• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian

2. Hakikat Permainan Tradisional

Permainan tradisional anak ialah permainan yang dimainkan anak pada usia dini, balita, dan usia sekolah dasar. Permainan tradisional anak-anak bersifat turun temurun dan tidak diketahui asal mula serta siapa yang menciptakan permainan tersebut. Oleh karena itulah, permainan tradisional memiliki sifat atau ciri yang sudah tua usianya. Permainan tradisional anak-anak biasa dimainkan anak-anak dalam satu lingkungan, baik lingkungan keluarga,

rumah, ataupun sekolah. Pada dasarnya anak-anak mengetahui tata cara atau macam-macam jenis permainan tradisional ini dari pewarisan generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.18

Sedangkan menurut Atik Soepandi, Skar dan kawan-kawan, yang disebut permainan adalah perbuatan untuk menghibur hati baik yang mempergunakan alat ataupun tidak mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud tradisional ialah segala apa yang dituturkan atau diwariskan secara turun temurun dari orang tua atau nenek moyang. Jadi permainan tradisional adalah segala perbuatan baik mempergunakan alat atau tidak, yang diwariskan turun temurun dari nenek moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati.19

Di dalam artikel yang dibuat oleh Agung Gunawan Sutrisna permainan tradisional dibagi ke dalam tiga golongan. Golongan yang pertama ialah permainan yang berfungsi untuk bermain (rekreatif). Golongan kedua ialah permainan yang berfungsi untuk bertanding (kompetitif). Sedangkan golongan atau kelompok yang terakhir ialah permainan yang bersifat edukatif.20

Permainan tradisional yang bersifat rekreatif biasanya dimainkan oleh anak-anak untuk mengisi waktu senggang. Permainan tradisional yang bersifat kompetitif, memiliki ciri terorganisir, bersifat kompetitif, dan dimainkan paling sedikit oleh dua orang. Selain itu juga mempunyai kriteria yang dapat menentukan siapa yang menang dan yang kalah, serta mempunyai peraturan yang diterima bersama oleh pesertanya. Sedangkan permainan tradisional yang bersifat edukatif, merupakan jenis permainan tradisional yang terdapat unsur-unsur pendidikan di dalamnya.21

Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Pada perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk

18

, Permainan Tradisional Warisan Sejarah yang Hampir Punah,

(http://www.sorgemagz.com/?p=2921), diakses tanggal 27 Agustus 2014 jam 15.04.

19Ibid. 20Ibid. 21Ibid.

mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah terlepas dari aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dsb. Dalam pelaksanaannya permainan tradisional dapat memasukkan unsur-unsur permainan rakyat dan permainan anak ke dalamnya. Bahkan mungkin juga dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti yang lazim disebut sebagai seni tradisional.22

Permainan tradisional di sini bisa identik dengan istilah lain yang juga lazim digunakan, yaitu olahraga tradisional. Agar suatu kegiatan dapat dikategorikan sebagai permainan tradisional tentunya harus teridentifikasikan unsur tradisinya yang memiliki kaitan erat dengan kebiasaan atau adat suatu kelompok masyarakat tertentu. Di samping itu, kegiatan itupun harus kuat mengandung unsur fisik yang secara nyata melibatkan kelompok otot besar dan juga mengandung unsur bermain yang melandasi maksud dan tujuan dari kegiatan itu. Maksudnya, suatu kegiatan dikatakan permainan tradisional jika kegiatan itu masih diakui memiliki ciri tradisi tertentu, dan melibatkan otot-otot besar.23

b. Peran Permainan Tradisional

Permainan Tradisional yang ada di berbagai belahan nusantara ini dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, seperti :

1) Aspek motorik

Melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, motorik halus.

2) Aspek kognitif

Mengembangkan maginasi, kreativitas, problem solving, strategi, antisipatif, pemahaman kontekstual.

3) Aspek emosi

Katarsis emosional, mengasah empati, pengendalian diri

4) Aspek bahasa

Pemahaman konsep-konsep nilai

5) Aspek sosial

Menjalin relasi, kerjasama, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi berlatih peran denganorang yang lebih dewasa/masyarakat.

6) Aspek spiritual

Menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat agung (transcendental).

22Ibid. 23Ibid.

7) Aspek ekologis

Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.

