan Notaris atau dibuat dengan akta Notaris dengan syarat dan prosedur yang mudah dan juga tidak memakan waktu yang lama. Proses pendirian Yayasan yang mudah dan tanpa memerlukan pengesahan dari Pemerintah ini yang cenderung mendorong mayarakat mendirikan Yayasan dalam menjalankan kegiatan mereka, meskipun terkadang tidak sedikit dari Pendirinya yang masih belum memahami tujuan ideal dari pendirian Yayasan.

Pendirian Yayasan di masa lalu pun juga ditandai dengan adanya

pemisahan harta kekayaan si Pendiri ataupun Pengurusnya terhadap Yayasan yang hendak didirikan, dengan kata lain Yayasan memiliki harta sendiri. Selain dari pemisahan harta kekayaan Pendiri atau Pengurusnya, kekayaan Yayasan pun juga dapat berasal dari sumbangan masyarakat, wakaf, hibah ataupun wasiat. Akan tetapi dalam praktiknya di masa lalu terdapat ketidakseragaman khususnya dalam hal pembagian harta kekayaan Yayasan. Sebagaimana yang diatur dalam Undang Undang Yayasan, harta kekayaan Yayasan tidak boleh dibagikan kepada

(5)

terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas, dan ia melaksanakan kepengurusan secara langsung.

Dalam praktiknya di Indonesia, tidak adanya peraturan yang dapat dijadikan payung hukum khusus bagi Yayasan pada saat itu mengakibatkan banyak terjadinya kesimpangsiuran dan multitafsir dalam perkembangannya. Hal ini mengakibatkan kecenderungan melencengnya Yayasan dari tujuan awalnya dan banyaknya ditemukan Yayasan yang bersifat tertutup. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengawasan pihak Pemerintah terhadap suatu Yayasan, sebab pendaftaran suatu Yayasan kepada Instasi Pemerintahan pada saat itu bukanlah hal yang wajib. Sifat tertutup Yayasan ini pun mengakibatkan keberadaan suatu Yayasan tidak diketahui oleh masyarakat banyak.

(6)

(Ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau Non Government

Organisation (NGO).

Selain itu adanya anggapan dari masyarakat bahwa Yayasan dalam menjalankan kegiatannya dikenakan bebas pajak atau diberi kelonggaran atas biaya pajak, membuat banyaknya orang tergiur membentuk sebuah Yayasan untuk menjalankan misi komersial terselubung di balik kegiatan yang seharusnya

bersifat mulia tersebut. Hal ini sedikit banyaknya membuat Yayasan berubah menjadi sarana untuk memperkaya diri Pendirinya yang berlindung di balik nama Yayasan yang dianggap selalu bertujuan mulia tersebut.

Permasalahan lain yang sering menjadi perbincangan adalah mengenai status badan hukum Yayasan. Beberapa Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia yang secara tidak tegas mengakui bahwa Yayasan adalah badan hukum yakni Undang-Undang Darurat No. 7 Tahun 1955 tentang Tindak Pidana

Ekonomi yang terdapat pada Pasal 15 mengatur tentang penghukuman terhadap badan hukum Yayasan. Demikian pula Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun 1960, pada Pasal 21 ayat (2) dan Pasal 49 jo Pasal 1 PP No. 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah, mengakui bahwa Yayasan dapat memiliki hak atas tanah.5

Namun masalahnya, suatu organisasi dapat dikatakan sebagai badan hukum harus melalui suatu proses yaitu adanya pengesahan dari Pemerintah. Dengan tidak adanya peraturan tertulis tentang Yayasan pada waktu itu,

(7)

mengalami kesulitan untuk dapat mengatakan bahwa Yayasan itu adalah badan hukum. Adanya yurisprudensi yang menetapkan suatu Yayasan sebagai badan hukum sifatnya hanya perkasus saja, dan Pengadilan mempertimbangkan status Yayasan yang dimaksud tidak terlepas dari penerapan teori badan hukum yang dilakukan oleh Yayasan. Hanya Yayasan yang berpekara di Pengadilan dan ditetapkan sebagai badan hukum, sedangkan yang lainnya masih belum jelas statusnya.6

Pengakuan Yayasan sebagai badan hukum yang berarti sebagai subjek hukum mandiri seperti halnya orang, secara teoritis dalam kenyataannya hanya di dasarkan antara lain karena adanya kekayaan terpisah, mempunyai tujuan tertentu, mempunyai organisasi yang teratur dan didirikan dengan akta Notaris. Ciri

demikian memang cocok dengan ciri-ciri badan hukum pada umumnya.7

6 Gatot Supramono, Op.Cit, hal. 5. 7 Nindyo Pramono, Op.Cit, hal. 3.

(8)

