• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pelatihan teater rakyat terhadap kemampuan public speaking mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai faktor penting dalam proses berkatekese.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pelatihan teater rakyat terhadap kemampuan public speaking mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai faktor penting dalam proses berkatekese."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PENGARUH PELATIHAN TEATER

RAKYAT TERHADAP KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING

MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM PROSES BERKATEKESE. Judul ini dipilih atas dasar pengamatan dan keprihatinan penulis akan perkembangan kemampuan public speaking mahasiswa IPPAK-USD terutama dalam proses berkatekese. Kemampuan public speaking merupakan salah satu kemampuan yang sebenarnya perlu dimiliki oleh mahasiswa IPPAK-USD sebagai seorang calon katekis. Akan tetapi nampaknya memiliki kemampuan public speaking tidak dianggap sebagai suatu keharusan bagi mahasiswa USD. Prodi IPPAK-USD sendiri telah memberikan sarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan public speaking-nya melalui pelatihan teater rakyat. Namun, kesempatan atau sarana yang telah diberikan oleh Prodi IPPAK-USD untuk mengembangkan kemampuan public speaking melalui pelatihan teater rakyat nampaknya tidak digunakan dengan baik dan kurang dimaknai secara sempurna oleh mahasiswa sehingga masih banyak mahasiswa IPPAK-USD yang belum sepenuhnya menggunakan kemampuan public speaking sebagai sarana bantu dalam melaksanakan proses berkatekese.

Penulis dalam menanggapi permasalahan ini menggunakan kajian pustaka guna menambah informasi serta pengetahuan atas permasalahan yang penulis temukan. Selain itu penulis juga mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana kemampuan public speaking yang dimiliki oleh mahasiswa IPPAK-USD dalam rangka proses berkatekese terutama setelah mereka mengikuti pelatihan teater rakyat. Dalam melaksanakan penelitian penulis menggunakan instrumen penelitian berupa skala Likert yang penulis sebarkan kepada 60 orang responden guna mendapatkan data yang penulis inginkan. Selain itu penulis juga menggunakan instrumen observasi serta wawancara sebagai instrumen tambahan dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengetahui bahwa mahasiswa IPPAK-USD pada dasarnya sudah sedikit banyak memiliki kemampuan public speaking akan tetapi masih sedikit mahasiswa yang mampu menggunakan kemampuan public speaking-nya dengan baik terutama dalam proses berkatekese.

Dari hasil tersebut penulis mencoba untuk memberikan sebuah usulan kegiatan pelatihan public speaking. Harapannya melalui pelatihan tersebut mahasiswa IPPAK-USD lebih terbantu lagi dalam mengembangkan kemampuan

public speaking-nya terutama untuk bisa diaplikasikan dalam rangka proses

(2)

ABSTRACT

The title of this thesis is THE INFLUENCE OF POPULAR THEATRE TRAINING ONPUBLIC SPEAKING ABILITY OF STUDENTS AT DEPARTMENT OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY AS AN IMPORTANT FACTOR IN THE PROCESS OF CATECHESIS. This title was chosen based on the author’s observation and concerns about the development of public speaking ability of the students who are studying at the Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University, especially in the process of catechesis. Public speaking is one of the ability to be mastered by students at the Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University as a catechist. However, it seems that public speaking ability is not considered as one of ability which must be mastered by Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University students. Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University has provided a program for the students to develop public speaking skill through popular theatre training. But, the chance or program seems not be used properly and defined less perfectly by the students, so there are still some numbers of students at the Departement of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University who do not used public speaking ability in the process of catechesis.

The author responsed to this problems by using textual study as additional informations and also knowledges. The author also did a further research to know more about public speaking ability of the students at the Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University in the process of catechesis, especially after they participated in popular theatre training. In doing the research, the author used Likert scale as a research instrument which were distributed to 60 respondents to get data. The author also used observation instument and interview as the additional instuments in this research. The result of the research shows that students at the Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University basically some of them have public speaking ability, but only few students who can use their public speaking ability properly in the process of catechesis.

