• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.9 Hakikat Pendekatan Kontekstual

Hal-hal yang dibahas dalam hakikat pendekatan kontekstual diantaranya: pengertian pendekatan kontekstual, asas-asas pendekatan kontekstual, kelebihan dan kekurangan pendekatan kontekstual, serta teori belajar yang mendasari pendekatan kontekstual.

2.1.9.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

Berikut ini uraian beberapa pengertian pendekatan kontekstual menurut beberapa ahli:

a. Pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang menekankan proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan (Sanjaya 2011: 255); b. Pendekatan kontekstualmerupakan konsep belajar yang membantu guru dalam

mengaitkan materi dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya setelah pembelajaran dengan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari (Suprijono 2012: 79); c. Pendekatan kontekstual merupakan konsepsi yang membantu guru mengaitkan

hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka (Trianto 2007: 101).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan yang menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan dan pengalaman yang dialami oleh siswa sehingga siswa dapat mendapat pembelajaran yang bermakna serta memotivasi siswa untuk dapat menerapkan pengetahuan serta pengalamannya tersebut.

2.1.9.2Asas-asas Pendekatan Kontekstual

Berikut asas dalam pendekatan kontekstual (Sanjaya 2011: 263-269): a. Konstruktivisme, yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru

dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Selama pembelajaran dilakukan selalu dihubungkan dengan pengalaman di lingkungan siswa;

b. Inkuiri, yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis;

c. Bertanya, yaitu refleksi dari rasa keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Siswa diberikan pertanyaan yang membangkitkan keingintahuan mereka; d. Pemodelan, yaitu proses belajar dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh

yang dapat ditirukan siswa, yaitu dengan memberikan gambaran konkret melalui media kartu warna, guru menjadi model, membimbing siswa cara membuat pantun, menjadikan siswa sebagai contoh cara membaca pantun; e. Masyarakat belajar, yaitu bahwa hasil belajar diperoleh dari kerjasama atau

f. Penilaian nyata, yaitu proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa, diamati melalui lembar aktivitas siswa dan hasil belajar;

g. Refleksi, yaitu proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan mengingat kembali materi yang sudah dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan materi dengan dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkannya pada kehidupan. Penelitian ini banyak menghubungkan pembelajaran dengan lingkungan kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar sekolah, misalnya: pasar, jalan, sungai, toko.

2.1.9.3Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual di SD

Hal-hal yang harus diidentifikasi dalam pendekatan kontekstual adalah materi yang diharapkan, situasi dunia nyata siswa, pengetahuan yang dimiliki, penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan tujuh komponen utama. Menurut Sutardi dan Sudirjo (2007: 99), keunggulan pendekatan kontekstual adalah real world learning, mengutamakan pengalaman nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, aktif, kreatif, pengetahuan diberi makna, dan kegiatannya bukan mengajar tetapi belajar. Keunggulan lain pendekatan kontekstual adalah kegiatannya berupa pendidikan bukan pengajaran dan hasil belajar diukur dengan berbagai alat ukur, tidak hanya tes saja.

Selanjutnya, kelemahan pendekatan kontekstual adalah orientasi yang melibatkan aktivitas siswa sehingga guru harus dapat memahami secara mendasar

tentang perdebatan potensi individu siswa, dan pembelajaran ini pada dasarnya membutuhkan berbagai sarana dan media pembelajaran yang variatif. Menurut Sutardi dan Sudirjo (2007: 100), kelemahan pendekatan kontekstual antara lain: (a) bagi guru, harus memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam tentang konsep pembelajaran itu sendiri, potensi perbedaan individu siswa di kelas, beberapa pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa dan sarana, media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas belajar siswa dalam belajar; (b) bagi siswa, diperlukan inisiatif dan kreativitas dalam belajar, adanya perubahan sikap dalam menghadapi persoalan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menyelesaikan tugas.

Menanggapi kekurangan di atas, peneliti mempelajari konsep belajar pendekatan kontekstual dengan sungguh-sungguh. Selain itu, pengkondisian siswa dilakukan dengan memahami berbagai potensi siswa, menyediakan sarana, dan penggunaan media yang variatif dan menarik bagi siswa yaitu media kartu warna. Media ini dirancang dengan menarik, yaitu dengan adu cepat antar kelompok dalam menyusun kartu warna dan mengerjakan LKS dibimbing oleh guru.

2.1.9.4Teori Belajar yang Mendasari Pendekatan Kontekstual

Teori belajar yang mendasari pendekatan kotekstual menurut Komalasari (2010: 19-23):

2.1.9.4.1 Teori Pembelajaran dari Piaget

Seseorang memperoleh kecakapan intelektual pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang ia rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru

sebagai pengalaman dan persoalan. Proses adaptasi ini melalui asimilasi, akomodasi, & ekuilibrasi. Proses asimilasi merupakan proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognititf dengan situasi yang baru. Dan proses ekuilibrasi merupakan penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi.

2.1.9.4.2 Teori Free Discovery Learning dari Bruner

Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dia jumpai dalam kehidupannya. Perkembangan kognitif menurut teori ini melalui 3 tahap yaitu enaktif (melakukan aktivitas dalam upaya memahami lingkungan sekitar), ikonik (memahami objek melalui gambar), dan simbolik (berpikir abstrak dan logika).

2.1.9.4.3 Teori Meaningful Learning dari Ausubel

Menurut teori ini, belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, tanpa motivasi dan keinginan yang kuat, maka pebelajar tidak akan mampu mengasimilasikan pengetahuan yang baru didapatnya ke dalam struktur kognitifnya.

2.1.9.4.4 Teori Belajar dari Vygotsky

Teori ini memandang bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar belakang sosial dan sejarahnya. Dalam belajar, seseorang harus dihubungkan

dengan latar belakang sosial dan budayanya sehingga lebih mudah dalam mengasimilasikan pengetahuan baru dalam struktur kognitifnya.

Berdasarkan teori-teori belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar menggunakan pendekatan kontekstual mengarahkan proses belajar dengan menemukan sendiri pengetahuan melalui hal-hal yang diketahui sebelumnya oleh pebelajar, seperti: lingkungan, latar belakang sosial, budaya, sejarah, pengetahuan. Proses belajar akan sangat memerlukan motivasi, karena tanpa motivasi pebelajar akan kesulitan dalam memasukkan pengetahuan dalam struktur kognitifnya. 2.1.10 Hakikat Media Pembelajaran

Media berasal dari kata “medium” yang berarti perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim dan penerima pesan. Daryanto (2010: 4-5) menyatakan bahwa media merupakan bagian dari komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator pemberi dan penerima pesan. Kemudian, media pembelajaran menurut Rifa’i dan Anni (2009: 167) adalah alat/wahana yang digunakan pendidik dalam poses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.

Menurut Trianto (2010: 234-235) beberapa keefektifan penggunaan media, diantaranya:

a. Gairah belajar siswa akan meningkat;

b. Siswa berkembang menurut minat dan kecepatannya; c. Interaksi langsung dengan lingkungan;

d. Memberikan perangsang dan menyamakan pengalaman; e. Memberikan persepsi akan suatu konsepsi yang sama.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dokumen terkait