• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN

DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA

PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III

SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

Adityatama Putra K7106001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN

DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA

PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III

SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh:

Adityatama Putra K 7106001

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN

PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III

SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2010/2011” Oleh :

Nama : Adityatama Putra

NIM : K7106001

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Dosen Pembimbing I

Prof. DR. St.Y. Slamet, M. Pd.

NIP. 19461208 198203 1 001

Dosen Pembimbing II

Tri Budiarto, M. Pd.

NIP. 19591221 198803 1 001

Ketua Program S1 PGSD

Drs. Kartono, M. Pd

(4)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN

PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III

SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2010/2011” Oleh :

Nama : Adityatama Putra

NIM : K7106001

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji :

Nama Terang :

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd.

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd.

Anggota I : Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd.

Anggota II : Drs. Tri Budiarto, M.Pd..

Tanda Tangan

……… ……… ……… ………

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

(5)

commit to user

ABSTRAK

Adityatama Putra. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 01 GIRILAYU,

MATESIH, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Penelitian

Tindakan kelas pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, November 2010.

Penelitian ini bertujuan Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar dengan pendekatan konstruktivisme.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan pengelompokan tumbuhan, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan konstruktivisme.Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa dan guru kelas III SD Negeri 01 Girilayu yang berjumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, tes, observasi, dan dokumentasi. Uji validitas data dengan menggunakan trianggulasi data dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif dengan teknik deskriptif kualitatif, yang meliputi 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi.

(6)

commit to user

ABSTRACT

Adityatama Putra. THE IMPROVEMENT OF PLANT CLASSIFICATION

ABILITY BASED ON CONSTRUCTIVISM CURSE TOWARD

LERANING SCIENCE OF THIRD GRADE STUDENT OF STATE PRIMARY SCHOOL OF GIRILAYU 01, MATESIH, KARANGANYAR ON ACADEMIC YEAR 2010/2011. The Classroom Research toward the third grade students of SD Negeri 01 Girilayu on Academic year 2010/2011. Minithesis: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, August 2010.

This research intends to improve the learning process quality and ability of plant classification through constructivism curse for the 3th grade students of SDN 01 Girilayu on academic year 2009/2010.

The research model used by the writer was a classroom action research consisted of two cycles. The variable that becomes the changing goal in this study is the ability in plant classification, while its action variable is constructivism curse. Every cycle has four steps, that is planning, action, observation, and reflection. The research subject used in this research were twenty seven students and the teacher of class 3th SDN 01 Girilayu. The technique of data collecting used in this research were interviewing, testing, observation, and documentation. The data analysis technique used in this research was interactive analysis model with the qualitative descriptive technique, involving three components, they are data reduction, data presentation, and verification.

(7)

commit to user MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

(Terjemahan Q.S. Al Insyiroh: 6)

Tiada keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan;

dan saya percaya pada diri saya sendiri.

(Muhammad Ali)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan

keberhasilan saat mereka menyerah.

(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

 Bapak Ibuku tercinta, Bapak Winarso dan Ibu

Surati yang telah mencurahkan kasih sayangnya

kepadaku, memberikan bimbingan, dan motivasi

serta dengan tulus ikhlas mendoakanku setiap

waktu. Semoga Allah senantiasa mengabulkan

doa-doamu.

 FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta,

almamaterku tercinta tempatku menimba ilmu

(9)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari banyak hambatan yang

menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat

Nya, akhirnya skripsi ini dapat selesai untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai

pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surkarta

2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Tri Budiarto, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Winarso, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 01 Girilayu yang telah memberikan

izin tempat penelitian.

8. Maryamah, A.Ma.Pd. selaku guru kelas III SD Negeri 01 Girilayu yang telah

bersedia membantu penulis.

9. Guru-guru SD Negeri 01 Girilayu yang telah memberikan bantuan dalam

(10)

commit to user

10.Siswa-siswi SD Negeri 01 Girilayu yang telah meluangkan waktunya untuk

belajar bersama penulis.

11.Mas Andhi dan Dik Nana atas dukungan dan semangatnya.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan dan

kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat diharapkan. Penulis tetap berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada

umumnya.

Surakarta, Desember 2010

(11)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Hakikat Pembelajaran IPA dan Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan ... 9

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 9

b. Hakikat Pembelajaran IPA ... 13

c. Hakikat Kemampuan Pegelompokan Tumbuhan ... 16

d. Tinjauan Tentang Materi Pengelompokan Tumbuhan 18 2. Hakikat Pendekatan Konstruktvisme ... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

(12)

commit to user

D. Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 35

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Jenis Data dan Sumber Data ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Validitas Data ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 42

H. Indikator kinerja ... 43

I. Prosedur Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

B. Deskripsi Sebelum Tindakan ... 52

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 80

B. Implikasi ... 81

C. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(13)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ... 35

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada

Kondisi Awal ... 53

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus

I ... 61

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus

II ... 71

Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III SD

Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II ... 74

Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas III

SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II ... 76

Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan

Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01

Girilayu pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 78

Tabel 8. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 01

(14)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Daunnya ... 18

Gambar 2. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Batangnya ... 19

Gambar 3. Tumbuhan Monokotil ... 20

Gambar 4. Tumbuhan Dikotil ... 20

Gambar 5. Tumbuhan Berakar Serabut ... 21

Gambar 6. Tumbuhan berakar tunggang ... 21

Gambar 7. Alur kerangka berpikir ... 32

Gambar 8. Alur Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 49

Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Gitilayu Pada Kondisi Awal ... 54

Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I ... 63

Gambar 11. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus II ... 72

Gambar 12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Sikus II ... 75

(15)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhand Dengan

Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu... 87

Lampiran 2. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan

Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu... 90

Lampiran 3. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan

Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu

Pada Siklus I ... 92

Lampiran 4. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan

Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu

Pada Siklus I ... 94

Lampiran 5. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan

Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu

Pada Siklus II... 96

Lampiran 6. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam

Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan

Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu

Pada Siklus II... 98

Lampiran 7. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan

Pendekatan Konstruktivisme ... 99

Lampiran 8. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan

Pendekatan Konstruktivisme ... 100

Lampiran 9. Hasil Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan

(16)

commit to user

Lampiran10. Hasil Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan

Pendekatan Konstruktivisme ... 103

Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 105

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 111

Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 .... 118

Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 .... 124

Lampiran 15. Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa

kelas III Pada Kondisi Awal ... 131

Lampiran 16. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Pada Siklus I... 133

Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan Pada Siklus II ... 135

Lampiran 18. Foto Dokumentasi ... 137

(17)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya

dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2007:10). Usaha pemerintah

menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan

yang sesuai fungsi dan tujuan pendidikan Nasional pada Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

menerangkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, barakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (anonim, 2003: 1).

Peran IPA dalam perkembangan teknologi sangat penting. Oleh

karena itu bidang IPA perlu dikuasai secara baik. Penguasaan konsep IPA

mendukung perkembangan teknologi, sebagai contoh pada tahun 70-an

manusia berkomunikasi melalui radio, telepon dan televisi, tetapi sekarang

dengan adanya kemajuan teknologi, manusia bisa memanfaatkan

kecanggihan komputer dalam berkomunikasi dengan jasa internet guna

mempermudah kerja manusia.

Pendidikan IPA perlu dikembangkan dalam hal ini mengingat IPA

melatih peserta didik untuk berfikir logis, rasional, kritis dan kreatif.

Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab untuk meningkatkan

kemampuannya. Berdasarkan hakikat pendidikan tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa dalam proses pendidikan terdapat unsur-unsur yang saling

(18)

commit to user

2

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, secara

umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa

(intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa

misalnya intelegensi, minat, sikap, keadaan jasmani dan motivasi.

Sedangkan faktor dari luar misalnya lingkungan belajar, pendekatan,

metode, kurikulum, serta sarana dan prasarana sekolah. Peran guru dalam

lingkungan belajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam

meningkatkan prestasi belajarnya.

Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi IPA khususnya

pada materi pengelompokan tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih

rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai siswa SD pada mata pelajaran

IPA khususnya pada materi pengelompokan tumbuhan, bila dibandingkan

dengan materi pelajaran yang lain. Kendala yang dihadapi pendidikan IPA

antara lain pandangan bahwa IPA merupakan materi yang sulit, kurangnya

minat siswa dalam mempelajari pengelompokan tumbuhan, kurangnya

sarana dan prasarana, ketidaktepatan metode mengajar yang digunakan dan

sebagainya.

Guru dalam menyajikan sesuatu bahan pelajaran harus dapat

mempersiapkan dengan baik seluruh komponen dalam situasi mengajar.

Komponen-komponen tersebut antara lain: tujuan materi pelajaran, metode

dan evaluasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode dan evaluasi

mempunyai peranan penting.

Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam

kegiatan belajar-mengajar dan juga merupakan usaha untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Kegiatan belajar-mengajar akan kurang berarti bila tidak

ditunjang dengan metode yang tepat. Dengan penerapan metode yang tepat,

maka dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Metode mengajar ada beberapa macam misalnya metode ceramah,

metode demonstrasi, diskusi dan lain-lain. Dalam proses belajar-mengajar

tidak mungkin dalam melaksanakan pembelajaran guru tidak menggunakan

(19)

commit to user

3

menggunakan metode mengajar. Untuk melaksanakan metode mengajar

supaya berhasil dengan baik memerlukan pendekatan pengajaran yang

sesuai.

Kelemahan pembelajaran IPA selama ini antara lain adalah bahwa

pembelajaran IPA lebih menekankan pada menghafal sejumlah konsep dan

kurang menekankan pada penguasaan hasil belajar. Guru cenderung

mementingkan agar murid mengetahui sesuatu dan mengesampingkan

murid dapat melakukan sesuatu. Seharusnya pembelajaran yang dilakukan

menyediakan pengalaman belajar bagi siswa yang mencakup baik materi

maupun proses pengelompokan tumbuhan sehingga ada keseimbangan

antara kemampuan konseptual dan prosedural. Pada prinsipnya mempelajari

IPA adalah sebagai cara mencari tahu dan cara menjelaskan/melakukan

yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih

mendalam.

Dari permasalahan tersebut, peneliti menitikberatkan pada

pendekatan Konstruktivisme, karena pendekatan ini menekankan pada

keterlibatan siswa dalam proses belajar aktif, serta dalam proses belajar

mengajar akan terjalin komunikasi dua arah sehingga dapat meningkatkan

peluang bagi guru untuk memperoleh balikan dalam rangka menilai

efektivitas pengajarannya.

Dalam Konstruktivisme pengetahuan siswa merupakan konstruksi

(bentukan) dari siswa yang mengetahui sesuatu. Siswa belajar membentuk

pengertian yaitu tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan

atau apa yang ia baca melainkan menciptakan pengertian. Pengetahuan

ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif bukan hanya diterima

secara pasif dari guru. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang

membantu keaktifan siswa dalam pembentukan pengetahuannya.

Sampai saat ini, pendidikan IPA khususnya pengelompokan

tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih didominasi oleh kelas yang

berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Guru menggunakan

(20)

commit to user

4

pengetahuan awal siswa. Pada proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada

sesuatu yang abstrak (hanya membayangkan) tanpa mengalami atau melihat

sendiri. Padahal, siswa membutuhkan konsep-konsep yang berhubungan

dengan lingkungan sekitarnya karena pembelajaran tidak hanya berupa

pemindahan pengetahuan tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh siswa

yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar lebih bermakna

jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari daripada hanya

mengetahui secara lisan saja.

