• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and

Dalam dokumen Niken Larasati S841102010 (Halaman 60-85)

Pada bagian ini secara berturut-turut diuraikan kajian teori yang berhubungan dengan (1) pengertian model pembelajaran; (2) pengertian model pembelajaran kooperatif; (3) langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture; (4) kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture; (5) media gambar dalam pembelajaran kooperatif tipe picyure and picture; (6) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dalam pembelajaran menulis puisi.

a. Pengertian Model Pembelajaran

Sebelum memahami apa itu model pembelajaran kooperatif tipe picture and

picture dibahas terlebih dahulu pengertian pendekatan, metode, strategi, dan teknik.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu (Wina Sanjaya, 2006 : 125). Dilihat dari pendekatannya, di dalam pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu : pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Kemp (dalam Wina Sanjaya, 2006 : 124) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran yang harus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya : ceramah; demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, mind mapping dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dkemas dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara spesifik (Wina Sanjaya, 2006 : 125). Misalnya, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relative banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, gurupun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam coordinator metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual (Wina Sanjaya, 2006 : 125). Misalnya, ada dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselinggi dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan alat bantu elektronik karena dia sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan dari setiap guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran (Akhmad Sudrajat, 2008 : 3).

Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Sugiyanto (2008: 7) mengetengahkan model pembelajaran inovatif yaitu : (1) model pembelajaran kontekstual; (2) model pembelajaran kooperatif; (3) model pembelajaran quantum; (4) model pembelajaran terpadu; (5) model pembelajaran berbasis masalah (PBL). Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005: 14), ada dua perspektif teoritis utama yang berhubungan dengan pembelajaran kooperatif yakni motivasi dan kognitif. Teori motivasi pembelajaran kooperatif menekankan insentif siswa untuk melakukan pekerjaan akademis, sementara teori-teori kognitif menekankan efek dari bekerja sama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Teori motivasi berkaitan dengan fokus pembelajaran kooperatif pada penghargaan dan struktur tujuan. Salah satu elemen dari pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan yang sifatnya positif, siswa melihat bahwa keberhasilan atau kegagalan mereka terletak dalam kerja sama sebagai kelompok. Dari perspektif motivasi, “struktur tujuan kooperatif menciptakan situasi satu-satunya cara anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi masing-masing anggota kelompok adalah jika kelompok itu berhasil” (Slavin, 2005: 14). Oleh karena itu, dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi mereka, siswa cenderung mendorong anggota dalam kelompok untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam membantu kelompok itu agar berhasil dan membantu satu sama lain antara anggota kelompok dalam melaksanakan tugas kelompok (Rosini B. Abu, 1997)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen ( Rusman, 2002: 266 ).

Senada dengan pendapat tersebut Trianto (2007: 41) menyatakan bahwa pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktif adalahkooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah- masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam

cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan

pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan Yatim Riyanto (2010: 266) bahwa “pembelajaran cooperative learning

dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.”

Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 89) menyatakan, “ Belajar kooperatif adalah konsep yang lebih luas, yang meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.”

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic communication).

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic Skill), sekaligus keterampilan social( social skill ) termasuk interpersonal skill. (Yatim Riyanto, 2010 : 267). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan

dengan cara berkelompok. Model pembelajaran berkelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. (Wina Sanjaya, 2006:239) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.

Senada dengan pendapat di atas Cruickshank,et al, (1999: 205) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan prosedur instruksional di mana peserta didik bekerja bersama dalam kelompok kecil dan dihargai atas prestasi kolektif mereka.

Ricard I. Arends (1997: 112) menyatakan bahwa efek penting kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang yang berbeda berdasarkan, budaya ras, kelas sosial, kemampuan, atau kekurangan.

Strategi pembelajaran cooperative merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni : (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan bardasarkan atas : (1) minat dan bakat siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3) perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.

Sementara Lie dalam Sugianto, (2008 : 38-39), mengemukakan lima unsur dasar model Cooperative learning , yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2) pertanggung jawaban individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka, dan (5) evaluasi proses kelompok.

Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerjasama yang sangat erat kaitan antara anggota kelompok. Kerjasama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya.

Maksud dari pertanggungjawaban individual adalah kelompok tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok. Pertanggung jawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain dimana siswa harus menerima tanpa pertolongan anggota kelompok. Kemampuan bersosialisasi adalah sebuah kemampuan bekerja sama yang dapat digunakan dalam aktifitas kelompok. Kelompok tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan.

Selama belajar secara koopertif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan – ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakanuntuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran.

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berintraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengansesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah (Rusman, 2011: 202).

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar

Konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok Adanya akuntabilitas individual yan

mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar dan anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing

Keterampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan social sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui oriservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kelompok yang terjad dalam kelompok-

kelompok belajar.

kelompok yang terjadi dalam kelompok- kelompok belajar

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

Sumber: Trianto, 2007 :44 Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata social, kemampuan, ras, budaya dan agama, strata social, kemampuan, dan ketidakmampuan (Trianto, 2007: 44). Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas- tiugas bersama, dan melalui struktur penghargaan kooperatif,belajar untuk menghargai satu sama lain.

Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model pembelajaran kooperatif memiliki langkah-langkah, dan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas.Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah – langkah itu ditunjukkan pada tabel 2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 2. Langkah – langkah Model Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotifasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Agus Suprijono (2011: 65)

Berdasarkan konsep dan teori di atas dapat disintesiskan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan dan penghargaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture

Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu pembelajaran kooperatif ( Agus Suprijono, 2011: 125). Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan- keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar kelompok. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif dan menyenangkan.

Model pembelajaran Picture and Picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar – gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran ini. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik berupa kartu maupun bentuk yang lebih besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan IT dapat menggunakan Power

Point atau software lainnya.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Picture and Picture (Agus Suprijono, 2011: 125 )

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.

4. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian mengurutkan gambar-gambar.

5. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 6. Dari alasan urutan gambar tersebut guru menanamkan konsep atau materi

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan atau rangkuman.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Media Gambar dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and

Picture

1) Pengertian Media Gambar

Kata “media” berasal dari Bahas Latin, yakni medium yang secara

harfiahnya berarti “tengah”, “pengantar” atau “perantara”. Kata “tengah” itu sendiri berarti berada di antara dua sisi. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya (Asosiasi Pendidikan Nasional dalam Arief S. Sadiman, 2007 : 6 ).

Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim keapada penerima pesan. Gerlach & Ely (1980) dalam Arsyad mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Arsyad, 2008: 3).

Media gambar merupakan salah satu bentuk perantara yang digunakan untuk menyampaikan ide. Sehingga, ide, pendapat, atau gagasan yang disampaikan itu bisa sampai pada penerima melalui perantara gambar tersebut.

Media gambar juga memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena media gambar sangat efektif digunakan oleh pengajar dalam mengajarkan Bahasa Indonesia khususnya mengembangkan kemampuan menulis narasi. Selain itu, dikatakan penting sebab ia dapat mengganti kata verbal, mengonkretkan yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Media gambar dapat membuat sisa menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya degan jelas, lebih jelas daripada yang diungkapkan kata-kata. Media dapat digunakan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Arief S. Sadiman, 2007 : 6).

Agar penggunaan media gambar dapat maksimal, guru dalam memilih gambar haruslah mengetahui kriteria dasar media gambar yang baik. Kriteria dasar dalam memilih gambar yang baik adalah sebagai berikut:

a) Keaslian gambar, yakni gambar bisa menunjukkan situasi yang sebenarnya seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya.

b) Kesederhanaan, yakni gambar yang tidak membuat siswa menjadi bingung dan tidak tertarik dengan gambar tersebut (Arief S.Sadiman , 2007: 27). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media gambar merupakan media yang berbentuk gambar dan dalam pemilihannya mengutamakan keaslian dan kesederhanaan gambar, agar dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreativitas dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat- ingat isi materi.

2) Karakteristik Media Gambar

Arti penting media gambar dalam proses pembelajaran adalah memudahkan siswa dalam memahami materi, tetapi dalm penggunaan media gambar perlu pemahaman karakteristik media gambar tersebut. Media gambar memiliki beberapa karakteristik tertentu, antara lain: (1) Gambar adalah media yang berbentuk dua dimensi; (2) Gambar ialah medium yang “diam”; (3) Gambar datar dapat memberi kesan gerak;(4) Gambar datar menekankan gagasan pokok dan impresi; (5) Gambar datar memberi kesempatan untuk diamati rinciannya secara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id individual; (6) Gambar datar dapat digunakan untuk berbagai macam mata pelajaran dan objek.

Setiap guru hendaknya mengetahui media pembelajaran yang mana yang dapat mencapai hasil paling baik dalam situasi pembelajaran yag diharapkan. Untuk itu, guru harus mengenal secara tepat kekuatan serta kelemahan dari setiap media pembelajaran yang akan digunakan.

3) Kekuatan dan Kelemahan Media Gambar

Beberapa kekuatan yang dapat diperoleh dari media gambar dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, antara lain: (1) Mudah dimanfaatkan karena bersifat praktis; (2) Harganya relatife lebih murah; (3) Bisa dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu; (4) Dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak ( Nana Sudjana, 2005: 71).

Selain memiliki beberapa kekuatan, media gambar juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (1) Mempunyai ukuran yang sangat terbatas untuk tujuan pembelajaran kelompok besar, kecuali jka gambar tersebut diproyesikan melalui OHP; (2) Mempunyai bentuk dua dimensi yang menyebabkan sulit untuk melukiskan bentuk yang memiliki dimensi tiga; (3) Tidak memperlihatkan gerak, tapi beberapa gambar seri yang disusun secara berurutan dapat memberikan kesan gerak (Sudjana, 2005: 72).

4) Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture

and Picture

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa model pembelajaran Picture and Picture

mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar – gambar

Dalam dokumen Niken Larasati S841102010 (Halaman 60-85)

Dokumen terkait