• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Disiplin Belajar Siswa a.Pengertian Disiplin Belajar a.Pengertian Disiplin Belajar

Disiplin sangat diperlukan dalam aspek kehidupan manusia dan lingkungannya, disiplin bersifat universal. Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa latin yaitu “discipline” yang mempunyai arti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan sebagai berikut :

“Latihan batin dan watak, dengan maksud supaya pembuatannya selalu mentaati tata tertib. Ketaatan pada peraturan dan tata tertib (dalam kemiliteran dan sebagainya)”.15

Soekanto mengatakan disiplin biasanya dikaitkan dengan “keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu”16

Disiplin dalam hal ini dikatakan dengan hal-hal yang membatasi tingkah laku seseorang.

Seseorang yang berhasil atau berprestasi (berhasil usahanya, berhasil sekolah, berhasil mendidik anaknya) biasanya adalah mereka

14

Ahmad Riznanto, Keajaiban shalat, (Jakarta: Pustaka Al Kausar, 2008 ),hal. 45. 15

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal.208 16

yang memiliki disiplin. Soegeng mengatakan “disiplin biasanya dikaitkan dengan seseorang yang sehat dan kuat, biasanya memiliki disiplin yang baik, dalam arti mempunyai keteraturan dan ketertiban dalam menjaga dirinya, begitu pula dalam disiplin belajar”.17

Disiplin belajar berarti mempunyai keteraturan dan ketertiban dalam belajar, sehingga mencapai prestasi yang baik pula.

Ahli lain mengatakan disiplin sebagai “suatu peraturan yang harus dipatuhi”.18

Misalnya disiplin dalam belajar secara teratur. Webster seperti yang dikutib Sukardi mengatakan sebagai “sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi suatu ketentuan dan peraturan atau norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab”.19

Seseorang dikatakan disiplin apabila ia mampu mengarahkan tingkah lakunya sesuai dengan kebutuhan dan tidak bertentangan dengan pola tingkah laku. Disiplin juga mengandung arti sama dengan pendidikan dan latihan. Dalam hal ini dimulai dari adanya usaha dari tiap individu itu sendiri untuk melakukan suatu tugas, artinya seseorang dikatakan disiplin apabila ia mampu mengarahkan dan mengendalikan tingkah lakunya sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku di luar dirinya.

Pengertian disiplin dari sudut pandang etika menurut Joohn Macquarrie seperti yang dikutib oleh Wibisono, yaitu:

Disiplin mempunyai dua pengertian, pertama bisa berarti pemeliharaan standar-standar tertentu atas suatu perbuatan melalui hukuman yang tepat, atau yang kedua dapat berarti pelatihan terhadap orang sehingga mereka berlaku sesuai dengan standar-standar tertentu.20

17

Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1999), hal. 3

18

Slamet Imam Santoso, Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan (Jakarta: UI Press, 2000), hal. 204

19Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 2001), hal.30

20

Koento Wibisono, Experiman Pembinaan Disiplin pada Siswa SLTP (Yogyakarta: Balitbang Depdikbud dan UGM,2000). hal. 24

Jadi dengan demikian secara implisit disiplin mengandung dua pengertian, yaitu disiplin sebagai suatu rangkaian perbuatan atau pola tingkah laku dan disiplin sebagai suatu rangkaian pengaturan yang bertujuan. Disiplin yang dimiliki siswa tidak tumbuh dengan sendirinya melainkan di bentuk dan dikembangkan melalui suatu proses pelatihan dan pendidikan.

The Liang Gie, mengemukakan bahwa disiplin adalah “suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati”.21

Sedangkan Bond (dalam Ali Imron) mendefinisikan disiplin: Sebagaiproses pengarahan (pengendalian keinginan, dorongan, atau kepentingan) guna mencapai maksud. Disiplin juga merupakan upaya mencari tindakan disiplin dengan ulet, lahir dan diarahkan sendiri, walaupun menghadapi rintangan. Dalam disiplin juga terdapat upaya pengendalian tingkah laku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau kaidah.22

Hal ini berarti bahwa seseorang dikatakan berdisiplin kalau memiliki kemampuan mengendalikan tingkah laku. Kemampuan ini berasal dari dalam diri subjek itu sendiri, sehingga dengan pengendalian ini dia mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan norma atau peraturan yang berlaku.