Masalah dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan di SD

Negeri 01 Girilayu pada dasarnya cukup sederhana, namun bila tidak

diselesaikan maka akan berdampak pada. Dalam hubungannya dengan

pengelompokan tumbuhan, bila tidak segera ditangani maka prestasi dari

hasil belajar siswa akan buruk. Selain itu, siswa juga akan kesulitan

mengikuti materi yang berhubungan dengan tumbuhan pada tingkat yang

berikutnya. Dalam IPA, konsep-konsep dalam ipa akan selalu berkembang

searah dengan tingkat pendidikan siswa.

Dari hasil survei yang telah dilakukan peneliti, diperoleh hasil nilai

pengelompokan tumbuhan pada pra siklus siswa kelas III SD Negeri 01

Girilayu yang berjumlah 27 siswa. Dengan komposisi perempuan 13 siswa

dan laki-laki 14 siswa. Rincian nilai tersebut, yaitu sebanyak 3 siswa

mendapat nilai 8; 3 siswa mendapat nilai 7,5; 4 siswa mendapat nilai 7; 6

siswa mendapat nilai 6,5; dan 13 siswa mendapat nilai 6,5 ke bawah. Data

ini menunjukkan bahwa, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di

bawah KKM yaitu 6,5. Dengan data tersebut dapat diketahui bahwa, nilai

pengelompokan tumbuhan siswa kelas III di SD Negeri 01 Girilayu masih

tergolong rendah.

Menurut Konstruktivisme proses belajar didasarkan pada suatu

anggapan bahwa anak membangun sendiri pengetahuan diluar sekolah.

Pendekatan Konstruktivisme menekankan pentingnya proses belajar

mengajar sebagai pengembangan pemahaman bersama antara guru dan

(21)

commit to user

5

berorientasi pada Konstruktivisme adalah pembelajaran dengan

menggunakan metode eksperimen.

Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme lebih menekankan

pada kegiatan siswa untuk menyempurnakan pengalamannya yang telah

didapat pada kehidupan sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu

pengetahuan yang telah ada, mencari pemecahan masalah yang muncul

melalui diskusi-diskusi dan percobaan, sehingga siswa dapat

mengemukakan pendapatnya sendiri. Pada model pembelajaran ini guru

membantu dan mendorong siswa mengaitkan materi yang diajarkan dengan

situsasi nyata sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman

yang dapat langsung diterapkan pada kehidupan nyata. Dengan konsep

tersebut hasil pembelajaran dirasa lebih bermakna bagi siswa. Proses belajar

berlangsung secara ilmiah dalam bentuk siswa bekaerja dan mengalami,

bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Di dalam Konstruktivisme memiliki gagasan bahwa siswa

mempunyai konsep yang berbeda-beda walaupun mereka hidup dalam

lingkungan yang samadan mengikuti pelajar yang secara singkat

prinsip-prinsip Konstruktivisme yaitu: a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,

b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid kecuali hanya

dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c. Siswa aktif

mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep

menuju ke konsep yang lebih lengkap serta sesuai dengan konsep Ilmiah, d.

Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses

konstruksi siswa berjalan mulus (Baharuddin, 2009:115).

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas,

maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang timbul antara lain :

1. IPA dianggap mata pelajaran yang sulit dan prestasi belajar pada

umumnya rendah belum menunjukan pencapaian yang maksimal.

(22)

commit to user

6

3. Model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi yang

diajarkan.

4. Sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung proses belajar

mengajar.

Dari identifikasi masalah tersebut, maka perlu dilaksanakan

penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan

Dalam Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa

Kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Tahun Pelajaran

2010/2011.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan konstruktivsme pada

pembelajaran pengelompokan tumbuhan yaitu bahwa konstruktivisme

Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme menjadikan pembelajaran IPA

menjadi lebih mudah, lebih menekankan pada kegiatan siswa untuk

menyempurnakan pengalamannya yang telah didapat pada kehidupan

sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang telah ada,

mencari pemecahan masalah yang muncul melalui diskusi-diskusi dan

percobaan, sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya sendiri.

Pendekatan konstruktivisme menjadikan siswa lebih aktif dalam mengikuti

pelajaran dan ilmu yang diperoleh benar-benar pengetahuan yang tertanam

pada diri siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah pelaksanaan pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan

kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan dalam

pembelajaran IPA pada siswa kelas III di SD Negeri 01 Girilayu,

Matesih, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011?

2. Apakah melalui pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan

(23)

commit to user

7

Siswa Kelas III di SD Negeri 01 Girilayu, Matesih, karanganyar Tahun

Pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan

dalam pembelajan IPA pada Siswa Kelas III di SD Negeri 01 Girilayu

Kecamatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas

III SD Negeri 01 Girilayu Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang

cara meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPA

b. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan bagi penelitian yang

akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Membuat siswa tidak merasa jenuh, lebih aktif, dan kritis.

2) Membantu memudahkan siswa dalam rangka menerima pelajaran,

memahami, dan mengingat pelajaran. Dalam belajar tidak hanya

sekadar menghafal, akan tetapi siswa dapat mengkonstruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri. Siswa belajar dari

mengalami sendiri.

b. Bagi Guru

1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan

pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme melalui

(24)

commit to user

8

2) Guru memperoleh variasi model pembelajaran yang sesuai

dengan pembelajaran IPA khususnya materi pengelompokan

tumbuhan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

yang memberi kemudahan dalam penanaman dan pemahaman

konsep-konsep IPA.

c. Bagi Sekolah

Memberikan masukan pada sekolah bahwa Pendekatan

Konstruktivisme melalui metode eksperimen dapat meningkatkan

kemampuan memahami konsep-konsep IPA pada siswa sekolah

(25)

commit to user

140 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran IPA dan Kemampuan Pengelompokan

Tumbuhan

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli

pendidikan. Pengertian tersebut sedikit banyak memiliki perbedaan

ataupun persamaan. Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud

dengan belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan

fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran. Dalam

kenyataannya, banyak sekali perbuatan yang termasuk kegiatan belajar,

sehingga berbagai pendapat tentang belajar muncul.

