• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Hasil-hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

2.2.8 Tes Kompetensi Berbahasa

2.2.8.2 Tes Kompetensi Berbahasa Produktif

Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif produktif adalah kemampuan yang menuntut kegiatan untuk menyampaikan bahasa kepada orang lain, baik secara tertulis maupun lisan. Penyampaian bahasa dapat berarti penyampaian gagasan, pikiran, perasaan, pesan, atau informasi oleh pihak penutur (Nurgiyantoro, 2010: 397).

(1) Tes kemampuan berbicara

Tugas untuk mengukur kompetensi berbicara siswa sebaiknya adalah tes yang memungkinkan siswa tidak hanya mengekspresikan kemampuan berbahasanya, melainkan juga untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, atau menyampaikan informasi. Pemberian tugas berbicara dapat berdasarkan rangsang gambar, berbicara dengan rangsang suara, berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara, bercerita, wawancara, berdiskusi, dan berpidato (Nurgiyantoro, 2010: 402). Dalam penelitian ini, peneliti memilih tes kemampuan berbicara dengan rangsang gambar cerita, berdiskusi, dan bercerita pengalaman pribadi.

a. Berbicara berdasarkan rangsang gambar

Gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang baik untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang potensial. Gambar cerita berisi suatu aktivitas yang mencerminkan maksud, gagasan, makna, dan situasi tertentu. Rubrik penilaian berbicara dengan rangsang gambar cerita adalah sebagai berikut.

Tabel 2.6 Rubrik Penilaian Kinerja Pemahaman Berbicara dengan Rangsang Gambar

No. Aspek yang dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan gambar 2. Ketepatan logika urutan cerita 3. Ketepatan makna keseluruhan cerita 4. Ketepatan diksi

5. Ketepatan struktur kalimat 6. Kelancaran

7. Kebermaknaan penuturan Jumlah Skor

Rubrik di atas dijadikan pedoman oleh peneliti dalam menyusun rubrik penilaian untuk tes kompetensi berbicara berdasarkan rangsang gambar peristiwa penipuan melalui telepon yang menimpa Bendahara Kas Objek Wisata Gua Pindul. Aspek-aspek penilaian di atas peneliti kembangkan menjadi beberapa subkomponen kriteria penilaian sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar yang akan dinilai.

b. Bercerita

Tugas bercerita dapat berdasarkan rangsang apa saja. Tugas ini dalam jenis penilaian otentik berupa tugas menceritakan kembali isi teks atau cerita. Jadi, rangsang yang dapat dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah

dibaca, berbagai cerita, berbagai pengalaman, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2010: 409). Di bawah ini adalah contoh rubrik penilaian tugas bercerita berdasarkan buku cerita yang dibaca.

Tabel 2.7 Rubrik Penilaian Kinerja Bercerita Berdasarkan Buku Cerita

No. Aspek yang dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Ketepatan isi cerita

2. Ketepatan penunjukkan detail cerita 3. Ketepatan logika cerita

4. Ketepatan makna keseluruhan cerita 5. Ketepatan kata

6. Ketepatan kalimat 7. Kelancaran

Jumlah Skor

Rubrik di atas akan dijadikan pedoman oleh peneliti dalam menyusun rubrik penilaian untuk tes kompetensi bercerita “menceritakan kembali isi” dari laporan hasil observasi yang dilakukan oleh siswa. Karena laporan hasil observasi industri rumahan bersifat ilmiah, tentu saja aspek-aspek yang dinilai dimodifikasi dan disesuaikan dengan isi informasi yang disampaikan. Aspek-aspek penilaian pada rubrik di atas peneliti kembangkan menjadi beberapa subkomponen kriteria penilaian sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar yang akan dinilai.