(3)

PENGARUH PELATIHAN TEATER RAKYAT TERHADAP KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM PROSES BERKATEKESE

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Yohanes Paulus Manubura NIM: 101124019

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENGARUH PELATIHAN TEATER RAKYAT TERHADAP KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM PROSES BERKATEKESE

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Yohanes Paulus Manubura NIM: 101124019

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menerangi jalan hidup penulis,

Fransiskus Plain serta Elisabeth Supartika (Alm) selaku orang tua yang selalu mendoakan serta mendukung penulis,

Antonio Orlando Yehezkiel selaku adik penulis,

Drs. E. Haryo Habirono dan dr. V. M. Prasanita W selaku orang tua yang membimbing penulis selama berada di Yogyakarta,

Dorotea Desinta selaku orang yang selalu menemani dan menyemangati penulis,

Universitas Sanata Dharma yang sudah memberikan tempat untuk penulis berkembang dan berdinamika,

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik yang sudah memberikan tempat untuk belajar serta memaknai hidup,

(8)

v MOTTO

“Don‟t worry about a thing, „cause every little thing gonna be all right”

(Three Little Birds-Bob Marley)

“Keinginan saya untuk sukses lebih besar daripada ketakutan saya untuk gagal”

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PENGARUH PELATIHAN TEATER

RAKYAT TERHADAP KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING

MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM PROSES BERKATEKESE. Judul ini dipilih atas dasar pengamatan dan keprihatinan penulis akan perkembangan kemampuan public speaking mahasiswa IPPAK-USD terutama dalam proses berkatekese. Kemampuan public speaking merupakan salah satu kemampuan yang sebenarnya perlu dimiliki oleh mahasiswa IPPAK-USD sebagai seorang calon katekis. Akan tetapi nampaknya memiliki kemampuan public speaking tidak dianggap sebagai suatu keharusan bagi mahasiswa USD. Prodi IPPAK-USD sendiri telah memberikan sarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan public speaking-nya melalui pelatihan teater rakyat. Namun, kesempatan atau sarana yang telah diberikan oleh Prodi IPPAK-USD untuk mengembangkan kemampuan public speaking melalui pelatihan teater rakyat nampaknya tidak digunakan dengan baik dan kurang dimaknai secara sempurna oleh mahasiswa sehingga masih banyak mahasiswa IPPAK-USD yang belum sepenuhnya menggunakan kemampuan public speaking sebagai sarana bantu dalam melaksanakan proses berkatekese.

Penulis dalam menanggapi permasalahan ini menggunakan kajian pustaka guna menambah informasi serta pengetahuan atas permasalahan yang penulis temukan. Selain itu penulis juga mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana kemampuan public speaking yang dimiliki oleh mahasiswa IPPAK-USD dalam rangka proses berkatekese terutama setelah mereka mengikuti pelatihan teater rakyat. Dalam melaksanakan penelitian penulis menggunakan instrumen penelitian berupa skala Likert yang penulis sebarkan kepada 60 orang responden guna mendapatkan data yang penulis inginkan. Selain itu penulis juga menggunakan instrumen observasi serta wawancara sebagai instrumen tambahan dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengetahui bahwa mahasiswa IPPAK-USD pada dasarnya sudah sedikit banyak memiliki kemampuan public speaking akan tetapi masih sedikit mahasiswa yang mampu menggunakan kemampuan public speaking-nya dengan baik terutama dalam proses berkatekese.

Dari hasil tersebut penulis mencoba untuk memberikan sebuah usulan kegiatan pelatihan public speaking. Harapannya melalui pelatihan tersebut mahasiswa IPPAK-USD lebih terbantu lagi dalam mengembangkan kemampuan

public speaking-nya terutama untuk bisa diaplikasikan dalam rangka proses

(12)

ix

ABSTRACT

The title of this thesis is THE INFLUENCE OF POPULAR THEATRE TRAINING ONPUBLIC SPEAKING ABILITY OF STUDENTS AT DEPARTMENT OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY AS AN IMPORTANT FACTOR IN THE PROCESS OF CATECHESIS. This title was chosen based on the author‟s observation and concerns about the development of public speaking ability of the students who are studying at the Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University, especially in the process of catechesis. Public speaking is one of the ability to be mastered by students at the Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University as a catechist. However, it seems that public speaking ability is not considered as one of ability which must be mastered by Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University students. Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University has provided a program for the students to develop public speaking skill through popular theatre training. But, the chance or program seems not be used properly and defined less perfectly by the students, so there are still some numbers of students at the Departement of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University who do not used public speaking ability in the process of catechesis.