Untuk membiasakan seseorang berperilaku sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku tidaklah mudah, karena harus didahului dengan latihan.

Teori Pavlov mengatakan bahwa “Untuk menerapkan kebiasaan harus didasarkan latihan, pendidikan dan pendisiplinan. Untuk itu tidak berlangsung secara singkat, akan tetapi sebagai mata rantai yang panjang.23

21

The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, (Yogyakarta: Liberty,2002), hal..90 22

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustakan Jaya. 2003), hal.128 23

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Atjo Lapo yang menyatakan bahwa disiplin itu sendiri akan terbentuk melalui tiga tahapan, yaitu:

1)Melalui pendidikan, artinya pemberian pengetahuan tentang aturan dan prinsip yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2)Pemberian latihan dan komunikasi, artinya dengan pemberian contoh dan teladan.

3)Pemberian reinforcement, artinya barang siapa yang berlaku baik mendapat pujian dan penghargaan sedangkan yang melanggar dikenakan hukuman atau sanksi24.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin tidak dapat tumbuh dengan sendirinya. Melainkan harus melalui pembinaan yang dilakukan dengan secara sadar dan berkesinambungan.

Seseorang dikatakan memiliki disiplin diri apabila ia mampu mengarahkan tingkah lakunya sesuai dengan kebutuhannya dan selaras dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Sedangkan disiplin sosial mengacu pada pengarahan dan pengendalian tingkah laku seseorang yang tidak berasal dari dalam individu yang bersangkutan akan tetapi datang dari luar dirinya seperti keluarga, masyarakat, atau aparat penegak hukum.

Kedisiplinan adalah bagian yang sangat kuat dari masa lalu kita, dansebagai orang tua pasti mengacu kembali pada pola masa kecil atautersedot kearah yang berlawanan.Secara formal anak-anak meminta kitauntuk mendisiplinkan mereka jarang sekali yang tenang atau kondusifuntuk merenung.25

Dalam pembinaan disiplin anak ada tiga elemen yang harus diperlukan yaitu:

24

Atjo Lapo, Disiplin Tanpa Hukum, (Bandung: Remaja Karya, 2003), hal.246 25

T. Berry Brazelton,dan Joshua Sparrow, terj. Adelani Hartantho, Disiplin Anak ala dr. Brazelton, (Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2005),hal. 41.

1) Pendidikan. Anak diajarkan mengenal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ini sangat perlu karena manusia tidak dilahirkan dengan suatu bekal pengetahuan. Orang tua dan guru bertanggung jawab memberikan pengetahuan mengenai apa yan diharapkan diharapkan oleh seseorang.

2) Penghargaan. Penghargaan berupa pujian, hadiah atau perlakuan khusus setelah anak melakukan sesuatu dan tidak mencoba melakukan apa yang diharapkan atau diinginkan orang tua dari seorang anak.

3) Hukuman.Hukuman hanya boleh diberikan bila anak melakukan kesalahan dengan sengaja.

Berapapun usia anak, ketiga elemen diatas harus disertakan dalam latihan kedisiplinan.Elemen pertama dan kedua ditekankan bila anak masih berusia dini, sedangkan unsur ketiga diterapkan saat anak sudah lebih besar.Disiplin itu perlu dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah:

1) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang lain

2) Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan-larangan

3) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk

4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuatsesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman

5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.

Jadi Kedisiplinan belajar adalah mentaati atau patuh dalam segala hal yang berhubungan dengan kegiatan yang berproses yang merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan baik formal maupun non formal.

b. Tujuan dan Manfaat Disiplin Belajar

Menerapkan kebiasaan disiplin belajar anakmemiliki tujuan yang antara lainadalah mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mentaati peraturan. berkaitan dengan hal tersebut diatas,Singgih mengungkapkan beberapa tujuan disiplin belajar anak menerangkan sebagai berikut:

1) Menerapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenal hak milik orang lain;

2) Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan merasa mengerti larangan-larangan.

