commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN
DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA
PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
Adityatama Putra K7106001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN
DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA
PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
Adityatama Putra K 7106001
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN
PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN
KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2010/2011” Oleh :
Nama : Adityatama Putra
NIM : K7106001
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I
Prof. DR. St.Y. Slamet, M. Pd.
NIP. 19461208 198203 1 001
Dosen Pembimbing II
Tri Budiarto, M. Pd.
NIP. 19591221 198803 1 001
Ketua Program S1 PGSD
Drs. Kartono, M. Pd
commit to user PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN
PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN
KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III
SD NEGERI 01 GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2010/2011” Oleh :
Nama : Adityatama Putra
NIM : K7106001
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji :
Nama Terang :
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd.
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M.Pd.
Anggota I : Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd.
Anggota II : Drs. Tri Budiarto, M.Pd..
Tanda Tangan
……… ……… ……… ………
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
commit to user
ABSTRAK
Adityatama Putra. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOMPOKAN TUMBUHAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 01 GIRILAYU,
MATESIH, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Penelitian
Tindakan kelas pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, November 2010.
Penelitian ini bertujuan Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar dengan pendekatan konstruktivisme.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus yang berlangsung sebanyak 2 siklus. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan pengelompokan tumbuhan, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan konstruktivisme.Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa dan guru kelas III SD Negeri 01 Girilayu yang berjumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, tes, observasi, dan dokumentasi. Uji validitas data dengan menggunakan trianggulasi data dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif dengan teknik deskriptif kualitatif, yang meliputi 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi.
commit to user
ABSTRACT
Adityatama Putra. THE IMPROVEMENT OF PLANT CLASSIFICATION
ABILITY BASED ON CONSTRUCTIVISM CURSE TOWARD
LERANING SCIENCE OF THIRD GRADE STUDENT OF STATE PRIMARY SCHOOL OF GIRILAYU 01, MATESIH, KARANGANYAR ON ACADEMIC YEAR 2010/2011. The Classroom Research toward the third grade students of SD Negeri 01 Girilayu on Academic year 2010/2011. Minithesis: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, August 2010.
This research intends to improve the learning process quality and ability of plant classification through constructivism curse for the 3th grade students of SDN 01 Girilayu on academic year 2009/2010.
The research model used by the writer was a classroom action research consisted of two cycles. The variable that becomes the changing goal in this study is the ability in plant classification, while its action variable is constructivism curse. Every cycle has four steps, that is planning, action, observation, and reflection. The research subject used in this research were twenty seven students and the teacher of class 3th SDN 01 Girilayu. The technique of data collecting used in this research were interviewing, testing, observation, and documentation. The data analysis technique used in this research was interactive analysis model with the qualitative descriptive technique, involving three components, they are data reduction, data presentation, and verification.
commit to user MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Terjemahan Q.S. Al Insyiroh: 6)
Tiada keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan;
dan saya percaya pada diri saya sendiri.
(Muhammad Ali)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan
keberhasilan saat mereka menyerah.
commit to user PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Bapak Ibuku tercinta, Bapak Winarso dan Ibu
Surati yang telah mencurahkan kasih sayangnya
kepadaku, memberikan bimbingan, dan motivasi
serta dengan tulus ikhlas mendoakanku setiap
waktu. Semoga Allah senantiasa mengabulkan
doa-doamu.
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta,
almamaterku tercinta tempatku menimba ilmu
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari banyak hambatan yang
menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat
Nya, akhirnya skripsi ini dapat selesai untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surkarta
2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Prof. Dr. St.Y. Slamet, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Tri Budiarto, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Winarso, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 01 Girilayu yang telah memberikan
izin tempat penelitian.
8. Maryamah, A.Ma.Pd. selaku guru kelas III SD Negeri 01 Girilayu yang telah
bersedia membantu penulis.
9. Guru-guru SD Negeri 01 Girilayu yang telah memberikan bantuan dalam
commit to user
10.Siswa-siswi SD Negeri 01 Girilayu yang telah meluangkan waktunya untuk
belajar bersama penulis.
11.Mas Andhi dan Dik Nana atas dukungan dan semangatnya.
Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan dan
kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan. Penulis tetap berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada
umumnya.
Surakarta, Desember 2010
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN ABSTRACT ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9
1. Hakikat Pembelajaran IPA dan Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan ... 9
a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 9
b. Hakikat Pembelajaran IPA ... 13
c. Hakikat Kemampuan Pegelompokan Tumbuhan ... 16
d. Tinjauan Tentang Materi Pengelompokan Tumbuhan 18 2. Hakikat Pendekatan Konstruktvisme ... 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28
commit to user
D. Hipotesis Tindakan ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 35
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
D. Jenis Data dan Sumber Data ... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Validitas Data ... 41
G. Teknik Analisis Data ... 42
H. Indikator kinerja ... 43
I. Prosedur Penelitian ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50
B. Deskripsi Sebelum Tindakan ... 52
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 80
B. Implikasi ... 81
C. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Waktu Kegiatan Penelitian ... 35
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada
Kondisi Awal ... 53
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus
I ... 61
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus
II ... 71
Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III SD
Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II ... 74
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas III
SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Siklus II ... 76
Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan
Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01
Girilayu pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 78
Tabel 8. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 01
commit to user DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Daunnya ... 18
Gambar 2. Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Bentuk Batangnya ... 19
Gambar 3. Tumbuhan Monokotil ... 20
Gambar 4. Tumbuhan Dikotil ... 20
Gambar 5. Tumbuhan Berakar Serabut ... 21
Gambar 6. Tumbuhan berakar tunggang ... 21
Gambar 7. Alur kerangka berpikir ... 32
Gambar 8. Alur Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 49
Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Gitilayu Pada Kondisi Awal ... 54
Gambar 10. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I ... 63
Gambar 11. Grafik Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus II ... 72
Gambar 12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas III SD Negeri 01 Girilayu pada Siklus I dan Sikus II ... 75
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhand Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu... 87
Lampiran 2. Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu... 90
Lampiran 3. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu
Pada Siklus I ... 92
Lampiran 4. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu
Pada Siklus I ... 94
Lampiran 5. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Guru Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu
Pada Siklus II... 96
Lampiran 6. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siswa Dalam
Pembelajaran Pengelompokan Tumbuhan Dengan
Pendekatan Konstruktivisme Di SD Negeri 01 Girilayu
Pada Siklus II... 98
Lampiran 7. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan
Pendekatan Konstruktivisme ... 99
Lampiran 8. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan
Pendekatan Konstruktivisme ... 100
Lampiran 9. Hasil Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan
commit to user
Lampiran10. Hasil Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan
Pendekatan Konstruktivisme ... 103
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 105
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 111
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 .... 118
Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 .... 124
Lampiran 15. Nilai Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan Siswa
kelas III Pada Kondisi Awal ... 131
Lampiran 16. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Pada Siklus I... 133
Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan Pada Siklus II ... 135
Lampiran 18. Foto Dokumentasi ... 137
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya
ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2007:10). Usaha pemerintah
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan
yang sesuai fungsi dan tujuan pendidikan Nasional pada Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menerangkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, barakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (anonim, 2003: 1).