The author responsed to this problems by using textual study as additional informations and also knowledges. The author also did a further research to know more about public speaking ability of the students at the Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University in the process of catechesis, especially after they participated in popular theatre training. In doing the research, the author used Likert scale as a research instrument which were distributed to 60 respondents to get data. The author also used observation instument and interview as the additional instuments in this research. The result of the research shows that students at the Department of Catholic Religious Education, Sanata Dharma University basically some of them have public speaking ability, but only few students who can use their public speaking ability properly in the process of catechesis.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang karena berkat kasih karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: PENGARUH PELATIHAN TEATER RAKYAT TERHADAP KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI FAKTOR PENTING DALAM PROSES BERKATEKESE.

Penulisan skripsi ini berangkat dari keprihatinan penulis akan perkembangan kemampuan public speaking mahasiswa IPPAK-USD terutama dalam rangka proses berkatekese. Penulis mengamati masih sedikit mahasiswa yang mampu menggunakan kemampuan public speaking sebagai sarana bantu untuk melaksanakan proses katekese walaupun Prodi IPPAK-USD sendiri telah memberikan sarana berupa pelatihan teater rakyat guna membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan public speaking-nya. Oleh sebab itu skripsi ini penulis buat guna mengetahui sejauhmana perkembangan kemampuan public

speaking yang dimiliki mahasiswa IPPAK-USD dalam rangka proses berkatekese

terutama setelah mereka mendapatkan pelatihan teater rakyat.

(14)

xi

1. Drs. FX. Heryatno W.W., SJ., M.Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. Y. I. Iswarahadi, SJ, M.A selaku dosen pembimbing utama yang telah dengan sabar dan sepenuh hati mendampingi, meluangkan waktu serta memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. L. Bambang Hendarto. Y. M.Hum selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji kedua yang telah membimbing, menyemangati, mendampingi, mengarahkan, dan memberikan perhatian pada penulis selama studi.

4. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd selaku dosen penguji ketiga sekaligus dosen pembimbing penelitian yang telah membantu, mengarahkan, serta memberikan motivasi kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Segenap staf dosen dan karyawan Prodi IPPAK-USD yang telah membantu dalam mengarahkan pengurusan administrasi dan memberikan semangat hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak dan adik yang selalu menyemangati, mendoakan, membimbing serta memberikan nasihat bagi penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan.

(15)
(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. TEATER RAKYAT DAN PUBLIC SPEAKING ... 8

A. Teater Rakyat ... 8

1. Pengertian Teater ... 8

2. Pengertian Teater Rakyat ... 10

3. Bentuk Pelatihan Teater Rakyat ... 11

a. Pendekatan dengan Seni Terpadu ... 11

b. Pengamatan dan Penilaian terhadap Situasi Masyarakat (Kunjungan Lapangan) ... 17

(17)

xiv

4. Peranan Teater Rakyat dalam Pewartaan ... 17

a. Teater Rakyat sebagai Pengembangan Spiritualitas Injili ... 18

b. Teater Rakyat sebagai Medium Komunikasi ... 19

c. Teater Rakyat sebagai Media Pewartaan Alternatif bagi Kaum Muda... 19

B. Public Speaking... 21

1. Pengertian Public Speaking ... 21

2. Hal-hal yang harus Diperhatikan dalam Public Speaking ... 22

a. Membangun Rasa Percaya Diri ... 23

b. Teknik Vokal ... 24

c. Bahasa Tubuh ... 26

d. Menguasai Materi ... 27

3. Bentuk-bentuk Public Speaking ... 28

a. Presentasi ... 29

b. Pidato ... 29

c. MC (Master of Ceremony)... 30

d. Moderator ... 30

e. Ceramah... 30

f. Khotbah ... 30

g. Seminar ... 31

h. Diskusi ... 31

i. Simposium... 31

j. Kolokium ... 31

k. Lokakarya (Workshop) ... 32

l. Rapat ... 32

(18)

xv

BAB III. PENGARUH PELATIHAN TEATER RAKYAT TERHADAP KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING MAHASISWA IPPAK-USD