Menurut Baharuddin (2009:11), “Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap”. Dalam hal ini belajar telah dimulai sejak manusia lahir secara terus menerus sampai akhir hayat. Sedangkan menurut Slameto (2003:2), “belajar merupakan proses dimana seseorang melakukan suatu kegiatan atau usaha merubah tingkah laku”. Perubahan tingkah laku tersebut sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Dari pengertian tersebut diatas mengandung makna bahwa

belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat saja, tetapi lebih dari itu belajar adalah “mengalami”. Hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan materi, akan tetapi hasil belajar merupakan perubahan kelakuan dan

sikap.

Slameto (2003: 2) dalam mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

(26)

commit to user

10

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri

perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:

a. Perubahan terjadi secara sadar.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan terarah.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

(Slameto, 2003: 3-5)

Makna belajar menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Agus

Suprijono (2009: 2) yaitu:

a. Cronbach

“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.” (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari perubahan pengalaman)

b. Harold Spears

“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.” (Dengan kata lain belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar

dan mengikuti arah tertentu)

c. Geoch

“Learning i`s a change in performance as a result of practice.” (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

Relevan dengan pengertian di atas, belajar adalah berubah,

artinya suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan

tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,

watak, penyesuaian diri. Perubahan ini bisa dilakukan dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

Menurut Thursan Hakim, belajar adalah suatu proses perubahan

(27)

commit to user

11

dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti

peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.

Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono

dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran halaman 9,

bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang

tercipta melalui proses tingkah laku. R. Gagne seperti yang di kutip oleh

Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang

mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: a. Belajar

ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. b. Belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dan Bower dalam

bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto,

belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap

sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang

berulang-ulang dalam suatu situasi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah

laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi

terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak

mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat

dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses

(28)

commit to user

12

Menurut filosofi Konstruktivisme, belajar adalah membangun

pengetahuan sedikit demi sedikit, pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep-konsep ataupun kaidah yang siap untuk diambil dan

diingat dalam pengalaman yang nyata (Baharuddinn, 2009:116). Dalam

hal ini, guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada

siswa, sedangkan pengetahuan itu sendiri tidak dapat diperoleh secara

instan tetapi harus melalui berbagai proses yang mungkin memerlukan

proses panjang. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan pada benaknya

sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka belajar dan pembelajaran harus dikemas menjadi “mengkonstruksi” bukan “menerima”.

Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar dapat dilihat

dengan adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut dimana

tingkah laku orang tersebut sebelumnya tidak ada atau masih lemah.

Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek. Hasil belajar

seseorang akan tampak pada setiap perubahan aspek tersebut. Oemar

Hamalik dalam Tukiran (2009:8) menyatakan aspek-aspek tingkah laku

manusia meliputi: “pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan,

apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika),

sikap, dan lain-lain”. Apabila seseorang telah melakukan kegiatan

belajar, maka akan terjadi perubahan pada salah satu aspek tingkah laku

tersebut.

Pembelajaran menurut Sugihartono, dkk. (2007:81) adalah suatu

upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan

sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat

melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil

optimal. Dalam pendekatan Konstruktivisme, guru berperan sebagai

fasilitator yang mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengalamannya

sendiri menjadi sebuah pengetahuan.

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang

(29)

commit to user

13

tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan

suatu respons terhadap situsai tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala,

2010:61). Pembelajaran merupakan istilah yang sekarang lebih populer

dibanding dengan pengajaran. Istilah pembelajaran dipergunakan karena

adanya perubahan pandangan dalam sistem pendidikan, yaitu dari

sekedar menyampaikan pengetahuan kepada bagaimana menjadikan

seorang siswa sebagai pembelajar. Karena itulah, pembelajaran

merupakan usaha untuk mengajak agar siswa dapat melakukan kegiatan

belajar secara mandiri.

b. Hakikat Pembelajaran IPA

IPA merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena

memberikan suatu cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang

utuh. Secara khusus, sains menggunakan suatu pendekatan empiris untuk

mencari penjelasan alami tentang fenomena yang diamati di alam

semesta.

Purnell’s dalam Srini M. Iskandar mengemukakan, ”Science is the board of human knowledge, acquired by systematic and experiment,

and explained by means of rules, laws, priciple, theories, and hypotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang diperoleh dengan cara observasi dan eksperimen

yang sistematis serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,

hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.

Kata sains berasal dari kata latin scientia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahas Inggris kata science mula-mula berarti pengetahuan, tetapi lama-kelamaan bila orang Indonesia berkata sains, maka pada

umumnya yang dimaksud adalah apa yang dulu disebut natural sciences.

Natural science dalam bahasa Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Alam

atau dengan singkat sekarang biasa dikenal dengan sebutan IPA.

(30)

commit to user

14

berarti dapat diterima akal sehat sedangkan objektif berarti sesuai dengan

objeknya.

Menurut Nash (1963) dalam Hendro darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (1992:3), “IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam. Cara yang digunakan bersifat analitis, lengkap, cermat serta

menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain

sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa IPA merupakan sebagai pengetahuan yang rasional dan objektif

tentang alam semesta dan segala isinya dengan cara melakukan

pengamatan/percobaan.

Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan siswa Sekolah Dasar karena

IPA dapat memberikan sumbangan untuk tercapainya sebagian tujuan

pendidikan di Sekolah Dasar. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.

Kaligis (1992:6), melalui pengajaran IPA diharapkan siswa dapat:

1) Memahami alam sekitarnya.

2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu dan metode ilmiah

yang sederhana.