Peran IPA dalam perkembangan teknologi sangat penting. Oleh
karena itu bidang IPA perlu dikuasai secara baik. Penguasaan konsep IPA
mendukung perkembangan teknologi, sebagai contoh pada tahun 70-an
manusia berkomunikasi melalui radio, telepon dan televisi, tetapi sekarang
dengan adanya kemajuan teknologi, manusia bisa memanfaatkan
kecanggihan komputer dalam berkomunikasi dengan jasa internet guna
mempermudah kerja manusia.
Pendidikan IPA perlu dikembangkan dalam hal ini mengingat IPA
melatih peserta didik untuk berfikir logis, rasional, kritis dan kreatif.
Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab untuk meningkatkan
kemampuannya. Berdasarkan hakikat pendidikan tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa dalam proses pendidikan terdapat unsur-unsur yang saling
commit to user
2
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, secara
umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa
(intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa
misalnya intelegensi, minat, sikap, keadaan jasmani dan motivasi.
Sedangkan faktor dari luar misalnya lingkungan belajar, pendekatan,
metode, kurikulum, serta sarana dan prasarana sekolah. Peran guru dalam
lingkungan belajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
meningkatkan prestasi belajarnya.
Tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi IPA khususnya
pada materi pengelompokan tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih
rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai siswa SD pada mata pelajaran
IPA khususnya pada materi pengelompokan tumbuhan, bila dibandingkan
dengan materi pelajaran yang lain. Kendala yang dihadapi pendidikan IPA
antara lain pandangan bahwa IPA merupakan materi yang sulit, kurangnya
minat siswa dalam mempelajari pengelompokan tumbuhan, kurangnya
sarana dan prasarana, ketidaktepatan metode mengajar yang digunakan dan
sebagainya.
Guru dalam menyajikan sesuatu bahan pelajaran harus dapat
mempersiapkan dengan baik seluruh komponen dalam situasi mengajar.
Komponen-komponen tersebut antara lain: tujuan materi pelajaran, metode
dan evaluasi. Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode dan evaluasi
mempunyai peranan penting.
Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam
kegiatan belajar-mengajar dan juga merupakan usaha untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kegiatan belajar-mengajar akan kurang berarti bila tidak
ditunjang dengan metode yang tepat. Dengan penerapan metode yang tepat,
maka dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Metode mengajar ada beberapa macam misalnya metode ceramah,
metode demonstrasi, diskusi dan lain-lain. Dalam proses belajar-mengajar
tidak mungkin dalam melaksanakan pembelajaran guru tidak menggunakan
commit to user
3
menggunakan metode mengajar. Untuk melaksanakan metode mengajar
supaya berhasil dengan baik memerlukan pendekatan pengajaran yang
sesuai.
Kelemahan pembelajaran IPA selama ini antara lain adalah bahwa
pembelajaran IPA lebih menekankan pada menghafal sejumlah konsep dan
kurang menekankan pada penguasaan hasil belajar. Guru cenderung
mementingkan agar murid mengetahui sesuatu dan mengesampingkan
murid dapat melakukan sesuatu. Seharusnya pembelajaran yang dilakukan
menyediakan pengalaman belajar bagi siswa yang mencakup baik materi
maupun proses pengelompokan tumbuhan sehingga ada keseimbangan
antara kemampuan konseptual dan prosedural. Pada prinsipnya mempelajari
IPA adalah sebagai cara mencari tahu dan cara menjelaskan/melakukan
yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih
mendalam.
Dari permasalahan tersebut, peneliti menitikberatkan pada
pendekatan Konstruktivisme, karena pendekatan ini menekankan pada
keterlibatan siswa dalam proses belajar aktif, serta dalam proses belajar
mengajar akan terjalin komunikasi dua arah sehingga dapat meningkatkan
peluang bagi guru untuk memperoleh balikan dalam rangka menilai
efektivitas pengajarannya.
Dalam Konstruktivisme pengetahuan siswa merupakan konstruksi
(bentukan) dari siswa yang mengetahui sesuatu. Siswa belajar membentuk
pengertian yaitu tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan
atau apa yang ia baca melainkan menciptakan pengertian. Pengetahuan
ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif bukan hanya diterima
secara pasif dari guru. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
membantu keaktifan siswa dalam pembentukan pengetahuannya.
