BAB II. TEATER RAKYAT DAN PUBLIC SPEAKING
B. Public Speaking
2. Hal-hal yang harus Diperhatikan dalam Public Speaking
Berbicara di depan publik atau di depan umum bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan dan kesulitan yang seringkali terjadi, dan kesulitan tersebut menjadi penghambat seorang pembicara untuk menyampaikan informasi atau pesan yang harus diberikan kepada publik. Untuk bisa dan mampu berbicara di depan publik seseorang harus memiliki beberapa keterampilan yang dipakai untuk membuat suasana komunikasi terhadap khalayak umum dapat berjalan dengan
lancar, maka ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pembicara dalam melakukan kegiatan public speaking.
a. Membangun Rasa Percaya Diri
Memiliki rasa percaya diri merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh para pembicara. Perasaan takut, grogi, dan cemas biasanya muncul dalam diri seorang pembicara saat mulai menghadapi audiens akan tetapi apabila seorang pembicara mampu mengatasi segala perasaan tersebut dengan meningkatkan rasa percaya dirinya pasti seorang pembicara akan mampu untuk berbicara di hadapan publik (Khayyirah, 2013:92).
Untuk itu Charles Bonar Sirait yang merupakan seorang pembawa acara terkenal menuliskan dalam bukunya The Power Of Public Speaking teknik penting untuk bisa meningkatkan rasa percaya diri saat berbicara di depan publik:
1) Lakukan riset: lakukan analisis tentang bagaimana situasi yang akan dihadapi, siapa saja audiensnya, berasal dari kalangan mana, usia rata- rata audiens, tujuan acara, serta persepsi yang timbul bagi para audiens saat melihat penampilan pembawa acara. Semakin dalam riset yang dilakukan, semakin besar rasa percaya diri tumbuh.
2) Latihan: jadikan latihan menjadi suatu kegiatan yang dicintai, lakukan latihan kapan saja dan di mana saja, jangan pernah melakukan latihan hanya pada saat diminta dalam suatu acara saja. Semakin sering seorang pembicara berlatih berbicara, maka rasa percaya diri saat di atas panggung pun semakin meningkat.
3) Visualisasi penampilan terakhir: ingat- ingat lagi segala hal yang dilakukan saat pernah melakukan suatu presentasi, tentang hal yang menarik, maupun yang gagal dilakukan. Keberhasilan yang pernah dibuat maupun kegagalan yang pernah dibuat akan meningkatkan kembali rasa percaya diri. Namun jika masih pemula, rekam hasil latihan dengan handycam atau kamera video yang ada, jika sudah mintalah beberapa orang terdekat untuk mengevaluasi hasil presentasi yang telah dilakukan. Masukan dari orang terdekat biasa juga menjadi salah satu dorongan untuk meningkatkan rasa percaya diri (Sirait, 2007: 50).
b. Teknik Vokal
Teknik vokal sangat menentukan baik atau buruknya seorang pembicara dalam membawakan bahan pembicaraannya kepada audiens. Teknik vokal perlu dimiliki oleh setiap pembicara karena berfungsi untuk dapat mengatur artikulasi, tempo bicara, serta volume suara yang diperlukan saat berbicara di depan umum. Selain itu yang perlu diperhatikan juga dalam melatih vokal, seorang pembicara pertama-tama perlu juga memperhatikan dan melatih cara pernafasan, karena pernafasan juga menentukan baik atau tidaknya vokal seorang pembicara.
Menurut Ninda Nindiani dalam bukunya Sukses Jadi MC, seorang pembicara perlu memperhatikan pernafasannya, karena jika seorang pembicara memiliki nafas yang pendek pembicara tersebut cenderung berbicara tersengal- sengal. Oleh karena itu, seorang pembicara perlu melatih terus pernafasannya agar memiliki nafas panjang saat berbicara. Pernafasan yang baik adalah dengan menggunakan pernafasan perut/diafragma, karena diyakini bahwa pernafasan
perut/diafragma lebih kuat dan lebih panjang daripada pernafasan dada (Nindiani, 2014:74).
Seorang pembicara juga harus memiliki jenis karakter dan kualitas suara yang baik, Charles Bonar Sirait mengatakan bahwa ada 5 jenis karakter dan kualitas suara yang baik, yaitu: menyenangkan untuk didengar, dinamis (memberikan impresi penuh tenaga dan kekuatan), ekspresif (kaya akan nuansa), jelas (segar, dan punya power kuat untuk didengar) dan yang terakhir adalah mengalir wajar dan tidak dibuat-buat (Sirait, 2007: 70).
Seorang pembicara rata-rata berbicara dengan gerak laju kira-kira 300 suku kata tiap menitnya, atau 5 buah per detiknya. Suku kata tersebut harus ditangkap dan diterjemahkan menjadi pemikiran. Apabila suku kata tersebut diproyeksikan secara lemah, tertelan, atau tertekan, maka terjadi sesuatu hal yang hilang dalam sebuah komunikasi. Oleh karena itu artikulasi yang jelas dari pembicara sangatlah penting dimiliki untuk dapat berbicara kepada publik agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar (Encarnacion dan Carpio, 2005:108).
