• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Hakikat Karakter Entrepreneurship

Entrepreneurship berasal dari bahasa Prancis yaitu entreprendeyang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Dalam bahasa Indonesia, entrepreneurship berarti kewirausahaan. Drucker (1994) mengemukan bahwa kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan mengembangkannya dengan tangguh. Oleh karena itu, dengan mengacu pada orang yang melaksanakan proses gagasan, memadukan sumber daya menjadi realitas, muncul apa yang dinamakan wirausaha/Entrepreneur (Suryana, & Kartib Bayu, 2014).

Menurut Steinhoff dan Burgess (1993) mengemukakan

entreprenur is a person who organizes, manages and assumes the risk of a business or enterprise an entrepreneurship. Entreprenur is individual who risk financial, material, and human resources a new way to create a new bussiness concept or opportunities within an existing firm”. Wirausaha merupakan orang yang mengorganisasi, mengelola, dan berani menanggung risiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Dapat diartikan bahwa entrepreneurship memiliki kemampuan dalam

29

menciptakan peluang dan usaha bagi dirinya dan orang lain (Sunarya, Sudaryono, & Asep Saefullah, 2011).

Menurut Zimmerer (2002), seorang entrepreneur adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan menghadapi risiko dan ketidakpastian. Dari pengertian diatas terdapat hal menarik yakni seorang entrepreneur memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian dalam proses menciptakan hal baru di dalam hidupnya.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurship merupakan kemampuan/ keterampilan individu dalam melihat dan mengambil peluang, berupaya kreatif dan inovatif dengan mengembangkan ide menjadi pengusaha. Entrepreneurship tidak selalu diidentikkan dengan watak atau ciri pengusaha semata, karena sifat ini dimiliki juga bukan pengusaha. Entrepreneurship mencakup semua aspek pekerjaan baik sebagai karyawan maupun pemerintahan. Entrepreneurship adalah melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumberdaya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup. Dengan demikian kata kunci dari entrepreneurship adalah inovatif dan kreatif.

2. Tujuan Pendidikan Karakter Entrepreneurship

Ciputra (2011) menjelaskan bahwa terdapat 2 tujuan pendidikan entrepreneurship yakni:

a. Membangun sosok entrepreneuryang memiliki pola pikir, sikap, kecakapan dan pengetahuan seorang innovative entrepreneuryang

30

tidak selalu bekerja dalam bidang bisnis. Artinya seorang entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau pembisnis, namun lebih mengarah pada sikap dan perilaku kreatif dan inovatif dalam kehidupan sehari-harinya.

b. Membangun generasi muda yang sanggup menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri melalui entrepreneurship. Pendidikan karakter entrepreneurship diharapkan mampu membekali anak dengan ilmu, pengetahuan, sikap, dan keterampilan karakter entrepreneurship bagi masa depannya kelak.

3. Manfaat Karakter Entrepreneurship

Zimmere, et al. 2005 (dalam Sunarya, Sudaryono, dan Saefullah, 2011) merumuskan manfaat kewirausahaan sebagai berikut:

a. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri

b. Memberi peluang melakukan perubahan

c. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya d. Memberikan peluang untuk meraih keuntungan seoptimal

mungkin

e. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usahanya

f. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya

31

4. Prinsip-Prinsip Penanaman KarakterEntrepreneurship

Instruksi Presiden No. 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan, mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan. Melalui gerakan ini pada saatnya budaya kewirausahaan diharapkan menjadi bagian etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga dapat melahirkan wirausahawan baru yang handal, tangguh dan mandiri (Forum Mangunwijaya V dan VI).

Sejalan dengan Inpres tersebut, Kementrian Pendidikan Nasional bekerja sama dengan lembaga penggiat wiraswasta Ciputra Entrepreneurshipship Centermelakukan upaya membangun karakter entrepreneurship dengan membenahi kurikulum, berbasis komunitas, memperbaiki praksis pendidikan di sekolah kejuruan dan sekolah tinggi, sampai pada pengarbitan calon-calon entrepreneurship yang dicangkokan di lembaga pendidikan tinggi (Ciputra, Tanan, & Waluyo: 2011)

Menurut Mardani (dalam Forum Mangunwijaya V dan VI, 2012) pendidikan yang mampu mengatasi hal tersebut di atas yang paling tepat adalah pendidikan yang berorientasi jiwa entrepreneurship, yaitu jiwa yang berani dan mampu menghadapi masalah hidup, jiwa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Salah satu jiwa entrepreneurship yang perlu dikembangkan melalui pendidikan pada anak adalah kecakapan hidup (life skill). Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan adalah

32

pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui kurikulum yang dikembangkan di sekolah.

