• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehadiran beberapa tokoh dalam suatu cerita memungkinkan terjadinya interaksi di antara mereka. Interaksi antartokoh tersebut sering menimbulkan konflik, yaitu situasi ketika tokoh-tokoh itu mengalami konfrontasi dan benturan dengan faktor-faktor baik yang ada di dalam maupun di luar diri mereka. Dalam suatu cerita fiksi, konflik yang muncul dapat berupa konflik yang timbul antara tokoh utama dengan tokoh lain. Antara tokoh dan lingkungannya, masyarakat,

atau nasib, dan konflik antara tokoh lain dengan dirinya sendiri, yang biasanya dapat berupa pertentangan fisik, mental, emosi, atau moral.

Konflik merupakan bagian penting dalam pengembangan cerita. Di dalam teori pengkajian fiksi, konflik diartikan pada sesuatu yang bersifat tidak

menyenangkan yang terjadi dan dialami oleh tokoh-tokoh cerita dan jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, tokoh itu tidak akan

memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Dalam pandangan kehidupan normal orang akan memilih untuk menghindari konflik dan menginginkan kehidupan dengan tenang. Konflik dapat terjadi dalam kehidupan, oleh karena itu keberadaannya dalam sebuah alur cerita merupakan sesuatu yang wajar dan manusiawi.

Konflik akan muncul ketika seseorang berada di bawah tekanan untuk memutuskan dua atau lebih pilihan yang bertentangan datang secara bersamaan. Di dalam ilmu psikologi konflik semacam ini diatur menurut nilai positif dan nilai negatif dari pilihan kita masing-masing. Ketika suatu pilihan mempunyai tujuan yang positif, maka hal tersebut mengarah pada kecenderungan mendekat. Sebaliknya, ketika suatu pilihan mempunyai tujuan yang negatif, maka hal tersebut mengarah pada kecenderungan menjauh. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa konflik dalam karya fiksi dapat muncul dalam berbagai bentuk. Rangkaian konflik-konflik tersebut menarik dan menciptakan keinginan pembaca. Karena hal-hal yang ditampilkan berhubungan dengan manusia dan berbagai permasalahannya.

Konflik disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan atau keinginan yang bertentangan menguasai dari individu sehingga mempengaruhi tingkah laku. Konflik memiliki arti ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh). Sedangkan batin, memiliki arti yang terdapat di dalam hati, yang mengenal jiwa (perasaan hati). Jadi konflik batin merupakan pertentangan yang terdapat dalam hati seseorang akibat adanya dua atau lebih gagasan atau keinginan yang menyebabkan pertentangan tersebut dan berpengaruh terhadap perilaku seorang individu.

Situasi konflik manusia dapat diketahui melalui sikap dan perilaku tokoh dengan menghubungkan peristiwa yang terjadi. Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pada hakikatnya merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang

dapat menimbulkan terjadinya konflik dan dengan terjadinya konflik peristiwa-peristiwa lain juga dapat muncul, sebagai akibatnya. Konflik demi

konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi semakin meningkat. Konflik yang sudah sedemikian meruncing sampai pada titik puncak disebut klimaks. Sebenarnya orang membutuhkan cerita tentang berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan batinnya, memperkaya pengalaman jiwanya. Dalam hal ini, pengarang yang mempunyai sifat peka, reaktif, dan menghayati kehidupan ini secara lebih intensif, menyadari kebutuhan tersebut.

Konflik merupakan unsur yang esensial dalam pengembangan plot sebuah teks fiksi (Nurgiyantoro, 2013: 178-179). Konflik adalah bentuk peristiwa dalam sebuah cerita dapat berupa peristiwa fisik maupun batin. Pengembangan plot sebuah karya naratif akan dipengaruhi oleh wujud dan isi konflik kualitas konflik dan bangunan konflik yang ditampilkan. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membagun konflik melalui berbagai peristiwa akan sangat menentukan kadar kemenarikan, suspense, cerita yang dihasilkan. Cerita fiksi yang tidak mengandung konflik, atau konflik yang hanya datar-datar saja, pasti tidak akan menarik pembaca. Peristiwa manusia satu dengan yang lainnya akan menyebabkan munculnya konflik-konflik yang kompleks, biasanya cenderung disenangi pembaca. Konflik yang semakin memuncak ke klimaks dan kemudian penyelesaian cerita berfungsi untuk membangkitkan ketegangan dan rasa ingin tahu pembaca. Bentuk konflik sebagai bentuk peristiwa dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu konflik internal dan konflik eksternal.

