BAB II LANDASAN TEORI
1. Hakikat Pembelajaran IPA dan Kemampuan
Tumbuhan
a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Pengertian tersebut sedikit banyak memiliki perbedaan ataupun persamaan. Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran. Dalam kenyataannya, banyak sekali perbuatan yang termasuk kegiatan belajar, sehingga berbagai pendapat tentang belajar muncul.
Menurut Baharuddin (2009:11), “Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap”. Dalam hal ini belajar telah dimulai sejak manusia lahir secara terus menerus sampai akhir hayat. Sedangkan menurut Slameto (2003:2), “belajar merupakan proses dimana seseorang melakukan suatu kegiatan atau usaha merubah tingkah laku”. Perubahan tingkah laku tersebut sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari pengertian tersebut diatas mengandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil tujuan. Belajar bukan hanya mengingat saja, tetapi lebih dari itu belajar adalah “mengalami”. Hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan materi, akan tetapi hasil belajar merupakan perubahan kelakuan dan sikap.
Slameto (2003: 2) dalam mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
commit to user
10
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
a. Perubahan terjadi secara sadar.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. e. Perubahan dalam belajar bertujuan terarah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
(Slameto, 2003: 3-5) Makna belajar menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Agus Suprijono (2009: 2) yaitu:
a. Cronbach
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.” (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari perubahan pengalaman)
b. Harold Spears
“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.” (Dengan kata lain belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu)
c. Geoch
“Learning i`s a change in performance as a result of practice.” (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).
Relevan dengan pengertian di atas, belajar adalah berubah, artinya suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Perubahan ini bisa dilakukan dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.
Menurut Thursan Hakim, belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan
commit to user
11
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran halaman 9, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku. R. Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: a. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
commit to user
12
Menurut filosofi Konstruktivisme, belajar adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep ataupun kaidah yang siap untuk diambil dan diingat dalam pengalaman yang nyata (Baharuddinn, 2009:116). Dalam hal ini, guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa, sedangkan pengetahuan itu sendiri tidak dapat diperoleh secara instan tetapi harus melalui berbagai proses yang mungkin memerlukan proses panjang. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan pada benaknya sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka belajar dan pembelajaran harus dikemas menjadi “mengkonstruksi” bukan “menerima”.
Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar dapat dilihat dengan adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut dimana tingkah laku orang tersebut sebelumnya tidak ada atau masih lemah. Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek. Hasil belajar seseorang akan tampak pada setiap perubahan aspek tersebut. Oemar Hamalik dalam Tukiran (2009:8) menyatakan aspek-aspek tingkah laku manusia meliputi: “pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain”. Apabila seseorang telah melakukan kegiatan belajar, maka akan terjadi perubahan pada salah satu aspek tingkah laku tersebut.
Pembelajaran menurut Sugihartono, dkk. (2007:81) adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Dalam pendekatan Konstruktivisme, guru berperan sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengalamannya sendiri menjadi sebuah pengetahuan.
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
commit to user
13
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan suatu respons terhadap situsai tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala, 2010:61). Pembelajaran merupakan istilah yang sekarang lebih populer dibanding dengan pengajaran. Istilah pembelajaran dipergunakan karena adanya perubahan pandangan dalam sistem pendidikan, yaitu dari sekedar menyampaikan pengetahuan kepada bagaimana menjadikan seorang siswa sebagai pembelajar. Karena itulah, pembelajaran merupakan usaha untuk mengajak agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
IPA merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena memberikan suatu cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang utuh. Secara khusus, sains menggunakan suatu pendekatan empiris untuk mencari penjelasan alami tentang fenomena yang diamati di alam semesta.
Purnell’s dalam Srini M. Iskandar mengemukakan, ”Science is the board of human knowledge, acquired by systematic and experiment, and explained by means of rules, laws, priciple, theories, and hypotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang diperoleh dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematis serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Kata sains berasal dari kata latin scientia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahas Inggris kata science mula-mula berarti pengetahuan, tetapi lama-kelamaan bila orang Indonesia berkata sains, maka pada umumnya yang dimaksud adalah apa yang dulu disebut natural sciences. Natural science dalam bahasa Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Alam atau dengan singkat sekarang biasa dikenal dengan sebutan IPA.