Masih lemahnya status badan hukum Yayasan pada masa itu tidak mengurangi arus perkembangan Yayasan, khususnya pada sektor pendidikan. Pada umumnya Yayasan pendidikan yang didirikan bertujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan dan meningkatkan mutu

pendidikan. Yayasan Pendidikan Harapan Medan merupakan salah satu sarana pendidikan formal berbentuk Yayasan yang mulai menjalankan kegiatannya pada tahun 1967. Sebagai Yayasan Pendidikan yang berdiri sebelum adanya landasan hukum yang mengaturnya, Yayasan ini mengalami pasang surut perkembangan Yayasan di Indonesia, dan hal inilah yang menarik penulis untuk menjadikannya sebagai tempat penelitian yang menjadi bahasan pokok pada skripsi ini.

Dengan uraian di atas tersebut, maka dipilih skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Tentang Status Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Di Yayasan Pendidikan Harapan Medan).”

B. Perumusan Masalah

(9)

1. Bagaimana status badan hukum dan status pembagian harta kekayaan Yayasan yang didirikan sebelum berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan di Yayasan Pendidikan Harapan Medan ?

2. Bagaimana penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan Yayasan atas berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan ?

3. Bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi Yayasan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian atas berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan ?

4. Bagaimana penyelesaian-penyelesaian yang dilakukan Yayasan atas hambatan yang dihadapi dalam rangka penyesuaian terhadap UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

(10)

2. Untuk mengetahui penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan Yayasan Pendidikan Harapan Medan setelah berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Yayasan Pendidikan Harapan Medan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian atas berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

4. Untuk mengetahui penyelesaian-penyelesaian yang dilakukan Yayasan Pendidikan Harapan Medan atas hambatan yang dihadapi dalam rangka penyesuaian terhadap UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengembangan atau kemajuan di bidang ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

2. Secara praktik, diharapkan penulisan ini dapat memberikan wawasan mengenai status hukum Yayasan yang didirikan sebelum berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 Jo UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.

(11)

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan dengan metode ilmiah, bertujuan untuk mendapatkan data baru guna membuktikan kebenaran ataupun ketidakbenaran dari suatu gejala atau hipotesa yang ada.8 Penelitian hukum adalah penelitian yang berobjek pada hukum. Hukum bukan hanya dalam arti sebagai kaidah atau norma saja (law in book), tetapi meliputi hukum yang berkaitan dengan perilaku kehidupan masyarakat (law

in action).9

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Oleh karena itu, penelitian dan metode ilmiah sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat erat, jika tidak dikatakan yang sama.10

Sedangkan jenis penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu dalam melakukan penelitian, peneliti akan melihat pada ketentuan Peraturan Perundang-Undangan dan bahan-bahan kepustakaan hukum lain yang berhubungan dengan permasalahan, dan yuridis sosiologis, yaitu penelitian dilakukan dengan melihat 1. Sifat dan Jenis Penelitian

Sifat Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitis, yaitu jenis penelitian yang sifatnya meneliti suatu kelompok manusia

atau suatu kondisi yang bertujuan untuk mendapat suatu gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fenomena yang diteliti.

8

Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung : Alfabeta, 2014), hal. 34.

(12)

realita yang ada di masyarakat, dimana penelitian dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Harapan Medan.

2. Jenis Data

Guna mendapatkan data dalam penelitian, peneliti menggunakan dua jenis data, yaitu:

a. Data Primer, yaitu suatu data yang didapatkan dari hasil penelitian lapangan yang diperoleh secara langsung dari responden/narasumber (field research) yang dilaksanakan dengan wawancara kepada narasumber yakni Organ Pengurus di Yayasan Pendidikan Harapan Medan.

b. Data Sekunder, yaitu suatu data yang didapatkan dari hasil penelitian pustaka (library research) atau bahan lain berupa Peraturan Perundang-Undangan, buku-buku, laporan-laporan, dan bahan lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara untuk mengumpulkan data, peneliti lakukan dengan teknik sebagai berikut:

(13)

(interview) dengan responden/narasumber di Yayasan Pendidikan Harapan Medan terkait permasalahan yang dibahas pada skripsi ini. Wawancara adalah bertanya langsung secara bebas kepada responden dengan mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan secara terbuka sebagai pedoman.

b. Untuk mengumpulkan data sekunder (library research), peneliti melakukannya dengan mempelajari Peraturan Perundang-Undangan, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah para sarjana, kamus-kamus, ensiklopedia dan seterusnya, yang ada kaitannya dengan materi yang dibahas.

