• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap toleransi perlu ditanamkan sejak dini, dikarenakan individu hidup di dalam suatu negara yang diwarnai dengan berbagai ragam suku, agama, ras, dan antar golongan. Keberagaman ini harus selalu dijaga agar masing-masing individu dengan berbagai perbedaan itu bisa tetap bersatu, berdampingan, dan saling melindungi. Di Indonesia, dasar dari toleransi yaitu sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 29 ayat 2 yaitu “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”.

Semua itu dapat terjadi jika setiap masyarakat memiliki sikap toleran yakni saling menghormati dan menghargai. Hayun (2016:405) menjelaskan bahwa toleransi berasal dari kata toleran, kata itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Jadi, dalam kehidupan di masyarakat toleransi berarti menghargai sikap orang lain, membiarkan, membolehkan kepercayaan atau agama yang berbeda itu tetap ada, walaupun berbeda dengan agama dan kepercayaan seseorang. Tanpa adanya sikap toleran, keberagaman

itu akan memunculkan konflik, permasalahan dan pertentangan yang sangat merugikan.

Rusydiyah (2015:291) menjelaskan bahwa toleransi merupakan sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bagi mereka yang memiliki pemikiran, ras, dan keyakinan berbeda-beda. Toleransi adalah sesuatu yang membuat dunia setara dari berbagai bentuk perbedaan. Jadi toleransi disini berarti adanya sebuah sikap yang menunjukan rasa saling menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada dilingkungan sekitar. Toleransi ditunjukan dengan kehidupan yang rukun dan tenang ditengah sebuah perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman (2013:82):

“Tolerance is not only the recognition and respect towards beliefs, but also demands respect for the individuals who belong in the society. In contrary, tolerance as planned by the West is tolerance without borders that gives absolute freedom to human rights. For instance, an individual who wants to practice free sex, then his wish should be given based on tolerance.”

Intinya, toleransi tidak hanya pengenalan dan hormat ke arah kepercayaan, tapi menghormati perorangan yang pantas pada masyarakat. Berbeda dengan toleransi di Barat dimana toleransi adalah tanpa perbatasan yang memberi kebebasan absolut ke hak azasi. Sebagai contoh, seseorang yang mau mempraktekkan jenis kelamin gratis, kemudian keinginannya harus diberikan berlandaskan toleransi. Selain itu, Hasyim (1978:22) mengartikan

toleransi sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan nasibnya masing-masing di dalam menjalankan sikap itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat. Di dalam toleransi pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu, masyarakat harus saling menghormati satu sama lain, misalnya dalam hal beribadah, kepercayaan agama, mengemukakan pendapat dan menerima perbedaan yang ada.

Hal ini sesuai dengan syariat islam yang mengartikan toleransi (tasamuh) adalah mengambil kemudahan (kelonggaran) dalam pengalaman agama sesuai dengan nash-nash syariat, sehingga pengalaman tersebut tidak sampai pada tasyadud (ketat), tanfir (menyebabkan orang menjauhi islam) dan tasabul (menyepelekan) (Yahya, 2016:18). Artinya, adanya kelonggaran terhadap toleransi yang tidak mengekang dengan harapan agar manusia tidak menjauhi dan menyepelekan islam. Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya harus hidup dalam sebuah masyarakat yang kompleks yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, dan antar golongan. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan yang ada maka dibutuhkan adanya toleransi. Dengan toleransi ini maka

hidup bermasyarakat akan lebih tentram, terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, dan pembangunan negara akan lebih mudah. Berikut keuntungan yang diperoleh dari sikap toleransi menurut Aly (Nashir, 2013:94) sebagai berikut:

1) Membuat orang terbuka untuk mengenal orang lain

2) Mengembangkan kemampuan untuk menerima kehadiran orang lain yang berbeda-beda dengan tujuan dapat hidup secara damai

3) Mengakui individualitas keberagaman

4) Mudah menghilangkan topeng-topeng kepalsuan yang memecah belah dan mengatasi ketegangan akibat kemasabodohan

5) Memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengenyahkan prasangka negatif dan stigma mengenai orang-orang yang berbeda bangsa, agama, budaya maupun warisan etniknya.

Berdasarkan konsep-konsep mengenai toleransi yang telah dipaparkan di atas, maka toleransi dapat mencangkup dua kategori yaitu toleransi pasif dan toleransi aktif. Apriliani (2016:6) menjelaskan kategori toleransi sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kategori Toleransi

No Toleransi aktif Toleransi pasif

1 Menerima dan

menghormati perbedaan

Menerima dan menghormati perbedaan 2 Berdasarkan kesadaran sendiri. Berdasarkan kesadaran sendiri 3 Memberikan dukungan kepada pemeluk agama lain untuk beribadah dengan suatu tindakan nyata.