DALAM RANGKA PROSES BERKATEKESE ... 36

A. Kedudukan Pelatihan Teater Rakyat dalam Pendidikan Calon Katekis di Prodi IPPAK-USD ... 36

1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK-USD ... 37

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Prodi IPPAK-USD ... 40

3. Gambaran Kurikulum Prodi IPPAK-USD ... 42

4. Pendidikan Teater Rakyat di Prodi IPPAK-USD ... 44

B. Metodologi Penelitian ... 45

1. Tujuan Penelitian... 45

2. Jenis Penelitian ... 46

3. Metode Penelitian ... 46

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

5. Responden Penelitian ... 47

6. Instrumen Penelitian ... 47

7. Variabel Penelitian ... 52

8. Analisis Data ... 55

C. Hasil Penelitian ... 56

1. Pemahaman mengenai Pelatihan Teater Rakyat ... 56

2. Tujuan Mengikuti Pelatihan Teater Rakyat ... 59

3. Manfaat setelah Mengikuti Pelatihan Teater Rakyat, terutama dalam Kegiatan Public Speaking ... 63

4. Pemahaman mengenai Public Speaking ... 65

(19)

xvi

D. Hasil Penelitian Tambahan ... 76

1. Hasil Penelitian Observasi ... 76

2. Hasil Penelitian Wawancara... 77

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

1. Pemahaman mengenai Pelatihan Teater Rakyat ... 81

2. Tujuan Mengikuti Pelatihan Teater Rakyat ... 82

3. Manfaat Mengikuti Pelatihan Teater Rakyat, terutama dalam Kegiatan Public Speaking ... 84

4. Pemahaman mengenai Public Speaking ... 86

5. Manfaat Memiliki Kemampuan Public Speaking sebagai Sarana untuk Proses Berkatekese Terutama Setelah Mengikuti Proses Pelatihan Teater Rakyat ... 88

F. Analisis Tambahan ... 91

1. Observasi ... 92

2. Wawancara ... 94

G. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 95

BAB IV. USULAN KEGIATAN PELATIHAN PUBLIC SPEAKING BAGI MAHASISWA IPPAK-USD DALAM RANGKA PROSES BERKATEKESE ... 97

A. Latar Belakang ... 97

B. Tujuan Kegiatan ... 100

C. Tema Kegiatan dan Sub Tema ... 100

D. Identitas Kegiatan... 100

E. Peserta ... 100

F. Strategi Penyampaian ... 101

G. Sarana dan Peralatan ... 101

H. Sumber Bahan ... 101

I. Matriks Kegiatan ... 103

J. Gambaran dan Jadual Kegiatan Pelatihan ... 105

(20)

xvii

BAB V. PENUTUP ... 120

A. KESIMPULAN ... 120

B. SARAN ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 125

LAMPIRAN ... 127

Lampiran 1: Panduan Skala Likert ... (1)

Lampiran 2: Panduan Observasi ... (6)

Lampiran 3: Pedoman Wawancara ... (7)

DAFTAR TABEL Tabel 1: Tabel 1. Variabel Penelitian Skala Likert ... 52

Tabel 2: Tabel 2. Variabel Penelitian Observasi ... 53

Tabel 3: Tabel 3. Variabel Penelitian Wawancara ... 54

Tabel 4: Tabel 4. Pemahaman mengenai Pelatihan Teater Rakyat (N=60) ... 56

Tabel 5: Tabel 5. Tujuan Mengikuti Pelatihan Teater Rakyat (N=60) ... 59

Tabel 6: Tabel 6. Manfaat setelah Mengikuti Pelatihan Teater Rakyat, terutama dalam Kegiatan Public Speaking(N=60) ... 63

Tabel 7: Tabel 7. Pemahaman Mengenai Public Speaking (N=60) ... 65

Tabel 8: Tabel 8. Manfaat Memiliki Kemampuan Public Speaking sebagai Sarana untuk Proses Berkatekese terutama setelah Mengikuti Pelatihan Teater Rakyat (N=60) ... 70

Tabel 9: Tabel 9. Hasil Observasi ... 76

Tabel 10: Tabel 10. Matriks Kegiatan Pelatihan Public Speaking ... 103

(21)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A.Singakatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, 2005.