Sampai saat ini, pendidikan IPA khususnya pengelompokan
tumbuhan di SD Negeri 01 Girilayu masih didominasi oleh kelas yang
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Guru menggunakan
commit to user
4
pengetahuan awal siswa. Pada proses pembelajaran, siswa dihadapkan pada
sesuatu yang abstrak (hanya membayangkan) tanpa mengalami atau melihat
sendiri. Padahal, siswa membutuhkan konsep-konsep yang berhubungan
dengan lingkungan sekitarnya karena pembelajaran tidak hanya berupa
pemindahan pengetahuan tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh siswa
yang akan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar lebih bermakna
jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari daripada hanya
mengetahui secara lisan saja.
Masalah dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan di SD
Negeri 01 Girilayu pada dasarnya cukup sederhana, namun bila tidak
diselesaikan maka akan berdampak pada. Dalam hubungannya dengan
pengelompokan tumbuhan, bila tidak segera ditangani maka prestasi dari
hasil belajar siswa akan buruk. Selain itu, siswa juga akan kesulitan
mengikuti materi yang berhubungan dengan tumbuhan pada tingkat yang
berikutnya. Dalam IPA, konsep-konsep dalam ipa akan selalu berkembang
searah dengan tingkat pendidikan siswa.
Dari hasil survei yang telah dilakukan peneliti, diperoleh hasil nilai
pengelompokan tumbuhan pada pra siklus siswa kelas III SD Negeri 01
Girilayu yang berjumlah 27 siswa. Dengan komposisi perempuan 13 siswa
dan laki-laki 14 siswa. Rincian nilai tersebut, yaitu sebanyak 3 siswa
mendapat nilai 8; 3 siswa mendapat nilai 7,5; 4 siswa mendapat nilai 7; 6
siswa mendapat nilai 6,5; dan 13 siswa mendapat nilai 6,5 ke bawah. Data
ini menunjukkan bahwa, masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di
bawah KKM yaitu 6,5. Dengan data tersebut dapat diketahui bahwa, nilai
pengelompokan tumbuhan siswa kelas III di SD Negeri 01 Girilayu masih
tergolong rendah.
Menurut Konstruktivisme proses belajar didasarkan pada suatu
anggapan bahwa anak membangun sendiri pengetahuan diluar sekolah.
Pendekatan Konstruktivisme menekankan pentingnya proses belajar
mengajar sebagai pengembangan pemahaman bersama antara guru dan
commit to user
5
berorientasi pada Konstruktivisme adalah pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen.
Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme lebih menekankan
pada kegiatan siswa untuk menyempurnakan pengalamannya yang telah
didapat pada kehidupan sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu
pengetahuan yang telah ada, mencari pemecahan masalah yang muncul
melalui diskusi-diskusi dan percobaan, sehingga siswa dapat
mengemukakan pendapatnya sendiri. Pada model pembelajaran ini guru
membantu dan mendorong siswa mengaitkan materi yang diajarkan dengan
situsasi nyata sehingga siswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman
yang dapat langsung diterapkan pada kehidupan nyata. Dengan konsep
tersebut hasil pembelajaran dirasa lebih bermakna bagi siswa. Proses belajar
berlangsung secara ilmiah dalam bentuk siswa bekaerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Di dalam Konstruktivisme memiliki gagasan bahwa siswa
mempunyai konsep yang berbeda-beda walaupun mereka hidup dalam
lingkungan yang samadan mengikuti pelajar yang secara singkat
prinsip-prinsip Konstruktivisme yaitu: a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri,
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk bernalar, c. Siswa aktif
mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep
menuju ke konsep yang lebih lengkap serta sesuai dengan konsep Ilmiah, d.
Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan mulus (Baharuddin, 2009:115).
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas,
maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang timbul antara lain :
1. IPA dianggap mata pelajaran yang sulit dan prestasi belajar pada
umumnya rendah belum menunjukan pencapaian yang maksimal.
commit to user
6
3. Model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
4. Sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung proses belajar
mengajar.
Dari identifikasi masalah tersebut, maka perlu dilaksanakan
penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan
Dalam Pembelajaran IPA Dengan Pendekatan Konstruktivisme Pada Siswa
Kelas III SD Negeri 01 Girilayu Kecamatan Matesih Tahun Pelajaran
2010/2011.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan konstruktivsme pada
pembelajaran pengelompokan tumbuhan yaitu bahwa konstruktivisme
Pendekatann pembelajaran Konstruktivisme menjadikan pembelajaran IPA
menjadi lebih mudah, lebih menekankan pada kegiatan siswa untuk
menyempurnakan pengalamannya yang telah didapat pada kehidupan
sehari-hari, menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang telah ada,
mencari pemecahan masalah yang muncul melalui diskusi-diskusi dan
percobaan, sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya sendiri.
Pendekatan konstruktivisme menjadikan siswa lebih aktif dalam mengikuti
pelajaran dan ilmu yang diperoleh benar-benar pengetahuan yang tertanam
pada diri siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah pelaksanaan pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan dalam
pembelajaran IPA pada siswa kelas III di SD Negeri 01 Girilayu,
Matesih, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Apakah melalui pendekatan Konstruktivisme dapat meningkatkan
commit to user
7
Siswa Kelas III di SD Negeri 01 Girilayu, Matesih, karanganyar Tahun
Pelajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran pengelompokan tumbuhan
dalam pembelajan IPA pada Siswa Kelas III di SD Negeri 01 Girilayu
Kecamatan Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Meningkatkan kemampuan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas
III SD Negeri 01 Girilayu Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang
cara meningkatkan pemahaman konsep-konsep IPA
b. Dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan bagi penelitian yang
akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Membuat siswa tidak merasa jenuh, lebih aktif, dan kritis.