3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan

memecahkan masalah yang dihadapinya serta menyadari kebesaran

Penciptanya.

4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk

melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Leo, Hery Kresnadi, dan Kartono (2007:5-3 – 5-5) ada

lima prinsip utama pembelajaran IPA, yaitu lima pernyataan tentang

kebenaran dalam pembelajaran IPA yang dijadikan anutan untuk

melaksanakan pembelajaran IPA yaitu:

1) Pemahaman tentang lingkungan sekitar dimulai melalui pengalaman

(31)

commit to user

15

2) Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung,

sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran.

3) Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang

konsisen dengan pengetahuan para ilmuwan.

3) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep,

lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.

4) IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.

Menurut Sumaji, dkk (1998:35), fungsi mata pelajaran IPA

antara lain:

1) Memberi bekal pengetahuan dasar baik untuk melanjutkan ke

jenjang pendidikan lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh,

mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep IPA.

3) Menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan melatih menggunakan

metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

4) Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya

sehingga mendorong siswa untuk mencintai dan mengagungkan

Penciptanya.

5) Memupuk kreativitas siswa.

6) Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam

bidang IPTEK.

h) Memupuk minat siswa terhadap IPA.

c. Hakikat Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan

Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan

dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses

pembelajaran dan pengambangan kemampuan awal siswa dapat menjadi

titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan

kemampuan baru.

Menurut Chaplin (1997: 34) “ability (kemampuan, kecakapan,

(32)

commit to user

16

untuk melakukan suatu perbuatan”. Dalam hal ini, seseorang tidak akan

dapat melakukan apapun tanda memiliki kemampuan dalam suatu hal.

Menurut Robbins (2000: 46), “Kemampuan bisa merupakan

kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai

suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil

latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang

ditunjukkan melalui tindakannya. (http/jiunkpe/s1/eman/2008)

Menurut Gagne dalam Ratna Willis Dahar (1989 : 134) “Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan

dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.”

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal

siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan yang dimiliki siswa

pada awalnya yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan dan

pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan kata lain

kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu,

yang bisa dimiliki sejak awal atau setelah melalui beberapa proses.

Lebih lanjut Robbins (2000) dalam

(http/jiunkpes/s1/eman/2008) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari

dua faktor, yaitu: a. kemampuan intelektual (intelectual ability)

merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b.

kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan

melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik

fisik.

Kedua faktor diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan

kemampuan fisik. Begitu juga dalam kemampuan pengelompokan

(33)

commit to user

17

Dalam kegiatan pengelompokan tumbuhan kedua faktor ini akan saling

memopengaruhi satu sama lain.

Definisi kemampuan menurut Keith Davis dalam Mangkunegara

(2000) dalam (http://digib.petra.ac.id diakses tanggal 20 Oktober 2009)

kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan

kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya bahwa seseorang yang

mempunyai IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai dan

terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan lebih

mudah mencapai kinerja maksimal.

Menurut Gagne dalam Iskandarwassid (2008 : 134) “Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan

dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.”

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal

siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan awal yang dimiliki

siswa untuk memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi

tingkatannya.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kesanggupan menguasai keahlian yang merupakan

bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan dan digunakan untuk

melakukan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan.

d. Tinjauan Tentang Materi Pengelompokan Tumbuhan

1) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya

Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dikelompokkan menjadi

tumbuhan yang hidup di darat dan tumbuhan yang hidup di air.

Eceng gondok dan bunga teratai merupakan contoh tumbuhan yang

hidup di air. Sedangkan pohon rambutan, pohon mangga, dan pohon

pisang merupakan contoh tumbuhan yang hidup di darat.

2) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya

(34)

commit to user

18

Daun jambu, bayam, dan mangga memiliki tulang daun menyirip.

Bentuk tulang daun.

b) Tulang daun sejajar

Daun tebu, padi, dan rumputrumputan memiliki tulang daun

sejajar. Bentuk tulang daun sejajar seperti garis-garis lurus yang

sejajar. menyirip seperti susunan sirip-sirip ikan.

c) Tulang daun melengkung

Tumbuhan dengan tulang daun melengkung adalah daun genjer

dan gadung. Bentuknya menyerupai garis-garis lengkung yang

ujungujungnya terlihat menyatu.

d) Tulang daun menjari

Daun pepaya, singkong, dan jarak memiliki tulang daun menjari.

Bentuk tulang daun menjari seperti susunan jari-jari tangan.

Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan daun ditunjukkan

pada gambar 1.

Gambar 1. Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya

3) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan batangnya

a) Batang berkayu

Batang berkayu ukurannya dapat bertambah besar. Hal ini karena

batangnya memiliki kambium. Pohon jambu dan pohon jati

memiliki batang berkayu.

b) Batang basah

Bayam memiliki batang yang basah. Batang basah pada bayam

berair dan lunak. Menyiri

p

Sejajar Melengkun

g

(35)

commit to user

19

c) Batang rumput

Padi, jagung, dan tebu memiliki batang rumput. Batang rumput

biasanya berongga. Batang rumput mempunyai ruas yang terlihat

nyata.

Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan batang

ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Pengelompokan tumbnuhan berdasarkan bentuk

batangnya

4) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan keping bijinya

a) Tumbuhan monokotil

Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan biji yang berkeping satu. Padi,

salak, tebu, dan jagung adalah contoh tumbuhan monokotil.

Tumbuhan jenis rumput-rumputan merupakan tumbuhan monokotil.

Contoh tumbuhan monokotil ditunjukkan gambar 3.

Gambar 3. Tumbuhan monokotil

2) Tumbuhan Dikotil

Tumbuhan biji berkeping dua disebut tumbuhan dikotil. Mangga,

kacang tanah, dan durian adalah contoh tumbuhan dikotil. Rambutan,

pepaya, dan jambu air juga termasuk tumbuhan dikotil.

