• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Hasil-hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

2.2.4 Hakikat Penilaian Bahasa

Selain berlandaskan pada kurikulum pelajaran Bahasa Indonesia, dalam melakukan penelitian pengembangan instrumen penilaian, perlu dipahami pula tentang hakikat penilaian bahasa. Dalam hakikat penilaian ini, peneliti akan menguraikan tentang apa perbedaan antara tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi serta memaparkan bentuk-bentuk penilaian bahasa.

Ada beberapa istilah yang sering disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik penilaian, yaitu tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Berikut diuraikan pengertian masing-masing istilah tersebut.

(1) Tes merupakan salah satu alat untuk mengukur sesuatu yang bersifat abstrak, tidak kasat mata, serta tidak konkret, seperti kemampuan berpikir, kemampuan mengingat, kemampuan menulis, atau kemampuan bahasa yang lain (Djiwandono, 2008: 12).

(2) Pengukuran merupakan upaya mendeskripsikan sesuatu secara kuantitatif sesuai dengan hakikat dan sifat benda yang diukur (Djiwandono, 2008: 12— 15).

(3) Penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang pembelajar dapat mencapai tujuan pendidikan (Nurgiyantoro, 2010: 7).

(4) Evaluasi merupakan upaya pengumpulan informasi tentang penyelenggaraan pembelajaran sebagai dasar untuk membuat berbagai keputusan. Informasi tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan kemajuan

dan hasil pembelajaran, melainkan berhubungan pula dengan penyelenggaraan pembelajaran secara keseluruhan (Djiwandono, 2008: 10).

Istilah tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi memang memiliki pengertian yang berbeda. Namun, keempat istilah ini memiliki hubungan yang erat. Evaluasi memiliki cakupan yang paling luas dibandingkan penilaian dan pengukuran. Jika dikaitkan dengan pembelajaran bahasa, evaluasi tidak hanya mengumpulkan informasi tentang seberapa jauh kemampuan pembelajar dalam menguasai bahasa seperti yang dilakukan dalam penilaian, melainkan mencakup pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan, baik tentang kesesuaian bahan ajar yang digunakan, latihan-latihan yang diberikan, metode mengajar dan media yang digunakan guru, penyusunan dan penyelenggaraan tes, serta penskoran dan pemrosesan hasil tes (Djiwandono, 2008:10).

Salah satu cara untuk mengumpulkan informasi dalam evaluasi dan penilaian adalah dengan melakukan pengukuran. Pengukuran menghasilkan deskripsi secara kuantitatif tentang tingkat kemampuan siswa dalam menguasai bahasa yang nantinya menjadi bahan untuk membuat keputusan dalam evaluasi dan penilaian. Adapun salah satu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan pembelajar dalam menguasai bahasa ini adalah tes. Tes menghasilkan skor yang akan ditafsirkan untuk menyusun keputusan dalam proses evaluasi (Djiwandono, 2008:15).

Dikaitkan dengan ruang lingkup penelitian, peneliti menggunakan istilah penilaian dalam pengembangan yang akan dilakukan. Hal ini dimaksudkan karena peneliti hanya akan mengembangkan produk berupa instrumen penilaian yang

mengukur seberapa tingkat pencapaian pembelajar secara integratif, bukan menilai keseluruhan pelaksanaan pembelajaran yang menjadi cakupan evaluasi. Produk instrumen penilaian ini terdiri dari kisi-kisi, butir-butir soal, rubrik penilaian dan kriteria penilaian.

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pembahasan pada penilaian bahasa. Sasaran penilaian kemampuan bahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa. Kemampuan bahasa itu meliputi empat jenis kemampuan, yaitu menyimak, kemampuan membaca, kemampuan berbicara, dan kemampuan menulis. Penilaian bahasa juga diarahkan pada penguasaan bahasa yang dalam kajian bahasa, khususnya kajian struktural, ditafsirkan sebagai terdiri dari sejumlah unsur bahasa, yaitu fonologi (bunyi-bunyi bahasa, fonem, tekanan suara dan intonasi), kosakata (makna dan pembentukan kata), dan tata bahasa (penggabungan kata-kata dalam membentuk berbagai bentukan sintaksis sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar) (Djiwandono, 2008: 16).

