• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI

SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR

Oleh

ESTI MUFIDATUL CHUSNA 05130029

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(2)

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI

SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (SI) Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

ESTI MUFIDATUL CHUSNA 05130029

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(3)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI

SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR

SKRIPSI

Oleh:

Esti Mufidatul Chusna 05130029

Telah Disetujui Pada tanggal : 25 Juli 2009

Oleh: Dosen Pembimbing

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Drs.M.Yunus, M.Si NIP. 150 276 940

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI

SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh Esti Mufidatul Chusna (05130029)

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 4 Agustus 2009 dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd.)

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang,

Drs. Muh. Yunus, M.Si : NIP. 150 276 940

Sekretaris Sidang,

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony :

NIP. 150 042 031 Pembimbing,

Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony :

NIP. 150 042 031

Penguji Utama,

Dr. Abdul Bashith, M.Si :

NIP. 150 327 264

Mengetahui,

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dr. M. Zainuddin, MA NIP.150 275 502

(5)

!

"

#

#

$ %

&

'#

!

(

#

# #

(

!

#

#

#

)

"

(

*

!

&

+

(

#

"

"

(6)

!" # $ $$

%&'(

% )

*#+

,

(7)

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Esti Mufidatul Chusna Lamp : 4 Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah di

Malang

Assalamualaikum Wr. Wb

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa, maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Esti Mufidatul Chusna NIM : 05130029

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Judul Skripsi : PengaruhTingkat Pendidikan dan Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi BelajarMata Pelajaran Ekonomi Siswa, XI IPS Di SMUN I Sutojayan Blitar

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diuji.

Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb

Pembimbing,

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

(8)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan

Malang, 25 Juli 2009

(9)

KATA PENGANTAR

Alhammdulillah segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kami tunggu-tunggu syafaatnya kelak nanti di hari akhir.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan karya tulis ini, antara lain:

1. Ayahanda Fauzan Alfi dan Ibunda Anwiyah, Suamiku tercinta Khairul Anwar beserta adikku tersayang yang telah ikhlas memberikan doa restu, kasih sayang, untaian nasehat, serta dukungan moril dan materiil.

2. Bapak Prof. Dr. H.Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA selaku dekan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan izin penelitian.

4. Bapak Prof. Dr. HM. Djunaidi Ghony selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan tentang pelaksanaan penelitian dan pembuatan karya tulis ini.

5. Bapak Drs.Moh.Yunus M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

6. Bapak Drs.Budiono, M.Pd selaku kepala SMUN I Sutojayan Blitar yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

(10)

7. Ibu Sulis selaku guru ekonomi kelas XI IPS SMUN I Sutojayan Blitar, segenap bapak dan ibu guru serta staf karyawan di SMUN I Sutojayan Blitar Blitar yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Teman-teman kos 82 (Mbak Ulpey, Poo, Mbak Anik) kalian teman

sejatiku, dan tak akan penulis lupakan.

9. Seluruh teman-teman IPS angkatan 2005, dan semua sahabat-sahabat penulis yang telah menjadi motivator demi selesainya penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik kita semua diterima Allah SWT dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.

Akhirnya kepada Allah Swt jualah penulis serahkan segalanya dalam mengharapkan keridhaan, semoga skipsi ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Amien

Malang, 15 Juli 2009

(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Jabaran Variabel, Indikator, Instrumen dan Sumber Data………8 2. Tabel 4.1. Tabulasi hasil angket tingkat pendidikan orang tua (ibu)………44 3. Tabel 4.2. Kategorisasi tingkat pendidikan orang tua (ibu)... 45 4. Tabel 4.3. Hasil angket orang tua menyediakan kamar/ruangan

belajar anak ... 46 5. Tabel 4.4. Hasil angket orang tua menyediakan meja belajar ... 46 6. Tabel 4.5. Hasil angket orang tua menyediakan semua perlengkapan alat

tulis menulis untuk belajar ... 47 7. Tabel 4.6. Hasil angket orang tua membeli buku-buku pelajaran yang anda

butuhkan ... 47 8. Tabel 4.7. Hasil angket orang tua menyiapkan pakaian seragam... 48 9...Tabel 4.8. Hasil angket orang tua memberi hadiah jika anda mendapat

prestasi belajar yang baik ... 49 10.Tabel 4.9. Hasil angket orang tua menanyakan hasil belajar di sekolah

setiap hari ... 49 11.Tabel 4.10. Hasil angket orang tua memberi pujian jika anda mendapatkan

prestasi belajar yang baik ... 50 12. Tabel 4.11. Hasil angket orang tua mendorong agar rajin dan giat dalam

belajar ... 51 13.Tabel 4.12. Hasil angket orang tua menyarankan agar masuk kelas

(12)

14.Tabel 4.13. Hasil angket orang tua menganjurkan agar berteman dengan orang yang baik... 52 15.Tabel 4. 14. Hasil angket orang tua melarang keras anda agar tidak

merokok dan obat-obat terlarang atau narkoba ... 52 16.Tabel 4.15. Hasil angket orang tua menganjurkan agar anda mendapatkan

prestasi belajar baik... 53 17.Tabel 4.16. Hasil angket orang tua menganjurkan agar dapat terus

melanjutkan sekolah sampai keperguruan tinggi... 54 18.Tabel 4.17. Hasil angket orang tua menyuruh agar mengikuti kegiatan

ekstra kurikuler ... 54 19.Tabel 4.18. Hasil angket orang tua menyuruh mengikuti les atau kursus

pada bidang studi tertentu... 55 20.Tabel 4.19. Hasil angket orang tua menanyakan kesulitan yang dialami

dalam belajar... 56 21.Tabel 4.20. Hasil angket apakah orang tua memberi hukuman atau sangsi

kalau anda bolos ... 56 22.Tabel 4.21. Hasil angket orang tua menyarankan agar lebih aktif dalam

belajar di kelas dalam segala hal... 57 23.Tabel 4.22. Hasil angket orang tua memberi tanggapan positif terhadap

kebutuhan dalam belajar... 58 24.Tabel 4.23. Kualifikasi skor prestasi belajar ... 58 25.Tabel 4.24. Distribusi frekuensi relatif (distribusi prosentase) tentang

(13)

