• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

C. Hakikat Prestasi Belajar

Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah proses yang mengakibatkan perubahan diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Menurut Kamus istilah Sosiologi, ”prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

Dalam masyarakat yang semakin maju dan rumit seperti dewasa ini, prestasi seseorang dipandang amat penting. Lembaga-lembaga pendidikan menekankan pentingnya penampilan belajar yang baik, persaingan dan berhasil baik dalam menempuh tes, baik tes pengetahuan maupun tes kemampuan. Dan para siswapun menyadari benar akan hal itu, mereka peka terhadap bagaimana cara guru memperlakukan murid-murid yang berprestasi dan murid yang kurang pandai, mereka mudah iri terhadap prestasi

teman-temannya dan mudah pula menjadi gugup dan cemas kalau-kalau mengalami kegagalan.29

Untuk memudahkan di dalam memahami tentang pengertian prestasi belajar, perlu mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna prestasi. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Dalam kamus populer dinyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.30

Selain hal tersebut, juga dalam kamus bahasa Indonesia dijelskan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dan yang telah dilakukan atau dikerjakan)”.31

Dari pengertian di atas dapat dicermati adanya makna sama, yang intinya adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan, oleh karena itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan kerja secara individu maupun kelompok dalam suatu bidang tertentu.

Sedangkan kata prestasi itu sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia arti prestasi adalah “apa yang telah dihasilkan dan diciptakan” prestasi merupakan salah satu tujuan seorang dalam belajar dan sekaligus sebagai motivator terhadap aktivitas anak didik. Sedangkan kata belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

29 M Dimyati Mahmud,op.cit., h.83

30Habeyb S.F. Kamus Populer,(Jakarta: Nurani, 1983), h. 296.

31Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 700.

suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.32

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebut bahwa: “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.33 Karena belajar itu bukan hanya menghafal dan mengingat saja. Melainkan berinteraksi dengan lingkungannya dan merupakan suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang, dengan tujuan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu.

Penggabungan pengertian prestasi dan belajar mengandung pengertian penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh Guru. Bahkan prestasi belajar berarti penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor setelah mengikuti kegiatan belajar.

32 Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, ……… loq. cit., h. 37.

33Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ……… op. cit., h. 672.

D. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak

1. Pengertian Orang Tua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa orang tua artinya ayah dan ibu.34 Sedangkan menurut Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa “orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggungjawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya Memang diketahui bersama bahwa pendidikan yang utama dan pertama adalah di keluarga, maka kedua orang tua sangatlah bertanggung terhadap anak-anaknya termasuk dalam meningkatkan prestasi belajar. 35

Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua tidak hanya cukup memberi makan, minum dan pakaian saja kepada anak-anaknya tetapi harus berusaha agar anaknya menjadi baik, pandai, bahagia dan berguna bagi hidupnya dan masyarakat. Orang tua dituntut harus dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan rohani dapat berkembang secara optimal dan seimbang.

2. Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua

Tingkat pendidikan formal orang tua adalah tingkat pendidikan akhir yang dimiliki oleh orang tua, apakah itu tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Akademi Institute atau Universitas.

34Ibid, h. 349.

35. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 62.

3. Tugas dan Peran Orang Tua

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Tafsir bahwa tugas dan peranan orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut: mengasuh, membesarkan dan mengarahkannya menuju kepada kedewasaan serta menanamkan nilai moral dan sosial yang berlaku di masyarakat.36

Di samping itu orang tua juga harus mampu mengembangkan potensi anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan kepribadian dengan penuh tanggungjawab dan penuh kasih sayang. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa), baik secara fisik, sosial, ekonomi, maupun moral serta keagamaannya.

Sedangkan dasar-dasar tanggungjawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi:37

1. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab, dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.

2. Dorongan/motivasi kewajiban moral, sebagai konsekwensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya.

3. Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya.

Orang tua berperan menentukan hari depan anaknya. Secara fisik supaya anaknya bertumbuh sehat dengan postur tubuh yang lebih baik, maka anak-anak harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang.

Secara mental supaya anak-anak tumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan

36Ibid, h. 23.

37Abdurrahman al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, terj. Heri Noer Ali, (Bandung: Diponegoro, 1989), h. 71.

prasarana belajar yang memadai. Sedangkan secara sosial supaya anak-anak dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasi diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya.Berdasarkan berbagai penelitian para ahli psikologi dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu diberikan orang tua terhadap anaknya adalah sebagai berikut:38

1) Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik 2) Hargai kemandiriannya

3) Diskusikan tentang berbagai masalah

4) Berikan rasa aman, kasih sayang dan perhatian 5) Beri contoh perkawinan yang berbahagia

Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidikan dasar utama untuk dewasa anak, juga merupakan tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarganya.

Sementara itu Conny Semiawan dan kawan-kawan menyatakan bahwa: orang tua perlu membina anak agar mau berprestasi secara optimal, karena kalau tidak berarti suatu penyia-nyiaan terhadap bakatnya. Pembinaan dilakukan dengan mendorong anak untuk mencapai prestasi yang sesuai dengan kemampuannya.39

38Zakiah Darajar, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 106. 39Ibid, h. 110.

Dokumen terkait