• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

2. Hakikat Keterampilan Membaca

Dalam pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Jerman keterampilan yang diajarkan meliputi empat keterampilan yaitu keterampilan membaca,

keterampilan berbicara, keterampilan menulis, keterampilan mendengarkan, serta mempelajari kosakata dan gramatik. Dalam proses belajar-mengajar keempat keterampilan berbahasa pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, keterampilan berbahasa harus dikembangkan secara terpadu, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu peserta didik dapat berkomunikasi menggunakan bahasa yang dipelajari baik secara pasif maupun aktif.

Dalam hal ini keterampilan membaca merupakan ketrampilan yang sangat kompleks karena melibatkan tingkat pengolahan kata, kalimat dan teks sehingga peserta didik mampu memahami makna, isi atau pesan yang ada dalam suatu bacaan. Iskandarwassid (2015 : 115) menyatakan bahwa membaca adalah sebuah kegiatan fisik dan mental. Melalui membaca informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Masih pada buku yang sama juga dikatakan bahwa keterampilan berbahasa ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah memiliki keterampilan membaca, mampu mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan dirinya atau bahakan menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri. Dikatakan penting bagi pengembangan karena presentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca.

Carrel (1998: 11) mengungkapkan bahwa membaca adalah proses bahasa yang menerima ide-ide dan ini adalah proses psikolinguistik dimulai dengan

14  

gambaran permukaan linguistik yang disandingkan oleh penulis dan diakhiri dengan pemaknaan yang dibangun pembaca.

Membaca adalah keahlian yang bersifat menerima. Pada aspek ini, proses kognitif yang terlibat sama dengan proses pada keahlian mendengarkan. Pada keahlian tersebut, peserta didik lebih diarahkan pada menganalisa pesan daripada menerima pesan. Tujuannya untuk mendorong peserta didik membaca dengan nyaman sehingga peserta didik dapat memahami isi bacaan. Peserta didik tidak perlu memahami kata per kata atau kalimat per kalimat, namun peserta didik dapat memahami keseluruhan isi bacaan dan mengungkapkan pikiran mereka tentang bacaan tersebut Widayanti (2007: 31).

Alyousef dalam jurnalnya yang berjudul “Teaching Reading Comprehension to ESL/EFL Learners” mengemukakan bahwa “Reading can be seen as an “interactive” process between a reader and a text which leads to

automaticity or (reading fluency). Membaca dapat dilihat sebagai proses interaktif antara pembaca dan teks yang mengarahkan secara otomatis atau kelancaran membaca.

Selanjutnya Nurgiyantoro (2013: 368) kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan orang lain. Dalam kegiatan membaca pembaca harus mengetahui bahawa lambang tulis tertentu mewakili makana tertentu pula. Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang bersifar represif kedua setelah menyimak. Hubungan antara penulis dan pembaca bersifat tidak langsung, melainkan melalui lambang tulisan. Dalam dunia

pendidikan aktifitas membaca adalah aktifitas yang paling penting karena pemerolehan ilmu paling banyak dilakukan saat aktifitas membaca.

Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah menangkap ide-ide dan gagasan yang baru, dalam proses membaca terdapat komunikasi antara penulis dan pembaca yang berguna dalam pertukaran informasi dan gagasan. Dalam proses membaca bukan hanya pergerakan mata yang ditonjolkan akan tetapi ingatan pembaca akan informasi-informasi yang terkandung dalam bacaan tersebut. Dengan membaca peserta didik menjadi tahu informasi-informasi penting dalam sebuah teks. Membaca teks berbahasa Jerman membuat peserta didik dapat mengerti apa yang terdapat dalam teks tersebut, dan kemudian dapat bersama-sama dengan pendidik membahas apa yang mereka dapatkan dalam kegiatan membacanya. Jadi kegiatan membaca teks berbahasa Jerman oleh peserta didik tidak hanya bergantung pada mengartikan kata per kata akan tetapi memahami apa yang tertulis dalam bacaan tersebut. Nababan (1993: 164) menjelaskan bahwa “tujuan membaca adalah untuk mengerti atau memahami isi atau pesan yang terkandung dalam suatu bacaan seefisien mungkin.”

Dalam keterampilan membaca kompetensi dasar yang harus dicapai dalam setiap pembelajaran adalah mengidentifikasi bentuk dan tema wacana sederhana, secara tepat, memperoleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacan tulis sederhana secara tepat, dan membaca nyaring kata, frasa, dan kalimat dalam wacana tertulis sederhana dengan tepat. Kompetensi dasar tersebut dapat dicapai dengan strategi membaca teks berbahasa Jerman.

16  

Gultom (2012: 34) menyatakan bahwa ada dua jenis membaca, yaitu membaca bersuara dan tidak bersuara. (1) Membaca bersuara, meliputi membaca nyaring, membaca teknik, membaca indah; (2) Membaca tidak bersuara, meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca ide, membaca kritis, membaca telaah bahasa, membaca skimming (sekilas), membaca cepat.

Menurut Dinsel dan Reimann (1998: 10) terdapat tiga strategi dalam membaca yaitu.

(1) Globales Lesen yang artinya membaca secara umum. Membaca secara umum disini adalah ketika peserta didik membaca sebuah teks, mereka hanya diarahkan untuk mencari tema dalam sebuah bacaan. (2) Detailliertes Lesen yang artinya membaca secara detail. Maksud dari

membaca secara detail adalah peserta didik diarahkan untuk mencari informasi penting dari sebuah bacaan secara mendetail, misalnya membaca resep masakan atau petunjuk pemakaian mesin cuci.

(3) Selektives Lesen artinya membaca secara selektif. Maksudnya adalah peserta didik akan diarahkan untuk menentukan informasi tertentu dalam teks bacaan, misalnya jadwal keberangkatan kereta api atau jadwal penerbangan.

Kemudian Alyousef (2006: 65-66) menyimpulkan dua tipe membaca, yaitu membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif hanya sekedar membaca sekilas atau memindai, sedangkan membaca intensif adalah membaca secara seksama dan menggali makna dari bacaan tersebut.

Dari ketiga strategi ini peneliti menggunakan strategi milik Diensel dan Reimann. Strategi ini dipilih karena dapat membantu dalam mencapai kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Strategi membaca milik Diensel dan Reimann mencangkup strategi dari dua pendapat sebelumnya. Dalam setiap pembelajaran bahasa Jerman terdiri atas tema besar yang kemudian akan terbagi-bagi menjadi

sub-tema. Tema besar yang diajarkan pada kelas XI semester 1 meliputi kehidupan keluarga.

Keterampilan membaca yang ada dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman dimana peserta didik dapat menelaah isi dari teks secara membaca intensif. Peserta didik akan diajak mengamati dan kemudian menggali informasi dalam bacaan tersebut.

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah sebuah proses yang mencangkup pengolahan kata dan kalimat dalam sebuah teks sehingga dapat membuat pembaca mengerti apa yang ingin penulis sampaikan. Tujuan utamanya adalah dapat membuat pembaca atau dalam hal ini peserta didik memahami makna dan isi yang terkandung dalam bacaan tersebut.

Dokumen terkait