26.Tabel 4.25. Tabel silang distribusi frekuensi relatif (distribusi prosentase) tentang dorongan orang tua dari sejumlah 45 orang subjek... 60 27.Tabel 4.26. Tingkat pendidikan orang tua dan prestasi belajar... 61 28.Tabel 4.27. Tingkat pendidikan pendidikan orang tua

terhadap belajar siswa ... 61 29.Tabel 4.28. Kerja untuk mengetahui kai kuaddrat, dalam rangka mencari

angket indek korelasi kontingensi C. ... 62 30.Tabel 4.29 Data mengenai dorongan orang tua dan prestasi belajar dari

sejumlah 45 orang subjek (X2dengan Y) ... 65 31.Tabel 4.30 Kerja untuk mengetahui kai kuaddrat dalam rangka mencari

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Penelitian

2. Skor Vareabel X1 3. Skor Variabel X2 4. Skor Variabel Y

5. Tabel Nilai-Nilai r “Product Mument” 6. Surat Izin Penelitian

7. Surat Keterangan Pengembalian Penelitian 8. Bukti Konsultasi

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR TABEL …………. ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiv

DAFTAR ISI ... xv

ABSTRAK ...xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. HipotesisPenelitian... 7

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Sistematika Penulisan... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Tinjauan Pustaka ... 11

1.Pengertian Pendidikan ... 11

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan ... 14

3.Jalur, Jenis, dan Jenjang Pendidikan... 15

B. Dorongan atau Motivasi... 19

1. Pengertian Dorongan atau Motivasi ... 19

2. Macam- Macam Dorongan atau Motivasi ... 19

3. Fungsi Dorongan atau Motivasi dalam Belajar ... 21

C. Hakikat Prestasi Belajar ... 23

(16)

D. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar

Anak ... 26

1. Pegertian Orang Tua ... 26

2. Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua... 26

3. Tugas dan Peran Orang Tua ... 27

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 29

BAB III : METODE PENELITIAN... 31

A. Lokasi Penelitian... 31

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Metode Pengumpulan Data... 32

D. Instrumen Penelitian... 34

E. Konsep Pengukuran Variabel ... 35

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 37

BAB IV : HASIL PENELITIAN... 40

A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 40

1.Sejarah Singkat SMUN I ... 40

2.Visi dan Misi ... 42

3.Tujuan SMUN I... 42

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

C. Deskripsi Data ... 44

D. Analisis Data dan Interpretasi Data... 59

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(17)

ASTRAK

Chusna, Esti Mufidatul. 2009. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony

Lembaga pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas pendidikan. Sejalan dengan itu, lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Pendidikan yang berlangsung di dalamya adalah pendidikan informal, orang tua sebagai pendidik. Dalam kenyataannya, orang tua yang berpendidikan rendah ternyata berhasil dalam mendidik anaknya. Sebalikya, ada juga orang tua dengan pendidikan tinggi ternyata kurang berhasil dalam mendidik anaknya. Dari paparan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi di kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar tahun ajaran 2008-2009.

Maka, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar tahun ajaran 2008-2009.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif inferensial. Pejelasan dan analisis terhadap fenomena yang ada di sertai dengan angka-angka atau nominal- nominal. Populasinya dalam penelitian ini adalah Murid SMUN I Sutojayan Blitar kelas XI sebanyak 150 siswa. Populasi tersebut diambil sampel atau perwakilan sebanyak 30% yaitu 45 sampel. Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode kuesioner, metode observasi, metode dokumentasi. Langkah-Langkah pengolahan datanya menggunakan editing, skoring, tabulating dengan menggunakan rumus

% 100 × = N F P

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Pertama, tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan orang tua dengan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI SMUN 1 Sutojayan Blitar. Kedua, ada pengaruh yang positif dan signifikan antara dorongan orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI SMUN 1 Sutojayan Blitar. Karena itu, diharapkan orang tua selalu mengawasi, mengarahkan serta membimbing anak dalam belajar. Memberikan dorongan atau motivasi yang intensif dan berkesinambungan terhadap belajar anaknya. Bagi para orang tua yang tingkat pendidikannya rendah diharapkan selalu menambah wawasan dan pengetahuannya dengan cara sering mengikuti kegiatan keilmuan baik di lingkungan sekitarnya atau ke tempat lain.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan dan Dorongan Orang Tua, Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi.

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perkembangan pendidikan, dimana pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas pendidikan. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar baik, sehingga dapat dibuktikan hasilnya. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan yang hanya dengan sekedarnya maka hasilnya tidak optimal.

Oleh karena itu bila dipahami pengertian pendidikan secara luas dan umum adalah sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan ke arah tercapainya pribadi yang dewasa atau susila yaitu sosok manusia dewasa yang sudah terisi secara penuh bekal ilmu pengetahuan serta memiliki integritas moral yang tinggi sehingga dalam perjalanannya nanti, manusia yang selalu siap baik jasmani maupun rohani.1

Sejalan dengan paparan di atas, maka dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat atau bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat atau bangsa tersebut. Sebab pendidikan

1Darmaningtyas, Pendidiakn Pada Masa Krisis Dan Setelah Krisis: Evaluasi Pendidikan

(19)

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Selanjutnya untuk mewujudkan pengertian pendidikan yang dimaksud, maka lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Keluarga merupakan proses penentu dalam keberhasilan belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Malik Fadjar bahwa orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama dan utama karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.3

Oleh karena pada diri setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini dapat melakukan sesuatu yang telah dilakukan orang tuanya. Masa ini juga merupakan masa sensitif bagi anak sebab apa yang dilihat dan apa yang didengarnya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik buruknya.4 Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua, karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari.

Dengan demikian faktor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting, sehingga mereka menjadi terbina, terdidik, dan belajar dari pengalaman

2Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Undang-undang RI No. 20 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2005), h. 95.

