• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian

4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

Sadirman, dalam bukunya „interaksi dan motivasi belajar mengajar’ mengemukakan beberapa pengertian serta definisi belajar menurut para ahli. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain sebagai berikut :

1) Cronbach memberikan definisi :

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. 2) Harold Spears memberikan batasan:

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.

3) Geoch, mengatakan:

Learning is a change in performance as a result of practice”.39

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang mengarah pada perubahan tingkah laku dan penampilan melalui berbagai aktivitas. Seperti aktivitas membaca, mengamati, mendengarkan,

38

Sri Mulyani, op.cit., h. 23.

39

Sardiman, A. M., Interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2000), h.20.

dan meniru. Proses atau kegiatan belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang menyeluruh, apabila seseorang belajar langsung dari pengalaman atau mengalaminya sendiri.40

Selain definisi menurut para ahli di atas, belajar juga dapat dibedakan ke dalam dua pandangan, pandangan luas dan sempit. Belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik dalam mencapai keutuhan perkembangan pribadi seorang anak. Sedangkan menurut arti sempit, belajar merupakan upaya penguasaan materi ajar menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya.41

Pengertian belajar dalam arti sempit, biasa dilakukan oleh para guru di kelas. Dimana guru mencoba memberikan materi ajar atau ilmu pengetahuan sebanyak mungkin dan siswa berusaha untuk menerima pelajaran dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pengertian belajar secara sempit, guru hanyalah berperan sebagai pengajar, bukan pendidik. Kemudian masyarakat akan beranggapan bahwa belajar ialah menghafal. Dan pengertian belajar dalam arti sempit ini dapat dibuktikan melalui kegiatan yang siswa lakukan menjelang ujian, yaitu menghafal. 42

Selain itu, belajar juga dapat diartikan sebagai kegiatan untuk berubah. Bukan hanya berubah dari sudut wawasan dan keilmuannya saja, melainkan juga dari beberapa sudut lainnya. Seperti kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Dan dapat disimpulkan, bahwa belajar akan selalu menghasilkan perubahan bagi orang-orang yang melakukan proses pembelajaran.43

Terkait dengan pengertian belajar dalam arti sempit, terdapat beberapa teori belajar yang berfokus pada unsur kognitif saja. Apabila dijabarkan, unsur-unsur kognitif dibedakan menjadi penataan fakta, konsep, dan prinsip yang membentuk menjadi suatu kesatuan yang bermakna bagi peserta didik. Dan ternyata, teori belajar yang menekankan pada unsur kognitif, selama ini di 40 Ibid. 41Ibid., h. 20-21. 42Ibid., h. 21. 43Ibid.

kehidupan nyata dapat diterima. Dengan beberapa syarat tentunya, yaitu dapat mempengaruhi perkembangan afeksi seseorang.44

Pada akhirnya konsep ini melahirkan teori belajar yang bertumpu pada konsep pembentukan super ego. Konsep super ego merupakan konsep belajar yang dalam prosesnya, belajar harus melalui kegiatan menirukan. Selain itu, belajar juga melalui proses interaksi antar pribadi seseorang dengan pihak lain, misalnya seorang tokoh (super ego, menyangkut dimensi sosial). Yang perlu ditegaskan adalah siapa pun yang menjadi figur untuk ditiru, si peniru akan mendapatkan pengalaman yang berguna bagi dirinya sendiri.45

Semakin banyak seorang anak belajar melalui kegiatan peniruan terhadap tokoh, semakin banyak pula pengalaman yang diperolehnya. Sesuai dengan konsep super-ego, maka pengalaman yang diperoleh si subjek didik, akan banyak menyangkut segi moral.46

Hal ini sesuai dengan penegasan Brend bahwa struktur kepribadian individu manusia itu terdiri dari tiga komponen yang dinamakan: id, ego, dan super ego.

1) Id lebih menekankan pemenuhan nafsu, 2) super ego lebih bersifat sosial dan moral,

3) ego akan menjembatani antara keduanya, terutama kalau berkembang menghadapi lingkungannya, atau dalam aktivitas belajar.47

Menurut konsep belajar super ego, ketika seseorang belajar maka orang tersebut dapat membina moralitas dirinya sendiri. Hal ini dapat diperoleh melalui interaksi dengan pribadi-pribadi manusia yang lain.48

Belajar boleh dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya. Lingkungan tersebut dapat berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori. Menurut Sadirman dalam bukunya, “ proses interaksi adalah :

a) proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.

b) dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan.”49

44Ibid. 45 Ibid., h. 22. 46Ibid. 47Ibid. 48Ibid.

Proses internalisasi sesuatu ke dalam diri orang yang belajar dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera. Setelah itu perlu kiranya diadakan kegiatan lanjutan dari proses internalisasi, yaitu proses sosialisasi. Proses sosialisasi merupakan kegiatan mensosialisasikan atau menginternalisasikan atau menularkan suatu hal kepada pihak lain. Dalam proses sosialisasi, orang yang belajar pasti berinteraksi dengan orang lain, dan menghasilkan pengalamannya sendiri. Pengalaman yang dilalui oleh orang lain, akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang.50

Para ilmuan khususnya para ahli psikologi sering sekali mempunyai pendapat dan pandangan yang berbeda-beda terkait dengan pengertian belajar itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena mereka memberi tekanan dari sudut pandang masing-masing. Walaupun terkadang maksud yang dituju sama, namun bahasa penyampaian dan pengungkapan yang digunakannya berbeda. Pada akhirnya teori belajar dapat dibedakan menjadi dua pandangan yaitu, pandangan tradisional dan pandangan modern.