3) Mengerti tingkah laku yang baik dan tidak baik.

4) Belajar mengendalikan diri, keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman.

5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain. 26

Mengajarkan disiplin pada anak adalah kewajiban. Bila tidak diajarkan kedisiplinan, anak yang tumbuh dewasa akan merepotkan orang tua. Dalam penerapanya disiplin dengan proses kegiaan belajar anak di sekolah ada beberapa manfaat yang akan diperoleh, yaitu:

1) Menumbuhkan kepekaan 2) Menumbuhkan kepedulian 3) Mengajarkan keteraturan 4) Menumbuhkan ketenangan 5) Menumbuhkan sikap percaya diri 6) Menumbuhkan kemandirian 7) Menumbuhkan keakraban 8) Membantu perkembangan otak

9) Membantu anak yang “sulit”, misal anak yang hiperaktif, perkembangan terlambat, atau tempertantrum.

10)Menumbuhkan kepatuhan.27

Jadi dalam menanamkan pendidikan pada anak perlu menanamkan pendidikan kedisiplinan, artinya menumbuhkan dan

26

Gunarso D. Singgih, Psikologi Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 56 27

Rony Wijaya, Manfaat Mengajarkan Anak Disiplin, (blogsopt, www.ronywijaya.web.id), diakses pada 10 Juni 2011.

mengembangkan pengertian-pengertian yang berasal dari luar yang merupakan proses untuk melatih dan mengajarkan anak bersikap dan bertingkah laku sesuai harapan.

c. Ruang Lingkup Disiplin Belajar

Disiplin belajar memiliki cakupan yang cukup luas, dalam aplikasinya memilki ruang lingkup tersendiri agar pada hakikatnya mampu dipahami. Ruang lingkup disiplin belajar mencakup:

1) Disiplin siswa dalam menentukan dan menggunakan cara ataustrategi belajar.

Keberhasilan siswa dalam studinya dipengaruhi oleh carabelajarnya. Siswa yang memiliki cara belajar yang efektif memungkinkan untuk mencapai hasil atau prestasi yang lebih tinggidari pada siswa yang tidak mempunyai cara belajar yang efektif.Untuk belajar secara efektip dan efisien diperlukan kesadarandan disiplin tinggi setiap siswa.Belajar secara efektif dan efisiendapat dilakukan oleh siswa yang berdisiplin. Siswa yang memilikidisiplin dalam belajarnya akan berusaha mengatur dan menggunakanstrategi dan cara belajar yang tepat baginya. Jadi langkah pertamayang perlu dimiliki agar dapat belajar secara efektip dan efisienadalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwabelajar adalah untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan sendiri dantidak menggantungkan nasib pada orang lain.Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan belajar akanlebih berhasil apabila kita memiliki:1. Kesadaran atas tanggung jawab belajar,2. Cara belajar yang efisien,3. Syarat-syarat yang diperlukan.28

Selain memiliki strategi belajar siswa yang tepat, siswa jugaperlu memperhatikan metode atau cara yang harus dilakukan untukmencapai tujuan dalam belajarnya. Seperti yang kita ketahui

28

Oemar Hamalik, Metoda Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito,2005), hal. 1.

belajarbertujuan untuk mendapat pengetahuan, sikap, kecakapan danketerampilan. Cara yang demikian itu jika dilakukan dengan penuhkesadaran dan disiplin tinggi maka akan menjadi suatu kebiasaan,dan kebiasaan dalam belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Slameto yang mengatakan bahwa: “kebiasan belajar mempengaruhi belajar antaralain dalam hal pembuatan jadwal belajar dan pelaksanaannya,membaca dan membuat catatan, mengulangi pelajaran konsentrasiserta dalam mengerjakan tugas.29Jadi siswa yang pada dirinyatertanam sikap disiplin akan selalu mencari dan menentukan carabelajar yang tepat baginya.

2) Disiplin terhadap pemanfaatan waktu. a) Cara mengatur waktu belajar.

