• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Puis

Dalam dokumen Niken Larasati S841102010 (Halaman 46-60)

Definisi puisi sulit diberikan. Untuk memahami puisi biasanya diberikan ciri-ciri karakteristik puisi dan unsur-unsur yang membedakan puisi dari karya sastra yang lainnya(Herman J. Waluyo , 2010: 3). Namun jika harus memberikan definisi puisi Herman J. Waluyo (2008:29) memberikan definisi puisi sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya”.

Suminto A. Sayuti (2008: 3-4) menyatakan:

“Puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari pengalaman individu dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman-pengalaman tertentu pula dari dalam diri pembaca dan pendengar-pendengarnya”

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Rachmat Djoko Pradopo (2002 : 7) puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa puisi tidak hanya sebagai sarana mengekspresikan pengalaman batin penyair yang paling berkesan, namun puisi juga kadang mengungkapkan pengalaman batin orang lain yang paling berkesan tanpa disengaja.

Menurut McCaulay, Hudson (dalam Aminudin, 2010: 134) mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.

Sedangkan Conrad Aiken (1973: 7) mengatakan bahwa “Puisi selalu terus mudah sejajar dengan pria yang bisa memperluas cakrawala kesadarannya, apakah ke luar atau ke dalam. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (Imajinatif). Kata-kata betul-betul terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Bahasa puisi yang padat dan sarat muatan makna tersebut memiliki kesamaan dengan pernyataan Volpe cit. Siswantoro, 2005 : 3) menurutnya “ poetry is perhaps the most difficult kind of language” . Puisi memiliki jenis bahasa yang tersulit sebab puisi menghendaki kepadatan

(compactness) dalam pengungkapan. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa bahasa

puisi adalah bahasa yang sulit. Bahasa puisi disebut bahasa yang sulit sebab bahasa puisi mengakomodasi berbagai dimensi makna kehidupan manusia, misalnya tentang cinta kasih, lingkungan, pesan moral. Hal tersebut senada dengan pendapat Howes,Barbara (1973: 77) menulis puisi itu sulit, sulit untuk membuatnya menarik.

Berdasarkan pengertian puisi yang dikemukakan oleh para pakar di atas dapat disintesiskan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan mengekspresikan perasaan dengan bahasa yang dipadatkan, penuh makna dan memiliki unsur-unsur keindahan (unsur fisik dan unsur batin )

Puisi terdiri dari dua unsure yaitu unsure-unsur fisik dan unsure-unsur batin yang disebut bahasa dan isi atau tema dan struktur atau bentuk dan isi. Struktur fisik adalah unsure-unsur yang dapat dilihat sedangkan unsure-unsur batin adalah unsure- unsur yang dapat terlihat. Namun, keduanya bersifat padu dan tidak terpisahkan, saling mengikat keterjalinan dan membentuk totalitas makna yang utuh.

b. Struktur Fisik Puisi

Struktur puisi atau disebut juga struktur lahir puisi dapat dilihat pada unsur- unsur keindahan yang membangun puisi tersebut. Herman J. Waluyo(2008 : 82)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjelaskan unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah : diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.

1) Diksi (Pemilihan Kata)

Diksi atau pilihan kata-kata yang dipergunakan dalam puisi tidak seluruhnya bermakna denotative, tetapi lebih banyak pada makna konotatif atau konotasi. Konotasi atau nilai tambah makna pada kata yang lebih banyak memberi efek bagi para penikmatnya. Sedangkan kata-kata bermakna denotatif digunakan pada tulisan- tulisan ilmiah. Jadi pilihan kata atau diksi sangat penting karena dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, nada, suadana, amanat suatu puisi dengan tepat.

Selanjutnya menurut Rachmat Djoko Pradopo (2010: 54) penyair ingin mengekspresikan dengan ekspresi yang dapat menjelnakan pengalaman jiwanya tersebut, untuk itu haruslah dipilih kata-kata setepatnya. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa seorang penyair akan memilih kata-kata yang tepat dan khas sebagai cirinya untuk mengekspresikan pengalaman batinnya sehingga puisi yang dihasilkan dapat menimbulkan efek puitis dan sugestif pada pembaca atau penikmatnya. Contoh dalam larik-larik berikut ini :

1) Selembar daun jatuh 2) Selembar daun gugur 3) Selembar daun luruh 4) Selembar daun melayang

Kata jatuh, gugur, luruh, melayang memiliki makna yang tidak jauh berbeda. Kata-kata itu dapat dipilih bergantung kepada perasaan yang ingin disampaikan. Kata jatuh memberikan kesan perasaan akit. Kata gugur memberikan kesan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melayang memberikan kesan mengalir pelan. Baris selembar daun jatuh dan

selembar daun gugur mungkin memiliki makna yang sama, tetapi perasaan yang

ditimbulkan berbeda.

Setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat, sesuai dengan maksud yang ingin diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 85) pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek estetik, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolut dan tidak bias diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda

2) Pengimajian (Imagery)

Penyiar juga menciptakan pengimajian (pencitraan) dalam puisinya. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau mengkonkretkan apa yang dinyatakan oleh penyair. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret. ,memurut Herman J. Waluyo (2008 : 91), pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian; kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.

Melalui pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh pembaca atau penikmat sastra. Keindahan, kesedihan, keceriaan dan sebagainya seakan dirasakan sendiri oleh pembaca. Pengimajian memberi gambaran yang jelas pada pembaca. Gambaran atau lukisan yang tercipta karena pilihan kata tepat sehingga mampu membangkitkan daya imaji pembaca. Menurut Siswantoro (2010 : 49) Imagery biasa diartikan sebagai mental picture, yaitu gambar, potret, atau lukisan angan-angan yang tercipta sebagai akibat dari reaksi seorang pembaca pada saat ia memahami puisi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengimajian melalui pilihan kata-kata atau susunan kata yang tepat akan memberikan gambaran yang jelas dan dapat membangkitkan emosi pembaca. Seorang penyair dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaannya dalam puisi. Dalam imajinasinya, pembaca akan melihat, mendengar, dan dapat merasakan pengalaman batin penyairnya. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2008 ; 91), baris puisi itu seolah mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang Nampak (imaji visual) dan sesuatu yang dapat kita rasakan, raba, atau sentuh (imaji taktil).

3) Kata Konkret

Penyair ingin menggambarkan sesuatu secara lebih konkret. Oleh karean itu, itu kata-kata diperkonkret. Bagi penyair mungkin dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sering lebih sulit ditafsirkan maknanya. Penyair harus mahir memperkonkret kata-kata, sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Herman J. Waluyo (2008 : 94), dengan kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.

Sebagai contoh kata-kata gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan tersebut lebih konkret jika dibandingkan dengan gadis peminta-minta. Untuk melukiskan dunia pengemis yang penuh kemayaan, penyair menulis : Hidup dari kehidupan angan-

angan yang gemerlapan / gembira dari kemayaan riang. Untuk melukiskan

kedukaannya, penyair menulis : bulan diatas itu tak ada yang punya / kotaku hidupnya tak punya tanda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa figuratif, majas atau gaya bahasa adalah cara penyair mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya melalui kata-kata yang dipilihnya. Kata-kata atau bahasa yang digunakan biasanya bermakna kias atau lambang. Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 96) bahasa figuratif menyebabkan puisi jadi prismatik artinya memancarkan banyak makna, atau kaya akan makna.

(1) Kiasan (Gaya Bahasa)

Kiasan atau gaya digunakan untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi. Menurut Jakob Sumardjo (1988: 127) gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa agar daya ungkap atau daya tarik bertambah. Ungkapan “ Gadis itu sangat cantik” kurang menarik. Ungkapan tersebut lebih menarik jika “ Gadis itu sangat cantik seperti bunga mawar” Beberapa jenis gaya bahasa yang biasa digunakan penyair adalah : metafora, perbandingan (Simile), personifikasi, hiperbola, sinekdoke dan ironi.

(2) Pelambangan

Untuk memperjelas makna, nada dan suasana puisi agar mudah dipahami pembaca, seorang penyair harus menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti tertentu sehingga menimbulkan daya sugestif pada puisinya. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 102). Pelambangan digunakan penyair untuk memperjelas makna dan membuat nada dan suasana, sajak menjadi lebih jelas sehingga dapat menggugah hati pembaca.

Penggunaan lambang dalam puisi akan memberikan kesan tersendiri dan menambah keindahan dan daya tarik puisi tersebut. Banyak hal yang dapat dijadikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lambang tergantung pengalaman batin penyair, keadaan atau peristiwa apa yang akan disampaikannya. Macam-macam lambang ditentukan oleh keadaan atau peristiwa apa yang digunakan oleh penyair untuk mengganti keadaan atau peristiwa. Ada lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, lambang suasana dan sebagainya.

5) Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)

(1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestra. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. (Herman J. Waluyo, 2008: 105). Demikian pula yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo (2002: 22). Dalam puisi bunyi estetik, merupakan unsure puisi untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Pemilihan dan pengulangan ini sangat membantu untuk membangkitkan perasaan indah dalam suasana puisi.