2) Membantu memudahkan siswa dalam rangka menerima pelajaran,
memahami, dan mengingat pelajaran. Dalam belajar tidak hanya
sekadar menghafal, akan tetapi siswa dapat mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Siswa belajar dari
mengalami sendiri.
b. Bagi Guru
1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan
pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme melalui
commit to user
8
2) Guru memperoleh variasi model pembelajaran yang sesuai
dengan pembelajaran IPA khususnya materi pengelompokan
tumbuhan sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
yang memberi kemudahan dalam penanaman dan pemahaman
konsep-konsep IPA.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan pada sekolah bahwa Pendekatan
Konstruktivisme melalui metode eksperimen dapat meningkatkan
kemampuan memahami konsep-konsep IPA pada siswa sekolah
commit to user
140 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pembelajaran IPA dan Kemampuan Pengelompokan
Tumbuhan
a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh para ahli
pendidikan. Pengertian tersebut sedikit banyak memiliki perbedaan
ataupun persamaan. Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud
dengan belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk materi pelajaran. Dalam
kenyataannya, banyak sekali perbuatan yang termasuk kegiatan belajar,
sehingga berbagai pendapat tentang belajar muncul.
Menurut Baharuddin (2009:11), “Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap”. Dalam hal ini belajar telah dimulai sejak manusia lahir secara terus menerus sampai akhir hayat. Sedangkan menurut Slameto (2003:2), “belajar merupakan proses dimana seseorang melakukan suatu kegiatan atau usaha merubah tingkah laku”. Perubahan tingkah laku tersebut sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Dari pengertian tersebut diatas mengandung makna bahwa
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat saja, tetapi lebih dari itu belajar adalah “mengalami”. Hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan materi, akan tetapi hasil belajar merupakan perubahan kelakuan dan
sikap.
Slameto (2003: 2) dalam mengemukakan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
commit to user
10
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri
perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
a. Perubahan terjadi secara sadar.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan terarah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
(Slameto, 2003: 3-5)
Makna belajar menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Agus
Suprijono (2009: 2) yaitu:
a. Cronbach
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.” (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari perubahan pengalaman)
b. Harold Spears
“Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.” (Dengan kata lain belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar
dan mengikuti arah tertentu)
c. Geoch
“Learning i`s a change in performance as a result of practice.” (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).
Relevan dengan pengertian di atas, belajar adalah berubah,
artinya suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan
tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak, penyesuaian diri. Perubahan ini bisa dilakukan dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.
Menurut Thursan Hakim, belajar adalah suatu proses perubahan
commit to user
11
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono
dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran halaman 9,
bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang
tercipta melalui proses tingkah laku. R. Gagne seperti yang di kutip oleh
Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: a. Belajar
ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. b. Belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dan Bower dalam
bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto,
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam suatu situasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi
terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak
mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat
dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses
commit to user
12
Menurut filosofi Konstruktivisme, belajar adalah membangun
pengetahuan sedikit demi sedikit, pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep-konsep ataupun kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat dalam pengalaman yang nyata (Baharuddinn, 2009:116). Dalam
hal ini, guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada
siswa, sedangkan pengetahuan itu sendiri tidak dapat diperoleh secara
instan tetapi harus melalui berbagai proses yang mungkin memerlukan
proses panjang. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan pada benaknya
sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka belajar dan pembelajaran harus dikemas menjadi “mengkonstruksi” bukan “menerima”.
Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar dapat dilihat
dengan adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut dimana
tingkah laku orang tersebut sebelumnya tidak ada atau masih lemah.
Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek. Hasil belajar
seseorang akan tampak pada setiap perubahan aspek tersebut. Oemar
Hamalik dalam Tukiran (2009:8) menyatakan aspek-aspek tingkah laku
manusia meliputi: “pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan,
apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika),
sikap, dan lain-lain”. Apabila seseorang telah melakukan kegiatan
belajar, maka akan terjadi perubahan pada salah satu aspek tingkah laku
tersebut.
Pembelajaran menurut Sugihartono, dkk. (2007:81) adalah suatu
upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
optimal. Dalam pendekatan Konstruktivisme, guru berperan sebagai
fasilitator yang mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengalamannya
sendiri menjadi sebuah pengetahuan.
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
commit to user
13
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
suatu respons terhadap situsai tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala,
2010:61). Pembelajaran merupakan istilah yang sekarang lebih populer
dibanding dengan pengajaran. Istilah pembelajaran dipergunakan karena
adanya perubahan pandangan dalam sistem pendidikan, yaitu dari
sekedar menyampaikan pengetahuan kepada bagaimana menjadikan
seorang siswa sebagai pembelajar. Karena itulah, pembelajaran
merupakan usaha untuk mengajak agar siswa dapat melakukan kegiatan
belajar secara mandiri.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
IPA merupakan suatu kebutuhan yang dicari manusia karena
memberikan suatu cara berpikir sebagai suatu struktur pengetahuan yang
utuh. Secara khusus, sains menggunakan suatu pendekatan empiris untuk
mencari penjelasan alami tentang fenomena yang diamati di alam
semesta.
Purnell’s dalam Srini M. Iskandar mengemukakan, ”Science is the board of human knowledge, acquired by systematic and experiment,
and explained by means of rules, laws, priciple, theories, and hypotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang diperoleh dengan cara observasi dan eksperimen
yang sistematis serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,
hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Kata sains berasal dari kata latin scientia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahas Inggris kata science mula-mula berarti pengetahuan, tetapi lama-kelamaan bila orang Indonesia berkata sains, maka pada
umumnya yang dimaksud adalah apa yang dulu disebut natural sciences.
Natural science dalam bahasa Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Alam
atau dengan singkat sekarang biasa dikenal dengan sebutan IPA.
commit to user
14
berarti dapat diterima akal sehat sedangkan objektif berarti sesuai dengan
objeknya.