Selain tes kompetensi “menceritakan kembali isi” dari laporan hasil observasi industri rumahan, rubrik di atas juga peneliti gunakan sebagai pedoman dalam menyusun rubrik penilaian bercerita pengalaman pribadi mengobservasi tempat bersejarah. Aspek-aspek penilaian pada rubrik di atas peneliti kembangkan menjadi

beberapa subkomponen kriteria penilaian sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar yang akan dinilai.

Pengembangan subkomponen kriteria penilaian untuk tugas ini didasarkan pada teori tentang menceritakan kembali teks atau cerita. Tugas menceritakan kembali pada dasarnya ditujukan untuk mengukur pemahaman wacana yang didengar atau dibaca. Tugas ini bermakna karena kompetensi pemahaman wacana tersebut dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian terhadap kinerja siswa, selain ketepatan unsur kebahasaan, juga harus memperhitungkan ketepatan dan keakuratan isi atau informasi yang terkandung dalam wacana. Wacana yang akan diceritakan kembali oleh siswa dalam tugas ini adalah laporan observasi tempat industri rumahan, sedangkan pengalaman yang akan diceritakan oleh siswa adalah pengalaman melakukan observasi tempat bersejarah yang dilaksanakan oleh siswa secara berkelompok.

c. Berdiskusi

Berdiskusi adalah tugas berbicara yang paling tidak melibatkan dua orang pembicara, yang dilakukan untuk melatih siswa untuk mampu dan berani berbicara serta beradu argumentasi. Dalam kegiatan ini, siswa berlatih untuk mengungkapkan gagasan, menanggapi gagasan-gagasan teman secara kritis, dan mempertahankan gagasan sendiri dengan argumen yang logis serta dapat dipertanggungjawabkan (Nurgiyantoro, 2010: 419). Rubrik penilaian untuk menilai kemampuan berdiskusi adalah sebagai berikut.

Tabel 2.8 Rubrik Penilaian Kinerja Berdiskusi

No. Aspek yang dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Keakuratan dan keaslian gagasan 2. Kemampuan berargumentasi 3. Keruntutan penyampaian gagasan 4. Pemahaman

5. Ketepatan kata 6. Ketepatan kalimat

7. Ketepatan stile penuturan 8. Kelancaran

Jumlah Skor

Peneliti menjadikan rubrik di atas sebagai pedoman dalam menyusun rubrik penilaian untuk tes kemampuan berdiskusi tentang peningkatan suhu permukaan bumi dan solusinya. Aspek-aspek penilaian di atas peneliti kembangkan menjadi beberapa subkomponen kriteria penilaian sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar yang akan dinilai.

Menurut Sukiat (1979:6), diskusi kelompok adalah arena bertukar pendapat, pandangan, atau pengalaman tentang suatu masalah, di mana pendapat yang berbeda-beda itu dapat bersatu menuju pemecahan masalah yang dihadapi. Sebelum melakukan diskusi, ditetapkan terlebih dahulu masalah yang akan didiskusikan. Kriteria agar suatu masalah dapat didiskusikan adalah (1) menyangkut kepentingan bersama, (2) aktual (sedang menjadi bahan pembicaraan masyarakat), (3) mendesak untuk dibicarakan, serta (4) prinsipal dan substansial, yang berarti berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai kemanusiaan (Kamdhi, 1995:19—20).

Dalam sebuah diskusi, peserta diskusi memegang peran utama. Dengan demikian, agar peserta diskusi dapat menempatkan diri dengan baik perlu memperhatikan hal-hal berikut (Kamdhi, 1995:42—46).

a. Mampu menangkap uraian pembicara secara akurat, cermat, dan tepat b. Berpola kritis, analisis, sistematis, dan logis

c. Mengajukan pertanyaan sebagai wujud perhatian terhadap pokok masalah d. Menyatakan komentar dan persetujuan

e. Menyampaikan sanggahan secara objektif dan rasional (menurut pikiran dan pertimbangan yang logis)

Hendrikus (1991: 110—111) menambahkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peserta diskusi. Setiap peserta harus mendengar dengan penuh perhatian pikiran-pikiran yang disampaikan oleh peserta lain. Setiap peserta diskusi hendaknya berargumentasi secara tepat dan disertai dengan bukti yang tepat sasaran. Selain itu, antara argumentasi satu dengan argumentasi yang lain harus ada hubungan pikiran yang logis.