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh pelajar atausiswa adalah banyak pelajar atau siswa yang mengeluh kekuraganwaktu untuk belajarnya, tetapi mereka sebenarnya kurang memilikiketeraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktu secara efisien.Banyak waktu yang terbuang-buang disebabkan karna mengobrolomongan-omongan yang tidak habis-habisn.Sikap yang demikianitu harus ditinggalkan oleh siswa karena yang demikian itu tidakbermanfaat baginya.Keterampilan mengatur waktu merupakan suatu keterampilanyang sangat penting, bahkan ada ahli keterampilan studi yang berpendapat bahwa “keterampilan mengelola waktu danmenggunakan waktu secara efisien merupakan hal yang terpentingdalam masa studi maupun seluruh kehidupan siswa”.30

29

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,1995), hal. 82.

30

Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapaikesuksesan dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teraturdan berdisiplin memanfaatkan waktunya.Dalam ajaran Islamdisiplin dalam pemanfaatan waktu sangat dianjurkan, disiplin bukanhanya dalam pemanfaatan waktu belajar saja, tetapi disiplin perlujuga dilakukan oleh setiap orang dalam setiap waktu dankesempatan.Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa penggunaan ataupamanfaatan waktu dangan baik menumbuhkan disiplin dalammempergunakan waktu secara efisien.

b) Pengelompokan waktu.

Banyak siswa yang belajarnya kurang dapat memanfaatkanwaktunya dengan sebaik-baiknya karena tidak membagi-bagiwaktunya untuk macam-macam keperluan, oleh karena itu, berbagaisegi dan teknik untuk mengatur pemakaian waktu perlu dipahamisebagai langkah untuk mengembangkan keterampilan mengelolawaktu studi.

Penjatahan waktu belajar.Setiap siswa perlu mengadakan prinsip belajar secara taratur, dan untuk belajar secara teratur setiap hari harus mempunyairencana kerja. Agar siswa tidak bayak membuang waktu untukmemikirkan mata pelajaran yang akan dipelajari suatu saat dan apayang harus dikerjakannya. Disiplin terhadap tugas.Hal tersebut mencakup pada mengerjakan tugas rumah, mengerjakan tugas di sekolah.31

c) Disiplinterhadaptatatertib.

Didalam proses balajar mengajar, disiplin terhadap tata tertibsangat penting untuk diterapkan, karena dalam suatu sekolah tidakmemiliki tata tertib maka proses belajar mengajar

31

tidak akanberjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa:

“Peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur prilakuyang diharapkan terjadi pada diri siswa”32

Antara peraturan dantata tertib merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkansebagai pembentukan disiplin siswa dalam mentaati peraturan didalam kelas maupun diluar kelas.

Dengan demikian untuk terciptanya disiplin yang harmonis dan terciptanya disiplin dari siswa dalam rangka pelaksanaan peraturan dan tata tertib dengan baik, maka di dalam suatu lambaga atau lingkungan sekolah perlu menetapkan sikap disiplin terhadap siswa, agar tercipta proses belajar mengajar yang baik.

d. Cara Menumbuhkan Disiplin Belajar

Disiplin belajar siswa yang baik menunjang peningkatan prestasi belajar dan perkembangan perilaku yang positif. Langkah represif sudah berurusan dengan siswa yang telah melanggar tata tertib sekolah. Upaya tersebut merupakan langkah pemulihan memperbaiki, meluruskan, menyembuhkan perilaku yang salah dan tidak baik. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Preventif

Langkah preventif merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mencegah siswa yang berbuat hal-hal yang dikategorikan melanggar tata tertib sekolah secara positif langkah ini untuk mendorong siswa mengembangkan ketaatan dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah.

