• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

5. Media Komik

Komik dalam etimologi bahasa Indonesia berasal dari kata “comic” yang kurang lebih secara semantik berarti “lucu”, “lelucon”, atau kata kōmikos dari kōmos ‘revel’ bahasa Yunani yang muncul sekitar abad ke- 16. Pada awalnya, komik memang ditunjukkan untuk membuat gambar-gambar yang menceritakan secara semiotic (simbolis) maupun secara hermeunistic (tafsiran) tentang hal-hal lucu.(Gumelar 2011: 2)

Menurut Sudjana dan Rivai (2002: 63) komik dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca.

McCloud dalam Gumelar (2011: 6) mendefinisikan komik sebagai berikut. “Juxtaposed pictorial and other images in delibrate sequence, inteded to convery information and/or produce an aesthetic response in the reader. ” McCloud menekankan bahwa komik adalah gambar yang berjajar dalam urutan yang disengaja, dimaksudkan untuk menyampaikan informasi atau menghasilkan respons estetik dari pembaca.

24  

Kemudian Gumelar (2011: 7) menyimpulkan bahwa komik adalah urutan- urutan gambar yang ditata sesuai tujuan dan filosofi pembuatnya hingga pesan cerita tersampaikan, komik cenderung diberi lettering yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.

Waluyanto (2005: 51) berpendapat bahwa :

Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi secara popular dan mudah dimengerti. Hal ini memungkinkan karena komik memadukan kekuatan gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita gambar membuat informasi mudah diserap.

Dari beberapa teori di atas, peneliti menyimpulkan 2 pendapat dari Mc Cloud dan Waluyanto. Komik adalah suatu gambar yang disusun secara urut mengikuti yang mengikuti alur cerita. Komik dikemas dalam tampilan yang bagus agar pembacanya lebih tertarik dalam mengikuti alur tiap cerita. Komik juga dapat membuat pembacanya lebih terhibur dengan bentuk visualisasi tokoh yang dibuat lucu. Dalam pembelajaran bahasa, tentunya komik dapat digunakan sebagai media pengajaran yang dapat menunjang peserta didik mengenai inti dalam sebuah cerita. Penggunaan komik dalam pembelajaran bahasa Jerman tentunya dapat menambah minat peserta didik untuk membaca teks berbahasa Jerman.

Kemunculan komik diawali dengan penggunaan komik sebagai pengobar dari peristiwa perang surat kabar antara William Randolph Hearts dengan Josep Pulitzer pada pertengahan tahun 1890-an. Bagian penting dalam persaingan ini dimainkan dengan gambar-gambar lucu yang meliputi perwatakan terkenal dengan The Yellow Kid. Pada tahun 1930-an komik mulai dibaca oleh anak-anak

tingkat menengah dan hampir setengahnya dari peserta didik SMA, dan 1/3 dari penduduk Amerika pada rentang usia 18 dan 30 tahun juga mulai menyukai membaca komik. (Sudjana, 2002: 64-65)

Berdasarkan jenisnya Ranang (2010: 8) menuturkan komik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu comic strips dan comic books. Comic strips merupakan komik bersambung yang dimuat pada surat kabar atau majalah, sedangkan comics books merupakan kumpulan cerita bergambar yang terdiri dari satu atau lebih judul dan tema cerita, atau disebut buku komik. Akan tetapi seiiring perkembangan jaman, kini komik sudah merambah ke dunia internet, komik ini biasanya disebut dengan webcomic, e-comic, mobile comic, dan sejenisnya.

Komik yang akan dipakai adalah comic strips dimana komik tersebut adalah komik yang sengaja dibuat bersambung agar peserta didik penasaran akan kelanjutan cerita. Tidak hanya cerita yang ditonjolkan dalam komik tersebut akan tetapi juga materi yang dikemas secara menarik sehingga peserta didik tidak terkesan bosan. Selain dapat membuat pelajaran menjadi menarik, tulisan bergambar juga dapat merangsang otak untuk suka membaca.

Penggunaan comic strips juga nantinya akan disesuaikan dengan strategi bahasa Jerman dalam membaca, yaitu membaca keseluruhan dari isi komik tersebut, kemudian mulai membaca detail mengenai pemahaman kosakata dan struktur, kemudian dilanjutkan dengan membaca selektif.