3 A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 188.

(20)

langsung. Hal ini pula yang nantinya akan berpengaruh lebih besar daripada informasi atau pengajaran lewat instruksi dan petunjuk yang disampaikan dengan kata-kata. Dalam lingkungan keluarga, pendidikan yang berlangsung di dalamnya adalah pendidikan informal, dengan orang tua sebagai pendidik. Orang tua adalah pendidik kodrati yang diberikan anugerah oleh Allah berupa naluri orang tua. Kasih sayang dan pengertian keluarga khususnya orang tua akan meninggalkan yang positif dalam perkembangan jiwa anak. Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.5

Di sisi lain sebelum anak menjadi dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan seperti berbicara, berhitung, membaca, menulis, dan sebagainya. Ketika anak mencapai usia belajar, maka orang tua harus bertanggungjawab memasukkan anaknya ke sekolah dan membiayai pendidikannya. Orang tua bertanggungjawab untuk membina anak-anaknya dan mensejahterakan kehibupan mereka. Adapun kesejahteraan anak itu meliputi segi fisik (jasmani) dan mental (rohani). Dan tanggungjawab dalam segi mental (rohani) ini merupakan masalah penting karena kualitas pribadi anak merupakan dari hasil pembinaan mental rohaninya. Salah satu bagian dari tanggungjawab pembinaan mental rohaninya. Salah satu bagian dari tanggungjawab pembinaan mental rohani anak adalah menyekolahkan anak ke sekolah atau ke lembaga pendidikan. Karena pendidikan merupakan suatu usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional

5Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Fisika Agung Insani, 2003), h. 201.

(21)

dan optimal, dalam Islam manusia dituntut untuk menuntut ilmu dari sejak lahir hingga akhir hayat. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah Saw. yang berbunyi adalah: ! "# $ % &'& 6 ( # )"* + ,-.

Berdasarkan realita dan peranan ketiga lembaga ini maka ahli pendidikan Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tri pusat pendidikan yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Istilah tiga lingkungan pendidikan itu dikenal dengan pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal.7

Di dalam lingkungan keluarga (informal) yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua dan cara orang dalam membimbing anak belajar di rumah berbeda satu sama lain, karena tingkat pendidikan orang tua yang berbeda, kemungkinan ilmu pengetahuan cara membimbing anak dalam belajar belum dikuasai oleh semua orang tua, karena tidak semua orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Cara membimbing anak dalam belajar di rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya.8

Sedangkan para orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya.

6Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Belajar), h. 85.

7C. Idris Zahara, Pendidikan dan Keluarga, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 73.

(22)

Mereka menginginkan agar pendidikan anak-anaknya lebih tinggi atau setidaknya sama dengan pendidikan orang tua mereka, cita-cita dan dorongan ini akan mempengaruhi sikap dan keberhasilan anak-anaknya di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ki Hajar Dewantara bahwa seberapapun keadaan tingkat pendidikan orang tua menginginkan anaknya lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dirinya.9

Anak adalah amanah bagi para orang tua. Dia bagaikan kertas putih yang siap diwarnai dan dibentuk sesuai dengan keinginan orang tuanya. Selain itu dalam kefitrahannya, anak membawa potensi yang siap dikembangkan, baik melalui tangan orang tuanya, pendidik, maupun masyarakat sekitarnya karenanya orang tua harus pandai dan bijak dalam memberikan arahan, bimbingan, dan pendidikan bagi anak-anaknya. Demikian tersebut diperkuat dengan teori yang dicetuskan oleh John Locke tentang tabula rasa dan hadis Nabi:

!

-!/ &0&1 #23- 4 25 &03 6 $!3 784 9:)"#&;&&<- => #&;&&<

9?4 &@! - 784 9:)"- A=> &BCD - 784 9:)"- E"F G 7/84 &?:)"- /C-H6 4 A

84 9:)", I43 " A=> EJK -L

84 9:)"-=> #&;M&<-( L

4 NO8",-.

Artinya: Dri Ibnu Umar R.A. berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda,”Kamu semua adalah pemimpin dan akan dipertanggungjawabkan tentang rakyat yang dipimpinnya; Imam adalah pemimpin, ia akan dipertanggungjawabkan tentang rakyat yang dipimpinnya; dan seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan ia akan dipertanggungjawabkan tentang keluarga yang dipimpinnya; dan perempuan juga pemimpin di rumah suaminya dan ia akan dipertanggungjawabkan tentang rumah tangga suaminya itu;

pembantu juga pemimpin bagi harta tuannya dan ia akan

dipertanggungjawabkan tentang apa yang menjadi tanggungjawab itu. Kamu semua adalah pemimpin dan kelak akan dipertanggungjawabkan tentang apa yang dipimpinnya;. (H.R. Bukhari - Muslim)10

9Ibid, h. 206.

10Fatihuddin-Abul Yasin, Himpunan Hadist Teladan Sohih Muslim, (Surabaya: Terbit Terang, t.thn), h. 185.

(23)

Maka, sesungguhnya mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuh kembangkan totalitas potensi anak secara wajar potensi jasmaniyah dan rohaniyah anak diupayakan tumbuh dan berkembang secara wajar melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani seperti pemenuhan kebutuhan sandang pangan dan papan. Sedangkan potensi rohaniyahnya anak diupayakan pengembangan secara wajar melalui usaha pembinaan intelektual, keagamaan, perasaan, dan budi pekerti yang agung dan mulia.

Selain itu melihat dari kenyataan bahwa keluarga yang orang tuanya berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan ternyata berhasil dalam mendidik anaknya. Sebaliknya ada keluarga yang orang tuanya berpendidikan tinggi ternyata kurang berhasil dalam mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik anak di sini adalah anak yang sekolahnya pintar dan memperoleh prestasi yang baik.11

Dari paparan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah Ada Tidaknya Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar, sekaligus sebagai judul skripsi sebagaimana yang tersirat pada judul skripsi ini.

B. Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian

Untuk memberikan batasan sebagai kajian, maka fokus penelitian ini diarahkan pada Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar Semester II Tahun Ajaran 2008-2009.

(24)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar tahun ajaran 2008-2009.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotasis adalah jawaban sementara tentang penelitian yang dilakukan dan harus di uji kebenarannya terhadap suatu masalah. Pada hipotesis dalam penelitian kali ini penulis megajukan hipotesis.