B.Singkatan Dokumen Resmi Gereja CT : Catechesi Tradendae

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

C.Singkatan Lain

AKKI : Akademi Kateketik Katolik Indonesia DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia MC : Master of Ceremony

PAK : Pendidikan Agama Katolik PUSKAT : Pusat Kateketik

(22)

xix SJ : Serikat Jesus

STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik STKAT : Sekolah Tinggi Kateketik

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Semua orang dapat berbicara, namun tidak semua orang juga mampu berbicara dengan baik saat harus berbicara di depan umum dalam suatu acara seminar, diskusi dan acara lainnya. Belakangan ini, kemampuan berbicara di depan umum sungguh sangat dibutuhkan. Akan tetapi masih banyak orang yang tidak mampu untuk berbicara di depan umum. Kemampuan untuk dapat berbicara di depan umum itu sangat dibutuhkan oleh setiap orang, baik itu dipakai untuk berpidato, untuk mempresentasikan suatu seminar, debat, maupun diskusi. Kebanyakan orang yang tidak mampu untuk berbicara di depan umum itu mempunyai alasan masih malu atau kesulitan untuk merangkai kalimat jika sudah berada di depan umum. Kekurangan tersebut membuat seseorang sulit untuk menyampaikan hal-hal atau pendapat yang seharusnya disampaikan kepada banyak orang.

(24)

dilatih sendiri tanpa harus mengikuti pelatihan atau sekolah khusus dengan modal utamanya adalah niat dan mental untuk berani tampil dan berbicara di depan umum.

Kemampuan public speaking atau kemampuan berbicara di depan umum ini juga dibutuhkan oleh seorang katekis dalam rangka pewartaan atau katekese. Kemampuan public speaking dibutuhkan karena saat berkatekese mau tidak mau seorang katekis harus bisa menyampaikan bahan katekese itu di depan banyak orang, dan yang dihadapi oleh seorang katekis adalah bukan audience umum, melainkan umat yang imannya perlu dibina lagi, sehingga proses penyampaiannya juga dituntut untuk lebih baik daripada hanya sekedar berbicara asal dengan orang lain, tanpa penyampaian yang baik proses katekese yang disampaikan tidak akan menarik dan umat bisa memahami apa yang disampaikan oleh seorang katekis dalam proses katekese.

(25)

Untuk mengatasi masalah tersebut, lembaga pendidikan ini membuat suatu mata kuliah yang tujuannya mengajarkan para mahasiswa untuk mampu berbicara di depan umum dan memiliki mental untuk dapat melakukan hal tersebut. Mata kuliah yang memberikan pelatihan tersebut adalah mata kuliah teater rakyat. Mata kuliah teater rakyat merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil dan diikut oleh setiap mahasiswa Prodi IPPAK-USD di semester 2. Bentuk mata kuliah teater rakyat ini adalah pelatihan selama satu minggu di Studio Audio Visual Puskat yang bertempat di Sinduharjo, Ngaglik, Sleman dan persiapan untuk pementasan teater selama satu bulan. Dalam pelatihan teater selama sepekan ini, mental serta kemampuan berbicara setiap mahasiswa dilatih dalam bentuk pelatihan teater yang nanti pada akhirnya hasil dari pelatihan ini dipentaskan di hadapan banyak orang dalam bentuk permainan peran.