Menurut Mardani (dalam Forum Mangunwijaya V & VI, 2012) disebutkan program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek, antara lain:

a. Terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran

Pengintergrasian dilakukan dengan cara memasukkan nilai-nilai entrepreneurship ke dalam pembelajaran seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan saat penyampaian materi, melalui metode pembelajaran maupun sistem penilaian oleh guru.

b. Terpadu dalam kegiatan ekstrakulikuler

Kegiatan ekstrakulikuler bertujuan untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minatnya. Melalui kegiatan ekstrakulikuler yang secara khusus diselenggarakan sekolah dengan memadukan nilai-nilai entrepreneurship, diharapkan peserta didik mampu berkembang potensi, bakat, dan minatnya secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan dalam dirinya.

c. Melalui pengembangan diri

Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luat mata pelajaran. Kegiatan ini dalam upaya pembentukan karakter

33

dan kepribadian entrepreneurship peserta didik. Dalam pelaksaannya, kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan informasi karier bagi peserta didik.

d. Perubahan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan dari konsep/teori ke pembelajaran praktik berwirausaha

Dengan pembelajaran praktik berwirausaha, pembelajaran entrepreneurship diarahkan pada pencapaian tiga kompetensi yang meliputi penanaman karakter entrepreneurship, pemahaman konsep, dan skill (keterampilan). Tentunya bobot pemberian kompetensi karakter entrepreneurship dan keterampilan kepada peserta didik lebih besar daripada pemahaman konsep.

e. Dalam bahan/buku ajar

Penginternalisasian karakter entrepreneurship dapat dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai entrepreneurship dalam buku ajar baik dalam pemaparan materi, tugas, dan evaluasi.

f. Melalui kultur sekolah

Pengembangan karakter entrepreneurship dalam pendidikan dapat diberikan melalui budaya sekolah. Kegiatan tersebut mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, dan karyawan ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah, dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah.

34 g. Ke dalam muatan lokal

Mata pelajaran muatan lokal diharapkan memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permaalahan sosial dan lingkungan. Muatan lokal diharapkan juga mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

5. Aspek Karakter Entrepreneurship

Menurut Suryana, & Bayu (2011) entrepreneurship dibentuk oleh beberapa aspek dibawah ini, yakni:

a. Motivasi Berprestasi

Seorang entrepreneurship memiliki motivasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Orientasi ke Masa Depan

Orang yang berorientasi ke masa depan ialah orang yang memiliki pandangan dan perspektif ke masa depan dalam hidupnya.

c. Menghadapi Perubahan

Seorang entrepreneurship harus tanggap dan kreatif dalam menghadapi perubahan pada lingkungan sekitarnya.

d. Jaringan Usaha

Seorang entrepreneurship juga harus memiliki jaringan usaha yang luas.

35 e. Kepemimpinan

Seorang entrepreneurship juga harus memiliki jiwa kepemimpinan yang unggul.

Aspek-aspek tersebut menjadi dasar pembuatan instrumen tes karakter entrepreneurship dan skala penilaian diri. Kemudian aspek-aspek tersebut juga dielaborasikan ke dalam 3 topik bimbingan dalam pemberian layanan bimbingan klasikal yang terlihat pada tebl 2.1.

Tabel 2.1

Elaborasi Aspek Karakter Entrepreneurshipdalam Topik Bimbingan

Aspek Topik Bimbingan

Menghadapi perubahan Berpikir Kreatif Orientasi ke Masa Depan, Memiliki Jaringan, dan Kepemimpinan Young Entrepreneurship

Motivasi Berprestasi Hasil Karyaku

6. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Entrepreneurship Wiryasaputra (dalam Suryana, & Bayu, 2011: 53) menyatakan bahwa ada sepuluh sikap dasar (karakter) entrepreneurship yaitu:

a. Visionary (visioner) yaitu mampu melihat jauh ke depan, selalu melakukan yang terbaik pada masa kini, sambil membayangkan masa depan yang lebih baik.

36

b. Positive(bersikap positif) yaitu membantu seorang wirausaha selalu berpikir yang baik, tidak tergoda untuk memikirkan hal-hal yang bersifat negatif, sehingga dia mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan selalu berpikir akan sesuatu yang lebih besar.

c. Confident (percaya diri), sikap ini akan memandu seseorang dalam setiap mengambil keputusan dan langkahnya. Sikap percaya diri

tidak selalu mengatakan “Ya” tetapi juga berani mengatakan “Tidak” jika memang diperlukan.

d. Genuine (asli), seorang wirausaha harus mempunyai ide, pendapat dan mungkin model sendiri. Bukan berarti harus menciptakan sesuatu yang betul-betul baru, dapat saja dia menjual sebuah produk yang sama dengan yang lain, namun dia harus memberi nilai tambah atau baru.

e. Goal Oriented (berpusat pada tujuan), selalu berorientasi pada tujuan dan hasil. Seorang wirausaha ingin selalu berprestasi, berorientasi pada laba, tekun, tabah, bekerja keras, dan disiplin untu mencapai sesuatu yang telah ditetapkan.

f. Persistent (tahan uji), harus maju terus, mempunyai tenaga, dan semangat tinggi, pantang menyerah, tidak mudah putus asa, dan kalau jatuh segera bangun kembali.