Ho : Tidak ada pengaruh atara tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar

Ha : Ada Pengaruh atara Tingkat Pendidikan dan Dorongan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar

(25)

TABEL 1.1

JABARAN VARIABEL, INDIKATOR, INSTRUMEN DAN SUMBER DATA

Variabel Indikator Instrumen Sumber data No Item

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua(X1)

o Dasar, menengah, tinggi. (A. Marni

Yusuf,1995: 53) Angket Siswa 1 2.Dorongan atau Motivasi 0rang tua (X2) 1. Pysikological Drive o Menyediakan kamar/ruangan belajar o Menyediakan alat tulis belajar o Menyiapkan seragam sekolah o Menberi hadiah o Menanyakan hasil belajar o Memberi pujian o Menyarankan untuk rajin dan disiplin 2. Social Motivies

o Menganjurkan berteman dengan orang yang baik

o Menganjurkan mendapatkan prestasi belajar yang baik o Menganjurkan melanjutkan keperguruan tinggi o Menganjurkan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler atau les

o menaya kesulitan Dalam belajar

o memberi hukuman atau sangsi

o Menyarankan lebih aktif dalam belajar o Memberi tanggapan positif (M. Ngalim purwanto , 1985 : 66 ) Angket Siswa 1,2 3,4 5 6 7 8 9,10 11,12 13 14 15,16 17 18 19 20 3. Prestasi Belajar

(Y) Nilai mata pelajaran ekonomi kelas XI di SMUN1 Sutojayan Blitar

Pedoman

dokumentasi Dokumentasi nilai mata pelajaran ekonomi kelas XI di SMUN1 Sutojayan Blitar

(26)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para di antaranya adalah:

1. Orang tua/ibu dan dapat dijadikan rujukan atau sumber yang bermanfaat untuk memberikan motivasi atau dorongan terhadap prestasi belajar anak. 2. Bagi orang tua murid, sebagai bahan pemikiran untuk meningkatkan diri

dalam bidang pendidikan, pengetahuan dan pengalamannya agar dapat membimbing anaknya untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, orang tua murid sebagai pendidik yang pertama dan utama dapat dijadikan informasi dan pertimbangan dalam mendidik dan mengarahkan serta memberikan dorongan anaknya agar mendapatkan prestasi belajar yang optimal.

3. Bagi peneliti sendiri, sebagai ajang latihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan untuk mendalami sebagai pendidikan dan pengajar.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi ke dalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai beriktu:

BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Kajian teoritis, terdiri dari: tinjauan pustaka meliputi pengertian pendidikan. Dorongan atau motivasi: meliputi pengertian dorongan atau motivasi, dan macam-macam dorongan atau motivasi. Hakikat prestasi belajar meliputi:

(27)

pengertian prestasi belajar. Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak meliputi pengertian orang tua, tingkat pendidikan formal orang tua, dan tugas dan peran orang tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Dan yang terakhir adalah kerangka berfikir dan pengujian hipotesis.

BAB III: Metodologi Penelitian yang terdiri dari: Lokasi Penelitian, Populasi Sampel, Metodologi Penumpulan Data, Instrumen Penelitian, Konsep Pengukuran Variabel, Tekhnis Pengolahan dan Analisis Data

BAB IV: Hasil Penelitian yang terdiri dari: Gambaran Umum Objek Penelitian, Diskripsi Hasil Penelitian, Diskripsi Hasil Data

(28)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pendidikan

Dalam upaya agar manusia dapat menjalani fungsi kemanusiaannya, maka diperlukan suatu sarana agar fungsi tersebut terlaksana, dan pendidikan adalah salah satunya. Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan ini sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh mundurnya pendidikan di negara tersebut, sebab pembangunan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerlukan keikutsertaan upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam setiap fase dan proses pembangunan.

Pengertian pendidikan adalah salah satu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan kehidupan secara efektif dan efesien. Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, karena dalam kenyataan pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu.

(29)

Dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa atau negara dapat mewariskan kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya, sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan.12

Para ahli pendidikan telah banyak yang mengartikan pengertian pendidikan. Pengertian-pengertian yang diberikan beragam sekali, sehingga terjadi perbedaan-perbedaan tergantung tokoh itu memandangnya. Walaupun ada perbedaan pandangan tentang pengertian pendidikan, secara umum terdapat kesamaan di dalam merumuskan pengertian pendidikan tersebut.

Secara etimologi kata pendidikan berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, maka menjadi kata pendidikan. Dalam bahasa Arab disebut “tarbiyah” dan kata “rabba” kata ini sering digunakan sejak zaman Nabi Muhammad Saw. sebagaimana yang tercantum dari surat al-Isra ayat 24.

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh ke sayangan dan ucapkanlah “wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra: 24)13

Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama“.14

12Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Logos, 1999), h. 3.

13Al-Qur’an dan Terjemahanya, (Departemen Agama, 2008), h. 428.

14Hasbullah , Dasar – Dasar ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1989), h. 3.

(30)

Menurut John Dewey pendidikan adalah “proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia”.15

Menurut K.H. Dewantara “pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnta anak – anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak – anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi - tingginya“.16

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, dijelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut: Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahun.17 Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia di mana hidup.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah usaha untuk manusia secara sadar bertujuan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik sampai tujuan yang dicita-citakan oleh pendidikan, hal ini mengandung arti bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang berlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan. Di sisi lain pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, ia merupakan kebutuhan mutlak harus dipenuhi untuk mempertahankan

15Ibid, h. 2.

16Ibid, h. 4.

17Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), h. 4.

(31)

eksistensi umat manusia atau juga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tuntunan atau bimbingan itu harus dapat merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak didik yang bersifat menumbuhkan serta mengembangkan baik jasmani maupun rohani.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan

Kelancaran proses pendidikan dan keberhasilan pendidikan tidak dapat dibebankan secara berat pada salah satu faktor pendidikan. Menurut Cryns ada tiga faktor utama yang mendukung terlaksananya pendidikan yaitu faktor pendidik, faktor anak didik, dan faktor pergaulan mendidik. Dalam pendidikan harus ada ketiga faktor di atas. Pendidikan harus ada pendidik, yaitu orang yang bertanggung jawab atas pertumbuhan anak, baik itu orang tua, guru, ataupun pemimpin masyarakat. Dalam pendidikan harus juga ada anak – anak yang dididik, yaitu mereka yang perlu ditolong agar pertumbuhan mereka mencapai tingkat dewasa. Dengan hanya dua faktor ini pendidikan belum bisa berlangsung. Pendidikan masih memerlukan satu faktor lagi, yaitu pergaulan mendidik dalam arti pergaulan yang membawa anak didik ke tingkat dewasa. Dari ketiga faktor pendidikan di atas, bahwa faktor yang paling menentukan ialah orang tua, faktor pendidik, seperti pembinaan yang telah diperolehnya, kemampuan, atau keterampilannya dalam melakukan tugas sebagai guru, kepribadiannya, atau falsafah hidup yang dianutnya, tujuan guru dalam melakukan tugas guru, teori

