• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2. Hakikat Menulis

Henry Guntur Tarigan (2008: 22) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut apabila orang tersebut dapat memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Gambar atau lukisan dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.

Menulis diartikan sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide-imaji, dan lain-lain dengan bahasa tulis yang baik, benar, dan menarik. Ia mensyaratkan suatu keaktifan dan kreativitas yang lebih jauh daripada membaca karena kalau membaca itu lebih bersifat memahami ide-ide orang lain dalam naskah, maka penulis justru mengungkapkannya dalam bentuk naskah kepada orang lain agar dipahami (Yant Mujiyanto, dkk., 1999:70).

Proses menulis merupakan rangkaian kegiatan mulai dari menemukan gagasan sampai menghasilkan tulisan (Sabarti Akhadiah, dkk., 1996:29). Suyitno dan Purwadi (1998:1) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambaran atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

Keterampilan menulis tidak akan datang begitu saja, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Pada dasarnya, kegiatan menulis tidak sekadar melahirkan perasaan atau pikiran, akan tetapi juga mengungkapkan atau menuangkan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Penyampaian bahasa tulis tersebut harus dapat dipahami oleh orang lain sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh penulis. Oleh karena itu, menulis merupakan suatu proses yang harus dipelajari dan tidak begitu saja terjadi.

commit to user

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses atau rangkaian kegiatan menuangkan, mengungkapkan atau mengekspresikan ilmu pengetahuan, ide atau gagasan, pengalaman hidup, dan sebagainya dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa tulis yang baik, benar, dan menarik, sehingga tulisan tersebut bisa dipahami oleh orang lain.

b. Tahap-tahap Penulisan

Sebagai suatu proses, menulis mencakup serangkaian kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topik yang akan dibahas sampai penulisan buram (draft akhir). Proses tersebut sebenarnya mencakup beberapa tahap, yaitu tahap persiapan atau tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Pada tahap prapenulisan langkah yang biasa dilakukan adalah dengan memikirkan dan mengerjakan berbagai kegiatan sebelum kegiatan menulis yang sebenarnya dapat dimulai.

Pada tahap penulisan seseorang berusaha mengembangkan gagasannya, memecahkan topik ke dalam sub topik, memberikan uraian, contoh, dan sebagainya dalam wujud rangkaian kata, rangkain kalimat, dan rangkaian paragraf (Sabarti Akhadiah, dkk., 1996:29).

S. Efendi (dalam Yant Mujiyanto, dkk., 1999:71) menyatakan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat ekspresif, menulis merupakan suatu proses. Ada beberapa tahap dalam proses menulis. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mencatat pokok tulisan atau tema.

2) Mengumpulkan bahan yang bertalian dengan pokok tulisan.

3) Memilih bahan yang paling berkaitan dan menata pilihan tersebut dalam kerangka tulisan atau outline.

4) Menguraikan apa yang terumus dalam outline ke dalam sebuah karangan. 5) Menyunting karangan yang sudah ada sebelum menerbitkannya.

Menurut Atar Semi (1990:11) menulis merupakan suatu proses kreatif. Sebagai suatu proses kreatif, seseorang harus mengalami suatu proses yang secara sadar dilalui dan secara sadar pula dilihat hubungan satu dengan yang lain

commit to user

sehingga berakhir pada suatu tujuan yang jelas. Secara garis besar, terdapat tujuh langkah yang harus dilaksanakan di dalam proses menulis, yakni:

1) Pemilihan dan penetapan topik

Memilih dan menetapkan topik merupakan suatu langkah awal yang penting, sebab tidak ada tulisan tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis. Di dalam memilih dan menetapkan topik diperlukan adanya keterampilan dan kesungguhan.

Topik tulisan adalah masalah atau gagasan yang hendak disampaikan di dalam tulisan. Masalah atau gagasan itu dapat diperoleh atau digali melalui empat sumber, yakni a) pengalaman; b) pengamatan, c) imajinasi; dan d) pendapat dan keyakinan.

2) Pengumpulan informasi

Langkah kedua yang harus ditempuh adalah mengumpulkan informasi dan data bagi kelengkapan serta pengayaan topik yang telah dipilih. Pengumpulan informasi dan data perlu dilakukan agar tulisan menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan. Informasi dan data yang dikumpulkan adalah informasi dan data yang relevan dengan topik atau pokok bahasan dan sesuai pula dengan tujuan tulisan. Data informasi dapat berupa gambar, statistik, grafik atau beberapa cuplikan pendapat orang lain.

3) Penetapan tujuan

Menetapkan tujuan tulisan merupakan kegiatan yang penting sebelum mulai menulis karena tujuan sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat, dan cara penyajian tulisan.

4) Perancangan tulisan

Merancang tulisan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menilai kembali informasi dan data, memilih subtopik yang perlu dimuat, melakukan pengelompokkan topik-topik kecil ke dalam suatu kelompok yang lebih besar, dan memilih suatu sistem notasi dan sistem penyajian yang dianggap paling baik. Hasil merancang tulisan antara lain berupa kerangka tulisan (outline) dan penetapan gaya penyajian tulisan.

commit to user

5) Penulisan

Setelah langkah-langkah sebelumnya dipenuhi atau dilalui, langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan penulisan. Kerangka tulisan yang telah disiapkan mulai dikembangkan atau ditulis satu persatu.