8) Aspek nilai-nilai/moral

Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya.24

3. Hakikat Permainan Tradisional Bebentengan a. Pengertian Permainan Tradisional Bebentengan

Bebentengan merupakan salah satu permainan tradisional yang dulu sangat diminati oleh anak-anak untuk mengisi waktu libur atau hanya sekadar menghilangkan rasa penat. Bebentengan, di beberapa daerah sering kali dikenal sebagai rerebonan di daerah Jawa Barat, sedangkan di daerah lain juga dikenal dengan nama prisprisan, omer, jek-jekan. Bebentengan sendiri berasal dari kata benteng atau pertahanan. Kata bebentengan adalah Dwipurwa (pengulangan suku kata pertama) dengan memakai akhiran an yang artinya menyerupai atau berbuat seperti atau bukan sebenarnya. Permainan bebentengan mempunyai relevansi dengan kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dahulu. Pertahanan Indonesia terhadap Belanda menggunakan benteng yang akhirnya benteng tersebut dianalogikan terhadap kehidupan anak-anak lalu lahirlah istilah bebentengan untuk sebutan permainan tradisional ini.25

Menurut Yayat Sudaryat dalam artikel permainan tradisional warisan sejarah yang hampir punah, Guru Besar Sastra Universitas Pasundan Bandung Bebentengan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dahulu. Jika bebentengan pada zaman itu sebagai strategi pertahanan Indonesia terhadap gempuran penjajah Belanda, maka pada zaman sekarang bebentengan sebagai permainan yang maksud permainannya tak jauh beda dengan zaman dahulu, yaitu mempertahankan pertahanan dari serangan musuh,” jelas Yayat.26

Menurut Sri Mulyani, “bebentengan merupakan permainan tradisional yang memerlukan keterampilan, ketangkasan, kecepatan berlari, serta strategi yang jitu.

24Ibid. 25Ibid. 26Ibid.

Inti dari permainan ini adalah menyerang dan mengambil alih benteng dari lawan.”27

Dalam bermain permainan bebentengan, yang paling dibutuhkan ialah tempat atau perkarangan yang cukup luas. Perkarangan digunakan untuk berlari-lari oleh anak-anak. Waktu dalam bermain permainan tradisional bebentengan bebas, boleh siang atau malam hari. Yang terpenting ialah penerangan yang cukup.28

Permainan tradisional bebentengan biasa dimainkan oleh dua kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 sampai 8 orang, bahkan lebih. Kedua kelompok akan memilih suatu tempat yang dijadikan sebagai markas. Markas biasanya sebuah tiang, batu, atau pilar, yang disebut sebagai benteng. Permainan tradisional bebentengan sangat bagus dimainkan oleh anak-anak. Karena dengan bermain bebentengan, sama saja anak berolahraga.29

b. Langkah-langkah Permainan Tradisional Bebentengan 1) Persiapan

Awal mula permainan ini ialah anak-anak yang akan ikut bermain berkumpul di lapangan atau tanah kosong yang cukup luas, kira-kira seluas lapangan bulu tangkis. Kemudian anak-anak yang akan ikut bermain dibagi menjadi dua kelompok yang sama rata, bila kelompok pertama berjumlah empat orang maka kelompok kedua juga berjumlah empat orang. Biasanya pembagian kelompoknya dibagi dengan cara suit atau pun hom pim pah.30

2) Peralatan

Pada permainan bebentengan para pemain tidak memerlukan alat-alat khusus, cukup lahan kosong untuk menjadi pijakan dan batas antara kedua kubu kelompok masing-masing. Kedua kelompok membuat markas bebentengannya

27

Sri Mulyani, 45 Permainan Tradisional Anak Indonesia, (Yogyakarta: Langensari Publishing,

2013), h. 22. 28 Ibid. 29Ibid., h. 23. 30

, Permainan Tradisional Warisan Sejarah yang Hampir Punah,

saling berjauhan, biasanya di sudut lapangan. Misalnya kelompok pertama di sudut barat maka kelompok yang kedua di sudut timur.31

3) Peraturan

Setiap personil pada kedua kubu harus menyentuh benteng. Hal ini menandakan bahwa status personil tersebut adalah baru. Kalau dia agak lama tidak menyentuh benteng, maka status personil tersebut akan disebut lamo. Personil yang berstatus lamo, dapat dikejar, diburu, dan ditawan oleh personil dari benteng lawan yang berstatus baru. Jika seorang lamo sedang berada atau berlari di luar benteng dapat menjadi tawanan lawan jika disentuh oleh personil dari benteng lawan yang berstatus baru.