4. Analisis Data

Dalam menganalisis data tersebut, peneliti mempergunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisis yang sifatnya menjelaskan atau

menggambarkan mengenai peraturan-peraturan yang berlaku, kemudian dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat, dan akhirnya diambil kesimpulan.

Dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk menemukan pola-pola kebudayaan yang membuat hidup menjadi berarti bagi orang atau masyarakat, dimana teknik penelitian yang digunakan berupa wawancara, dokumen pribadi, buku harian ataupun surat-surat.11

(14)

Skripsi ini merupakan karya asli dari penulis. Sepanjang yang diketahui berdasarkan penelusuran lebih lanjut dan informasi data uji bersih yang dilakukan pada perpustakaan Fakultas Hukum USU, diketahui bahwa belum pernah ada penelitian sebelumnya yang berjudul “Tinjauan Yuridis Tentang Status

Yayasan Yang Didirikan Sebelum Berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 Jo UU No.28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Harapan Medan)”.

Adapun judul skripsi yang memiliki unsur kemiripan mengenai pokok pembahasan dengan penelitian antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Saudari Susanna, Nomor Induk Mahasiswa 010222198, dengan judul : Kajian Yuridis Tata Cara Pendirian Yayasan Ditinjau Dari UU Nomor 28 Tahun 2004 (Studi Kasus Yayasan Elida).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Saudara Jamron, Nomor Induk Mahasiswa 070200324, dengan judul : Implementasi UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Dalam Pengelolaan Yayasan Di Yayasan Pesantren Modern Daar Al-Uluum Asahan-Kisaran.

G. Sistematika Penulisan

(15)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab Pendahuluan yang isinya antara lain

memuat Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG YAYASAN

Adapun yang dibahas di dalam bab dua ini adalah Tinjauan Umum Tentang Yayasan yakni Pengertian Yayasan, Sejarah dan

Perkembangan Yayasan Di Indonesia, Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang tentang Yayasan, Organ Yayasan yang terbagi atas Pembina, Pengurus dan Pengawas, Kekayaan Yayasan yang terbagi atas Kekayaan Yang Dipisahkan, Perolehan Kekayaan Yayasan dan Jenis Kekayaan Yayasan, serta Penggabungan dan Pembubaran Yayasan.

BAB III : TINJAUAN UMUM PENDIRIAN YAYASAN

(16)

BAB IV : TINJAUAN YURIDIS TENTANG STATUS YAYASAN YANG DIDIRIKAN SEBELUM BERLAKUNYA UU NO. 16 TAHUN 2001 Jo UU NO. 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN (STUDI KASUS DI YAYASAN PENDIDIKAN HARAPAN MEDAN)

(17)

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi Kesimpulan dan Saran yang ditarik berdasarkan apa yang

telah dijabarkan secara jelas di dalam BAB Pembahasan.

Berdasarkan kesimpulan ini kemudian diberikan saran yang

dianggap dapat memberikan masukan–masukan, minimal untuk

memperluas cakrawala pengetahuan dan pemikiran tentang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kasus diatas, dpat disimpulkan bahwa sumber pencemarnya adalah logam berat arsen yang berasal dari air tanah pada mineral sulfida yang dibawah permukaan

Terkait dengan bentuk penalaran dalam tradisi ilmu al-bayan (istidlal bayani) ini, al-Jabiri menemukan karakter “pemaksaan epistemologis” dalam kegiatan bernalar,

SING sebagai Komisaris Utama Perseroan yang baru, Ibu ANNE PATRICIA SUTANTO sebagai Direktur Utama dan Bapak ARI SUTANTO sebagai Direktur Perseroan yang baru, terhitung

that calibration improved the agreement between measured and predicted surface runoff values to a high degree. The replacement of CN with Lutz method improved the predictions

Saline contamination is most marked in wells, conduits and rivers of A3, in which livestock density and frequency of slurry application are both higher than in the other two

Bagi Pemegang Saham yang merupakan Wajib Pajak Luar Negeri yang akan menggunakan tarif berdasarkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) wajib memenuhi

[r]

[r]