Konflik internal (internal conflict) merupakan situasi timbulnya konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Konflik ini terjadi tanpa adanya interaksi dengan sesuatu di luar dirinya, sehingga konflik internal lebih ke arah kondisi pribadi manusia itu sendiri. Konflik internal terjadi dalam seorang individu yang disebabkan oleh dua keinginan yang saling bertentangan dalam jiwanya. Konflik eksternal (external conflict) merupakan situasi konflik yang dialami manusia dengan. Pengaruh lingkungan alam dan manusia dalam kehidupan merupakan wujud konflik eksternal tersebut. Konflik eksternal manusia dibedakan menjadi konflik fisik atau elemental dan konflik sosial.

Konflik fisik (physical conflict) merupakan situasi timbulnya konflik yang disebabkan adanya pertentangan antara tokoh dengan lingkungan alam. Misalnya, manusia tidak bisa menguasai atau memanfaatkan serta membudidayakan alam sekitar sebagaimana mestinya konflik sosial (social conflict) merupakan situasi timbulnya konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antar manusia.

b. Aspek Konflik Manusia dalam Psikologi

Di dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya keadaan kejiwaan, karena manusia senantiasa berpikir dan memperlihatkan perilaku yang beragam. Psikologi itu mempelajari aktivitas-aktivitas individu, pengertian aktivitas dalam arti luas, baik aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Karakter para tokoh yang berkenaan dengan pengungkapan konflik pada tokoh utama dapat diuraikan melalui psikologi. Oleh karena itu, psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tingkah laku manusia atau aktivitas-aktivitas dalam hubungan dengan lingkungannya dan tingkah laku juga melibatkan proses mental manusia (Sobur, 2011: 40). Terlebih di zaman kemajuan teknologi, manusia mengalami konflik kejiwaan yang bermula dari sikap kejiwaan tertentu serta bermuara jugake permasalahan kejiwaan. Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif. Konflik pada manusia dapat dipengaruhi oleh keadaan psikologi seseorang, seperti yang telah dikemukakan oleh Indirawati (2006: 71), yaitu:

Pada umumnya setiap manusia memiliki banyak kebutuhan yang selalu ingin dipenuhi dalam hidupnya. Kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan fisik, psikis dan sosial. Tetapi dalam kehidupan nyata

kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak selalu dapat dipenuhi. Keadaan itu yang sering membuat manusia merasa tertekan secara psikologis (psychological stress). Jika persoalan yang dihadapi itu dipandang positif oleh mereka yang mengalami, maka respon perilaku yang ditampilkan bisa dalam bentuk penyesuaian diri yang sehat dan cara-cara mengatasi masalah yang konstruktif.

Walgito (2010: 261) membedakan beberapa situasi yang menimbulkan konflik pada manusia yang meliputi: (a) Approach-Approach Conflict, yaitu situasi konflik yang dialami oleh individu, karena individu menghadapi dua motif yang sama-sama mengandung nilai positif (menyenangkan) yang dapat menimbulkan respon positif dari individu. Dalam hal ini individu harus mengambil salah satu, (b) Approach Avoidance Conflict, yaitu situasi konflik yang dialami individu, karena dalam waktu bersamaan individu menghadapi motif positif (menyenangkan) dan negatif (merugikan, tidak menyenangkan). Dalam hal ini individu harus mengambil keputusan apakah motif tersebut diterima atau ditolak, (c) Avoidance-Avoidance Conflict, yaitu situasi konflik yang dialami individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama kuat. Dalam hal ini individu harus mengambil salah satu, dan (d) Double Approach Avoidance Conflict yaitu situasi konflik yang dialami individu, karena individu menghadapi dua motif negatif (penolakan) dan dua motif positif (penerimaan) yang sama kuat.

Dalam menghadapi konflik, individu harus mengambil salah satu objek. Bila individu menghadapi bermacam-macam motif ada beberapa kemungkinan respon yang dapat diambil yaitu:

(1) Pemilihan atau penolakan

Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi di mana individu arus memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari beberapa macam objek atau situasi yang dihadapi. Jika antara bermacam-macam situasi itu jelas bedanya maka pemilihan yang tegas tidak akan banyak mengalami kesulitan tetapi makin kecil perbedaan antara bermacam-macam objek itu, individu akan semakin sulit dalam mengambil keputusan. Sehingga individu akan mengalami konflik.

(2) Kompromi

Jika individu menghadapi dua macam situasi, kemungkinan individu dapat mengambil respon yang bersifat kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam situasi tersebut. Tetapi tidak semua respon dapat diambil respon atau keputusan yang kompromi. Dalam hal yang akhir individu harus mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.

(3) Meragu-ragukan atau bimbang

Kebimbangan terjadi karena masing-masing objek atau situasi mempunyai nilai-nilai yang positif maupun negatif, keduanya mempunyai sifat yang menguntungkan, tetapi juga mempunyai sifat yang merugikan. Kebimbangan dapat menimbulkan perasaan yang mengacaukan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan dan pemeriksaan yang sangat teliti, segala untung ruginya.

4. Hakikat Pendidikan Karakter

Dokumen terkait