• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

3. Hakikat Interaksi Sosial

b. Unsur Ekstrinsik

Nurgiyantoro (1995:23), menyatakan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Kemudian Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:21), juga menjelaskan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra yang ikut mempengaruhi penciptaan karya sastra yaitu pengarang dan realitas objektif. Pengarang adalah unsur utama dan dominan dari unsur ekstrinsik fiksi. Realitas objektif yang mempengaruhi karya sastra seperti tatanilai kemanusiaan yang berlaku dalam masyarakat, ideologi masyarakat, konvensi budaya, konvensi sastra, konvensi bahasa dalam masyarakat, dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membangun dari luar karya sastra itu sendiri yang mempengaruhi penciptaan karya sastra tersebut.

3. Hakikat Interaksi Sosial

Kajian teori yang digunakan dalam interaksi sosial terbagi dua, yaitu pengertian interaksi sosial dan Faktor-faktor interaksi sosial.

a. Pengertian Interaksi Sosial

Menurut Ahmadi (2007:49), interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Walgito (2003:65), merupakan hubungan antar individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya,

jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Soekanto (2009:55) menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila keduanya bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentu-bentuk interaksi. Menurut Haryanto dan Nugrohadi (2011:215) menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua atau lebih individu, dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau sebaliknya. Hermanto dan Winarno (2011: 52) Menjelaskan bahwa Interaksi Sosial merupakan Faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan timbal balik antara individu, antar kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia. Apabila dua orang atau lebih bertemu akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Menurut Abdulsyani (2012:153) menjelaskan bahwa interaksi sosial sebagai pengaruh timbale balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial itu adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dalam

kehidupan masyarakat yang saling memengaruhi antarmasyarakat yang satu dengan yang lainnya. Interaksi sosial tidak hanya menyangkut hubungan antarindividu maupun antarkelompok manusia, tetapi juga bisa mengubah atau memperbaiki perilaku individu atau kelompok manusia yang lain.

b. Faktor-faktor Interaksi Sosial

Interaksi sosial atau hubungan timbal balik dapat terjadi dalam berbagai faktor-faktor interaksi sosial, Menurut Ahmadi (2007:52-58), faktor-faktor interaksi sosial tersebut ada empat. Pertama, faktor imitasi yaitu dorongan untuk meniru orang lain. Kedua, faktor sugesti yaitu pengaruh psikis baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain. Faktor sugesti harus memenuhi syarat sebagi berikut: Pertama, faktor sugesti hambatan berpikir, Kedua, faktor pikiran terpecah belah Disosiasi, Ketiga, faktor sugesti mayoritas, keempat, faktor sugesti minoritas, Kelima, faktor sugesti will to believe. Ketiga, faktor identifikasi yaitu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Keempat, faktor simpati yaitu perasaan, tertariknya, orang yang satu terhadap orang lain

Menurut Walgito (2003:66-74), faktor-faktor interaksi sosial tersebut ada empat. Pertama, faktor imitasi yaitu dorongan meniru orang lain, Kedua, faktor sugesti yaitu pengaruh psikis baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Ketiga, faktor identifikasi yaitu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Keempat, faktor simpati yaitu perasaan, rasa, tertarik kepada orang lain.

Berdasarkan penjelasan d iatas, maka dalam penelitian ini menggunakan teori Ahmadi untuk melihat faktor-faktor Interaksi Sosial dalam Novel Pelabuhan Terakhir Karya Roidah.

1) Faktor Imitasi

Menurut Ahmadi (2007:52), yaitu faktor imitasi dorongan untuk meniru orang lain. Masyarakat itu tiada lain dari pengelompokan manusia dimana individu-individu yang satu mengimitasi diri yang lain dan sebaliknya, bahkan masyarakat itu baru menjadi masyarakat sebenarnya apabila manusia mulai mengimitasi kegiatan manusia lainnya dengan kata lain imitasi tidak berlangsung secara otomatis tetapi ada faktor lain yang ikut berperan, sehingga seseorang megadakan imitasi. Bagaimana orang dapat mengimitasi seseuatu kalau orang yang bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap apa yang dimitasi itu. Dengan demikian untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karna imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya. .

2) Faktor Sugesti

Menurut Ahmadi (2007:53), faktor sugesti yaitu pengaruh psikis baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan karena itu sugesti dapat dibedakan menjadi dua yaitu, Pertama, Auto-sugesti yaitu sugesti terhadap diri sendiri, sugesti yang datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Kedua, Hetero-sugesti yaitu yang datang dari orang lain. Baik

sugesti dan hetero-sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang penting. Sugesti mudah terjadi bila memenuhi syarat-syarat berikut:

a. Sugesti Karena Hambatan Berpikir

Menurut Ahmadi (2007:54), sugesti karena hambatan berpikir yaitu sugesti itu akan diterima oleh orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. karena bila orang itu dalam keadaan bersikap kritis adalah sulit untuk menerima sugesti dari orang lain.

b. Sugesti Karena Keadaan Pikiran Terpecah Belah ( Dissosiasi)

Menurut Ahmadi (2007:54), sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah (dissosiasi) Orang itu akan mudah juga menerima sugesti dan orang lain apabila kemampuan berpikirnya itu terpecah belah. Orang itu mengalami dissosiasi kalau orang itu dalam keadaan kebingungan karena menghadapi bemacam-macam persoalan.

c. Sugesti Karena Mayoritas

Menurut Ahmadi (2007:55), sugesti karena mayoritas yaitu orang akan mempunyai kecendrungan untuk menerima suatu pandangan, pendapat atau norma-norma, dan sebagainya, apabila norma-norma itu mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas, di mana sebagian besar dan kelompok atau golongan itu memberikan sokongan atas pendapat, pandangan-pandangan tersebut.

d. Sugesti Karena Minoritas

Menurut Ahmadi (2007:56), sugesti karena minoritas yaitu Orang akan mempunyai kecendrungan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain itu apabila yang memberikan itu mempunyai otoritas mengenai masalah tersebut.

e. Sugesti Karena Will To Believe (Pendapat yang masih dalam keadaan samar-samar)

Menurut Ahmadi (2007:56), sugesti karena Will to believe yaitu bila dalam diri individu telah ada pendapat yang mendahuluinya dan pendapat ini masih dalam keadaan yang samar-samar dan pendapat tersebut searah dengan yang disugestikan itu, maka pada umumnya orang itu akan mudah menerima pendapat tersebut.

3) Faktor Identifikasi

Ahmadi (2007:57), faktor identifikasi yaitu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Proses identifikasi ini mula-mula berlangsung secara tidak sadar (secara sendirinya) kemudian irrasinal, yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau kecendrungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga identifikasi berguna untuk melengkapi norma-norma, cita-cita, dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.

4) Faktor Simpati

Menurut Ahmadi (2007:58), faktor simpati yaitu perasaan, rasa, tertarik kepada orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis, rasional, melainkan berdasarkan penilaian, perasaan, seperti juga pada proses identifikasi bahkan

orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain denga sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik baginya.

4. Hakikat Pendekatan Sosiologi Sastra

Dokumen terkait