“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya” (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 1992:3). Rasional di sini
commit to user
14
berarti dapat diterima akal sehat sedangkan objektif berarti sesuai dengan objeknya.
Menurut Nash (1963) dalam Hendro darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (1992:3), “IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam. Cara yang digunakan bersifat analitis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sebagai pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya dengan cara melakukan pengamatan/percobaan.
Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan siswa Sekolah Dasar karena IPA dapat memberikan sumbangan untuk tercapainya sebagian tujuan pendidikan di Sekolah Dasar. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992:6), melalui pengajaran IPA diharapkan siswa dapat:
1) Memahami alam sekitarnya.
2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu dan metode ilmiah yang sederhana.
3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya serta menyadari kebesaran Penciptanya.
4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Leo, Hery Kresnadi, dan Kartono (2007:5-3 – 5-5) ada lima prinsip utama pembelajaran IPA, yaitu lima pernyataan tentang kebenaran dalam pembelajaran IPA yang dijadikan anutan untuk melaksanakan pembelajaran IPA yaitu:
1) Pemahaman tentang lingkungan sekitar dimulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun noninderawi.
commit to user
15
2) Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran.
3) Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisen dengan pengetahuan para ilmuwan.
3) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.
4) IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.
Menurut Sumaji, dkk (1998:35), fungsi mata pelajaran IPA antara lain:
1) Memberi bekal pengetahuan dasar baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep IPA.
3) Menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan melatih menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4) Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya sehingga mendorong siswa untuk mencintai dan mengagungkan Penciptanya.
5) Memupuk kreativitas siswa.
6) Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEK.
h) Memupuk minat siswa terhadap IPA.
c. Hakikat Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan
Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses pembelajaran dan pengambangan kemampuan awal siswa dapat menjadi titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru.
Menurut Chaplin (1997: 34) “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
commit to user
16
untuk melakukan suatu perbuatan”. Dalam hal ini, seseorang tidak akan dapat melakukan apapun tanda memiliki kemampuan dalam suatu hal. Menurut Robbins (2000: 46), “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya. (http/jiunkpe/s1/eman/2008)
Menurut Gagne dalam Ratna Willis Dahar (1989 : 134) “Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.” Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan yang dimiliki siswa pada awalnya yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan kata lain kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu, yang bisa dimiliki sejak awal atau setelah melalui beberapa proses.
Lebih lanjut Robbins (2000) dalam
(http/jiunkpes/s1/eman/2008) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu: a. kemampuan intelektual (intelectual ability) merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b. kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik.
Kedua faktor diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Begitu juga dalam kemampuan pengelompokan tumbuhan bermula dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
commit to user
17
Dalam kegiatan pengelompokan tumbuhan kedua faktor ini akan saling memopengaruhi satu sama lain.
Definisi kemampuan menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000) dalam (http://digib.petra.ac.id diakses tanggal 20 Oktober 2009) kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya bahwa seseorang yang mempunyai IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai dan terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
Menurut Gagne dalam Iskandarwassid (2008 : 134) “Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.” Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan awal yang dimiliki siswa untuk memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan menguasai keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan dan digunakan untuk melakukan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan.
d. Tinjauan Tentang Materi Pengelompokan Tumbuhan 1) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya
Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di darat dan tumbuhan yang hidup di air. Eceng gondok dan bunga teratai merupakan contoh tumbuhan yang hidup di air. Sedangkan pohon rambutan, pohon mangga, dan pohon pisang merupakan contoh tumbuhan yang hidup di darat.
2) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya a) Tulang daun menyirip
commit to user
18
Daun jambu, bayam, dan mangga memiliki tulang daun menyirip. Bentuk tulang daun.
b) Tulang daun sejajar
Daun tebu, padi, dan rumputrumputan memiliki tulang daun sejajar. Bentuk tulang daun sejajar seperti garis-garis lurus yang sejajar. menyirip seperti susunan sirip-sirip ikan.
c) Tulang daun melengkung
Tumbuhan dengan tulang daun melengkung adalah daun genjer dan gadung. Bentuknya menyerupai garis-garis lengkung yang ujungujungnya terlihat menyatu.
d) Tulang daun menjari
Daun pepaya, singkong, dan jarak memiliki tulang daun menjari. Bentuk tulang daun menjari seperti susunan jari-jari tangan. Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan daun ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya
3) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan batangnya a) Batang berkayu
Batang berkayu ukurannya dapat bertambah besar. Hal ini karena batangnya memiliki kambium. Pohon jambu dan pohon jati memiliki batang berkayu.
b) Batang basah
Bayam memiliki batang yang basah. Batang basah pada bayam berair dan lunak.
Menyiri p Sejajar Melengkun g Menjari
commit to user
19
c) Batang rumput
Padi, jagung, dan tebu memiliki batang rumput. Batang rumput biasanya berongga. Batang rumput mempunyai ruas yang terlihat nyata.
Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan batang ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Pengelompokan tumbnuhan berdasarkan bentuk
batangnya
4) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan keping bijinya a) Tumbuhan monokotil
Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan biji yang berkeping satu. Padi, salak, tebu, dan jagung adalah contoh tumbuhan monokotil. Tumbuhan jenis rumput-rumputan merupakan tumbuhan monokotil. Contoh tumbuhan monokotil ditunjukkan gambar 3.
Gambar 3. Tumbuhan monokotil
2) Tumbuhan Dikotil
Tumbuhan biji berkeping dua disebut tumbuhan dikotil. Mangga, kacang tanah, dan durian adalah contoh tumbuhan dikotil. Rambutan, pepaya, dan jambu air juga termasuk tumbuhan dikotil.
Contoh tumbuhan dikotil ditunjukkan gambar 4.
Berkayu Basah Rumput
commit to user
20
Gambar 4. Tumbuhan dikotil
5) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan akarnya a) Tumbuhan berakar serabut
Tumbuhan berakar serabut memiliki akar yang menyerupai serabut. Semua tumbuhan monokotil seperti jagung dan kelapa berakar serabut.
Contoh tumbuhan barakar serabut ditunjukkan gambar 5.
Gambar 5. Tumbuhan berakar serabut
b) Tumbuhan berakar tunggang
Semua tumbuhan dikotil yang ditumbuhkan dari biji lembaga memiliki akar tunggang. Misalnya, kacang tanah dan bayam. Akar tunggang terdiri atas satu akar pokok dan akarakar kecil. Akar kecil merupakan percabangan dari akar pokok. Contoh tumbuhan barakar tunggang ditunjukkan gambar 6.
commit to user
21
Gambar 6. Tumbuhan berakar tunggang
2. Hakikat Pendekatan Konstruktvisme
Von Glaserfeld menjelaskan tentang pengertian konstruktivisme bvahwa “Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri “ (Paul Suparno, 1997:18). Pengetahuan itu dibangun bukan sekedar ditangkap oleh indra saja, penetahuan terbentuk dalam otak manusia yang kemudian apa yang diketahuinya dikonstruksi berdasarkan pengalamannya sendiri (Agus Prijono, 2009:30). Dalam Konstruktivisme siswa mencari sendiri makna dari apa yang mereka pelajari. Dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa dikonstruksi sendiri oleh siswa menjadi pengetahuan. Siswa memiliki kebebasan menggunakan strategi maupun cara mereka sendiri untuk belajar atau memaknai sesuatu.
Von Glaserfeld dalam Boudourides (2003) memgemukakan bahwa “knowledge is the result of an individual subject's constructive activity”. Ini berarti pengetahuan adalah hasil dari aktivitas individu yang bersifat membangun. Sehubungan dengan konstruktivisme, siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang telah ia dapatkan. Sependapat dengan von Glaserfeld, Brunner (1990) dalam Baharudding (2009:115) bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan ketyerampilannya.
Dalam teori perkembangan menurut Piaget, memandang bahwa perkembangan kognitif sebagai proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi mereka dengan lingkungan (Trianto, 2007:14).
commit to user
22
Dalam hubungannya dalam pembelajaran, guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuannya di dalam benaknya. Didsini guru sebagai fasilitator, dapat membderikan dorongan dan kemudahan dalam pembentukan pengetahuan siswa. Guru dapa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-idenya sendiri serta mendorong siswa untuk secara sadar menggunakan strategi atau cara-cara mereka untuk belajar.