2.2.4.1 Bentuk Penilaian Bahasa

Pada hakikatnya, penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang pembelajar dapat mencapai tujuan pendidikan (Nurgiyantoro, 2010: 7). Informasi yang dikumpulkan sebaiknya menyeluruh dan tidak benar jika hanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran saja. Agar informasi yang diperoleh lebih lengkap, menggambarkan belajar siswa, dan dapat dipertanggungjawabkan, pengumpulan

informasi juga harus dilakukan sepanjang kegiatan pembelajaran (Nurgiyantoro, 2010: 13).

Penilaian yang dilakukan pada setiap pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa, terbagi menjadi dua macam. Penilaian yang dilakukan di akhir pembelajaran untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa terhadap seluruh kompetensi yang dibelajarkan dalam periode tertentu disebut sebagai penilaian prestasi atau penilaian

produk. Di sisi lain, penilaian yang dilakukan sepanjang dan bersamaan dengan

proses pembelajaran disebut sebagai penilaian proses . Penjelasan tentang penilaian produk dan penilaian proses akan dipaparkan sebagai berikut.

(1) Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya dilakukan secara formal dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan. Teknik pengukuran biasa dilakukan secara tertulis dengan berbagai tes objektif dan esai (uraian) (Nurgiyantoro, 2010: 13). Penilaian produk lebih sesuai dilakukan dengan model penilaian tradisional. Penilaian tradisional lebih tepat untuk ujian akhir yang mengukur hampir semua kompetensi yang dibelajarkan dalam waktu yang singkat seperti ulangan umum dan ujian nasional. (Nurgiyantoro, 2011: 29).

Penilaian produk dengan model penilaian tradisional memiliki kelemahan. Penilaian ini “hanya” merespons jawaban yang telah disediakan dan belum tentu mencerminkan kompetensi kinerja berbahasa siswa yang sebenarnya. Selain itu, dalam menjawabnya pun siswa dapat melakukannya secara untung-untungan (Nurgiyantoro, 2011: 30).

(2) Penilaian Proses

Penilaian proses dilakukan sepanjang dan bersamaan dengan proses pembelajaran sebagai bagian dari strategi pembelajaran, yang hasilnya sekaligus untuk umpan balik pembelajaran selanjutnya (Nurgiyantoro, 2011: 28). Penilaian proses dapat dilakukan kapan saja dengan memberikan tugas, latihan, tanya jawab, kuis, ulangan harian, tugas di rumah, tugas melakukan kegiatan tertentu, pengamatan, catatan harian, dan lain-lain yang semuanya direncanakan bentuk dan waktunya (Nurgiyantoro, 2010:13). Penilaian proses dapat mengukur pencapaian indikator yang tidak dapat diujikan pada akhir kegiatan. Informasi dari hasil penilaian proses harus dicatat dan dapat dijadikan sebagai bagian tes formatif (Nurgiyantoro, 2010:50)

Penilaian proses ini melibatkan berbagai kinerja yang mencerminkan bagaimana siswa belajar, capaian hasil, motivasi, dan sikap yang berhubungan dengan aktivitas pembelajaran. Penilaian ini berasumsi bahwa ada banyak unjuk kerja yang dapat ditampilkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang semuanya lebih luas dari sekedar ujian tertulis dengan jawaban singkat (Nurgiyantoro, 2011:29).

Kelemahan penilaian proses melalui model penilaian ini adalah hampir tidak mungkin penilaian ini dipakai untuk ujian nasional atau ulangan umum di akhir semester yang waktunya sangat terbatas, apalagi dengan tuntutan mencakup hampir keseluruhan kompetensi yang dibelajarkan. Hal itu belum lagi mempertimbangkan aspek validitas dan reliabilitas ujian yang seharusnya terpenuhi (Nurgiyantoro, 2011:30).

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan model penilaian proses untuk menyusun instrumen penilaian pembelajaran menulis. Hal ini disebabkan penilaian pembelajaran menulis membutuhkan bentuk soal yang menuntut siswa untuk dapat menghasilkan karya tulis yang sebenarnya. Tuntutan untuk dapat menghasilkan sebuah karya tulis tidak dapat terpenuhi hanya dengan menggunakan penilaian tradisional berupa tes objektif atau uraian jawaban. Bentuk tes yang peneliti hasilkan adalah tes tertulis, tes kinerja, tes proyek, dan tes portofolio dengan bentuk tagihan berupa karya tulis seperti cerpen, paragraf ekspositif, pantun, dan puisi baru.