g. Ready to face a risk (siap menghadapai risiko), risiko yang paling berat adalah bisnis gagal dan uang habis. Siap sedia untuk menghadapi risiko, persaingan, harga turun-naik, kadang untung

37

atau rugi, barang tidak laku atau tak tak ada order. Harus dihadapi dengan penuh keyakinan. Dia membuat perkiraan dan perencanaan yang matang, sehingga tantangan dan risiko dapat diminimalisir. h. Creative (kreatif menangkap peluang), sikap yang tajam tidak

hanya mampu melihat peluang, tetapi juga mampu menciptakan peluang.

i. Healthy Competitor (menjadi pesaing yang baik). Kalau berani memasuki dunia usaha, harus berani memasuki dunia persaingan. Persaingan jaringan membuat stres, tetapi harus dipandang untuk membuat lebih maju dan berpikir secara lebih baik. Sikap positif membantu untuk bertahan dan unggul dalam persaingan.

j. Democratic leader (pemimpin yang demokratis), memiliki kepemimpinan yang demokratis, mampu menjadi teladan dan inspirasi bagi yang lain. Mampu membuat orang lain bahagia, tanpa kehilangan arah dan tujuan, dan mampu bersama orang lain tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri.

7. Faktor-Faktor Pembentukan Karakter Entrepreneurship

Slamet & Hetty (2014) menjelaskan terdapat 2 faktor yang terbentuknya karakter entrepreneurship.

a. Efikasi diri

Merupakan keyakinan seseorang dapat sukses menjalankan proses menjadi entrepreneurship.

38 b. Persepsi atas keinginan

Merupakan ukuran di mana seorang individu memiliki evaluasi disukai atau tidak disukai atas hasil dari kegiatan entrepreneurship yang dilakukannya.

8. Hambatan Pembentukan Karakter Entrepreneurship

Menurut Soemanto (2006) para ahli pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah diharapkan memberikan sumbangan positif dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. Berikut beberapa macam sikap/pandangan sementara pendidik yang kurang menunjang usaha perwujudan karakter entrepreneurship di sekolah.

a. Adanya pendidik yang memandang rendah terhadap arti pendidikan. Pemberian isu pendidikan yang berkualitas rendah terlihat dalam pemikiran bahwa tamatan sekolah mulai dari SD hingga perguruan tunggi dianggap sebagai pencari kerja bukan pencipta lapangan pekerjaan.

b. Adanya pandangan yang keliru dari pendidik mengenai sumber utama pendidikan. Para pendidik masih beranggapan bahwa sumber utama pendidikan berasal dari luar diri siswa seperti buku, guru dan masyarakat. Akibatnya guru justru melupakan sumber pendidikan yang paling potensial, yaitu potensi siswanya.

c. Adanya sikap pesimis dari pendidik mengenai perubahan sikap mental siswa.

39

9. Upaya Peningkatan Karakter Entrepreneurship

Ciputra, Tanan & Waluyo (2011) mengatakan dalam meningkatkan karakter entrepreneurship, pendidikan dan pelatihan entrepreneurship sangat penting dilakukan. Tentunya terdapat upaya yang dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan entrepreneurship, yakni sebagai berikut: a. Konsep dan struktur program pendidikan yang akan mengantar peserta didik menjadi (to be) entrepreneur inovatif bukan hanya sekedar tahu tentang entrepreneurship (to know). Pendididikan ini dapat dirancang untuk memberikan pengalaman belajar (experiential learning) bagi peserta didik. Pendidikan entrepreneurship juga perlu dibuat untuk memberikan waktu yang cukup bagi pembelajaran melalui pengalaman langsung.

b. Pendidikan dan pelatihan peningkatan karakter entrepreneurship harus melibatkan pelatih yang memiliki pengalaman nyata mulai dari penciptaan bisnis, pengelolaan bisnis, dan pengembangan bisnis.

c. Pendidikan dan pelatihan peningkatan entrepreneurship perlu membangun semangat dan kecakapan karakter entrepreneurship dengan waktu yang cukup. Pendidikan karakter entrepreneurship sangat perlu dilakukan sejak dini hingga sepanjang proses belajarr peserta didik.

Pendekatan pendidikan merupakan mekanisme yang paling berpengaruh dalam menerapkan budaya entrepreneurship. Oleh karena itu diperlukan juga adanya program-program sekolah untuk

40

menumbuhkan karakter entrepreneurship. Seperti yang dijelaskan Mustari, (2014) bahwa terdapat 3 program yang dapat digunakan dalam menumbuhkan jiwa entrepreneurship meliputi program pengembangan budaya berpikir, program pemupukan sikap positif usahawan, dan program ilmu pengetahuan dan teknologi.

Program-program pembangunan kewirausahaan pun harus terus dilancarkan oleh pihak pemerintah dari berbagai tingkatan dan kementerian. Peranan orang tua di rumah sangat signifikan dalam memupuk jiwa wirausaha dalam diri anak-anak mereka. Media massa ikut berperan penting dalam memupuk jiwa kewirausahaan di kalangan masyarakat.

C. Hakikat Remaja

Dokumen terkait