Memberikan kesempatan pemeluk agama lain untuk beribadah namun tidak melakukan suatu tindakan nyata

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa toleransi pasif merupakan kemampuan untuk menerima dan menghormati

perbedaan pendapat, pandangan, perilaku, dan kebiasaan serta memberikan kesempatan tanpa melakukan suatu tindakan nyata yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan praktik peribadatan agama lain, namun tetap berusaha untuk menciptakan hubungan sosial yang baik dan hidup bersama dengan damai dengan kesadaran pribadi. Sedangkan toleransi aktif adalah kemampuan untuk menerima dan menghormati perbedaan pendapat, pandangan, perilaku, kebiasaan dan memberikan kesempatan serta mendukung kelompok agama yang berbeda untuk menjalani praktik keagamaan dengan suatu tindakan nyata yang berbeda yang bertujuan menciptakan hubungan sosial yang baik dan hidup bersama dengan damai dengan kesadaran sendiri.

Di lingkungan sosial seperti sekolah juga diperlukan adanya toleransi. Seperti penjelasan Endang (2009:101) yang mengatakan bahwa agar sikap toleransi dan kebersamaan dapat dikembangakan dikalangan siswa, maka guru hendaknya dapat merancang kegiatan belajar yang mengarah pada pengembangan sikap tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kegiatan pembelajaran di sekolah hendaknya harus diarahkan sesuai dengan sikap toleransi yang ingin dikembangkan dikalangan siswa.

b. Tujuan Toleransi

Jurhanudin (Khotimah, 2013:217) menjelaskan bahwa tujuan kerukunan umat beragama adalah sebaga berikut:

1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan masing-masing agama. Masing-masing agama dengan adanya kenyataan agama lain, akan semakin mendorong untuk menghayati dan sekaligus memperdalam ajaran-ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk mengamalkan ajaran-ajaran agamanya.

2) Mewujudkan stabilitas nasional yang mantap. Dengan adanya toleransi umat beragama secara praktis ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal pada keyakinan kegamaan dapat dihindari. Apabila kehidupan beragama rukun dan saling menghormati maka stabilitas nasional akan strategis.

3) Menjungjung dan menyukseskan pembangunan. Usaha pembangunan akan suskses apabila didukung oleh segenap lapisan masyarakat.

4) Memelihara dan mempercepat rasa persaudaraan.

Selain itu, tujuan dari toleransi yaitu agar manusia tidak bersikap menyamakan keyakinan agama lain dengan keyakinan sendiri. Dengan adanya toleransi diharapkan manusia dapat saling menghargai pendapat orang lain serta memiliki pendirian yang tidak bertentangan dengan yang lainnya.

c. Kesadaran Toleransi Siswa SMP

Toleransi yang dipandang sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat

untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dapat lebih mudah dipahami melalui indikator-indikator toleransi sebagai berikut:

Tabel 2.3 Indikator Toleransi

Nilai Deskripsi Indikator

Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

Tidak menggangu teman yang berbeda pendapat. Menghormati teman yang

berbeda adat-istiadatnya Bersahabat dengan teman

dari kelas lain

(Kemendiknas, 2010:40)

Indikator toleransi di lingkup Sekolah Menengah Pertama tersebut mengandung unsur-unsur yang dapat dijadikan sebagai pedoman. Dengan adanya indikator tersebut pihak sekolah dan siswa dapat mengatur waktu, energi dan pemusatan perhatiannya terhadap sikap toleransi mereka dengan baik. Dengan adanya toleransi maka individu diharapkan dapat menghargai dan memberikan perlakuan yang sama kepada siapa saja tanpa melihat agama, suku, ras ataupun yang lainnya.

Hal ini sejalan dengan kriteria toleransi menurut Hasyim (1978:23) sebagai berikut:

1) Mengakui hak setiap orang

Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan sikap-laku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di dalam masyarakat akan kacau.

2) Menghormati keyakinan orang lain

Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak benar ada orang atau golongan yang berkeras memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang lain. 3) Agree in Disagreement (setuju didalam perbedaan)

Perbedaan tidak harus ada permusuhan, karena perbedaan selalu ada di dunia ini dan perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan.

4) Saling mengerti

Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama orang bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya.