(32)

belajar dan mengajar yang dianutnya. Semua itu akan memberikan cap pada pekerjaannya dan menentukan hasil pendidikan yang diberikan.18

3. Jalur, Jenis, dan Jenjang Pendidikan

Sebagaimana dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, ketentuan tentang jalur, jenis dan jenjang pendidikan terdapat dalam Bab VI pasal 13, 14, 15, dan 16.

a. Jalur Pendidikan

Sesuai dengan pasal 13, ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, yakni pendidikan yang mempunyai bentuk (form) yang jelas dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan telah ditetapkan dengan resmi. Misalnya pendidikan yang berlangsung pada suatu lembaga dalam arti sekolah. Pendidikan nonformal yakni, pendidikan yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Dan pendidikan informal, yakni pendidikan yang tidak mempunyai bentuk program yang jelas dan yang resmi, misalnya pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga maka tidak kita jumpai adanya kurikulum dan daftar jam pelajaran yang

18 Drs. Wasty Soemanto & Drs. Hendiat Soetopo, Dasar & Teori Pendidikan Dunia, (Surabaya, Usaha Nasional, 1982), h. 126.

(33)

tertulis secara resmi dalam bentuk (from) yang tertentu dan jelas. yang dapat saling melengkapi dan memperkaya keilmuan kita.19

Dari ketiga jalur pendidikan di atas mempunyai persamaan yaitu sama – sama bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik, akan tetapi dari ketiganya juga mempunyai perbedaan yakni tidak semuanya mempunyai bentuk peraturan yang tertulis.

b. Jenis Pendidikan

Sesuai dengan pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.

Jalur pendidikan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah tingkat pendidikan formal melaksanakan tugas pendidikan yang disesuaikan dengan tahapan kemampuan peserta didik sehingga perlu adanya jenjang-jenjang pendidikan. Menurut A. Murni Yusuf, jalur pendidikan formal yaitu “pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkatan dalam periode tertentu dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.20

Sementara dalam UU SISDIKNAS pasal 14 dinyatakan bahwa jenjang pendidikan formal yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan serta membentuk pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. selain itu berfungsi pula sebagai landasan untuk jenjang pendidikan menengah,

19Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Undang-undang RI No. 20 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2005), h. 12.

(34)

karena tidak cukup hanya dengan mengenyam pendidikan dasar saja untuk memperluas wawasan dalam membina rumah tangganya dengan segala problemnya nanti. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar dan juga memiliki kemampuan mengenai hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan juga alam sekitarnya. Dalam pendidikan menengah ini kedewasaan seseorang mulai tumbuh dan berkembang dalam menentukan jalan hidup yang akan dijalaninya. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian.21

Dengan pendidikan tinggi inilah seseorang, dalam hal ini adalah orang tua khususnya ibu diharapakan mampu menghadapi segala masalah yang dihadapi baik oleh diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Sehingga seorang ibu dalam sebuah keluarga diharapkan dapat mengenyam pendidikan tinggi sebagai bekal wawasan yang akan menuntunya dalam kedewasaan berfikir dan bertindak di dalam rumah tangganya sehingga menjadi keluaraga sakinnah mawaddah wa rahmah atau dalam bahasa kita menjadi keluarga sejahtera. Jadi yang dimaksud dengan tingkat pendidikan dalam penulisan skripsi ini adalah pendidikan yang berstruktur dan berjenjang dengan periode tertentu serta memiliki program dan tujuan yang disesuaikan dengan jenjang yang diikuti dalam mendidik.

Hal ini sesuai dengan apa yang telah diungkapkan oleh Falsafi dalam fungsi pendidikan keluarga dalam islam bahwa peran pendidikan yang dipegang

21Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Undang-undang RI No. 20 Tentang Sistem

(35)

oleh keluarga terhadap anggota – anggotanya secara umum adalah peranan yang paling pokok dibanding dengan peranan – peranan lain. Lembaga – lembaga lain dalam masyarakat misalnya politik, ekonomi, dan lain – lain, tidak dapat memegang peranan itu. Barangkali lembaga – lembaga lain dapat menolong keluarga dalam tindakan pendidikan dan melaksanakan pembangunan atas dasar yang dipilihnya dalam bidang pendidikan, akan tetapi dia tidak sanggup menggantikan, kecuali dalam keadaan – keadaan luar biasa, seperti ketika ibu – bapak rusak akhlak dan menyeleweng dari kebenaran, atau mereka acuh tak acuh dan tidak tau cara yang betul dalam mendidik anak. Orang tua yang karena penyelewengan – penyelewengan semacam ini tidak sanggup mendidik anak – anaknya menjadi orang – orang normal dan terhormat. Oleh sebab itu adalah menjadi maslahat anak – anak itu sendiri kalau mereka dididik di luar keluarga mereka yang sudah menyeleweng, misalnya dalam institusi – institusi yang teratur yang memiliki pengelola terlatih dan mempunyai rasa tanggung jawab. Walaupun institusi ini tidak dapat menghidupkan ciri – ciri individual bagi anak, tetapi sekurang kurangnya ia tidak mengajarkan anaknya untuk berbohong atau mencuri. Kalau ia tidak sanggup mengajarkannya menjadi manusia yang suka menolong dan berkorban untuk kebaikan, sekurang – kurangnya ia tidak membuka matanya kepada keburukan dan maksiat. 22

22Prof. Dr. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, ( Jakarta : Pustaka Al Husna, 1989), h. 360.