Contoh tumbuhan dikotil ditunjukkan gambar 4.

Berkayu Basah Rumput

(36)

commit to user

20

Gambar 4. Tumbuhan dikotil

5) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan akarnya

a) Tumbuhan berakar serabut

Tumbuhan berakar serabut memiliki akar yang menyerupai serabut.

Semua tumbuhan monokotil seperti jagung dan kelapa berakar

serabut.

Contoh tumbuhan barakar serabut ditunjukkan gambar 5.

Gambar 5. Tumbuhan berakar serabut

b) Tumbuhan berakar tunggang

Semua tumbuhan dikotil yang ditumbuhkan dari biji lembaga

memiliki akar tunggang. Misalnya, kacang tanah dan bayam. Akar

tunggang terdiri atas satu akar pokok dan akarakar kecil. Akar kecil

merupakan percabangan dari akar pokok. Contoh tumbuhan barakar

tunggang ditunjukkan gambar 6.

(37)

commit to user

21

Gambar 6. Tumbuhan berakar tunggang

2. Hakikat Pendekatan Konstruktvisme

Von Glaserfeld menjelaskan tentang pengertian konstruktivisme bvahwa “Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri “ (Paul Suparno, 1997:18). Pengetahuan itu dibangun bukan sekedar ditangkap oleh indra saja, penetahuan terbentuk dalam otak manusia yang

kemudian apa yang diketahuinya dikonstruksi berdasarkan pengalamannya

sendiri (Agus Prijono, 2009:30). Dalam Konstruktivisme siswa mencari

sendiri makna dari apa yang mereka pelajari. Dari pengalaman-pengalaman

yang dimiliki siswa dikonstruksi sendiri oleh siswa menjadi pengetahuan.

Siswa memiliki kebebasan menggunakan strategi maupun cara mereka sendiri

untuk belajar atau memaknai sesuatu.

Von Glaserfeld dalam Boudourides (2003) memgemukakan bahwa “knowledge is the result of an individual subject's constructive activity”. Ini berarti pengetahuan adalah hasil dari aktivitas individu yang bersifat

membangun. Sehubungan dengan konstruktivisme, siswa mengkonstruksi

sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang telah ia dapatkan.

Sependapat dengan von Glaserfeld, Brunner (1990) dalam Baharudding

(2009:115) bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan

ketyerampilannya.

Dalam teori perkembangan menurut Piaget, memandang bahwa

perkembangan kognitif sebagai proses dimana anak secara aktif membangun

sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan

(38)

commit to user

22

Dalam hubungannya dalam pembelajaran, guru tidak hanya sekedar

memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri

pengetahuannya di dalam benaknya. Didsini guru sebagai fasilitator, dapat

membderikan dorongan dan kemudahan dalam pembentukan pengetahuan

siswa. Guru dapa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

atau menerapkan ide-idenya sendiri serta mendorong siswa untuk secara sadar

menggunakan strategi atau cara-cara mereka untuk belajar.

Gagasan dalam Konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat

dirangkum sebagai berikut :

a. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia nyata saja, melainkan

merupakan konstruksi kenyataan dari suatu objek yang dilakukan oleh

subjek.

b. Subjek membentuk konsep-konsep yang diperlukan sebagai

pembentukan pengetahuan.

c. Pengetahuan terbentuk dari konsep-konsep yang dilakukan subjek

dimana struktur konsep tersebut akan membentuk penghetahuan jika

konsep itu berlaku bagi seseorang tersebut (von Glaserfeld dalam Paul

Suparno, 1997:21)

Dalam Konstruktivisme satu-satunya alat yang tersedia bagi

seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Seseorang berinteraksi

dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, meraba, membau, dan

merasakannya. Dengan alat indera tersebut seseorang membangun gambaran

akan dunia ini. Misal dengan mengamati air, bermain air, menggunakan air

dan sebagainya seseorang akan dapat membangun gambaran tentang air dan

membentuk pengetahuan tentang air.

Martinis Yamin (2008:3) berpendapat bahwa dalam pendangan

konstruktivisme mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari

guru kepada peserta didik, melainkan suatu bentuk kegiatan yang

memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan

bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari seseorang ke

(39)

commit to user

23

dikonstruksi seseorang melalui pengalamanya. Banyak siswa yang salah

dalam menangkap apa yang diajarkan oleh guru, hal ini membuktikan bahwa

sebuah pengetahuan tidak dapat semata-mata ditransfer atau dipindahkan dari

seseorang ke orang lain melainkan harus dimaknai dan dikonstruksi oleh

siswa sendiri.

Von Glaserveld dalam Paul Suparno (1997:20) berpendapat bahwa

diperlukan beberapa kemampuan dalam mengkonstruksi konsep dalam

pengalaman menjadi sebuah pengetahuan yaitu kemampuan mengingat dan

mengungkap kembali pengalaman, membandingkan dan memutuskan

mengenai persamaan dan perbedaan, dan kemampuan untuk lebih menyukai

pengalaman yang satu dari pengalaman yang lain. Kemampuan mengingat

kembali pengalaman digunakan sebagai dasar pembentukan pengetahuan.

Kemampuan membandingkan akan membantu seseorang dalam

mengklasifikasikan dan membangun pengetahuan, dan menyenangi salah satu

pengalaman dari pengalaman lain akan membentuk nilai dari suatu

pengetahuan.

Sehubungan dengan pembelajaran IPA dengan pendekatan

Konstruktivisme, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan

adalah model pembelajaran berbasis lingkungan. Pendekatan lingkungan

sendiri berarti sebuah strategi pembelajaran IPA dengan menggunakan dan

memperlakukan lingkungan sekitar sebagai sarana ataupun sumber belajar.