Dasar penting dari public speaking adalah kemampuan seseorang untuk berbicara dengan menggunakan bahasa yang baik dan sesuai baik itu bahasa verbal maupun bahasa tubuh serta memiliki mental untuk dapat melakukan kegiatan tersebut di depan banyak orang. Dasar public speaking tersebut ternyata ada dalam pelatihan teater rakyat yang diikuti oleh para mahasiswa Prodi IPPAK-USD di semester 2 dan harapannya dengan adanya pelatihan teater rakyat tersebut para mahasiswa mampu untuk menerapkan kemampuan public speaking dalam tiap kegiatan yang kondisinya harus berada di hadapan umum.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis mengangkat judul skripsi “Pengaruh Pelatihan Teater Rakyat terhadap Kemampuan Public Speaking

(26)

Agama Katolik Universitas Sanata Dharma (IPPAK-USD) Sebagai Faktor Penting Dalam Berkatekese”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan yang menjadi perhatian pokok penulis adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan pelatihan teater rakyat? 2. Apa pengertian dari public speaking ?

3. Sejauh mana kemampuan public speaking dimiliki oleh mahasiswa Prodi IPPAK-USD dalam proses berkatekese setelah mengikuti pelatihan teater rakyat?

C. TUJUAN PENULISAN

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengerti maksud dari pelatihan teater rakyat 2. Memahami pengertian dari public speaking.

3. Menggali pengaruh pelatihan teater rakyat terhadap kemampuan public

speaking mahasiswa Prodi IPPAK- USD yang menjadi faktor penting dalam

(27)

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran pada pihak Prodi IPPAK-USD bahwa pelatihan teater rakyat merupakan salah satu mata kuliah yang bisa digunakan untuk membantu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan public speaking terutama dalam proses berkatekese.

2. Memberikan pemahaman bagi mahasiswa Prodi IPPAK-USD bahwa pelatihan teater rakyat juga menjadi salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan public speaking di mana kemampuan tersebut perlu dimiliki dan dikembangkan untuk digunakan sebagai sarana dalam proses berkatekese.

3. Penulis sendiri menjadi semakin mendalami dan mendapatkan wawasan serta pengetahuan mengenai manfaat dari pelatihan teater rakyat yang juga dapat digunakan sebagai sarana latihan untuk meningkatkan kemampuan

public speaking yang menjadi faktor penting dalam proses berkatekese.

E. METODE PENULISAN

(28)

melakukan penelitan terhadap mahasiswa IPPAK-USD guna melihat bagaimana perkembangan kemampuan public speaking mereka terutama dalam proses berkatekese setelah mengikuti pelatihan teater rakyat.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulis memilih judul skripsi “Pengaruh Teater Rakyat terhadap Kemampuan Public Speaking bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Sebagai Faktor Penting Dalam Berkatekese”. Judul skripsi ini diuraikan dalam lima bab, yakni:

Bab I. Dalam bab I penulis akan memaparkan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II. Dalam bab II penulis akan memaparkan teori mengenai pengertian teater dan public speaking. Secara lebih detailnya bab ini berisi tentang pengertian teater, pengertian teater rakyat, bentuk pelatihan teater rakyat, peranan teater rakyat dalam pewartaan, pengertian public speaking, hal-hal yang harus diperhatikan dalam public speaking, bentuk-bentuk public speaking, dan fungsi memiliki kemampuan public speaking bagi mahasiswa Prodi IPPAK-USD dalam proses berkatekese.

(29)

IPPAK. Pada bagian berikutnya penulis akan membahas metode penelitian tentang pengaruh pelatihan teater rakyat terhadap kemampuan public speaking mahasiswa Prodi IPPAK-USD sebagai faktor penting dalam proses berkatekese, yang meliputi tujuan penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, variabel penelitian, analisis data, hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

Bab IV. Penulis dalam bab ini akan memberikan usulan kegiatan berupa pelatihan public speaking yang ditujukan untuk mahasiswa IPPAK-USD guna membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan public speakingnya untuk berkatekese.

(30)

BAB II

TEATER RAKYAT DAN PUBLIC SPEAKING

Teater rakyat adalah sebuah seni pertunjukan yang kisahnya berasal dari realitas kehidupan masyarakat. Teater rakyat biasa dipentaskan di depan banyak orang dalam bentuk suatu pertunjukan hiburan bagi masyarakat. Teater rakyat juga menuntut para pemainnya untuk melakonkan suatu peran yang berasal dari gambaran masyarakat pada umumnya. Untuk dapat melakonkan peran yang didapat butuh suatu keahlian, keberanian serta mental untuk dapat melakukan itu dari sang pemeran. Dalam bab II ini penulis akan memaparkan secara lebih mendalam pengertian teater rakyat dan public speaking.