(36)

B. Dorongan Atau Motivasi

1. Pengertian Dorongan Atau Motivasi

Menurut Woodwoorth dan Marques motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas – aktivitas tertentu dan untuk tujuan – tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya.23

Sartain menggunakan kata motivasi dan drive untuk pengertian yang sama. Ia mengatakan : pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah sautu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan (goal) adalah yang menentukan atau membatasi tingkah laku organisme itu. Jika yang kita tekankan adalah faktanya / obyeknya, yang menarik organisme itu, maka kita pergunakan istilah “perangsang”(intensive).24

2. Macam-Macam Dorongan atau Motivasi

Banyak pendapat para ahli tentang klasifikasi motivasi, pembagian itu dibuat berdasarkan sudut pandang budaya yang digelutinya. Menurut Sartain motif itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu physiological drive dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah) dan social motivies (dorongan- (dorongan-dorongan yang ada hubunganya dengan manusia lain dalam masyarakat).25

Lalu Woodworth juga membagi motif menjadi dua bagian, yaitu unlearned motivies (motif yang timbul karena dipelajari).

23Drs. Mustaqim & Drs. Abul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 72.

24Drs. M. Ngalim Purwanto, Pskologi Pendidikan, ( Bandung : Remadja Karya 1985), h. 65.

(37)

Berdasarkan pendapat Woodworth di atas, maka motif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubunganya dengan jam belajar, misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu pengetahuan, ingin memperoleh suatu pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan sebagainya.

Atau dengan kata lain motivasi intrinsik adalah hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan jam belajar seperti belajar karena takut kepada guru atau karena ingim lulus, ingin memperoleh nilai tinggi yang semuanya tidak berkaitan langsung dengan jam belajar yang dilaksanakan

Meskipun terdapat motivasi ekstrinsik yang kerap pengaruhi kondisi dan hasil belajarnya, namun yang paling utama yang harus dimiliki oleh siswa tersebut adalah motivasi yang berasal dari dalam dirinya (motivasi instrinsik). Dengan motivasi yang ada tersebut maka siswa tidak akan goyah dan rapuh jika terdapat gangguan dan hambatan dalam mencapai hasil belajar (prestasi belajar) yang baik, di samping itu dengan motivasi yang kuat siswa akan berusaha sungguh-sungguh dalam belajar untuk mencapai jam-jam pendidikan yang diharapkan.26

26Ibid, h. 69.

(38)

3. Fungsi Dorongan atau Motivasi dalam Belajar

Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dan bergairah dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu kualitas hasil belajar siswa (prestasi belajar) juga kemungkinannya dapat terwujud, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun berhasil belajarnya, kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:

a. Dorongan orang tua untuk berbuat sesuatu dalam mencapai jam b. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan

c. Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada jam yang ingin dicapai.

Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan, tetapi juga menentukan hasil perbuatan. 27

Motivasi akan mendorong untuk belajar atau melakukan sesuatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya akan menentukan pula hasil pekerjaannya.

Menurut Cecco ada 4 fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar yaitu:28

1) Fungsi membangkitkan (arousal function)

Dalam pendidikan arousal diartikan sebagai kesiapan atau perhatian umum siswa yang diusahakan oleh guru untuk mengikutsertakan siswa dalam

27Ibid, h. 76.

28Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, Yogyakarta 1993), h. 115-116.

(39)

belajar. Fungsi ini menyangkut tanggungjawab yang terus-menerus untuk mengatur tingkat yang membangkitkan guna menghindarkan siswa dari tidur dan lupa emosional.

2) Fungsi harapan (expectancy function)

Fungsi ini menghendaki agar guru memelihara atau mengubah harapan keberhasilan atau kegagalan siswa akan mencapai jam instruksional dan menghendaki agar guru menguraikan secara konkrit/konkret kepada siswa apa yang harus dilakukan setelah pelajaran berakhir. Di samping itu pula guru harus menghubungkan antara harapan-harapan dengan jam siswa yang dekat dan yang jauh seraya mengikut sertakan usaha siswa sepenuhnya dalam belajar.

3) Fungsi intensif (intensive function)

Fungsi ini menghendaki agar guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi dengan cara seperti mendorong usaha lebih lanjut dalam mengajar jam instruksi.

4) Fungsi disiplin (disciplianari function).

Fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah.

Di samping itu ada dua pendekatan teoritis yang cukup berbeda terhadap motivasi manusia dipaparkan oleh para pakar psikologi dalam teori psikologi sebagai berikut:

a) Teori Psikoanalisis

Freud menekankan adanya dua dorongan dasar seks dan agresi. Motif ini timbul pada masa bayi, bila orang tua melarang ekspresinya. Motif ini aktif sebagai motif tak sadar dan akan diekspresikan secara tidak langsung atau simbolik.

b) Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial ini menekankan pola prilaku yang dipelajari dalam usaha menghadapi lingkungan belajar dapat terjadi melalui penguatan langsung atau melalui orang lain dengan mengamati akibat prilaku yang ditampilkan orang lain, proses koginitf memungkinkan orang memperkirakan kemungkinan akibat dan mengubah prilakunya sesuai dengan prilaku itu. Penguatan diri yang didasarkan pada standar prilaku kita sendi juga merupakan kontrol motivasi yang penting.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Cecco tentang fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar di atas, hal tersebut sangatlah penting terhadap proses belajar mengajar di sekolah-sekolah atau kampus, bahkan di luar. Karena membangkitkan, harapan, intensip, dan disiplin, merupakan memberikan fungsi yang sangat tinggi terhadap peserta didik atau siswa dalam proses pembelajaran.

(40)

Maka dengan menggunakan beberapa fungsi tersebut di atas, akan mempermudah dalam proses pembelajaran.

C. Hakikat Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah proses yang mengakibatkan perubahan diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Menurut Kamus istilah Sosiologi, ”prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

Dalam masyarakat yang semakin maju dan rumit seperti dewasa ini, prestasi seseorang dipandang amat penting. Lembaga-lembaga pendidikan menekankan pentingnya penampilan belajar yang baik, persaingan dan berhasil baik dalam menempuh tes, baik tes pengetahuan maupun tes kemampuan. Dan para siswapun menyadari benar akan hal itu, mereka peka terhadap bagaimana cara guru memperlakukan murid-murid yang berprestasi dan murid yang kurang pandai, mereka mudah iri terhadap prestasi

(41)

teman-temannya dan mudah pula menjadi gugup dan cemas kalau-kalau mengalami kegagalan.29

Untuk memudahkan di dalam memahami tentang pengertian prestasi belajar, perlu mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna prestasi. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Dalam kamus populer dinyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.30

Selain hal tersebut, juga dalam kamus bahasa Indonesia dijelskan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dan yang telah dilakukan atau dikerjakan)”.31

Dari pengertian di atas dapat dicermati adanya makna sama, yang intinya adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan, oleh karena itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan kerja secara individu maupun kelompok dalam suatu bidang tertentu.