Uraian materi tentang paragraf diskusi di atas digunakan oleh peneliti sebagai pedoman dalam mengembangkan subkomponen kriteria penilaian tugas berdiskusi. Dengan begitu, rubrik penilaian yang dihasilkan oleh peneliti bersifat kuat dan dapat dipercaya untuk mengukur tingkat ketercapaian siswa.

(2) Tes kemampuan menulis

Menulis adalah bentuk kompetensi berbahasa yang paling sulit dikuasai karena menulis memerlukan penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa untuk menghasilkan karangan yang runtut, padu, dan berisi. Kegiatan menulis menghendaki penguasaan simbol visual, aturan tata tulis yang menyangkut ejaan yang dituangkan secara tepat, teratur, dan lengkap (Nurgiyantoro, 2010: 422—423).

Seperti yang telah diungkapkan di atas, tes kemampuan menulis tidak hanya mengukur kompetensi berbahasa, melainkan juga mempertimbangkan ketepatan berbahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi. Dengan kata lain, tes kemampuan menulis menilai kemampuan siswa dalam mengorganisasikan dan mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa yang tepat (Nurgiyantoro, 2010: 425).

Tes kemampuan menulis menuntut diselenggarakan dalam bentuk tes subjektif. Tes subjektif tidak hanya lebih sesuai dengan tujuan mengungkapkan pikiran peneliti yang bersifat subjektif, melainkan juga sesuai dengan kegiatan menulis sebagai kegiatan aktif-produktif yang subjektif (Djiwandono, 2008:123).

Bentuk tugas kompetensi menulis menurut Nurgiyantoro (2010: 426—436) ada dua macam, yaitu menulis dengan memilih jawaban dan tugas menulis dengan membuat karya tulis. Dalam tugas menulis ini juga terdapat penilaian portofolio. Menulis dengan membuat karya tulis terdiri dari menulis berdasarkan rangsang gambar, menulis dengan rangsang suara, menulis berdasarkan rangsang visual dan suara, menulis dengan rangsang buku, menulis laporan, menulis surat, dan menulis

berdasarkan tema tertentu. Berdasarkan SK dan KD menulis kelas X semester 1, peneliti memilih tugas menulis berdasarkan rangsang gambar dan menulis laporan.

a. Tugas menulis dengan rangsang gambar

Tugas menulis dengan rangsang gambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menulis berdasarkan gambar suatu peristiwa yang diambil dari surat kabar. Gambar ini berfungsi sebagai pemancing kognisi dan imajinasi siswa serta pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan. Rubrik penilaian menulis berdaarkan rangsang gambar adalah sebagai berikut.

Tabel 2.9 Rubrik Penilaian Menulis Berdasarkan Rangsang Gambar

No. Aspek yang dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan gambar 2. Ketetapan logika urutan cerita 3. Ketepatan makna keseluruhan cerita 4. Ketepatan kata

5. Ketepatan kalimat 6. Ejaan dan tata tulis

Jumlah Skor

Rubrik di atas dijadikan pedoman oleh peneliti dalam menyusun rubrik penilaian untuk tes kemampuan menulis berdasarkan rangsang gambar. Aspek-aspek penilaian di atas peneliti kembangkan menjadi beberapa subkomponen kriteria penilaian sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar yang akan dinilai .