(2) Ritma

Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakan-gerakan air yang teratur, terus menerus, dan tidak putus-putus mengalir terus (Herman J. Waluyo2008: 110). Hal senada diungkapkan Siswantoro (2010: 62). Rhytm yang dialihbahasakan menjadi ritme di dalam bahasa Indonseia mengacu kepada pengulangan bunyi sehingga terjadi alun suara yang teratur. Herman J. Waluyo (2008: 110) kembali mengemukakan pendapatnya bahwa ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat

(3) Metrum

Metrum adalah pengulangan tekanan kata yang tetap. Metrum sifatnya statis (Herman J. Waluyo, 2008: 110). Metrum memiliki peran sangat penting dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahwa suku kata dalam puisi biasanya diberi tanda, manakah yang bertekanan keras dan bertekanan lemah. Namun karena tekanan kata bahasa Indonesia tidak membedakan arti dan belum dibakukan, maka pembicaraab tentang metrum sulit dilaksanakan dalam puisi Indonesia.

6) Tata Wajah (Tipografi)

Tipografi adalah bentuk atau cirri penulisan sebuah puisi yang berbeda dari karya sastra lainnya. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 113) tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragrap namun membentuk bait. Menurut Aminudin (2010: 146) peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik visual, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu.

c. Struktur Batin Puisi

Selain memiliki unsur-unsur fisik atau lahir, puisi juga memiliki unsur-unsur batin. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 119) struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan nuansa jiwanya. I.A. Richards (1976, dalam Herman J. Waluyo, 2008: 124) menyebut makna atau struktur batin itu dengan istilah hakikat puisi. Selanjutnya Herman J. Waluyo (2008: 124) menjelaskan ada empat unsur hakikat puisi, yakni: tema (sence), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone) dan amanat

(intention). Keempat unsur itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair.

1) Tema Puisi

Tema dalam puisi adalah hasil pemikiran dan perasaan penyair. Hal ini dapat merupakan hasil tanggapan atau perenungan dari situasi yang dirasakan, dihayati dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dialami penyair. Menurut Herman J. Waluyo, tema adalah gagasan pokok (subject- matter) yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan pengucapannya (2008: 124). Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Herman J. Waluyo (2008: 124) menegaskan, dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsiran-penafsiran puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, objektif dan khusus.

2) Perasaan (Feeling)

Perasaan atau feeling adalah bagian dari unsur-unsur batin sebuah puisi yang berisi ungkapan batin penyairnya. Penyair mengekspresikan perasaannya melalui kata-kata yang terpilih dan tersusun dengan tepat agar pembaca dapat menghayati dan memaknai puisi-puisinya dengan tepat pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo (2008: 140) dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati pembaca. Sebagai contoh berikut ini, penyair Sanusi Pane mengungkapkan perasaan kagum kepada Ki Hajar Dewantara, yang diumpamakan sebagai bunga teratai.

3) Nada dan Suasana

Nada adalah unsur batin puisi yang tidak tertulis secara eksplisit, namun kehadirannya tidak bisa diabaikan. Nada merupakan bagian yang penting dalam membangun sebuah puisi. Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat J. Waluyo (2008: 144) dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah bersikap menggurui,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menasehati, mengejek, menyindir atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.

4) Amanat (Pesan)

Dalam kehidupan ini banyak hal yang kita lihat dan alami. Hal-hal yang kita lihat dan alami itulah yang menjadi pokok persoalan yang akan disampaikan penyair melalui amanat dalam puisi-puisinya. Dalam menulis sebuah puisi, ada hal penting yang akan disampaikan penyair kepada pembacanya. Hal yang dianggap penting tadi adalah amanat atau pesan. Menurut Herman J. Waluyo (2008: 151) tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun dan juga dibalik tema yang diungkapkan.

Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2010:315) ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti hakikat puisi. Pertama sifat seni atau fungsi seni, kedua kepadatan, dan ketiga ekspresi tidak langsung. Puisi sebagai karya sastra, fungsi estetiknya dominan dan di dalamnya ada unsure-unsur estetiknya, misalnya persajakan, diksi, irama, dan gaya bahasa.Selanjutnya membuat puisi itu merupakan aktivitas pemadatan. Yang dikemukakan dalam puisi hanyalah inti masalah. peristiwa atau inti cerita. Puisi itu mengucapkan sesuatu secara tidak langsung, yakni mengucapkan sesuatu hal dengan arti yang lain. Salah satu ekspresi atau pengucapan tidak langsung dengan menggunakan kiasan.

