KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Konformitas 1. Pengertian Konformitas
Konformitas memiliki arti yang bersumber dari beberapa ahli. Sears (1994) berpendapat bahwa konformitas adalah individu yang menyesuaikan diri dan pandangan kelompok terhadap suatu hal tertentu.individu terhadap persepsi dan penilaian kelompok terhadap suatu hal.Konformitas adalah suatu tuntutan atau aturan lisan yang sudah dibuat dan disepakati dalam sebuah kelompok kepada anggotanya, hal tersebut menyebabkan indvidu atau kelompok membentuk perilaku-perilaku tertentu pada kelompoknya, Zebua dan Nurdjayadi (2001).Menurut Wilis (dalam Sarwono, 2005) konformitas adalah seorang yang selalu berusaha untuk sama dengan kelompoknya atau lingkungannya, jika para anggota kelompok merubah kebiasaan atau perilaku seseorang akan ikut merubah tingkah lakunya agar sama dengan anggota lainnya.Calhoun (1990) berpendapat bahwakonformitas adalah seorang yang merubah tingkah laku sesuai dengan kelompok atau lingkungan dimana seorang itu bergabung atau bermain
Berdasarkan defenisi konformitas yang dipaparkan oleh beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa konformitas merupakan bentuk penyesuaian atau ikut-ikutan seseorang agardapat diterima dalam sebuah
kelompok atau masyarakat, dalam bentukketaatan atau kepatuhanagar dapat menyamakan sikap, pandangan, dan tingkah laku sesuai dengan norma-norma atau nilai yang berlaku di dalam lingkungan atau kelompok tertentu yang ingin di ikuti.
2. Aspek-aspek Konformitas
Taylor, dkk (2009) membagi aspek konformitas menjadi lima, yaitu:
a. Peniruan
Individu yang ingin sama dengan orang lain baik secara terang-terangan maupun karena adanya tuntutan, sehigga bisa menyebabkan konformitas. Misalnya individu melihat gaya pakaian temannya yang menggunakan baju seragam penek dan rok panjang besar, karena hal itu dianggap tren baru dan dianggap gaul maka diikutinyalah gaya dari teman-temannya. Ternyata cara berpakaian seperti itu melanggar aturan sekolah.
b. Penyesuaian
Individu yang ingin diterima dalam sebuh kelompok atau lingkungan yang mengharuskan individu untuk bersikap konformitas terhadap kelompok atau lingkungan, dengan cara menyesuaikan diri dengan aturan, nilai atau norma yang sudah ditentukan kelompok sebelumnya. Misalnya individu dari kota besar yang baru saja pindah ke desa dan hidup di lingkungan yang mengharuskan seorang individu untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan, yaitu individu yang
bersekolah di desa tidak di ijinkan siswa-siswinya untuk menggunakan HP di sekolah. Karena individu tinggal dan bersekolah di desa, mau tidak mau individu harus menyesuaikan diri dengan aturan yang sudah ada sebelum dia pindah.
c. Kepercayaan
Individu yang meyakini informasi dari orang lain dan informasi itu benar sehingga dapat meningkatkan kebenaran informasi yang memilih seseorang untuk konformitas terhadap orang lain. Misalnya remeja yang mempercayai berita yang tersebar di media sosial. Remaja yang memiliki idola di dunia maya, biasanya selalu mengikuti berita tentang idola mereka melalui instagram. Ketika idola mereka melakukan
endorse sebuah tas maka sebagai bentuk kestiaan remaja kepeda artis
idolanya tersebut mereka mempercayai apa yang diiklankan oleh idola mereka dan membeli barang di online shop yang sudah di promosikan oleh artis idola mereka.
d. Kesepakatan
Individu atau kelompok yang sudah memiliki aturan, norma atau nilai yang sudah menjadi kekuatan sosial mereka sehingga dapat menimbulkan konformitas. Misalnya dalam sebuah kelompok ingin kumpul dan jalan-jalan, lalu membuat aturan berkaitan dengan rencana mereka yaitu ketika jalan-jalan tidak ada yang boleh membawa pasangan (pacar) dan pada saat kumpul tidak boleh ada yang menggunakan HP, kecuali benar-benar mendesak. Karena aturannya
dibuat bersama-sama, maka atas persetujuan anggota terjadilah dan adanya kesepakatan.
e. Ketaatan
Reaksi atau respon yang muncul akibat dari kekompakan atau ketertundukan individu atas hak-hak tertentu sehingga menyebabkan individu untuk konformitas terhadap hal-hal yang disampaikan. Kelompok sudah memiliki sebuah aturan dan aturan dibuat untuk ditaati. Misalnya dalam kelompok ada aturan yang berbunyi “setiap kali ingin beperian anggota kelompok harus menggunakan pakaian yang kompak” karena aturan sudah dibuat bersama-sama, maka anggota kelompok harus menaati dan mengikuti aturan yang sudah disepakati bersama.
3. Karakteristik siswa-siswi yang memiliki konformitas
a. Adanya proses peniriuan yang dilakukan siswi, dimana siswa-siswi mengikuti semua trand yang ada di Instagram tanpa menyaring terlebih dahulu.
b. Adanya penyesuaian yang dilakukansiswa-siswi, dimana siswa-siswi mwnyesuaikan diri dengan lingkungan baru agar dia bisa sama dengan orang-orang dilingkungan barunya, sehingga dia mudah untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan barunya tersebut. c. Adanya kepercayaan siswa-siswi terhadap sebuah informasi, dimana
siswa-siswi mempercayai informasi di media sosial tentang trand baru di media sosial dan mengikuti trand baru tersebut.
d. Adanya kesepakatan pada kelompok atau lingkungan bermain siswa-siswi, dimana siswa-siswi membuat aturan yang harus disepakati bersama-sama. Kesepakatan dibuat berdasarkan persetujuan semua anggota kelompok.
e. Adanya ketaatan, sehingga menimbulkan respon dari siswa-siswi, dimana siswa-siswi mwnaati aturan yang sudah dibuat atau sudah disetujui bersama-sama.