Siswa dibiasakan untuk memahanmi faktor politis, ekonomis, sosial budaya

maupun ekologis yang terdapat di lingkungan tersebut serta memperlakukan

lingkungan sekitar secara bijaksana. Pada pendekatan ini, pembelajaran

dilakukan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk

mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungannya.

Pembelajaran dengan pendekatan Konstruktivisme memiliki 4

(empat) karakteristik, yaitu: a. Pusat pembelajaran adalah peserta didik, b.

Pembelajaran dimulai dari hal yang sudah diketahui dan peserta didik, c.

Motivasi peserta didik dibangkitkan yang diantaranya dengan pembelajaran

(40)

commit to user

24

4). Dalam pembelajaran, guru berperan lebih kepada fasilitator bagi siswa.

Dalam pendekatan konstruktivisme pembelajaran dimulai dengan hal-hal

umum yang telah dipahami siswa dan kemudian dikembangkan pada hal yang

lebih khusus atau spesifik.

Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pembelajaran

konstruktivistik, yaitu: a. mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata

dalam kontek yang relevan, b. mengutamakan proses, dalam pembelajaran

yang diutamakan adalah proses mendapatkan suatu ilmu bukan hasil yang

diperoleh setelah ilmu didapatkan, c. menanamkan pembelajaran dalam

kontek pengalaman sosial, dan d. pembelajaran dilakukan dalam upaya

mengkonstruksi pengalaman yang diperoleh (Pranata,

puslit.petra.ac.id/journals/interior/). Hakikat pembelajaran konstruktivisme

oleh Brooks and Brooks dalam Fisika SMA Online

(http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme.hmtl)

mangatakan bahwa dalam pengetahuan bersifat non objektif, bersifat

temporer, selalu berubah dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai

penyusunanpengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan

refleksi serta interpretasi. Mengajar berartimambuat lingkungan agar siswa

termotivasi untk melakukan kegiatan belajar. Atas dasar ini maka siswa akan

memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada

pengalamannya, dan sudut pandang/perspektif yang dipakainya dalam

mengolah pengalaman.

Harlen dalam Fisika SMA Online (Endar Suhendar,

http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme.hmtl)

mengungkapkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis

konstruktivisme terdapat langkah-langkah pembelajarannya secara garis besar

sebagai berikut:

a. Orientasi dan pemunculan ide

Merupakan proses awal untuk memotivasi siswa dalam mengawali

proses pembelajaran. Dalam tahap ini siswa di bawah bimbingan guru

(41)

commit to user

25

dapat memancingnya dengan memberikan pertanyaan, bercerita

mengenai suatu objek, menunjukan media yang relevan dsb.

b. Rekonstruksi ide

Tahapan ini meliputiklarifikasi terhadap ide siswa, merombak ide dengan

mengeluarkan pendapat yang berlawanan dengan ide siswa,

c. Aplikasi

Yaitu tahapan dimana ide-ide dari siswa dlterapkan. Dapat dilakukan

dengan percobaan, pengamatan, tanya jawab dan sebagainya.

d. Review dan refleksi

Tahapan ini dalakukan dengan mengadakan tinjauan kembali terhadap

ide-ide yang diutarakan siswa.

Tahapan - tahapan dalam pengembangan model belajar konstruktivis

dengan lebih rinci diimplementasikan oleh Sadia (Endar Suhendar,

http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme .hmtl). Secara signifikan model yang telah dikembangkan ini

mampu meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Tahapan-tahapan

pengembangan model konstruktivis tersebut mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut.

a. Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah

dalam merancang program, implementasi program dan evaluasi.

b. Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa.

c Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi

pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan

peta konsep.

d. Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan awal siswa

yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut

untuk menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi

ilmiah, mana yang salah dan mana yang miskonsepsi.

e. Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep.

(42)

commit to user

26

Sedangkan strategi pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk

modul.

f. Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi.

Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini

terdiri dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman

belajar, (b)menggali ide-ide siswa, (c) restrukturisasi ide-ide.

g. Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program

pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model

belajar yang telah diterapkan.

h. Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten. Berdasarkan

hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan

analisis terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara

tuntas maupun yang resisten.

i. Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis miskonsepsi yang

resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi

(43)

commit to user

27

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Tukiran dengan judul Penerapan Pendekatan Konstruktivisme

Assisted Learning Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat

Resmi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri tahun

2009. Simpulan dari penelitian di atas dapat meningkatkan keterampilan

menulis surat resmi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme

assisted learning. Hal ini dapat dilihat dari prosentase aktivitas siswa yang

selalu meningkat pada tiap siklus yaitu siklus I sebesar 40,0%, pada siklus II

sebesar 58,0%, dan pada siklus III mencapai 72,0%. Penggunaan pendekatan

konstruktivisme juga meningkatka hasil belajar siswa yang meningkat pada

tiap siklusmya yaitu dari pra siklus sebesar 69,80 menjadi 74,30 pada siklus I,

77,60 pada siklus II, dan 82,20 pada siklus III.

Penelitian Tukiran tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan pendekatan konstruktivisme

dalam pembelajaran. Persamaan yang lainnya adalah meningkatnya hasil

belajar siswa setelah diterapkan pendekatan konstruktivisme dalam

pembelajaran. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki

perbedaan yaitu lokasi penelitian yang dilakukan Tukiran bertempat di SD

Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri pada siswa kelas VI, sedangkan

penelitian ini bertempat di SD Negeri 01 Girilayu pada siswa kelas III. Selain

itu penelitian yang dilakukan Tukiran untuk meningkatkan keterampilan surat

resmi pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri

sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan pengelompokan

tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu tahun ajaran

2010/2011.