6) Penyuntingan atau revisi

Setelah draf pertama selesai dan gagasan pokok tertuang ke atas kertas maka seseorang perlu melakukan langkah selanjutnya, yaitu penyuntingan atau perevisian. Penyuntingan berfungsi agar tulisan menjadi lebih baik dan bersih dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.

7) Penulisan naskah jadi

Setelah penyuntingan selesai, langkah selanjutnya adalah menulis kembali. Tujuannya agar tulisan yang selesai menjadi rapi dan bersih. Pada saat seseorang melakukan pengetikan terakhir perlu diperhatikan kembali masalah ejaan dan tanda baca.

Senada dengan pendapat Atar Semi, Sabarti Akhadiah, dkk., (1996: 3-5) juga mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis meliputi: 1) Tahap Prapenulisan

Tahap prapenulisan merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, di dalamnya mencakup langkah-langkah kegiatan menulis karangan meliputi:

a) Menentukan topik

Seorang penulis menentukan apa saja yang akan dibahas di dalam tulisannya. Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengetahuan, dan pengamatan.

b) Membatasi topik

Membatasi topik berarti mempersempit lingkup pembicaraan. Untuk mempermudah pembahasan digunakan gambar, bagan, diagram, atau cara visualisasi lainnya.

c) Menentukan tujuan penulisan

Penentuan tujuan penulisan akan memberikan gambaran apa yang akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang akan diberlakukan.

commit to user

d) Menetukan bahan penulisan

Pengumpulan semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai data penulisan.

e) Membuat kerangka karangan

Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada tahap persiapan penulisan.

2) Tahap Penulisan

Pada tahap penulisan ini, penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam susunan kerangka. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Penulis harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan cepat. Kata-kata tersebut harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf persyaratan dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai penggunaan tanda baca secara tepat.

3) Tahap Revisi

Pada tahap revisi sebuah tulisan perlu dibaca kembali. Penulis meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka, dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah sebuah tulisan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya kegiatan menulis dibagi menjadi tiga tahap, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Ketiga tahap tersebut harus dilalui dalam proses menulis agar tulisan yang dihasilkan baik.

c. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Menulis

Suyitno dan Purwadi (1998:2) berpendapat bahwa pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir juga dapat menolong berpikir secara kritis. Tulisan dapat memudahkan manusia merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau

commit to user

persepsi, memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi, menyusun urutan pengalaman. Tulisan dapat membantu menjelaskan pikiran-pikiran.

Pada hakikatnya terdapat hubungan antara kegiatan menulis dengan kemampuan berbahasa, kegiatan menulis makin mempertajam kepekaan terhadap kesalahan-kesalahan, baik ejaan, struktur maupun tentang pemilihan kosa kata. Hal ini disebabkan karena gagasan perlu dikomunikasikan dengan jelas, tepat, dan teratur sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi penulis sendiri dan pembacanya (Sujanto, 1998: 58).

Hugo Hartig (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 25) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis tidak semata-mata hanya menghasilkan suatu tulisan, akan tetapi terdapat tujuan dari proses menulis itu sendiri. Tujuan keterampilan menulis tidak lain agar seseorang memiliki kemampuan atau pengalaman menulis serta memanfaatkan kemampuan tersebut untuk berbagai keperluan. Selanjutnya Hugo Hartig (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 25) merangkum beberapa tujuan penulisan sebagai berikut:

1) Assigment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat)

2) Altruistio purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghilangkan kedukaaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya tersebut. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna jika orang tersebut percaya, baik secara sadar maupun secara tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan suatu tulisan.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

commit to user

4) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

5) Self-ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian 7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Tujuan penulisan adalah mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi pembaca, dan memberi hiburan. Akan tetapi, dalam kenyataannya, adakalanya maksud dan tujuan saling bercampur, dalam arti mempunyai tujuan ganda. Tulisan yang persuasif tentu saja mengandung informasi-informasi, tulisan yang informatif pun mempunyai unsur-unsur persuasif, demikian juga yang bersifat hiburan dapat juga diwarnai dengan maksud mempengaruhi pembaca (Sujanto, 1988: 68). d. Pedoman Penilaian dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita

Di dalam setiap pembelajaran pasti diadakan kegiatan evaluasi. Secara umum dapat dikatakan evaluasi pengajaran adalah penilaian/ penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum (Harjanto, 2006: 277).

Evaluasi bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan (Aunurrahman, 2010: 209). Dalam kegiatan evaluasi terdapat dua aspek yang saling berkaitan, yakni mengukur dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, pengukuran bersifat kuantitatif. Sementara itu, menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kuantitatif (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2010: 3).

commit to user

Pengukuran adalah proses pemerian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Sedangkan penilaian (assesment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan berbagai alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana proses penilaian peserta didik atau ketercapaian kompetensi peserta didik (Aunurrahman, 2010: 207).