Menurut Nash (1963) dalam Hendro darmodjo dan Jenny R.E Kaligis (1992:3), “IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam. Cara yang digunakan bersifat analitis, lengkap, cermat serta
menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain
sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa IPA merupakan sebagai pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dan segala isinya dengan cara melakukan
pengamatan/percobaan.
Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan siswa Sekolah Dasar karena
IPA dapat memberikan sumbangan untuk tercapainya sebagian tujuan
pendidikan di Sekolah Dasar. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.
Kaligis (1992:6), melalui pengajaran IPA diharapkan siswa dapat:
1) Memahami alam sekitarnya.
2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu dan metode ilmiah
yang sederhana.
3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan
memecahkan masalah yang dihadapinya serta menyadari kebesaran
Penciptanya.
4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Menurut Leo, Hery Kresnadi, dan Kartono (2007:5-3 – 5-5) ada
lima prinsip utama pembelajaran IPA, yaitu lima pernyataan tentang
kebenaran dalam pembelajaran IPA yang dijadikan anutan untuk
melaksanakan pembelajaran IPA yaitu:
1) Pemahaman tentang lingkungan sekitar dimulai melalui pengalaman
commit to user
15
2) Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung,
sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran.
3) Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang
konsisen dengan pengetahuan para ilmuwan.
3) Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep,
lambang, dan relasi dengan konsep yang lain.
4) IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur.
Menurut Sumaji, dkk (1998:35), fungsi mata pelajaran IPA
antara lain:
1) Memberi bekal pengetahuan dasar baik untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh,
mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep IPA.
3) Menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan melatih menggunakan
metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
4) Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya
sehingga mendorong siswa untuk mencintai dan mengagungkan
Penciptanya.
5) Memupuk kreativitas siswa.
6) Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam
bidang IPTEK.
h) Memupuk minat siswa terhadap IPA.
c. Hakikat Kemampuan Pengelompokan Tumbuhan
Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan
dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses
pembelajaran dan pengambangan kemampuan awal siswa dapat menjadi
titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan
kemampuan baru.
Menurut Chaplin (1997: 34) “ability (kemampuan, kecakapan,
commit to user
16
untuk melakukan suatu perbuatan”. Dalam hal ini, seseorang tidak akan
dapat melakukan apapun tanda memiliki kemampuan dalam suatu hal.
Menurut Robbins (2000: 46), “Kemampuan bisa merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai
suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil
latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang
ditunjukkan melalui tindakannya. (http/jiunkpe/s1/eman/2008)
Menurut Gagne dalam Ratna Willis Dahar (1989 : 134) “Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan
dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal
siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan yang dimiliki siswa
pada awalnya yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan dan
pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan kata lain
kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu,
yang bisa dimiliki sejak awal atau setelah melalui beberapa proses.
Lebih lanjut Robbins (2000) dalam
(http/jiunkpes/s1/eman/2008) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari
dua faktor, yaitu: a. kemampuan intelektual (intelectual ability)
merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b.
kemampuan fisik (physical intellectual) merupakan kemampuan
melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik
fisik.
Kedua faktor diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan
kemampuan fisik. Begitu juga dalam kemampuan pengelompokan
commit to user
17
Dalam kegiatan pengelompokan tumbuhan kedua faktor ini akan saling
memopengaruhi satu sama lain.
Definisi kemampuan menurut Keith Davis dalam Mangkunegara
(2000) dalam (http://digib.petra.ac.id diakses tanggal 20 Oktober 2009)
kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya bahwa seseorang yang
mempunyai IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan lebih
mudah mencapai kinerja maksimal.
Menurut Gagne dalam Iskandarwassid (2008 : 134) “Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan, kemudian untuk mendapatkan pengetahuan
dan kemampuan baru membutuhkan kemampuan-kemampuan tersebut.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal
siswa merupakan kesanggupan dan pengetahuan awal yang dimiliki
siswa untuk memperoleh kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi
tingkatannya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan menguasai keahlian yang merupakan
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan dan digunakan untuk
melakukan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan.
d. Tinjauan Tentang Materi Pengelompokan Tumbuhan
1) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya
Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dikelompokkan menjadi
tumbuhan yang hidup di darat dan tumbuhan yang hidup di air.
Eceng gondok dan bunga teratai merupakan contoh tumbuhan yang
hidup di air. Sedangkan pohon rambutan, pohon mangga, dan pohon
pisang merupakan contoh tumbuhan yang hidup di darat.
2) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya
commit to user
18
Daun jambu, bayam, dan mangga memiliki tulang daun menyirip.
Bentuk tulang daun.
b) Tulang daun sejajar
Daun tebu, padi, dan rumputrumputan memiliki tulang daun
sejajar. Bentuk tulang daun sejajar seperti garis-garis lurus yang
sejajar. menyirip seperti susunan sirip-sirip ikan.
c) Tulang daun melengkung
Tumbuhan dengan tulang daun melengkung adalah daun genjer
dan gadung. Bentuknya menyerupai garis-garis lengkung yang
ujungujungnya terlihat menyatu.
d) Tulang daun menjari
Daun pepaya, singkong, dan jarak memiliki tulang daun menjari.
Bentuk tulang daun menjari seperti susunan jari-jari tangan.
Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan daun ditunjukkan
pada gambar 1.
Gambar 1. Pengelompokan tumbuhan berdasarkan bentuk daunnya
3) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan batangnya
a) Batang berkayu
Batang berkayu ukurannya dapat bertambah besar. Hal ini karena
batangnya memiliki kambium. Pohon jambu dan pohon jati
memiliki batang berkayu.
b) Batang basah
Bayam memiliki batang yang basah. Batang basah pada bayam
berair dan lunak. Menyiri
p
Sejajar Melengkun
g
commit to user
19
c) Batang rumput
Padi, jagung, dan tebu memiliki batang rumput. Batang rumput
biasanya berongga. Batang rumput mempunyai ruas yang terlihat
nyata.