26  

Komik mempunyai pesan yang disampaikan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua unsur ini sangat penting dalam suatu cerita. Dari ilustrasinya dapat disimpulkan bagaimana alur yang terjadi, dan dari teks tertulisnya dapat disimpulkan pula apa yang ingin disampaikan oleh komik tersebut. Cerita yang dibuat komik biasanya tidak jauh dari kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh dalam komik biasanya dapat berupa manusia maupun makhluk hidup lainnya. Ini dapat mempermudah peserta didik mengaitkan isi cerita dengan pengalaman pribadinya. Komik merupakan media yang tepat untuk mengajar bahasa Jerman, komik mempunyai kelebihan sebagai media pembelajaran. Menurut Ikhsan (2006: 2) komik dapat menjadi media pembelajaran yang sangat efektif. Komik dapat menjelaskan konsep-konsep abstrak dan memerlukan objek yang konkrit pada beberapa mata pelajaran. Kemudian Trimo dalam Lestari (2009: 4) menjelaskan kelebihan media komik.

1. Komik menambah perbendaharaan kata-kata pembacanya.

2. Mempermudah peserta didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak.

3. Dapat mengembangkan minat baca peserta didik dan salah satu studi lainnya.

4. Seluruh jalan cerita komik menuju satu hal yaitu kebaikan.

Komik mempunyai beberapa kelebihan sebagai media pembelajaran, walaupun begitu masih terdapat beberapa kelemahan komik. Menurut Trimo dalam Lestari (2009: 4-5) kelemahan komik adalah sebagai berikut.

1. Kemudahan membaca komik yang membuat malas membaca buku- buku yang tidak bergambar.

2. Ditinjau dari segi bahasa komik menggunakan kata-kata kotor dan kalimat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

3. Banyak perilaku kekerasan dan perilaku sinting yang ditonjolkan. (Peverted)

4. Banyak adegan percintaan yang menonjol.

Heinich (1996: 107-108) juga menambahkan kelemahan komik sebagai media pembelajaran. Kelemahan tersebut adalah.

a. Reading level. The major Limitation of printed materials is that they are written at a certain reading level.

b. One-way presentation. Since most printed materials are not interactive, they tend to be used in passive way, often without comprehension.

c. Curriculum determination. Some time text book dictate the curriculum rather than used to support the curriculum.

Berdasarkan pendapat Heinich diatas maka media komik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut meliputi: kemampuan membaca peserta didik, penggunaan media yang menggunakan metode komunikasi satu arah, kompetensi yang ada pada kurikulum tidak semuanya bisa menggunakan media komik.

Dari beberapa kelemahan di atas juga dapat disimpulkan bahwa komik memiliki keterbatasan dalam penggunaanya. Keterbatasan tersebut ialah 1) Gambar yang menarik membuat konsentrasi peserta didik terpecah antara ingin membaca komik atau memperhatikan gambar. 2) Dengan adanya gambar peserta didik cenderung menebak-nebak alur cerita tanpa membacanya. 3) penggunaan media komik harus diimbangi dengan metode yang tepat agar tujuan dapat tercapai dengan baik.

Komik mempunyai daya tarik sendiri diantara para peserta didik. Tanpa paksaan ataupun perintah dengan senang hati peserta didik akan membaca komik.

28  

Comic strips yang akan digunakan ini tentunya dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam mempelajari bahasa Jerman. Di tahun 2000-an pernah beredar larangan membaca komik di kalangan peserta didik. Beberapa pendapat mengatakan bahwa komik tidak memiliki muatan budi pekerti yang dapat dicontoh oleh peserta didik. Namun, dengan adanya penemuan-penemuan penggunaan komik dalam pembelajaran di sekolah membuat pandangan terhadap komik menjadi berubah.

Walaupun komik bisa menjadi media yang baik dalam pembelajaran akan tetapi jika tidak di dukung dengan metode pembelajaran yang baik sama saja tidak dapat banyak membantu. Selain itu, tidak semua orang dapat membuat komik yang membuatnya menjadi media yang jarang dipakai karena terbatas pada pembuatannya. Komik yang dipakai dalam pembelajaran bahasa Jerman bukan komik sembarangan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan komik strip dalam bentuk lembaran yang dibagikan kepada peserta didik sehingga lebih mudah untuk dibaca. Komik yang akan dipakai dalam pembelajaran bahasa Jerman mencukupi syarat-syarat berikut. (1) jalan cerita sesuai dengan kompetensi yang sedang diajarkan. (2) bahasa yang digunakan tidak terlalu susah untuk peserta didik. (3) tema dan tokoh dalam komik sebaiknya disesuaikam dengan usia peserta didik. (4) gambar mempunyai alur yang runtut.

Kesimpulan di atas menunjukkan bahwa media komik dapat menjadi media pembelajaran yang efektif guna meningkatkan keterampilan membaca di SMA N 2 Banguntapan Bantul. Media komik diharapkan mampu menambah

semangat belajar bahasa Jerman bagi peserta didik di SMA N 2 Banguntapan Bantul.

Dokumen terkait