A. Teater rakyat

Dalam bagian ini penulis akan memaparkan penjelasan mengenai teater rakyat dalam beberapa bagian yaitu: pengertian teater, pengertian tentang teater rakyat, bentuk pelatihan teater rakyat, dan peran teater rakyat dalam pewartaan. 1. Pengertian Teater

(31)

Dalam arti luas teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan banyak orang. Sedangkan dalam arti sempit teater merupakan drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak dengan media: percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah yang tertulis, dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian (Tri, 2015: 3).

Teater secara umum sering disebut atau diartikan sebagai sebuah seni pertunjukan yang juga turut melibatkan banyak unsur kesenian lainnya seperti tarian, musik, suara, puisi, drama dan lain sebagainya. Teater atau drama yang lebih dikenal dalam corak kesenian tradisional merupakan suatu pertunjukan yang memaparkan segala bentuk kegiatan atau tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang dipentaskan di atas panggung dan ditonton oleh masyarakat.

Sedangkan menurut pandangan Augusto Boal dalam bukunya Teater

Kaum Tertindas, “teater adalah kumpulan orang yang bernyanyi bebas di udara

terbuka”. Pertunjukan teater diciptakan oleh dan untuk masyarakat, dan karenanya

dapat disebut nyanyian dithyirambis (syair pujian). “Ia merupakan perayaan di mana semua dapat ikut serta secara bebas” (Boal, 1974: 1).

(32)

2. Pengertian Teater Rakyat

Dalam buku Media Memuliakan Kehidupan?, Sebuah Antologi

Komunikasi, Iswarahadi dan Tri mengatakan bahwa “pada awalnya teater rakyat

adalah sebuah pesta. Di dalam pesta tersebut tidak ada batasan antara pemain dan penonton. Dalam teater rakyat semua orang boleh terlibat untuk mengungkapkan perasaan dan ide mereka secara kreatif” (Iswarahadi, 2010 : 58).

Teater rakyat bukan hanya sekedar seni pertunjukan, tetapi lebih merupakan seni yang ingin mengungkapkan realitas dengan menganalisis struktur dalam masyarakat. Realitas yang diungkap lebih pada kehidupan masyarakat kecil yang tertindas oleh ketidakadilan yang terjadi dalam lingkup kehidupan bermasyarakat. Dalam karya tulisnya, Ismarwanto (1994:29) mengatakan bahwa:

Kata teater rakyat juga dikatakan sebagai sebuah sarana komunikasi dari, oleh, dan untuk rakyat sendiri, informasi diterima, disampaikan dengan cara dan tempat yang pantas. Sebagai sarana komunikasi, teater rakyat ingin mengangkat situasi penderitaan yang dialami oleh rakyat kecil serta mencari solusi. Sebagai seni, teater rakyat menunjukkan realitas dan permasalahan sosial. Dalam hal ini untuk mencapai suatu penyadaran dan berujung perubahan pasti akan selalu mengalami konflik sosial yakni dari pihak yang menderita dan dari pihak yang ingin menguasai. Oleh karena itu orang sering mengatakan teater rakyat identik dengan pembela rakyat kecil.

Sedangkan dalam bukunya, Iswarahadi (2010:46) berbicara bahwa :

Teater rakyat juga dipahami bukan sebagai seni pentas saja, tetapi juga sebagai media pembebasan bagi rakyat. Pembebasan yang dimaksud adalah pembebasan dari budaya bisu yang semakin memiskinkan rakyat dalam sebuah struktur yang tidak adil. Media murah menjadi sarana rakyat untuk mengekspresikan suara mereka melalui media yang mudah terjangkau oleh masyarakat. Dalam teater rakyat rakyat dibiarkan untuk membicarakan nasib mereka sendiri.

