• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Hakikat Pembelajaran IPA

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran IPA

Belajar dan pembelajaran merupakan suatu unsur yang saling berkaitan, di dalamnya terdapat kegiatan belajar dan mengajar belajar berarti siswa dan mengajar berarti guru, berdasarkan pemikiran tertentu. Menurut Sugihartono, dkk (2007: 74) “belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya”. Sedangkan “pembelajaran IPA itu sendiri merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan kita merupakan bagian dari pembelajaran IPA” (Usman

25

Samatowa, 2011: 8 ). Pembelajaran IPA sangat diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat dan pengetahuan dari pengalaman langsung.

Menurut Hendro Darmojo dalam Usman Samatowa (2006: 2) menyatakan bahwa “pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya”. Sedangkan menurut Powler “IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis (teratur)” (Usman Samatowa,2011: 3). Artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten, sedangkan menurut Cross “ belajar sains ukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan kehidupannya yang akan datang” (Usman Samatowa, 2011: 8).

26

Dari beberapa defenisi di atas, bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang mengkaji tentang isi alam semesta yang dapat memberikan pengetahuan langsung melalui lingkungan sekitar. IPA merupakan bagian dari kehidupan kita yang dapat menggali berbagai informasi rahasia alam serta dapat meningkatkan pengetahuan baru.

2. IPA untuk Sekolah Dasar

IPA merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan guru di kelas. Tindakan dapat dikatakan edukatif jika beroreantasi pada pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Dalam pembelajaran IPA, siswa diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan proses IPA yang perlu dirubah agar sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya. Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan yang mencakup tahap mengamati, mencoba, mengukur, dan menarik kesimpulan oleh karena itu guru harus benar-benar berhasil menciptakan pembelajaran yang edukatif.

Untuk menciptakan keberhasilan suatu pembelajaran, maka sangat dibutuhkan interaksi yang baik antara guru dan siswa, misalnya guru harus mengelola kelas dengan baik. Dalam pembelajaran IPA yang menjadi acuan untuk mendukung terciptanya pembelajaran yang edukatif sehingga dibutuhkan interaksi siswa dengan objek atau alam secara langsung. Oleh sebab itu guru dituntut menjadi fasilitator yang menciptakan kondisi dan

27

menyediakan sumber belajar supaya siswa dapat mengamati serta memahami objek secara langsung. Dengan demikian siswa dapat menemukan konsep dan membangunnya dalam struktur kognitifnya. Sekolah dasar merupakan awal dari proses kegiatan wajib belajar dan proses belajarnya pun paling lama, oleh sebab itu untuk pencapaian hasil belajar yang optimal maka guru harus memperhatikan karakteristik siswa sekolah dasar. Pada dasarnya setiap guru harus bisa memahami alasan suatu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolahnya begitu juga dengan guru IPA, guru IPA harus benar-benar mengetahui tentang kegunaan-kegunaan yang dapat diperoleh dari pembelajaran IPA.

Pada saat ini guru IPA telah memperkenalkan penggunaan pendekatan daur belajar untuk mengajarkan IPA, daur belajar mengikuti pola tertentu sebagai model dalam konsep pembelajaran. Adapun daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA sebagai berikut: a. Eksplorasi, yaitu anak mengalami (mengindera) obyek secara langung.

Pada langkah ini anak memperoleh informasi baru yang adakalanya bertentangan dengan konsep yang telah dimilikinya.

b. Generalisasi, yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi (pengalaman) yang tampaknya bertentangan dengan yang telah dimiliki anak.

c. Deduksi, yaitu mengaplikasikan konsep yang baru (generalisasi) itu pada situasi dan kondisi baru, (Usman Samatowa, 2006: 13).

28

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan daur belajar dapat meningkatkan perkembangan yang baik dengan cara pengalaman langsung. Oleh karena itu proses berpikir anak SD akan berkembang dengan melalui tahap-tahap daur belajar yang dapat mendorong perkembangan berpikirnya sehingga anak mampu menganalisis objek IPA dari pemahaman umum hingga pemahaman khusus.

3. Sumber Belajar Untuk Pembelajaran IPA di SD

Penyediaan sumber belajar IPA bertitik tolak dari asumsi yang menyatakan bahwa: laksana sidik jari, setiap anak itu berbeda satu sama lain. Oleh karena itu setiap hasil belajar anak akan mencapai optimal jika anak diberi kesempatan belajar sesuai dengan minat dan kecepatan mereka masing-masing, dan kebebasan untuk melakukan sendiri terhadap kegiatan belajar, baik secara individu mupun secara berkelompok serta memberikan kesempatan untuk mempertangung jawabkan sendiri proses dan hasil pekerjaannya. Semua kesempatan tersebut dapat terwujud melalui suatu sarana atau sumber belajar.

Sumber belajar IPA adalah sarana belajar yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA dan dapat digunakan oleh peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Menurut Zainuddin sumber belajar dapat berupa manusia dan non manusia. Sumber belajar yang berupa manusia, misalnya orang tua, tenaga ahli, teknisi atau seniman. Sedangkan sumber belajar non manusia, yaitu laboratorium,

29

bengkel, atau sanggar, perpustakaan, kebun sekolah, museum, kebun binatang, cagar alam, daerah pertanian dan perkebunan serta semua unsur-unsur yang terkandung di dalamnya sebagai satu kesatuannya (Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis, 1993: 96). Association For educational Communications and Technology (AECT) dan Banks dalam Kokom Komalasari (2013: 108) menyatakan bahwa POBATEL (pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan) merupakan sumber belajar yang dapat dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan. Sumber belajar POBATEL merupakan suatu sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar POBATEL (pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan) merupakan bagian dari sumber belajar IPA yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran IPA.

Dokumen terkait