Personil yang menjadi tawanan akan berdiri bergandengan di dekat benteng lawan yang menawannya. Para tawanan tidak dapat lagi bebas memburu atau menyerang sampai mereka dapat dibebaskan. Para tawanan dapat dibebaskan oleh teman dari bentengnya dengan cara menyentuh teman-temannya yang menjadi tawanan tersebut.32

4) Permainan

Awal mula permainan ini dimulai dengan majunya atau menyerangnya dari salah satu personil tiap kubu salah satu benteng untuk menantang musuh permainannya. Personil dari lawan mainnya kemudian balik menyerang dan mengejar musuhnya. Dari sana para pemain yang maju saling mengejar dan menghindar satu sama lainnya. Jika seorang lamo yang maju kemudian ditangkap atau disentuh oleh lawan mainnya maka dia menjadi tawanan musuhnya.

Seorang lamo berusaha mengejar dan menghindar dari lawan mainnya supaya tak jadi tawanan musuhnya dan para personil yang berada pada markas bentengnya dapat bergantian secara bergiliran untuk maju menyerang musuhnya. Demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antar personil kedua benteng.

Pada sela-sela permainan sering terjadi kehabisan personil karena ditawan dan bentengnya dikepung oleh lawannya. Lawan pengepung ini dapat

31Ibid. 32Ibid.

membebaskan teman-temannya yang juga menjadi tawanan dan dijaga oleh personil di benteng lawannya. Setelah dibebaskan, para mantan tawanan ini dapat turut mengepung benteng lawannya. Sisa personil dari benteng yang terkepung dapat mengejar para pengepung yang berstatus lamo untuk mempertahankan bentengnya, atau balik mengirim penyerang ke benteng pengepung jika benteng para pengepung tidak menjaganya.33

5) Akhir Permainan

Satu kelompok dapat memenangankan permainan jika salah satu personil mereka dapat menyentuh benteng lawan tanpa disentuh oleh lawan yang mempertahankan benteng yang diserang tersebut. Setelah ada yang menang dan kalah, maka permainan selesai dan dapat dimulai kembali permainan bebentengan tersebut dari awal.34

Peraturan pertandingan menurut Wisnujadmika, sebagai berikut :

1. Permainan bebentengan

Pemain bebentengan yang keluar dari basecamp dianggap menyerbu terlebih dahulu. Pemain ini apabila dikejar oleh musuh dan tersentuh oleh tangan musuh dianggap tertangkap. Pemain yang tertangkap di tempatkan tawanan (tempat yang sudah ditentukan sebelum pertandingan dimulai, biasanya 2 meter sebelah kanan atau kiri dari basecamp).35

33 Ibid. 34Ibid. 35

, Permainan Bentengan, (http://wisnujadmika.wordpress.com), diakses tanggal 6 April 2014 jam 09.00.

2. Pemain musuh mengejar penyerang

Pemain ini dapat kembali mempertahankan bentengnya apabila telah diselamatkan temannya, dengan cara menyentuh tangan atau bagian tubuhnya. Kelompok pemain dinyatakan mendapatkan nilai apabila dapat menyentuh basecamp musuh. Berakhirnya pertandingan ditentukan oleh kesepakatan para pemain. Kelompok yang kalah akan mendapatkan hukuman, yaitu menggendong kelompok yang menang dari benteng yang satu ke benteng lainnya, jumlah gendongan tergantung kesepakatan. 36

3. Pemain yang ditawan berada di tempat tawanan

Seorang pemain mendapatkan nilai dengan menyentuh basecamp musuh.37

36Ibid. 37

Sedangkan cara bermain permainan bebentengan menurut Sri mulyani ialah :

1. Permainan dimulai dengan membuat dua kelompok terlebih dahulu.

2. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai delapan anak, baik putra maupun putri.

3. Masing-masing kelompok memilih tiang, pilar, ataupun pohon yang disebut sebagai benteng mereka.

4. Kedua kelompok harus saling menyerang atau mengambil alih benteng lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata “benteng”.

5. Kemenangan juga bisa diraih dengan menawan seluruh anggota lawan dengan lari menyentuh tubuh mereka.

6. Untuk menentukkan siapa yang berhak menjadi penawan, ditentukan dari siapa yang paling akhir menyentuh benteng mereka.38

4. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

Dokumen terkait