Sedangkan kata prestasi itu sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia arti prestasi adalah “apa yang telah dihasilkan dan diciptakan” prestasi merupakan salah satu tujuan seorang dalam belajar dan sekaligus sebagai motivator terhadap aktivitas anak didik. Sedangkan kata belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

29 M Dimyati Mahmud,op.cit., h.83

30Habeyb S.F. Kamus Populer,(Jakarta: Nurani, 1983), h. 296.

31Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 700.

(42)

suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.32

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebut bahwa: “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.33 Karena belajar itu bukan hanya menghafal dan mengingat saja. Melainkan berinteraksi dengan lingkungannya dan merupakan suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang, dengan tujuan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu.

Penggabungan pengertian prestasi dan belajar mengandung pengertian penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh Guru. Bahkan prestasi belajar berarti penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor setelah mengikuti kegiatan belajar.

32 Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, ……… loq. cit., h. 37.

33Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(43)

D. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak

1. Pengertian Orang Tua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa orang tua artinya ayah dan ibu.34 Sedangkan menurut Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa “orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggungjawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya Memang diketahui bersama bahwa pendidikan yang utama dan pertama adalah di keluarga, maka kedua orang tua sangatlah bertanggung terhadap anak-anaknya termasuk dalam meningkatkan prestasi belajar. 35

Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua tidak hanya cukup memberi makan, minum dan pakaian saja kepada anak-anaknya tetapi harus berusaha agar anaknya menjadi baik, pandai, bahagia dan berguna bagi hidupnya dan masyarakat. Orang tua dituntut harus dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan rohani dapat berkembang secara optimal dan seimbang.

2. Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua

Tingkat pendidikan formal orang tua adalah tingkat pendidikan akhir yang dimiliki oleh orang tua, apakah itu tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Akademi Institute atau Universitas.

34Ibid, h. 349.

35. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 62.

(44)

3. Tugas dan Peran Orang Tua

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Tafsir bahwa tugas dan peranan orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut: mengasuh, membesarkan dan mengarahkannya menuju kepada kedewasaan serta menanamkan nilai moral dan sosial yang berlaku di masyarakat.36

Di samping itu orang tua juga harus mampu mengembangkan potensi anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan kepribadian dengan penuh tanggungjawab dan penuh kasih sayang. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa), baik secara fisik, sosial, ekonomi, maupun moral serta keagamaannya.

Sedangkan dasar-dasar tanggungjawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi:37

1. Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab, dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.

2. Dorongan/motivasi kewajiban moral, sebagai konsekwensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya.

3. Tanggungjawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya.

Orang tua berperan menentukan hari depan anaknya. Secara fisik supaya anaknya bertumbuh sehat dengan postur tubuh yang lebih baik, maka anak-anak harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang.

Secara mental supaya anak-anak tumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan

36Ibid, h. 23.

37Abdurrahman al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam

(45)

prasarana belajar yang memadai. Sedangkan secara sosial supaya anak-anak dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasi diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya.Berdasarkan berbagai penelitian para ahli psikologi dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu diberikan orang tua terhadap anaknya adalah sebagai berikut:38

1) Jadikan rumah tangga nyaman dan menarik 2) Hargai kemandiriannya

3) Diskusikan tentang berbagai masalah

4) Berikan rasa aman, kasih sayang dan perhatian 5) Beri contoh perkawinan yang berbahagia

Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidikan dasar utama untuk dewasa anak, juga merupakan tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarganya.

Sementara itu Conny Semiawan dan kawan-kawan menyatakan bahwa: orang tua perlu membina anak agar mau berprestasi secara optimal, karena kalau tidak berarti suatu penyia-nyiaan terhadap bakatnya. Pembinaan dilakukan dengan mendorong anak untuk mencapai prestasi yang sesuai dengan kemampuannya.39

38Zakiah Darajar, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 106. 39Ibid, h. 110.

(46)

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor yang dicapai oleh seseorang individu merupakan hasil dari proses yang di dalamnya terdapat interaksi dari berbagai faktor yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal), dalam jangka waktu tertentu tinggi rendahnya prestasi belajar berlangsung kepada faktor-faktor tersebut.40

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Azyumardi Azra bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah:

1. Faktor Internal (dalam diri)

a. Faktor jasmani (fisiologi) baik dari yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:

a) Faktor intelektif yang meliputi faktor persona, yaitu: kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan, yaitu prestasi yang dimiliki. b) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

2. Faktor Eksternal (luar diri) a) Lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok

e) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian

f) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim

g) Faktor lingkungan spiritual keagamaan41

Dengan faktor-faktor tersebut, baik dengan faktor internal maupun faktor eksternal sangatlah membantu dalam mengantarkan para siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa manusia

40Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernitas Menuju Milenium Baru, (Jakrata: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 43.

(47)

dilahirkan oleh Tuhan dengan membawa potensi, meskipun sudah mempunyai potensi sangatlah perlu untuk belajar dan dibimbing dalam memngantarkan manusia yang patuh kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan indikasi prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan belajar yang membawa pada keberhasilan pendidikan. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa prestasi belajar merupakan salah satu hasil yang dicapai setelah mengalami proses ini terjadi sendiri tetapi memerlukan rangsangan-rangsangan dari luar yang dapat membangkitkan proses tersebut.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMUN I Sutojayan Blitar Jawa Timur dengan pertimbangan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan di muka.

B. Populasi dan Sampel

Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.42

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiaannya merupakan penelitian populasi. Akan tetapi, jika jumlah sebjeknya besar, dapat diambil di antara 10-15% atau lebih, tergantung kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana. Sedangkan populasi ini lebih dari 100, maka peneliti ini mengambil 30% untuk mempermudah dalam penelitian ini. 43

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Murid SMUN I Blitar kelas XI sebanyak 150 siswa, kemudian populasi itu semua diambil sampel atau perwakilan dari populasi tersebut sebanyak 30% yaitu 45 sampel.44 Sedangkan yang dimaksud sampel itu sendiri adalah sebagian dari jumlah populasi yang

42Herman Rasito, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,1992), h. 49.

43Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ketigabelas, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 134.

(49)

dipilih untuk sumber data. Penelitan ini adalah murid kelas XI yang ditentukan secara (random sampling) yaitu pengambilan sampel secara sembarangan atau diacak.45 Dengan random sampling ini, sangatlah baik dengan keadaan para siswa

yang ada di SMUN 1 Sutojayan Blitar khususnya kelas XI.

C. Metode Pengumpulan Data

Menurut Arikunto46 pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data bagi penelitiannya sesuai dengan jenis penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Kuesioner

Menurut Sutrisno Hadi47 kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang suatu hal yang diteliti. Metode kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Seperti metode-metode lainnya, metode-metode kuesioner juga memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Adapun kelebihan metode kuesioner di antaranya adalah:

a) Subjek adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri b) Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat

dipercaya

c) Interpretasi subjek tentang penyataan adalah sama yang dimaksud oleh peneliti

Sedangkan kelemahan metode kuesioner di antaranya adalah:

a) Adanya unsur-unsur yang tidak disadari yang tidak dapat diungkapkan b) Jawaban yang diberikan sangat berkemungkinan dipengaruhi oleh

keinginan pribadi subjek.

c) Adanya beberapa hal yang dirasanya tidak perlu untuk dinyatakan atau dikemukakan.

45Ibid, h. 134.

46Ibid,h. 197.

(50)

d) Munculnya kesulitan dalam merumuskan keadaan diri subjek ke dalam bahasa.

e) Terdapat kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logis unsur-unsur yang dianggap kurang berhubungan.

Penggunaan metode kuesioner dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar, dan kemudian diteliti apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan dorongan orang tua terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI SMUN I Sutojayan Blitar.

2. Metode Observasi

Adapun observasi adalah cara memperoleh data atau mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.48 Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada

pengamatan yang dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengamatan yang tidak langsung misalnya melalui kuesioner dan tes. Pada dasarnya observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Obsevasi partisipan, peneliti terjun langsung dan menjadi bagian dari kelompok yang diteliti.

b) Observasi non-partisipan, peneliti tidak langsung terlibat dan ikut serta di dalam suatu kelompok yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi non-partisipan, di mana peneliti tidak langsung terlibat dalam populasi SMUN I

48Ibid, h. 136.

(51)

Sutojayan Blitar kelas XI. Dalam penelitian ini, peneliti sengaja tidak menggunakan obvervasi patisipan dikarenakan peneliti tidak pernah sekolah dan tidak pernah bekerja di sekolah tersebut, maka dengan alasan itulah peneliti menggunakan observasi non-partisipan dalam penelitian ini.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Jadi yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah suatu metode penenlitian yang bersumber pada tulisan atau barang tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, rapport, jurnal, dan lain sebagainya.49 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh informasi dari data tertulis yang ada pada subjek penelitian dan yang mempunyai relevansi dengan data yang dibutuhkan.

Dari metode dokumentasi ini, peneliti menggali arsip data yang berhubungan dengan hal-hal yang diberikan penelitian ini.

D. Instrumen Penelitian

Sebagaimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia50 yang dimaksud dengan instrumen adalah sarana penelitian (berupa seperangkat tes, dan sebagainya) untuk memperoleh data sebagai bahan pengolahan.

Guna mencapai tingkat obyektivitas yang tinggi, penelitian ilmiah mensyaratkan penggunaan prosedur pengumpulan data yang akurat dan obyektif. Pada penelitian kuantitatif, data penelitian hanya dapat diinterpretasikan dengan lebih obyektif apabila diperoleh melalui proses pengukuran yang valid, reliable,

49 Suharismi Ari Kunto, loq. cit., h. 206.

50Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 334-335.

Gambar

Diagram Variabel
Tabel  di  atas  menunjukkan  orang  tua  yang  menyediakan  meja  belajar  sebesar 73 %, Sedangkan Orang tua yang tidak menyediakan meja belajar sebesar  27  %,  Berarti  mayoritas  orang  tua  murid  kelas  XI  SMUN  1  Sutojayan  Blitar
Tabel di atas menunjukkan bahwa orang tua yang selalu memberi hadiah  sebesar 9%, yang sering memberikan hadiah sebesar 27%, kadang-kadang sebesar  44%, dan yang tidak pernah memberikan hadiah jika anak mendapatkan prestasi  belajar  yang  baik  sebesar  2
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  orang  tua  yang  selalu  memberi  tanggapan positif terhadap kebutuhan dalam belajar sebesar 58%, orang tua yang  sering memberi tanggapan positif terhadap kebutuhan dalam belajar sebesar 34%,  kadang kadang sebesar 4%
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik (pendidikan, pendapatan keluarga, pengetahuan,

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data literasi sains siswa pada topik polusi, proses pembelajaran yang dilaksanakan, dan respons siswa terhadap.. Ramli

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.984pulau dengan luas wilayah laut dan darat5.193.250 serta dengan jumlah penduduk237.641.326 jiwa (BPS

Mengingat pada kawasan tersebut banyak permukiman penduduk, maka akibat yang timbul dari dampak perencanaan penerapan sumur resapan ini sangat perlu diterapkan

Untuk meyakinkan masyarakat terkait keraguan-keraguan tersebut, PPL setempat membuat plot contoh (demplot) pada salah satu lahan masyarakat setempat. Dalam plot contoh

Tenaga kerja mekanik adalah tenaga kerja yang mengawasi kegiatan agar berjalan sesuai dengan prosedur dan kaidah-kaidah keselamatan dan kesehatan kerja (K3), melakukan transaksi,

tentang apa saja dampak hukum yang ditimbulkan oleh kenaikan BBM tersebut yang tidak hanya menimbulkan kenaikan tarif angkutan umum. Metode yang digunakan dalam

Kelima, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan persepsi siswa mengenai kompetensi pedagogik guru, kompetensi kepribadian guru, kompetensi sosial guru, dan