Contoh pengelompokan tumbuhan berdasarkan batang
ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Pengelompokan tumbnuhan berdasarkan bentuk
batangnya
4) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan keping bijinya
a) Tumbuhan monokotil
Tumbuhan monokotil adalah tumbuhan biji yang berkeping satu. Padi,
salak, tebu, dan jagung adalah contoh tumbuhan monokotil.
Tumbuhan jenis rumput-rumputan merupakan tumbuhan monokotil.
Contoh tumbuhan monokotil ditunjukkan gambar 3.
Gambar 3. Tumbuhan monokotil
2) Tumbuhan Dikotil
Tumbuhan biji berkeping dua disebut tumbuhan dikotil. Mangga,
kacang tanah, dan durian adalah contoh tumbuhan dikotil. Rambutan,
pepaya, dan jambu air juga termasuk tumbuhan dikotil.
Contoh tumbuhan dikotil ditunjukkan gambar 4.
Berkayu Basah Rumput
commit to user
20
Gambar 4. Tumbuhan dikotil
5) Pengelompokan tumbuhan berdasarkan akarnya
a) Tumbuhan berakar serabut
Tumbuhan berakar serabut memiliki akar yang menyerupai serabut.
Semua tumbuhan monokotil seperti jagung dan kelapa berakar
serabut.
Contoh tumbuhan barakar serabut ditunjukkan gambar 5.
Gambar 5. Tumbuhan berakar serabut
b) Tumbuhan berakar tunggang
Semua tumbuhan dikotil yang ditumbuhkan dari biji lembaga
memiliki akar tunggang. Misalnya, kacang tanah dan bayam. Akar
tunggang terdiri atas satu akar pokok dan akarakar kecil. Akar kecil
merupakan percabangan dari akar pokok. Contoh tumbuhan barakar
tunggang ditunjukkan gambar 6.
commit to user
21
Gambar 6. Tumbuhan berakar tunggang
2. Hakikat Pendekatan Konstruktvisme
Von Glaserfeld menjelaskan tentang pengertian konstruktivisme bvahwa “Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri “ (Paul Suparno, 1997:18). Pengetahuan itu dibangun bukan sekedar ditangkap oleh indra saja, penetahuan terbentuk dalam otak manusia yang
kemudian apa yang diketahuinya dikonstruksi berdasarkan pengalamannya
sendiri (Agus Prijono, 2009:30). Dalam Konstruktivisme siswa mencari
sendiri makna dari apa yang mereka pelajari. Dari pengalaman-pengalaman
yang dimiliki siswa dikonstruksi sendiri oleh siswa menjadi pengetahuan.
Siswa memiliki kebebasan menggunakan strategi maupun cara mereka sendiri
untuk belajar atau memaknai sesuatu.
Von Glaserfeld dalam Boudourides (2003) memgemukakan bahwa “knowledge is the result of an individual subject's constructive activity”. Ini berarti pengetahuan adalah hasil dari aktivitas individu yang bersifat
membangun. Sehubungan dengan konstruktivisme, siswa mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang telah ia dapatkan.
Sependapat dengan von Glaserfeld, Brunner (1990) dalam Baharudding
(2009:115) bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan
ketyerampilannya.
Dalam teori perkembangan menurut Piaget, memandang bahwa
perkembangan kognitif sebagai proses dimana anak secara aktif membangun
sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan
commit to user
22
Dalam hubungannya dalam pembelajaran, guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuannya di dalam benaknya. Didsini guru sebagai fasilitator, dapat
membderikan dorongan dan kemudahan dalam pembentukan pengetahuan
siswa. Guru dapa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan ide-idenya sendiri serta mendorong siswa untuk secara sadar
menggunakan strategi atau cara-cara mereka untuk belajar.
Gagasan dalam Konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat
dirangkum sebagai berikut :
a. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia nyata saja, melainkan
merupakan konstruksi kenyataan dari suatu objek yang dilakukan oleh
subjek.
b. Subjek membentuk konsep-konsep yang diperlukan sebagai
pembentukan pengetahuan.
c. Pengetahuan terbentuk dari konsep-konsep yang dilakukan subjek
dimana struktur konsep tersebut akan membentuk penghetahuan jika
konsep itu berlaku bagi seseorang tersebut (von Glaserfeld dalam Paul
Suparno, 1997:21)
Dalam Konstruktivisme satu-satunya alat yang tersedia bagi
seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Seseorang berinteraksi
dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, meraba, membau, dan
merasakannya. Dengan alat indera tersebut seseorang membangun gambaran
akan dunia ini. Misal dengan mengamati air, bermain air, menggunakan air
dan sebagainya seseorang akan dapat membangun gambaran tentang air dan
membentuk pengetahuan tentang air.
Martinis Yamin (2008:3) berpendapat bahwa dalam pendangan
konstruktivisme mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari
guru kepada peserta didik, melainkan suatu bentuk kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan
bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari seseorang ke
commit to user
23
dikonstruksi seseorang melalui pengalamanya. Banyak siswa yang salah
dalam menangkap apa yang diajarkan oleh guru, hal ini membuktikan bahwa
sebuah pengetahuan tidak dapat semata-mata ditransfer atau dipindahkan dari
seseorang ke orang lain melainkan harus dimaknai dan dikonstruksi oleh
siswa sendiri.