32

Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarja: Rineka Cipta,2003), hal. 122.

a) Menjelaskan kepada orang tua dan siswa mengenai tata tertib sekolah berupa tuntutan dan sanksi.

b) Meminta dukungan orang tua dan siswa untuk berkomitmen mematuhi dan mentaati tata tertib sekolah.

c) Memanfaatkan kesempatan upacara bendera untuk memberi pengarahan berkenaan pengembangan dan pemantapan K-5 (keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kekeluargaan). d) Meyakinkan siswa bahwa disiplin individu sangat penting bagi

keberhasilan sekolah dan pengembangan kepribadian yang baik.

e) Membentuk kegiatan ekstrakurikuler agar banyak waktu siswa dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif.

f) Secara berkala mengadakan razia terhadap barang yang dipakai, di bawa siswa ke sekolah.

g) Mengadakan pendekatan personal terhadap siswa-siswa yang diamati berpotensi, bermasalah dalam disiplin.

h) Kepala sekolah dan guru-guru memberi teladan yang baik tentang perilaku disiplin dalam ketaatan dan kepatuhan.

i) Menerapkan disiplin sekolah secara konsisten dan konsekuen. j) Memberi penghargaan kepada siswa yang berprestasi di

sekolah dan di luar sekolah.

k) Meminta siswa menjaga nama baik sekolah terutama di dalam dan di luar sekolah.

2) Reprensif

Langkah reprensif merupakan langkah yang diambil untuk menahan perilaku melanggar disiplin sesering mungkin atau untuk menghalangi pelanggaran yang lebih berat lagi. Atau langkah menindak dan menghukum siswa yang melanggar disiplin sekolah.

Langkah reprensif ini diberikan untuk siswa yang melanggar disiplin sekolah. Tindakan yang diberikan dapat

berupa:nasehat dan teguran lisan, teguran tertulis, dan hukuman disiplin ringan, sedang atau berat.

Sanksi disiplin yang diberikan harus manusiawi dan memperhatikan martabat siswa. Sanksi tidak dapat dilakukan dengan semena-mena sesuai selera. Namun perlu dilakukan sesuai dengan standar dan aturan yang berlaku. Sanksi perlu adil sesuai dengan kesalahan yang bertujuan untuk mendidik. Jangan sampai siswa merasa diperlakukan secara tidak manusiawi oleh yang memberikan hukuman.

Saat guru atau orang tua berhadapan dengan siswa atau anak yang melanggar peraturan yang sudah dibuat dan diketahui kerap kali terbawa dalam sikap yang sangat emosional. Apalagi bila pelanggaran itu terjadi berulang-ulang oleh siswa yang sama. Kadang-kadang muncul kata-kata yang kurang baik dan bijak. Bahkan kadang muncul perbuatan dan tindakan yang kurang terpuji. Hukuman yang diberikan menjadi tidak logis terbawa oleh emosi. Sebab itu, bila ada yang melanggar aturan sebaiknya dihadapi dengan hati dan kepala yang dingin, tidak panas. Lalu juga memperhatikan prinsip-prinsip pemberian hukuman yang sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Agar hukuman itu lebih memberi dampak positif.

Berhubungan dengan hukuman tersebut, kita perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian hukuman. Menurut Maman Rachman (dalam Tulus Tu,u,) prinsip-prinsipnya antara lain:

a) Berikan alasan dan penjelasan mengapa hukuman diberikan. b) Hindari hukuman yang bersifat badaniah.

c) Hindari penghukuman pada saat marah atau emosional.

d) Jangan menghukum kelompok atau kelas apabila kesalahan dilakukan satu orang.

f) Yakinilah bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan. g) Jangan menggunakan standar hukuman ganda. h) Jangan benci dan dendam.

i) Konsisten dan konsekuen dengan hukuman. j) Jangan mengancam sesuatu yang mustahil. k) Jangan menghukum sesuai selera.33

Penerapan peraturan sekolah dan sanksi terhadap siswa yang melanggar peraturan sekolah harus dilakukan secara konsisten dan konsekuen. Artinya tidak berubah-ubah sesuai keadaan dan selera. Bertindak semena-mena dan sewenang-wenang akan tetapi tindakan yang diambil harus sesuai dengan apa yang dikatakan dan disusun dalam peraturan yang berlaku. Menurut Harris Clemes dan Reynold Bean (dalam Tulus Tu,u,) pentingnya sikap konsisten disebabkan sebagai berikut:

a) Sikap konsisten menunjukkan penerapan disiplin tidaklah main-main. Berlaku sesuai ucapan atau aturan yang ada. b) Penerapan aturan dan hukuman yang konsisten sangat besar

pengaruhnya pada anak dibanding kebimbangan dan hukuman yang kejam.