Bentuk tes dibedakan menjadi dua, yakni tes objektif dan tes subjektif. Dalam penelitian ini, untuk mengukur keterampilan siswa dalam menulis teks berita menggunakan alat ukur yang berupa tes. Bentuk tes yang digunakan peneliti dalam penelitian ini berupa tes subjektif (uraian). Sebelum menyususn sebuah tes uraian, terlebih dahulu harus dipersiapkan aspek-aspek apa saja yang hendak dinilai. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan proses penilaian. Berikut ini merupakan pedoman penilaian untuk keterampilan menulis teks berita.

1) Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Teks Berita

Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan..

Nana Sujana (2009: 56) mengungkapkan bahwa apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajar. Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari proses belajar yang dialaminya. Lebih lanjut Sarwiji Suwandi (2009: 80 – 81) mengungkapkan bahwa secara umum obyek/sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat); sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap proses pembelajaran (perhatian, kerja sama, konsentrasi, dsb). Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan dalam pembelajaran menulis teks berita adalah sebagai berikut.

commit to user

Tabel 1. Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Teks Berita No. Nama Siswa Keaktifan Siswa selama Apersepsi Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

Skor Nilai Ket.

(Diadaptasi dari Sarwiji, 2009 : 130)

a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesaui dengan kriteria

berikut.

1 = sangat kurang 4 = baik

2 = kurang 5 = amat baik

3 = cukup

b) Menghitung nilai

Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = .... Skor maksimal (15)

c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut.

(1) Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4) Nilai = 70 – 89 baik

(2) Nilai = 30 – 49 kurang (5) Nilai = 90 – 100 sangat baik

(3) Nilai = 50 – 69 cukup

d) Keaktifan siswa dalam apersepsi

Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi (merespons stimulus yang diberikan guru saat apersepsi). Skor 4 : Jika siswa selama apersepsi (cukup merespons stimulus yang

diberikan guru saat apersepsi).

Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi (tidak merespons stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).

Skor 2 : Jika siswa kurang efektif pada saat apersepsi (tidak serius dan sama sekali tidak mau merespons stimulus yang diberikan guru saat apersepsi).

commit to user

Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif (sama sekali tidak mau merespons pertanyaan atau stimulus saat apersepsi)

e) Keaktifan siswa dan perhatian pada saat mengikuti pelajaran

Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan (terjadi interaksi), dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 4 : Jika siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sesekali mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas.

Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, serta memberikan tanggapan.

Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbiacara atau membuat gaduh).

f) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajawan

Skor 5 : Jika siswa tampak bersungguh-sunguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan; tampak antusias, senang serta bersemangat dalam menhgikuti pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, secara sukarela membacakan pekerjaan yang dibuat).

Skor 4 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta

tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti

pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk).

Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan namun kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran (kurang serius).

commit to user

Skor 2 : Jika siswa hanya sekadar mengerjakan tugas yang diberikan dan

terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (ogah-ogahan,

meletakkan kepala di atas meja).

Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan, tertidur).

2) Penilaian Hasil Pembelajaran Menulis Teks Berita

Tabel 2. Pedoman Penilaian untuk Keterampilan Menulis Teks Berita

No Aspek yang dinilai Skor Kriteria 1 Isi 27-30 22-26 17-21 13-16

Sangat baik-Sempurna: padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, dan relevan dengan permasalahan dan tuntas. Cukup-Baik: informasi cukup substansif cukup, pengembangan tesis terbatas, dan relevan dengan masalah tetapi tidak lengkap.

Sedang-Cukup; informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tidak cukup, dan permasalahan tidak cukup.

Sangat-Kurang: tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis dan tidak ada permasalahan.

2 Organisasi 18-20

14-17

10-13

7-9

Sangat baik-Sempurna: gagasan

diungkapkan dengan jelas, padat tertata dengan baik, urutan logis dan kohesif. Cukup-Baik:kurang lancar, kurang terorganisis tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, dan urutan logis tetapi tidak lengkap.

Sedang-Cukup: tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis.

Sangat-Kurang: tidak komunikatif, tidak terorganisir, dan tidak layak nilai.

commit to user

3 Kosakata 18-20

14-17

10-13

7-9

Sangat baik-Sempurna: pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.

Cukup-Baik: pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu.

Sedang-Cukup: pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan dapat merusak makna.

Sangat-Kurang: : pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosakata rendah, tidak layak nilai.

4 Peng Bahasa 22-25 18-21 11-17 5-10

Sangat baik-Sempurna: konstruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.

Cukup-Baik: konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.

Sedang-Cukup: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.

Sangat-Kurang: tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai.

5 mekanik 5

4

3

2

Sangat baik-Sempurna: menguasai

aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan.

Cukup-Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna.

Sedang-Cukup: sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur. Sangat-Kurang: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai.

Jumlah Skor

commit to user

3.Hakikat Berita

Dokumen terkait