Von Glaserveld dalam Paul Suparno (1997:20) berpendapat bahwa
diperlukan beberapa kemampuan dalam mengkonstruksi konsep dalam
pengalaman menjadi sebuah pengetahuan yaitu kemampuan mengingat dan
mengungkap kembali pengalaman, membandingkan dan memutuskan
mengenai persamaan dan perbedaan, dan kemampuan untuk lebih menyukai
pengalaman yang satu dari pengalaman yang lain. Kemampuan mengingat
kembali pengalaman digunakan sebagai dasar pembentukan pengetahuan.
Kemampuan membandingkan akan membantu seseorang dalam
mengklasifikasikan dan membangun pengetahuan, dan menyenangi salah satu
pengalaman dari pengalaman lain akan membentuk nilai dari suatu
pengetahuan.
Sehubungan dengan pembelajaran IPA dengan pendekatan
Konstruktivisme, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
adalah model pembelajaran berbasis lingkungan. Pendekatan lingkungan
sendiri berarti sebuah strategi pembelajaran IPA dengan menggunakan dan
memperlakukan lingkungan sekitar sebagai sarana ataupun sumber belajar.
Siswa dibiasakan untuk memahanmi faktor politis, ekonomis, sosial budaya
maupun ekologis yang terdapat di lingkungan tersebut serta memperlakukan
lingkungan sekitar secara bijaksana. Pada pendekatan ini, pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk
mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungannya.
Pembelajaran dengan pendekatan Konstruktivisme memiliki 4
(empat) karakteristik, yaitu: a. Pusat pembelajaran adalah peserta didik, b.
Pembelajaran dimulai dari hal yang sudah diketahui dan peserta didik, c.
Motivasi peserta didik dibangkitkan yang diantaranya dengan pembelajaran
commit to user
24
4). Dalam pembelajaran, guru berperan lebih kepada fasilitator bagi siswa.
Dalam pendekatan konstruktivisme pembelajaran dimulai dengan hal-hal
umum yang telah dipahami siswa dan kemudian dikembangkan pada hal yang
lebih khusus atau spesifik.
Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pembelajaran
konstruktivistik, yaitu: a. mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata
dalam kontek yang relevan, b. mengutamakan proses, dalam pembelajaran
yang diutamakan adalah proses mendapatkan suatu ilmu bukan hasil yang
diperoleh setelah ilmu didapatkan, c. menanamkan pembelajaran dalam
kontek pengalaman sosial, dan d. pembelajaran dilakukan dalam upaya
mengkonstruksi pengalaman yang diperoleh (Pranata,
puslit.petra.ac.id/journals/interior/). Hakikat pembelajaran konstruktivisme
oleh Brooks and Brooks dalam Fisika SMA Online
(http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme.hmtl)
mangatakan bahwa dalam pengetahuan bersifat non objektif, bersifat
temporer, selalu berubah dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai
penyusunanpengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan
refleksi serta interpretasi. Mengajar berartimambuat lingkungan agar siswa
termotivasi untk melakukan kegiatan belajar. Atas dasar ini maka siswa akan
memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada
pengalamannya, dan sudut pandang/perspektif yang dipakainya dalam
mengolah pengalaman.
Harlen dalam Fisika SMA Online (Endar Suhendar,
http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme.hmtl)
mengungkapkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis
konstruktivisme terdapat langkah-langkah pembelajarannya secara garis besar
sebagai berikut:
a. Orientasi dan pemunculan ide
Merupakan proses awal untuk memotivasi siswa dalam mengawali
proses pembelajaran. Dalam tahap ini siswa di bawah bimbingan guru
commit to user
25
dapat memancingnya dengan memberikan pertanyaan, bercerita
mengenai suatu objek, menunjukan media yang relevan dsb.
b. Rekonstruksi ide
Tahapan ini meliputiklarifikasi terhadap ide siswa, merombak ide dengan
mengeluarkan pendapat yang berlawanan dengan ide siswa,
c. Aplikasi
Yaitu tahapan dimana ide-ide dari siswa dlterapkan. Dapat dilakukan
dengan percobaan, pengamatan, tanya jawab dan sebagainya.
d. Review dan refleksi
Tahapan ini dalakukan dengan mengadakan tinjauan kembali terhadap
ide-ide yang diutarakan siswa.
Tahapan - tahapan dalam pengembangan model belajar konstruktivis
dengan lebih rinci diimplementasikan oleh Sadia (Endar Suhendar,
http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-konstruktivisme .hmtl). Secara signifikan model yang telah dikembangkan ini
mampu meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Tahapan-tahapan
pengembangan model konstruktivis tersebut mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah
dalam merancang program, implementasi program dan evaluasi.
b. Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa.
c Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi
pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan
peta konsep.
d. Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan awal siswa
yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut
untuk menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi
ilmiah, mana yang salah dan mana yang miskonsepsi.
e. Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep.
commit to user
26
Sedangkan strategi pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk
modul.
f. Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi.
Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini
terdiri dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman
belajar, (b)menggali ide-ide siswa, (c) restrukturisasi ide-ide.
g. Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program
pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model
belajar yang telah diterapkan.
h. Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten. Berdasarkan
hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan
analisis terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara
tuntas maupun yang resisten.
i. Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis miskonsepsi yang
resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi
commit to user
27
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Tukiran dengan judul Penerapan Pendekatan Konstruktivisme
Assisted Learning Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat
Resmi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri tahun
2009. Simpulan dari penelitian di atas dapat meningkatkan keterampilan
menulis surat resmi dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme
assisted learning. Hal ini dapat dilihat dari prosentase aktivitas siswa yang
selalu meningkat pada tiap siklus yaitu siklus I sebesar 40,0%, pada siklus II
sebesar 58,0%, dan pada siklus III mencapai 72,0%. Penggunaan pendekatan
konstruktivisme juga meningkatka hasil belajar siswa yang meningkat pada
tiap siklusmya yaitu dari pra siklus sebesar 69,80 menjadi 74,30 pada siklus I,
77,60 pada siklus II, dan 82,20 pada siklus III.
