BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.2 Hakikat Penilaian
2.1.2.1 Pengertian penilaian, evaluasi, tes, dan pengukuran
Sebelum memaparkan tentang pengertian penilaian, kita perlu memahami
pengertian tes, evaluasi, pengukuran, dan penilaian agar tidak menimbulkan
pemahaman yang keliru. Secara konsepsional istilah-istilah tersebut berbeda satu
sama lain, tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat (Arifin, 2009:2).
1) Tes
Tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk
mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab
pertanyaan”seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang” yang jawabannya berupa angka
(Gronlund, 1985:5 dalam Nurgiyantoro, 2010:7).
Tes juga merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran terhadap sesuatu yang bersifat abstrak, tidak kasat mata, tidak konkret
(Djiwandono, 2011:15). Berdasarkan pengertian yang telah dikutip dari pendapat
kedua tokoh tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tes merupakan suatu alat yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan. Dengan adanya
2) Pengukuran
Pengukuran merupakan proses untuk memperoleh deskripsi angka (skor) yang
menunjukkan tingkat dalam suatu bidang tertentu, misalnya jawaban pertanyaan
“seberapa banyak” (Gronlund, 1985:5 dalam Nurgiyantoro, 2010:7).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran
merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
suatu pembelajaran. Hasil dari pengukuran berupa deskripsi angka (skor).
3) Penilaian
Penilaian merupakan proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan
penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik dapat
mencapai tujuan pendidikan (Gronlund, 1985:5 dalam Nurgiyantoro, 2010:7).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan
suatu proses yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan
hasil belajar peserta didik. Hasil dari penilaian berupa data kuantitatif dan kualitatif.
4) Evaluasi
Evaluasi suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu
dalam rangka pembuatan keputusan (Arifin, 2009:5).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
suatu proses yang sistematis untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan yang
dicapai oleh peserta didik. Evaluasi yang dibuat harus berdasarkan kriteria tertentu
Arifin (2009:7—8) mengemukan bahwa penilaian dan evaluasi sebenarnya
memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai
pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu dan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data juga sama. Perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan
pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas
pada salah satu komponen atau aspek saja. Ruang lingkup evaluasi lebih luas,
mencakup semua komponen dalam suatu sistem (sistem pendidikan, sistem
kurikulum, dan sistem pembelajaran).
Brown (2004:3 dalam Nurgiyantoro, 2010:9) mengemukakan bahwa penilaian
adalah sebuah cara pengukuran pengetahuan, kemampuan, dan kinerja seseorang
dalam suatu ranah yang diberikan. Dalam definisi tersebut Brown menganggap
bahwa penilaian paling tidak mencakup tiga hal. Pertama, tes sebagai sebuah cara.
Kedua, tes sebagai alat ukur. Ketiga, tes sebagai alat ukur pengetahuan, kemampuan,
atau kinerja.
Cronbach (dalam Nurgiyantoro, 2010:10), mengemukakan bahwa penilaian
merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi yang dipergunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan tentang program pendidikan.
Pengertian penilaian yang dipaparkan oleh Gronlund dan Cronbach hampir
sama. Dari pengertian yang dipaparkan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penilaian mencakup tiga hal, yaitu pengumpulan informasi, penggunaan informasi,
dan pembuatan keputusan. Peneliti lebih memilih pendapat kedua tokoh ini karena
Berdasarkan pengertian tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa untuk menentukan bahwa seorang peserta didik berhasil atau
tidak kita perlu melakukan tes. Dari tes tersebut kita dapat mengukur kemampuan
peserta didik dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria. Dari
hasil pengukuran tersebut kita masuk dalam tahap penilaian, yaitu menjelaskan dan
menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah penetapan nilai atau
berkaitan dengan pembuatan suatu keputusan.
2.1.2.2 Tujuan dan Fungsi Penilaian
Dalam menyusun suatu instrumen penilaian kita perlu mengetahui tujuan dan
fungsi penilaian agar instrumen penilaian yang kita buat dapat bermanfaat secara
efektif dan efisien untuk kepentingan para peserta didik. Menurut Nurgiyantoro
(2010: 30—33), ada beberapa tujuan dan fungsi penilaian, antara lain:
1) Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan yang berupa berbagai
kompetensi yang telah ditetapkan dapat dicapai lewat kegiatan pembelajaran
yang dilakukan.
2) Untuk memberikan objektivitas pengamatan kita terhadap tingkah laku hasil
belajar peserta didik.
3) Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam kompetensi, pengetahuan,
keterampilan, atau bidang-bidang tertentu.
4) Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan, memonitor kemajuan belajar
peserta didik, dan sekaligus menentukan keefektifan pelaksanaan pembelajaran
5) Untuk menentukan layak tidaknya seorang peserta didik dinaikkan ke tingkat di
atasnya atau dinyatakan lulus dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya.
6) Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.
2.1.2.3 Prinsip-Prinsip Penilaian
Penilaian yang baik adalah penilaian yang dilakukan secara menyeluruh. Hal
ini ditekankan agar guru tidak hanya menilai peserta didik dari salah satu aspek saja,
misalnya hanya aspek kognitif. Menurut Purwanto (2009:72—74), prinsip-prinsip
penilaian, antara lain:
1) Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Hal
ini berarti bahwa penilaian didasarkan atas sampel prestasi yang cukup banyak,
baik macamnya maupun jenisnya.
2) Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading). Penskoran
berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka, sedangkan dalam
penilaian kita memproses angka-angka hasil kuantifikasi prestasi itu dalam
hubungannya dengan “kedudukan” personal siswa dan mahasiswa yang
memperoleh angka-angka tersebut di dalam skala tertentu, misalnya skala
baik-buruk, bisa diterima-tidak bisa diterima, dinyatakan lulus-tidak lulus.
3) Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam
orientasi, yaitu penilaian yang norm-referenced dan criterion-referenced.
Norm-referenced evaluation adalah penilaian yang diorientasikan kepada suatu kelompok tertentu; jadi, hasil evaluasi perseorangan siswa atau mahasiswa
adalah penilaian yang diorientasikan kepada suatu standar absolut, tanpa
dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu.
4) Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses
belajar mengajar.
5) Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya setelah tahap pengukuran yang
menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki
skor yang sama harus harus memperoleh nilai yang sama pula.