5) Kesadaran dan kejujuran

Toleransi menyangkut sikap jiwa dan kesadaran batin seseorang. Kesadaran jika menimbulkan kejujuran dan kepolosan sikap-laku.

6) Jiwa falsafah Pancasila

Dari semua segi-segi yang telah disebutkan di atas, falsafah Pancasila telah menjamin adanya ketertiban dan kerukunan hidup bermasyarakat.

Dengan adanya karakteristik toleransi diatas, diharapkan dapat memilki kedudukan yang sama sehingga dapat berjalan dan dihayati setiap siswa agar terciptanya toleransi dikalangan sekolah. Karena negara Indonesia adalah negara yang unik yaitu negara pancasila dimana konsep negara yang tetap berlandaskan agama berpadu dengan norma. Maka sebagai mayoritas, umat muslim memiliki tanggung jawab memadu toleransi di negeri ini. Disinilah pentingnya pengetahuan toleransi secara benar yaitu toleransi yang tidak melanggar konstitusi negara dan tidak pula melanggar syariat agama.

Toleransi ditunjukkan dengan kehidupan yang rukun dan tenang ditengah perbedaan. Maka jika dilihat dari berbagai

karakteristik toleransi diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik toleransi siswa di SMP adalah mengakui hak dan kewajiban orang lain, menghormati keyakinan orang lain tanpa paksaan, dapat menerima sebuah perbedaan, saling mengerti satu sama lain, dan adanya kesadaran dan kejujuran dari dalam diri siswa.

d. Konflik Sosial terkait Toleransi

Secara umum konflik sosial berarti memukul seseorang. Namun sebenarnya konflik sosial tidak hanya terkait pada pertentangan fisik saja, konflik sosial juga dapat terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Sumartias (203:15) mengatakan bahwa persamaan dan perbedaan pada tingkat tertentu, ketika satu sama lain saling bertemu dan bergesekan, berpotensi menimbulkan konflik. Sedangkan menurut Supriyadi (2015:6) konflik sosial merupakan efek dari berlangsungnya proses sosial yang dinamis namun bersifat antagonistik, dalam wujud pertentangan antarindividu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Dari kedua pernyataan tersebut dapat digambarkan latar belakang konfliksosial biasanya dikarenakan adanya perbedaan yang sulit ditemukan kesamaannya baik itu perbedaan pendapat, adat istiadat, keyakinan, pengetahuan dan lain sebagainya.

Menurut Sumartias (2013:18) ada sejumlah prasyarat yang memungkinkan konflik sosial dapat berlangsung, antara lain: 1. Ada isu-kritikal yang menjadi perhatian bersama (commonly

problematized) dari para pihak berbeda kepentingan;

2. Ada inkompatibilitas harapan/kepentingan yang bersangkut paut dengan sebuah objek perhatian para pihak bertikai;

3. Gunjingan, gosip atau hasutan serta fitnah merupakan tahap inisiasi konflik sosial yang sangat menentukan arahperkembangan konflik sosial menuju wujud real di dunia nyata;

4. Ada kompetisi dan ketegangan psikososial yang terus dipelihara oleh kelompok-kelompok berbeda kepentingan sehingga memicu konflik sosial lebih lanjut;

5. Masa kematangan untuk perpecahan;

6. Clash yang bisa disertai dengan violence (kerusakan dan kekacauan).

Berdasarkan prasyarat yang dapat memicu adanya konflik sosial, maka ada beberapa macam konflik sosial berdasarkan sumber konflik:

1. Konflik tujuan yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan individu, organisasi atau kelompok yang memunculkan konflik.

2. Konflik peranan yaitu konflik yang terjadi karena terdapat peran yang lebih dari satu.

3. Konflik nilai yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan nilai yang dianut oleh seseoorang yang berbeda dengan nilai yang dianut oleh organisasi atau kelompok.

4. Konflik kebijakan yaitu konflik yang terjadi karena individu atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang diambil organisasi.

Konflik sosial terkait perbedaan merupakan sesuatu yang wajar dalam masyarakat maupun lingkungan sekolah. Bahkan tidak ada satu masyarakat atau satu siswa pun yang tidak pernah mengalami konflik, baik konflik yang terkecil atau bahkan konflik yang bersekala besar.Mengingat begitu banyak masalah konflik sosial pada remaja atau siswa, maka pemerintah menggalakkan adanya pendidikan karakter terkait toleransi di sekolah-sekolah, antara lain bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mental yang kuat untuk menghindari atau menghilangkan bibit-bibit persemaian konflik sosial yang merusak.

Dokumen terkait