Seorang pembicara juga harus memperhatikan tempo bicara. Tempo bicara yang ideal adalah tempo yang tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Apabila seorang pembicara berbicara terlalu cepat, bisa terjadi artikulasi menjadi tidak jelas yang mengakibatkan informasi kepada publik tidak bisa diterima dengan baik (Nindiani,2014: 75).
Volume suara saat berbicara di depan publik juga perlu diatur oleh pembicara. Volume suara lebih diartikan sebagai keras lembutnya seseorang
dalam berbicara. Idealnya bagi seorang pembicara, volume suara bisa terdengar sampai ke telinga para audiens yang hadir dalam suatu ruangan atau tempat (Nindiani, 2014: 75).
c. Bahasa Tubuh
Seorang pembicara yang baik selain mengandalkan vokalnya juga pasti akan mengandalkan tubuhnya dalam menyampaikan suatu informasi atau pesan saat berbicara di depan umum. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli, gerak tubuh justru memberikan kontribusi yang paling penting, yakni sebesar 55% dari seluruh aspek yang harus dikuasai oleh seorang pembicara saat harus menyampaikan informasi atau hal lainnya di depan umum (Sirait, 2007: 100).
Yang dimaksud dengan bahasa tubuh adalah suatu proses pertukaran pikiran dan gagasan, di mana pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, postur, dan gerakan tubuh (Khayyirah, 2013:129). Bahasa tubuh merupakan bentuk kemampuan mental dan fisik manusia, sebuah komunikasi non verbal yang terdiri dari gerakan tubuh, ekspresi wajah, gerakan mata dan bentuk postur tubuh.
Banyak manfaat yang dapat diambil oleh seorang pembicara jika bisa menggunakan bahasa tubuhnya saat berbicara di depan umum. Gerak tubuh dapat membantu seorang pembicara untuk menjelaskan atau mengklarifikasi arti dari pembicaraan yang sedang dibawakan kepada para audiens. Bahasa tubuh juga
membantu untuk menyampaikan isi dari pembicaraan yang sedang dibawakan, selain itu bisa juga bermanfaat untuk menarik minat atau perhatian para audiens kepada pembicara yang sedang menyampaikan pembicaraan karena gerakan tubuh bisa menghilangkan situasi pembicaraan yang monoton. Manfaat bahasa tubuh lainnya adalah bisa membantu pembicara untuk menghilangkan ketegangan dan kegugupan saat berada di atas panggung atau saat menghadapi para audiens penggunaan bahasa tubuh juga bisa membantu seorang pembicara dalam mengatur sebuah pembicaraan sehingga pembicaraan terlihat jelas atau terdengar baik bisa sampai kepada audiens yang sedang mendengarkan (Sirait, 2007: 103).
d. Menguasai Materi
Untuk dapat melakukan pembicaraan di depan umum sangatlah penting seorang pembicara untuk menguasai materi atau bahan yang akan disampaikannya kepada audiens. Seorang pembicara tidak akan mungkin bisa berbicara dengan lancar jika tidak mempunyai materi yang akan dibicarakan di depan banyak orang. Oleh karena itu penting bagi seorang pembicara untuk mempersiapkan sebuah materi pembicaraan serta melatih menguasai materi tersebut sehingga nantinya pesan atau informasi bisa sampai kepada audiens.
Menurut Balqis Khayyirah dalam bukunya yang berjudul Cara Pintar
Berbicara Cerdas di Depan Publik seorang pembicara dapat mempersiapkan
bahan atau materinya dengan dua cara sederhana namun sangat baik jika digunakan, yaitu dengan cara brainstorming dan mind map. Brainstorming merupakan suatu cara membuat materi dengan mengumpulkan atau mengeluarkan
seluruh ide atau gagasan tanpa harus diseleksi atau dikritisi terlebih dahulu. Sedangkan mind map adalah suatu metode untuk mengelola informasi secara keseluruhan, termasuk di dalamnya menyimpan informasi, mengorganisasikan informasi, skala prioritas, belajar memahami informasi, meninjau kembali, dan mengingat informasi. Mind map merupakan teknik mencatat kreatif dengan memanfaatkan cara kerja otak. Setelah itu bisa seorang pembicara bisa segera membuat kerangka materi yang akan disampaikan, kerangka materi dibuat agar memudahkan pembicara untuk membawakan suatu materi yang telah dipersiapkan (Khayyirah, 2013:75).
Setelah materi dipersiapkan, yang paling penting lagi bagi seorang pembicara adalah menguasai materi yang telah disiapkannya. Cara menguasai materi yang telah dipersiapkan adalah dengan membuat daftar konsep tentang hal- hal yang ingin disampaikan. Menguasai materi bukan berarti menghafal materi yang telah dipersiapkan (Khayyirah, 2013: 89).