4. Faktor yang Mempengaruhi Konformitas
4 faktor yang mempengaruhi konformitas menurut Sears (1994), antara lain:
a. Rasa Takut terhadap Celaan Sosial
Karena takut terhadap celaan sosial individu atau kelompok memilih untuk menghindar. Misalnya, kenapa tidak menggunakan rok mini kesekolahan adalah karena individu atau kelompok akan menjadi sorotan dari banyak orang dan yang pastinya akan mendapat hukuman dari pihak sekolah karena sudah melanggar aturan yang telah dibuat.
b. Kekompakan Kelompok
Semakin tinggi kekompakan dalam sebuah kelompok maka semakin tinggi juga konformitasnya. Karena jika mereka kompak, kekompakanlah yang membuat mereka semakin dekat antara satu sama lain, dan itulah yang membuat mereka senang untuk mengakuinya, tetapi akan menyakitkan jika mereka mencela.
Individu yang melakukan sebuah penyimipangan, tanpa memikirkan resiko dari penyimpangan yang dilakukannya pasti memiliki rasa takut pada saat melakukan penyimpangan.
d. Keterikatan pada Penilaian Bebas
Keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat. Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlawanan. B. Manggarai dan Budaya Manggarai
1. Letak Geografis – Topografi dan Iklim
Manggarai adalah sebuah daerah yang terletak di barat pulau Flores, NTT.Dulunya Manggarai hanya satu kabupaten, tetapi sekarang Manggarai telah dimekarkan menjadi tiga kabupaten (Nggoro, 2006: 23), yaitu Manggarai Timur (Borong), Manggarai (Ruteng), Manggarai Barat (Labuan Bajo). Terpecahnya Manggarai menjadi tiga kabupaten tidak menjadi masalah dalam rasa persaudaraan, budaya, dan kecintaan terhadap Manggarai. Adapun letak geografis daerah Manggarai yaitu sebagai berikut:
a. Bagian timur dibatasi oleh Kabupaten Ngada b. Bagian barat dibatasi oleh Selat Sape
c. Bagian utara dibatasi oleh Laut Flores
2. Karakteristik Orang Manggarai
Karakter Dasar Orang Manggarai (Perangé Data Manggarai)
a. Toé ngoéng te ka’éng tanah= tidak suka membuat keributan tinggal di dunia ini/suka yang tenang.
b. Mosé momang tau, hambor agu meler= cinta damai dan ketenangan c. Seber te ciwal/gori do= rajin bekerja
d. Dempul wuku-tela toni kudut dumpu bate nuk-haéng bate kawé= kuku tumpul-punggung terbelah oleh terik oleh terik matahari agar mendapat apa yang diinginkan, memperoleh apa yang dicari. Toe
mbasa saék-toé woro waées-tipek = tidak bergaya hidup mewah-tidak
boros. Ni’ot-kudu haéeng le haén= hemat, supaya hasil yang ada cepat habis agar bias sampai pada panen berikitnya.
e. Lonto léok= duduk melingkar maksudnya, duduk bersama untuk membicarakan dan menyelesaikan masalah.
f. Gori Cama-cama= suka bergotong-royong
g. Gélang kéta tunti=suka meniru (suka meniru yang baik jika ingin maju, suka meniru yang buruk jika ingin menurunkan martabat, spt: judi, mabuk-mabukan, dll)
h. Poro radak ata-langkas ité= semoga orang rendah kita menjadi tinggi/ambisi lebih dari orang lain. Ada keberanian tetapi harus demokratis dan kesatria. Rasa harga diri tinggi karena ingin maju i. Langkas haéeng ntala-uwa haéeng wulang= tinggi hingga mencapai
setinggi bintang, bermartabat setinggi bulan. Artinya orang Manggarai harus bermutu tinggi, berkualitas tinggi, berkualitas untuk mencapai cita-cita luhur.
j. Lorong Périntah= loyal atau ta’at perinta atasan, orang tu’a atau yang dituakan.
k. Toé tombo dangka= tidak berterus terang. Ba le rapong mole= memakai kata-kata simbolis (bahasa go’et), enggan menyatakan yang sebenarnya: kepada anak wanita yang bekerja sebagai PSK (WTS): iné
wai roto tong-béka lénga = wanita bagaikan keranjang penadah dana
terbuka.
l. Imbi pina naéng= percaya tahyul. Masih kuat percaya pada dukun (ata
mbeko) atau sering juga disebut ata wase re’a
m. Sebagai anggota suku/wa’u/uku: seorang pemimpin perannya sangat besar bila dibandingkan dengan anggota sukuyang lain. Ia harus menjadi panutan dalam segala hal.
n. Sebagai anak rona (pihak pemberi istri) : harus berlaku sopan santun terhadap siapa saja, terutama terhadap anak wina-nya.
o. Sebagai anak wina (pihak penerima istri) : harus berlaku hormat terhadap anak rona-nya dan sesama wa’u/uku maupun kepada sesama