Peneliti menggunakan dua jenis gambar untuk tugas ini. Gambar pertama adalah gambar urutan peristiwa penipuan melalui telepon yang menimpa Bendahara Kas Objek Wisata Gua Pindul. Gambar kedua adalah gambar yang menunjukkan proses

peningkatan suhu permukaan bumi yang diambil dari sumber internet. Tulisan yang dihasilkan siswa berdasarkan rangsang gambar pertama adalah berupa paragraf naratif, sedangkan tulisan yang dihasilkan dari gambar kedua adalah paragraf ekspositif.

Paragraf naratif adalah suatu wacana yang bertujuan menggambarkan kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Keraf, 2007:135—136). Dalam sebuah naratif, terdapat bagian yang mengawali naratif, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri naratif itum(Keraf, 2007:145).

Paragraf naratif dapat disusun dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat. Paragraf dengan pola urutan ini mengutamakan tinjauan pada urutan waktu dan tempat terjadinya peristiwa. Penulis biasanya akan menyajikan cerita sejak awal hingga akhir dengan alur lurus (Sutarni dan Sukardi, 2008:13).

Gambar kedua menuntut siswa untuk dapat menyusun tulisan berupa paragraf ekspositif. Paragraf ekspositif bertujuan untuk memperluas pengetahuan seseorang, menjelaskan dan menerangkan suatu pokok persoalan dengan sejelas-jelasnya. Paragraf ekspositif disertai dengan fakta-fakta yang digunakan sebagai alasan agar rumusan menjadi konkret. Paragraf ini tidak diakhiri dengan ajakan kepada pembaca untuk melakukan sesuatu, melainkan diakhiri oleh penegasan dengan keputusan diserahkan kepada pembaca (Keraf, 1982:3—7).

Paragraf ekspositif memiliki beberapa pola pengembangan paragraf, di antaranya pola pengembangan definisi, pola pengembangan klasifikasi, pola pengembangan

identifikasi, pola pengembangan pembandingan, pola pengembangan proses, dan pola pengembangan contoh. Untuk gambar kedua yaitu gambar tentang proses peningkatan suhu permukaan bumi, siswa dituntut dapat menyusun tulisan berupa paragraf ekspositif dengan menggunakan pola pengembangan proses.

Pola pengembangan proses adalah pola pengembangan paragraf ekspositif yang berusaha menjelaskan proses atau tata urutan terjadinya sesuatu. Penulis dituntut untuk dapat menguraikan tahap-tahap urutan terjadinya sesuatu secara rinci dan runtut (Suryanto dan Haryanta, 2007:85).

Selain dapat menyusun paragraf sesuai kriteria yang baik dalam hal gagasan dan struktur paragraf, siswa juga harus memperhatikan segi pilihan kata, struktur kalimat dan ejaan yang benar saat menulis paragraf. Dalam menyusun paragraf, hendaknya siswa mampu menggunakan kata yang lugas dan bervariatif, tidak menggunakan kata-kata yang mampu menimbulkan makna ambigu. Dalam hal struktur kalimat, siswa hendaknya menggunakan kalimat yang efektif, komunikatif, baku, dan berstruktur minimal mengandung subjek dan predikat. Siswa juga diharapkan tidak melakukan kesalahan dalam hal ejaan dan penggunaan tanda baca.

Uraian materi tentang paragraf naratif di atas digunakan oleh peneliti sebagai pedoman dalam mengembangkan subkomponen kriteria penilaian tugas menulis berdasarkan rangsang gambar. Dengan begitu, rubrik penilaian yang dihasilkan oleh peneliti bersifat kuat dan dapat dipercaya untuk mengukur tingkat ketercapaian siswa.

b. Tugas menulis laporan

Menulis laporan dapat dimanfaatkan untuk melatih dan mengungkapkan kemampuan menulis berdasarkan kegiatan perjalanan, darmawisata, laporan penelitian, dan laporan mengikuti kegiatan tertentu (Nurgiyantoro, 2010: 435). Peneliti memilih tugas menulis dengan bentuk tagihan laporan hasil observasi ke tempat industri rumahan dan tempat bersejarah yang dilakukan dengan kerja proyek.

Untuk melakukan tugas ini, siswa diharapkan mampu bekerja sama, membagi tugas, dan memecahkan masalah yang semuanya merupakan usaha kolaboratif. Kinerja tugas proyek menunjukkan penguasaan pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis data, sampai dengan pemaknaan dan penyimpulan (Nurgiyantoro, 2010: 436). Rubrik penilaian untuk tugas proyek ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2.10 Rubrik Penilaian Menulis Laporan Hasil Kerja Proyek

No. Aspek yang dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Pemahaman isi 2. Organisasi penulisan 3. Ketepatan analisis data dan

penyimpulan

4. Kebermaknaan keseluruhan tulisan 5. Ketepatan diksi

6. Ketepatan kalimat

7. Ketepatan stile penulisan 8. Ejaan dan tata tulis

Jumlah Skor

Rubrik di atas akan dijadikan pedoman oleh peneliti dalam menyusun rubrik penilaian untuk tes kemampuan menulis laporan hasil observasi tempat industri rumahan berupa paragraf ekspositif dan laporan observasi tempat bersejarah berupa

paragraf deskriptif. Aspek-aspek penilaian di atas peneliti kembangkan menjadi beberapa subkomponen kriteria penilaian sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar yang akan dinilai.

Tugas menulis laporan yang pertama adalah menulis hasil observasi tempat industri rumahan seperti usaha batik, makanan, atau kerajinan. Hasil observasi industri rumahan tersebut dilaporkan dalam bentuk paragraf ekspositif. Uraian materi tentang paragraf ekspositif telah dijelaskan pada subbab menulis berdasarkan rangsang gambar di atas.

Tugas menulis laporan yang kedua adalah menulis laporan hasil observasi tempat bersejarah yang berupa paragraf deskriptif. Paragraf deskriptif adalah paragraf yang bertujuan untuk menguraikan atau memaparkan sesuatu yang sebenarnya. Sasaran penulis adalah menciptakan atau memungkinkan tercapainya daya khayal (imajinasi) pada para pembaca, seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi secara keseluruhan seperti yang dialami oleh penulis secara fisik (Keraf, 1982:93).

Pola pengembangan paragraf deskriptif dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari cara pandang penulis terhadap objek dan teknik perincian objek (Sutarni dan Sukardi, 2008: 48—49). Ditinjau dari cara pandang penulis terhadap objek, pola pengembangan paragraf deskriptif dibedakan menjadi pola spesial dan pola sudut pandang.

Uraian materi tentang paragraf deskriptif di atas digunakan oleh peneliti sebagai pedoman dalam mengembangkan komponen kriteria penilaian tugas menulis laporan

hasil kerja proyek. Dengan begitu, rubrik penilaian yang dihasilkan oleh peneliti bersifat kuat dan dapat dipercaya untuk mengukur tingkat ketercapaian siswa.

c. Penilaian portofolio

Penilaian portofolio adalah sekumpulan karya peserta didik yang berwujud karya verbal yang terdiri dari berbagai tugas menulis di bawah ranah kompetensi menulis, namun juga dapat dari hasil tulisan di bawah ranah kompetensi berbahasa yang lain selama periode tertentu. Tujuan penilaian portofolio adalah untuk menunjukkan kemajuan belajar peserta didik dari awal sampai akhir pembelajaran dan melihat seberapa besar peningkatan siswa (Nurgiyantoro, 2010: 436).

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun dua macam tugas portofolio. Tugas yang pertama adalah menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain yang diperoleh dari artikel surat kabar. Tugas portofolio yang kedua adalah menganalisis pola urutan waktu dan tempat serta amanat dari lima buah cerpen yang diambil dari surat kabar. Uraian materi yang akan menjadi kriteria penilaian serta rubrik penilaian masing-masing tugas tersebut dipaparkan dalam tes kompetensi bersastra pada subbab menulis fiksi dan analisis fiksi.