Oemar Hamalik menjabarkan dua pandangan pengertian belajar sebagai berikut :

Belajar menurut pandangan tradisional. Menurut pandangan ini, belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Pengetahuan mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalam hidup manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan. Siapa yang memiliki banyak pengetahuan maka dia akan mendapat kekuasaan. Siapa yang memiliki banyak pengetahuan maka dia akan mendapat kekuasaan, dan sebaliknya siapa yang kosong pengetahuannya, atau bodoh maka dia akan dikuasai orang lain. Karena itu memiliki banyak pengetahuan adalah penting. Itu sebabnya, pandangan ini disebut pandangan yang intelektualitas, terlalu menekankan pada perkembangan otak. Untuk memperoleh pengetahuan maka siswa harus mempelajari berbagai mata pelajaran di sekolah. Dalam hal ini, “buku pelajaran” atau bahan bacaan, menjadi sumber pengetahuan yang utama. Sehingga sering ditafsirkan bahwa belajar berarti mempelajari buku bacaan.51 Belajar menurut pandangan modern. Menurut pandangan ini, yang dimaksud dengan belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia

49Ibid. 50Ibid.,

h. 22-23.

51

memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Pada hakikatnya perubahan tingkah laku itu adalah perubahan kepribadian pada diri seseorang. Tingkah laku mengandung pengertian yang luas meliputi segi jasmaniah (struktural) dan segi rohaniah (fungsional), keduanya saling bertalian dan saling berinteraksi satu sama lain. Pola tingkah laku itu terdiri dari berbagai aspek, keterampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti, apresiasi, jasmani, hubungan sosial, dan lain-lain. Jadi, tingkah laku itu sesungguhnya sangat luas, bukan hanya terdiri atas pengetahuan saja, seperti yang dikemukakan oleh pandangan tradisional.52

Oemar Hamalik juga menjelaskan bahwa siswa yang belajar dipandang sebagai organisme yang hidup, siswa bersifat aktif dan senantiasa mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Respon terhadap lingkungannya berbeda-beda, ada yang bersifat menerima, menolak, mencari sendiri, dan dapat pula mengubah lingkungannya.53

Lingkungan yang dijelaskan dalam buku Oemar Hamalik bukan hanya terdiri dari buku bacaan, tetapi juga guru, sekolah, masyarakat masa lampau, dan lain-lain. Oleh karena itu, lingkungan bersifat luas, tidak sempit. Selain itu interaksi antara individu dengan lingkungannya, pelajar akan memperoleh pengalaman yang bermakna bagi hidupnya.54

Definisi belajar menurut para ahli ialah sebagai berikut :

1. Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

2. Hilgard & Bower dalam bukunya mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

3. M. Sobry Sutikno dalam bukunya mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil dari belajar. Jadi, perubahan yang bagaimana yang dapat disebut belajar ?.

52Ibid. 53Ibid. 54Ibid.

perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

4. C.T. Morgan merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.

5. Thursan Hakim mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.55

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataanya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Seperti contohnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.56

Hal terpenting dalam belajar ialah proses bukan hasil yang diperolehnya. Dalam belajar, seseorang harus menikmati prosesnya. Karena dari proses itulah, seseorang dapat menerima berbagai pengalaman penting yang dapat merubah tingkah laku serta pola pikir seseorang.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan nilai yang bisa dijadikan sebagai bukti nyata dari perubahan yang dialami oleh orang yang belajar. Hasil belajar kerap kaitannya dengan pengertian belajar dalam arti sempit. Tujuan belajar yang diinginkan dari sudut kognitif ialah peserta didik mampu menguasai materi ajar yang disampaikan oleh guru di kelas. Dan dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa di kelas.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam buku Nana Sudjana, “ Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni:

1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian,

55

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Op.cit.,h. 5-6.

3) sikap dan cita-cita.”57

Sedangkan, dalam buku penilaian hasil proses belajar mengajar, Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni :

a) informasi verbal,

b) keterampilan intelektual, c) strategi kognitif,

d) sikap, dan

e.)keterampilan motoris.58

Dalam sistem pendidikan nasional, Indonesia menggunakan pendapat Benyamin Bloom dalam pembagian ranah atau bagian dari hasil belajar. Dan secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.59

Ranah yang pertama ialah ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual dan terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama dan kedua disebut aspek kognitif tingkat rendah dan aspek ke tiga sampai aspek ke enam termasuk ke dalam aspek kognitif tingkat tinggi.60

Ranah yang kedua ialah ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.61

Ranah yang terakhir atau ketiga ialah ranah psikomotoris yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Terdapat enam aspek dalam ranah psikomotoris, yaitu:

1. gerakan refleks,

2. keterampilan gerakan dasar, 3. kemampuan perseptual, 4. keharmonisan atau ketepatan,

5. gerakan keterampilan kompleks, dan 6. gerakan ekspresif dan interpretatif.62

57

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22. 58 Ibid. 59Ibid. 60Ibid. 61Ibid.

Diantara ketiga ranah di atas, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.63

Namun, pada perubahan kurikulum sekarang ini. Di mana kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP diubah menjadi kurikulum 2013. Penilaian afektif dan psikomotorik tidak kalah penting dengan penilaian kognitif itu sendiri.

5. Hakikat Jurnal Umum

Dokumen terkait