Sri Indrawati dengan judul Peningkatan Kemampuan Bernalar

Peserta Didik Melalui Pembelajaran Konstruktivisme pada Mahasiswa

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Dalam Perkuliahan

Psikolinguistik 2006/2007. Simpulan dari penelitian di atas dapat

meningkatkan kemampuan bernalar peserta didik melalui pembelajaran

(44)

commit to user

28

pembelajaran peserta didik yang selalu meningkat pada tiap siklus yaitu

siklus I sebesar 36,86% dan pada siklus II sebesar 79,92. Penggunaan

pendekatan konstruktivisme juga meningkatka hasil belajar siswa yang

meningkat pada tiap siklusmya yaitu dari pra siklus sebesar 52 dengan

ketuntasan klasikal 40% menjadi 64,43 dengan ketuntasan 63,85% pada

siklus I, dan 74,28 dengan ketuntasan klasikal 85,72% pada siklus II.

Penelitian Sri Indrawati tersebut di atas, relevan dengan penelitian

ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan pendekatan

konstruktivisme dalam pembelajaran. Persamaan yang lainnya adalah

meningkatnya hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan

konstruktivisme dalam perkuliahan psikolinguistik. Selain memiliki

persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu lokasi

penelitian yang dilakukan Sri Indrawati bertempat di Fakultas Ilmu Keguruan

dan Pendidikan Universitas Sriwijaya Program Studi Bahasa dan Sastra

Indonesia dan Daerah Dalam Perkuliahan Psikolinguistik, sedangkan

penelitian ini bertempat di SD Negeri 01 Girilayu pada siswa kelas III. Selain

itu, penelitian yang dilakukan Sri Indrawati untuk meningkatkan kemampuan

bernalar peserta didik tahun ajaran 2006/2007, sedangkan penelitian ini untuk

meningkatkan keterampilan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III

(45)

commit to user

29

C. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan perubahan yang relatif melekat dalam tingkah

laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman dalam belajar. Keberhasilan

proses belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku yang

cenderung menetap permanen dan biasanya terlihat pada prestasi belajar yang

baik. Keberhasilan ini harus didukung dengan adanya beberapa fakor intrinsik

yang datang dari diri siswa dan faktor ekstrinsik yaitu dari luar siswa.

Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membelajarkan siswa. Sebagai

suatu usaha, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan

tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pembelajaran juga bertujuan

untuk membentuk pemahaman siswa tentang suatu pengetahuan.

Penggunaan pendekatan pembelajaran yang berbeda dapat

menunjukkan aktivitas belajar yang berbeda. Setiap pendekatan pembelajaran

mempunyai karakteristik masing-masing baik kelebihan maupun kekurangan.

Pemilihan pendekatan pembelajaran tersebut akan memberikan pengalaman

bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk

itu dalam pembelajarannya perlu digunakan pendekatan pembelajaran yang

memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan

pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Upaya untuk meningkatkan hasil belajar mempunyai masalah dalam

proses pembelajaran, yaitu masalah penyampaian pelajaran IPA yang

sebagian besar masih bersifat konvensional (metode ceramah), akibatnya

siswa kurang memahami konsep yang ada. Karena siswa hanya mendengar

dan mencatat materi yang diberikan oleh guru, untuk itu peneliti ingin

mengadakan pembaharuan dengan penguatan pemahaman konsep dengan

pendekatan yang inovatif yaitu dengan pendekatan Konstruktivisme yang

bertujuan agar dapat mengubah suasana pembelajaran yang melibatkan siswa

untuk aktif dalam pembelajaran.

Pada kondisi awal terdapat beberapa siswa kurang termotivasi dalam

memahami konsep pengelompokan tumbuhan. Hal ini terjadi karena guru

(46)

commit to user

30

menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran sehingga hubungan

dua arah antara guru dan siswa jarang ditemukan. Siswa kebanyakan hanya

menerima materi datri guru dan hanya bersumber dari buku. Hal ini

mengakibatkan hasil pembelajaran penngelompokan tumbuhan siswa rendah.

Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pendekatan pembelajaran yang dapat

meningkatkan keaktivan siswa ketika mengikuti mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam.

Pada tahap tindakan, guru menggunakan pendekatan konstruktivisme

dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan. Pendekatan Konstruktivime

adalah pendekatan pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan

keaktifan siswa. Berdasarkan konsep ini dapat dipastikan bahwa siswa akan

mengalami pembelajaran, berlatih dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi

mereka sendiri. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan penglompokan

tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu.

Dengan penerapan pendekatanh konstruktivisme dalam

pembelajaran, siswa akan antusias, senang, dan lebih aktif dalam mengikuti

pembelajaran pengelompokan tumbuhan. Selain itu, suasana pembelajaran

menjadi nyaman dan pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan

pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD N 01 Girilayu, Matesih,

Karanganyar.Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada

Gambar

Tabel 1.  Rincian Waktu Kegiatan Penelitian  ..................................................
Gambar 1.p  Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya g
Gambar 3. Tumbuhan monokotil
Gambar 5. Tumbuhan berakar serabut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas maka sangat menarik untuk mengkaji peran kepemilikan sertifikat melalui program sertifikasi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kelurahan Loji dan Kelurahan

[r]

Model pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Wedarijaksa perlu dilakukan perubahan oleh guru mata pelajaran dengan menggunakan teknik tertentu yang dapat membantu

David Kearns (CEO dari Xerox ) ⇒ Benchmarking adalah suatu proses pengukuran terus-menerus atas produk, jasa dan tata cara kita terhadap pesaing kita yang terkuat atau badan usaha

Adapun kesimpulan khusus pada penelitian ini adalah (1) Penerapan sistem pembelajaran moving class di SMP Negeri 34 Bandung berdasarkan hasil pengolahan data

Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Namun kendala utama yang dihadapi pada teknologi pengeringan adalah masalah biaya operasional pengering untuk kapasitas ruang pengering yang memadai.. Sesuai survei

NO NPSN NAMA LEMBAGA KODE POS ALAMAT KELURAHAN KODE KECAMATAN KODE KAB/KOTA KODE PROVINSI.. 1 LK00001 LP3I