Penelitian Tukiran tersebut di atas, relevan dengan penelitian ini.
Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan pendekatan konstruktivisme
dalam pembelajaran. Persamaan yang lainnya adalah meningkatnya hasil
belajar siswa setelah diterapkan pendekatan konstruktivisme dalam
pembelajaran. Selain memiliki persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki
perbedaan yaitu lokasi penelitian yang dilakukan Tukiran bertempat di SD
Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri pada siswa kelas VI, sedangkan
penelitian ini bertempat di SD Negeri 01 Girilayu pada siswa kelas III. Selain
itu penelitian yang dilakukan Tukiran untuk meningkatkan keterampilan surat
resmi pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Batuwarno Kabupaten Wonogiri
sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan pengelompokan
tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu tahun ajaran
2010/2011.
Sri Indrawati dengan judul Peningkatan Kemampuan Bernalar
Peserta Didik Melalui Pembelajaran Konstruktivisme pada Mahasiswa
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Dalam Perkuliahan
Psikolinguistik 2006/2007. Simpulan dari penelitian di atas dapat
meningkatkan kemampuan bernalar peserta didik melalui pembelajaran
commit to user
28
pembelajaran peserta didik yang selalu meningkat pada tiap siklus yaitu
siklus I sebesar 36,86% dan pada siklus II sebesar 79,92. Penggunaan
pendekatan konstruktivisme juga meningkatka hasil belajar siswa yang
meningkat pada tiap siklusmya yaitu dari pra siklus sebesar 52 dengan
ketuntasan klasikal 40% menjadi 64,43 dengan ketuntasan 63,85% pada
siklus I, dan 74,28 dengan ketuntasan klasikal 85,72% pada siklus II.
Penelitian Sri Indrawati tersebut di atas, relevan dengan penelitian
ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu penerapan pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran. Persamaan yang lainnya adalah
meningkatnya hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan
konstruktivisme dalam perkuliahan psikolinguistik. Selain memiliki
persamaan, kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu lokasi
penelitian yang dilakukan Sri Indrawati bertempat di Fakultas Ilmu Keguruan
dan Pendidikan Universitas Sriwijaya Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah Dalam Perkuliahan Psikolinguistik, sedangkan
penelitian ini bertempat di SD Negeri 01 Girilayu pada siswa kelas III. Selain
itu, penelitian yang dilakukan Sri Indrawati untuk meningkatkan kemampuan
bernalar peserta didik tahun ajaran 2006/2007, sedangkan penelitian ini untuk
meningkatkan keterampilan pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III
commit to user
29
C. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan perubahan yang relatif melekat dalam tingkah
laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman dalam belajar. Keberhasilan
proses belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku yang
cenderung menetap permanen dan biasanya terlihat pada prestasi belajar yang
baik. Keberhasilan ini harus didukung dengan adanya beberapa fakor intrinsik
yang datang dari diri siswa dan faktor ekstrinsik yaitu dari luar siswa.
Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membelajarkan siswa. Sebagai
suatu usaha, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan
tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pembelajaran juga bertujuan
untuk membentuk pemahaman siswa tentang suatu pengetahuan.
Penggunaan pendekatan pembelajaran yang berbeda dapat
menunjukkan aktivitas belajar yang berbeda. Setiap pendekatan pembelajaran
mempunyai karakteristik masing-masing baik kelebihan maupun kekurangan.
Pemilihan pendekatan pembelajaran tersebut akan memberikan pengalaman
bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk
itu dalam pembelajarannya perlu digunakan pendekatan pembelajaran yang
memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
pembentukan konsep sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Upaya untuk meningkatkan hasil belajar mempunyai masalah dalam
proses pembelajaran, yaitu masalah penyampaian pelajaran IPA yang
sebagian besar masih bersifat konvensional (metode ceramah), akibatnya
siswa kurang memahami konsep yang ada. Karena siswa hanya mendengar
dan mencatat materi yang diberikan oleh guru, untuk itu peneliti ingin
mengadakan pembaharuan dengan penguatan pemahaman konsep dengan
pendekatan yang inovatif yaitu dengan pendekatan Konstruktivisme yang
bertujuan agar dapat mengubah suasana pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk aktif dalam pembelajaran.
Pada kondisi awal terdapat beberapa siswa kurang termotivasi dalam
memahami konsep pengelompokan tumbuhan. Hal ini terjadi karena guru
commit to user
30
menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran sehingga hubungan
dua arah antara guru dan siswa jarang ditemukan. Siswa kebanyakan hanya
menerima materi datri guru dan hanya bersumber dari buku. Hal ini
mengakibatkan hasil pembelajaran penngelompokan tumbuhan siswa rendah.
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan keaktivan siswa ketika mengikuti mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
Pada tahap tindakan, guru menggunakan pendekatan konstruktivisme
dalam pembelajaran pengelompokan tumbuhan. Pendekatan Konstruktivime
adalah pendekatan pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan
keaktifan siswa. Berdasarkan konsep ini dapat dipastikan bahwa siswa akan
mengalami pembelajaran, berlatih dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi
mereka sendiri. Hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan penglompokan
tumbuhan pada siswa kelas III SD Negeri 01 Girilayu.
Dengan penerapan pendekatanh konstruktivisme dalam
pembelajaran, siswa akan antusias, senang, dan lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran pengelompokan tumbuhan. Selain itu, suasana pembelajaran
menjadi nyaman dan pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan
pengelompokan tumbuhan pada siswa kelas III SD N 01 Girilayu, Matesih,
Karanganyar.Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada