• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI DAN KERANGKA PIKIR

5. Hakikat Pembelajaran dan Hasil Belajar

a. Pengertian Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan terjemah dari kata instruction, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan –

bahan media cetak, program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne, yang menyatakan bahwa “instruction is a set of event that effect learners in such a way that earning is facilitated”. Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran, dimana guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.20

Istilah pembelajaran yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil –

hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh, bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan

demikian, istilah ―mengajar atau pengajaran‖ atau teaching menempatkan guru sebagai pemeran utama dalam memberikan informasi, maka dalam pembelajaran guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, mengatur berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.21

Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dan peserta didik. Kualitas hubungan antara guru dan peserta didik dalam proses

20 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Pernada Media, 2008), cet. Ke-5 h.102

21

pembelajaran sebagian besar ditentukan oleh peserta didik dalam mengajar (teaching) dan peserta didik belajar (learning). Hubungan tersebut mempengaruhi kesediaan murid untuk melibatkan diri dalam kegiatan ini. Jadi, bila terjadi hubungan yang positif antara guru dan peserta didik, peserta didik akan berusaha sungguh-sungguh masuk kedalam kegiatan ini. Hal ini terjadi karena selain murid memiliki insting peniruan, juga karena murid memiliki rasa senang yang diperolehnya dari hubungan positif dengan gurunya. Semakin besar keterlibatan murid pada kegiatan ini tentu semakin besar pula kemungkinan murid memahami dan menguasai bahan pelajaran yang disajikan, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain kualitas hubungan antara guru dan peserta didik menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang efektif.22

Menurut Gagne belajar merupkan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar siswa memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya capability tersebut dari simulasi dengan lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.23

Kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didisain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.24

Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang difahami bersama. Sebagai suatu aktivitas yang terencana, belajar memilik tujuan yang bersifat

22

Udin Syaefudin dkk, Pembelajaran Terpadu, (Bandung: UPI Press 2006), h. 3.

23 Ibid

24 Pupuh Fatuhrrahman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 8.

permanen, yakni terjadinya perubahan pada anak didik. Ciri – ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto, meliputi:25

1) Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang – kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang, dan lain – lain.

2) Perubahan dalam belajar bersifat berkelanjutan dan fungsional. Belajar bukan proses yang statis karena terus berkembang secara gradual dan setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis.

3) Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui belajar.

6) Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian – bagian tertentu secara parsial.

Perubahan perilaku pada siswa, dalam konteks pengajaran jelas merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation

(penghargaan), dan knowledge (pengetahuan).26

Dari uraian tentang belajar dan mengajar sebagaimana dibahas di atas, akhirnya dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar memiliki ciri – ciri sebagai berikut:27

1) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan tertentu. 25 Ibid, h. 10 26 Ibid 27 Ibid, h. 11

2) Terdapat mekanisme, prosedur, langkah – langkah, metode dan teknik yang direncanakan dan didisain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik.

4) Adanya aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

5) Aktor guru yang cermat dan tepat.

6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan anak didik dalam proporsi masing – masing.

7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.

Dari beberapa teori diatas pembelajaran dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruahan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjukkan sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar selang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam kelompok atribut kognitif yang respon hasil pengukurannya tergolong pendapat atau

judgment, yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah.

Hasil belajar merupakan hadiah dari pembelajaran agar melihat seberapa besarkah siswa mampu menguasai pengetahuan, hal inipun menunjukan refleksi dari berpikir kritis. Penilaian hasil belajar merupakan penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif merupakan ranah yang lebih

banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkat rendah sampai tinggi, yakni: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comperhension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthensis), dan evaluasi (evaluation).28

Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu peruabahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung pada macam-macam faktor, adapun faktor-faktor tersebut adalah:29

Faktor-faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi tiga, yaitu faktor dari internal, eksternal dan instrumen:30

1. Faktor internal a) Faktor fisiologis

Secara umum faktor fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar siswa.

b) Faktor psikologis

Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologi yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan ini akan mempengaruhi pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis diantaranya:

(1) Intelegensi menurut C. P Chaplin, merupakan kemampuan mengahadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.

28 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (UIN Jakarta Press: Jakarta, 2006), h.14

29

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,(Jakarta: Prenada Media, 2005), cet. Ke-2. h. 224

30 Sumadi Suryabarata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grfindo Persada, 2008) cet. V. h. 233-237.

(2) Perhatian, adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju kepada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek. (3) Minat dan bakat menurut Hilgard, sebagai kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar.

(4) Motif dan motivasi, adalah sebagai uapaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

(5) Kognitif dan daya nalar. Kognitif merupakan berfikir dan penalaran merupakan dasar yang paling menentukan dari kemampuan berpikir analitis dan sintesis.

2. Faktor eksternal a) Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu , kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya. Lingkungan sosial misalnya lalu lintas, gemuruhnya pasar dan lain-lain.

3. Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan penggunanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru. Hal ini dapat disimpulkan melalui bagan 2.1, dibawah ini:31

31 Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada, 2008), h. 24-35

Dokumen terkait