Berdasarkan paparan konsep dan teori tentang hakikiat puisi dapat disintesiskan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan mengekspresikan perasaan dengan bahasa yang dipadatkan, penuh makna dan memiliki unsur-unsur keindahan yang meliputi unsur fisik dan unsure batin. Unsur- unsur tersebut yakni: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figurative (majas),

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id versifikasi, dan tata wajah puisi. tema (sence), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone) dan amanat (intention)

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010:486) tugas menulis sastra dimaksudkan agar peserta didik mempunyai pengalaman penulisan kreatif. Dalam penulisan kreatif kadang disikapi secara subjektif sehingga dimungkinkan adanya penafsiran berbeda. Dalam bahasa sastra ada toleransi pelanggaran bahasa sepanjang itu mempunyai nilai estetika. Sedangkan Barbara Howes (1973;79) menyatakan bahwa menulis puisi memerlukan banyak waktu.

d. Penilaian Kemampuan Menulis Puisi

Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian proses dan hasil belajar.

Untuk mengetahui kemampuan menulis puisi dilakukan penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil suatu kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetepkan ( Sarwiji Suwandi,2008:15). Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.

Kemampuan menulis puisi dapat dilihat dari proses dan hasil puisi yang telah ditulis oleh para siswa. Hasil puisi tersebut perlu dilihat dari aspek kelengkapan struktur pembentuk puisi itu sendiri. Dalam hal itu Herman J. Waluyo (2010: 32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id struktur batin puisi yang terdiri atas tema, nada, perasaan dan amanat. Kemudian struktur yang lain (2) adalah diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, verifikasi, dan tipografi puisi.Dari kedua jenis struktur tersebutlah dapat dijadikan aspek yang dinilai dalam penulisan sebuah puisi.

Terkait dengan penilaian puisi tersebut dapat dimasukkan ke dalam jenis penilaian produk, karena puisi merupakan produk yang dihasilkan oleh siswa. Sarwiji Suwandi (2011:105) mengatakan bahwa penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Di sini produk adalah puisi.

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.(Sarwiji Suwandi, 2006 : 106 ) Cara analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan. Kemudian cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

Menurut Burhan Nurgiantoro (2010: 487) aspek yang dinilai untuk tugas menulis puisi adalah:1) kebaruan tema dan makna; 2) keaslian pengucapan ;3) kekuatan imajinasi ; 4) ketepatan diksi ; 5) pendayaan pemajasan dan citraan; 6) respon afektif guru.( Nurgiyantoro,2010:487)

Pada penelitian ini, penilaian puisi akan dilakukan dengan model penilaian produk dengan mempertimbangkan kriteria struktur pembentuk puisi dalam karya sastra peserta didik. Respon afektif guru haruslah yang positif agar dapat memberikan motivasi untuk menulis dan menulis. dengan tingkat capaian kinerja menggunakan skala, misalnya 1 sampai dengan 5.

Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap konsep dan teori tentang kemampuan menulis puisi di atas, maka dapat disintesiskan sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pertama, menulis puisi merupakan kegiatan produktif kreatif melalui sebuah proses yang dinamakan proses kreatif. Proses tersebut adalah (1) penginderaan, (2) perenungan, (3) memainkan kata. Puisi diciptakan dengan bahasa yang indah dan dipadatkan.

Kedua, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan mengekspresikan perasaan dengan bahasa yang dipadatkan, penuh makna dan memiliki unsur-unsur keindahan yang meliputi unsur fisik dan unsure batin.

Ketiga, penilaian puisi dilakukan dengan model penilaian produk dengan mempertimbangkan kriteria struktur pembentuk puisi dalam karya sastra peserta didik. Struktur dalam sebuah puisi terdiri dari dua struktur, yaitu (1) struktur batin puisi yang terdiri atas tema, nada, perasaan dan amanat. Kemudian struktur yang lain (2) adalah diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, verifikasi, dan tipografi puisi.Dari kedua jenis struktur tersebutlah dapat dijadikan aspek yang dinilai dalam penulisan sebuah puisi.

Keempat, kemampuan (kompetensi) adalah sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta pekerjaan seseorang.

Berdasarkan paparan di atas dapat disintesiskan bahwa kemampuan menulis puisi adalah sekumpulan pengetahuan,keterampilan, sikap dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap kegiatan yang mengungkapkan pikiran dan mengekspresikan perasaan dengan bahasa yang dipadatkan, penuh makna dan memiliki unsure-unsur keindahan (unsure fisik dan unsure batin ) dalam bentuk tulisan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam dokumen Niken Larasati S841102010 (Halaman 46-60)

Dokumen terkait