• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.1. Hakikat Belajar dalam Pembelajaran

2.1.1.1. Hakikat Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayat. Setiap orang, baik disadari maupun tidak, selalu melaksanakan aktivitas belajar. Apabila manusia berhenti belajar maka tidak menemukan pengalaman dan hal baru dalam hidupnya. Belajar dalam pembelajaran dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya (Sardiman, 2011: 20). Belajar akan membawa suatu perubahan tidak hanya dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, minat, watak, dan penyesuaian diri. Selain itu dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain juga akan menyebabkan proses perubahan pada diri seseorang. Seperti halnya pembelajaran membaca aksara Jawa, siswa belajar dengan membaca beberapa kata dan kalimat berhuruf Jawa melalui pengamatan dan mendengarkan media yang digunakan guru serta meniru guru saat mendemonstrasikan membaca aksara Jawa dengan benar. Siswa setelah belajar membaca aksara diharapkan dapat tetanam perubahan

perilaku seperti lebih teliti, sabar, rajin dan lebig berani dalam memberikan pendapat dan tanggapan.

Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis antara lain aktivitas berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan, dan menganalisis. Sehingga secara psikologis belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yaitu perubahan siswa yang sebelumnya kurang tertarik menjadi lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya membaca aksara Jawa. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis antara lain melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya dan apresiasi (Rusman, 2012: 85).

Faktor-faktor yang memberikan konstribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Faktor internal dalam belajar akan memberikan pengaruh yang cukup penting yaitu akan memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Hal ini dikarenakan faktor internal mempengaruhi cara berpikirnya siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif (Sardiman, 2011: 39). Oleh karena itu, kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh peserta didik akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil. Sama kompleksnya pada

kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada di lingkungan peserta didik. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar menurut Slameto (2010: 60) yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga yang berpengaruh dalam kegiatan belajar berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Selain faktor keluarga, faktor sekolah juga mempengaruhi belajar seorang siswa yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Faktor eksternal lain yang juga berpengaruh dalam belajar adalah masyarakat karena keberadaan siswa tidak terlepas dari masyarakat. Lingkungan masyarakat yang baik akan memberi pengaruh yang positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

Adapun prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran adalah: (1) kesiapan belajar; (2) perhatian; (3) motivasi; (4) keaktifan siswa; (5) mengalami sendiri; (6) pengulangan; (7) materi pelajaran yang menantang; (8) balikan dan penguatan; (9) perbedaan individual (Hamdani, 2010: 22).

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan yang bersifat relatif konstan dan berbekas yang dicapai seseorang melalui aktivitas yang didapat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal peserta didik.

2.1.1.1. Teori belajar yang mendasari model Direct Instruction

a. Teori Behaviorisme

Belajar menurut teori behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Interaksi disini yang dimaksud adalah interaksi antara guru dan siswa maupun siswa dan siswa lainnya ketika proses pembelajaran berlangsung yaitu guru memberikan stimulus berupa demonstrasi membaca aksara Jawa kemudian siswa merespon dengan meniru guru dalam membaca aksara Jawa. Selain itu siswa juga dapat menjadi model untuk memberikan stimulus, dan siswa lainnya memberikan respon dengan memberikan tanggapan.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Stimulus berupa apa saja yang diberikan oleh guru kepada siswa, misalnya materi, alat peraga, pedoman kerja, atau cara tertentu untuk membantu belajar siswa. Stimulus dalam pembelajaran membaca aksara Jawa yaitu berupa media audiovisual untuk membantu siswa memahami materi aksara Jawa. Sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru (Budiningsih, 2008: 20).

Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar adalah bahwa hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh

kemampuan internal manusia (insight), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respons. Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa (menarik dan spesifik) sehingga mudah direspons oleh siswa.

b. Teori Sosio-Kognitif

Konsep dalam teori belajar sosial menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi.Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model) (Slameto, 2010: 21). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya. Seorang individu belajar banyak tentang perilaku melalui peniruan/modeling, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterimanya. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Teori pembelajaran sosial membahas tentang (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement) dan observational learning, (2) cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan observational opportunity.

Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau modeling. Menurut Bandura dalam (Dahar, 2006: 23) proses yang terjadi dalam observational learning tersebut antara lain:

a. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap model dengan cermat

b. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki ingatan yang bagus terhadap perilaku model

c. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model

d. Motivasional, tahapan berikutnya adalah seseorang harus memiliki motivasi untuk belajar dari model

Peneliti menerapkan model pembelajaran Direct Instruction dengan Media Audiovisualini berdasarkan teori behaviorisme dan teori sosio-kognitif. Siswa mendapatkan hasil belajar berdasarkan stimulus yang diberikan guru. Siswa belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru berperan aktif untuk memberikan stimulus agar siswa termotivasi untuk belajar dengan mengguanakan media yang interaktif.

Dokumen terkait