Gagasan dalam Konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia nyata saja, melainkan merupakan konstruksi kenyataan dari suatu objek yang dilakukan oleh subjek.
b. Subjek membentuk konsep-konsep yang diperlukan sebagai pembentukan pengetahuan.
c. Pengetahuan terbentuk dari konsep-konsep yang dilakukan subjek dimana struktur konsep tersebut akan membentuk penghetahuan jika konsep itu berlaku bagi seseorang tersebut (von Glaserfeld dalam Paul Suparno, 1997:21)
Dalam Konstruktivisme satu-satunya alat yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, meraba, membau, dan merasakannya. Dengan alat indera tersebut seseorang membangun gambaran akan dunia ini. Misal dengan mengamati air, bermain air, menggunakan air dan sebagainya seseorang akan dapat membangun gambaran tentang air dan membentuk pengetahuan tentang air.
Martinis Yamin (2008:3) berpendapat bahwa dalam pendangan konstruktivisme mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik, melainkan suatu bentuk kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari seseorang ke orang lain, pemindahan pengetahuan itu harus harus dimaknai dan
commit to user
23
dikonstruksi seseorang melalui pengalamanya. Banyak siswa yang salah dalam menangkap apa yang diajarkan oleh guru, hal ini membuktikan bahwa sebuah pengetahuan tidak dapat semata-mata ditransfer atau dipindahkan dari seseorang ke orang lain melainkan harus dimaknai dan dikonstruksi oleh siswa sendiri.
Von Glaserveld dalam Paul Suparno (1997:20) berpendapat bahwa diperlukan beberapa kemampuan dalam mengkonstruksi konsep dalam pengalaman menjadi sebuah pengetahuan yaitu kemampuan mengingat dan mengungkap kembali pengalaman, membandingkan dan memutuskan mengenai persamaan dan perbedaan, dan kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pengalaman yang lain. Kemampuan mengingat kembali pengalaman digunakan sebagai dasar pembentukan pengetahuan. Kemampuan membandingkan akan membantu seseorang dalam mengklasifikasikan dan membangun pengetahuan, dan menyenangi salah satu pengalaman dari pengalaman lain akan membentuk nilai dari suatu pengetahuan.
Sehubungan dengan pembelajaran IPA dengan pendekatan Konstruktivisme, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis lingkungan. Pendekatan lingkungan sendiri berarti sebuah strategi pembelajaran IPA dengan menggunakan dan memperlakukan lingkungan sekitar sebagai sarana ataupun sumber belajar. Siswa dibiasakan untuk memahanmi faktor politis, ekonomis, sosial budaya maupun ekologis yang terdapat di lingkungan tersebut serta memperlakukan lingkungan sekitar secara bijaksana. Pada pendekatan ini, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungannya.
Pembelajaran dengan pendekatan Konstruktivisme memiliki 4 (empat) karakteristik, yaitu: a. Pusat pembelajaran adalah peserta didik, b. Pembelajaran dimulai dari hal yang sudah diketahui dan peserta didik, c. Motivasi peserta didik dibangkitkan yang diantaranya dengan pembelajaran yang menarik dan d. berguna bagi kehidupan peserta didik (Kartono, 2009:
commit to user
24
4). Dalam pembelajaran, guru berperan lebih kepada fasilitator bagi siswa. Dalam pendekatan konstruktivisme pembelajaran dimulai dengan hal-hal umum yang telah dipahami siswa dan kemudian dikembangkan pada hal yang lebih khusus atau spesifik.
Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pembelajaran konstruktivistik, yaitu: a. mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, b. mengutamakan proses, dalam pembelajaran yang diutamakan adalah proses mendapatkan suatu ilmu bukan hasil yang diperoleh setelah ilmu didapatkan, c. menanamkan pembelajaran dalam kontek pengalaman sosial, dan d. pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman yang diperoleh (Pranata, puslit.petra.ac.id/journals/interior/). Hakikat pembelajaran konstruktivisme oleh Brooks and Brooks dalam Fisika SMA Online