c) Sikap konsisten akan menolong dan membuat anak merasa terlindungi.

d) Penerapan disiplin yang konsisten akan menghasilkan ketertiban yang baik.

e) Sikap tidak konsisten akan mengkhawatirkan anak-anak sebab mereka tidak tahu tindakan apa yang akan diberikan bagi yang melanggar.

f) Sikap tidak konsisten dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan anak.34

33

Tulus Tu,u,Peranan Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta: Grafindo, 2004), hal.60.

34

3) Kuratif

Langkah ini merupakan upaya memulihkan, memperbaiki, meluruskan atau menyembuhkankesalahan-kesalahan dan perilaku-perilaku salah yang bertentangan dengan disiplin sekolah. Siswa yang telah melanggar ketentuan sekolah dan telah diberi sanksi. Disiplin perlu dibina dan dibimbing oleh guru-guru. Kesalahan tidak hanya di jawab dengan hukuman, tetapi dilanjutkan dengan pembinaan dan pendampingan. Siswa ditolong memperbaiki, mengubah tingkah lakunya yang salah atau ada diantara mereka yang terluka batin karena masalah disiplin tersebut. Siswa yang melanggar disiplin disebabkan oleh problem internal yang ada dalam dirinya. Siswa-siswa ini perlu secara khusus di bina dan di bimbing agar mengalami pemulihan dan penyembuhan luka-luka batin tersebut. Yang dapat berperan disini adalah guru-guru, bimbingan penyuluhan, wali kelas dan bidang ketertiban atau kesiswaan.

Jadi dalam penanggulangan disiplin ini diperlukan adanya tata tertib sekolah, konsistensi dan menerapkan disiplin sekolah dan kemitraan dengan orang tua. Tindakan penanggulangan dapat di lakukan melalui langkah prevensif, represif dan kuratif. Sanksi yang diberikan tidak boleh dilakukan secara emosional dan sesuai selera, tetapi harus mengacu pada standar dan aturan yang ada serta bertujuan mendidik. Dengan hal-hal tersebut disiplin di sekolah dapat ditegakkan dan dipulihkan. Siswa yang bermasalah dengan perilaku yang kurang baik dapat di tolong dan dipulihkan. Diharapkan dengan langkah dan sikap seperti itu akan memberi dampak besar bagi kondisi kondusif sehingga tercipta hasil belajar yang baik dan perubahan perilaku siswa yang lebih positif.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh sebab itu penulis beranggapan bahwa tingkat kedisiplinan belajar siswa harus ditanamkan sejak dini agar tercapainya tujuan yang diinginkan.

Disiplin merupakan suatu proses belajar, perlu adanya upaya dari orang tua. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

1) Melatih anak untuk berdisiplin

2) Membiasakan diri berperilaku sesuai nilai-nilai moral dan etika 3) Adanya kontrol orang tua dalam mengembangkan disiplin anak.

Ketiga upaya ini dinamakan kontrol ekternal.Kontrol yang berisonansi dan keterbukaan ini memudahkan anak untuk menginternalisasi nilai-nilai moral.Kontrol eksternal ini dapat menciptakan dunia kebersamaan yang menjadi syarat esensial terjadinya penghayatan antara orang tua dan anak.

e. Korelasi Kedisiplinan Pelaksanaan Ibadah Shalat dengan Kedisiplinan Belajar Siswa

Shalat yang dilakukan dengan tepat waktu dan khudhu' akan menghasilkan penuhnya hati kita dengan kehadiran Allah.

Firman Allah:

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongga dada”.(Q.S. Al Ahzab: 4)35

Jika hati seseorang telah dipenuhi dengan kehadiran Allah SWT, maka tak akan ada lagi tempat bagi sesuatu yang lain yang tak sejalan

35

Departemen Agama, Alqur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: Tiga Serangkai, 2007),

Dokumen terkait