(33)

yang dimainkan secara kreatif dan menarik. Lewat teater rakyat, peranan para rakyat kecil yang tertindas akan selalu diangkat menjadi sebuah cerita dan dari situlah akan muncul pesan atau aspirasi dari rakyat kecil yang sering kali tidak tersampaikan kepada kalangan atas.

Teater rakyat tidak hanya diartikan sebagai kisah, seni, pesta, tontonan atau bahkan hiburan saja melainkan menyangkut seluruh kegiatan dan proses terjadinya kegiatan tersebut mulai dari proses perkuliahan, pelatihan, pementasan, evaluasi, refleksi, diskusi, dan tindak lanjut serta aksi. Teater rakyat adalah alat yang dapat membawa kesadaran sosial dalam masyarakat yakni mengembalikan suara rakyat itu sendiri (Lapin, 2011: 91).

3. Bentuk Pelatihan Teater Rakyat

Sebuah seni pertunjukan tidak akan terjadi tanpa adanya proses latihan. Teater rakyat sebagai salah satu bagian dari seni pertunjukan juga memiliki latihan dasar yang perlu diikuti oleh para pemainnya sebelum memulai atau memainkan sebuah pementasan. Pelatihannya tidak hanya berupa pelatihan yang berkaitan dengan dasar-dasar permainan teater tapi juga sampai pada latihan pembuatan naskah pementasan. Terdapat tiga tahapan persiapan yang berisi materi pelatihan untuk bisa sampai pada suatu pementasan teater rakyat.

a. Pendekatan dengan Seni Terpadu

(34)

subjek kesenian yang harus diberikan kepada peserta pelatihan teater rakyat yaitu: dinamika kelompok, ekspresi gerak, ekspresi vokal dan musik, ekspresi visual, dan penulisan naskah improvisasi teater.

1) Dinamika kelompok

Maksud serta tujuan dari latihan dinamika kelompok ini adalah agar para peserta mengenal sifat masing-masing anggotanya, baik dari nama, bentuk fisik, sifat maupun watak tiap anggota kelompok. Dengan saling mengenal peserta akan saling terbuka satu sama lain, sehingga nantinya bisa menghasilkan suatu kerjasama yang baik dan solid antar peserta dalam suatu kelompok yang ada. Bila peserta mampu melaksanakan latihan ini, peserta pasti akan juga mampu belajar dan memerankan suatu profesi dan kelas sosial yang berbeda dari yang peserta itu jalankan tiap harinya (Boal, 1974: 101).

Latihan dinamika kelompok ini biasanya dilakukan lewat permainan-permainan yang sifatnya berkelompok. Pada akhir permainan-permainan biasanya peserta diajak untuk menemukan makna dari permainan yang telah dilakukan dan makna yang ditemukan tersebut akan menjadi pegangan bagi peserta dalam permainan teater nantinya.

2) Ekspresi gerak

(35)

saja, melainkan menggunakan jasmani mereka lewat gerak tubuh (Boal, 1974: 103).

a) Latihan dasar- dasar gerak

Latihan dasar gerak bersumber dari gerak kehidupan sehari-hari. Tujuannya agar peserta mampu menguasai kelenturan tubuh, karena bermain teater berati juga bermain menggunakan seluruh anggota tubuh kita. Jika tubuh lentur tidak ada kendala bagi seorang aktor untuk melakukan perpindahan

blocking pada saat pementasan teater (Tri, 2015:7).

b) Ekspresi gerak “mencipta bentuk”

Latihan ini dibuat untuk menjalin kerjasama dalam kelompok, membuat komposisi dengan kesadaran ruang, mengenal unsur artistik, unsur komposisi dan teknik penampilan serta membantu mencitakan kelenturan tubuh .

Melalui proses latihan ini tidak hanya fisik saja yang dilatih namun juga melatih kemampuan berkreasi dengan meniru gejala alam. Latihan pertama yaitu mencipta bentuk diam atau statis yang biasanya diambil dari bentuk meja, gelas, kursi, dan lain sebagainya.

(36)

c) Ekspresi gerak, emosi dan motivasi

Dalam latihan ini peserta diajak untuk melakukan gerakan berdasarkan sugesti yang diberikan. Sugesti yang diberikan berupa cerita yang dibawakan oleh pelatih teater. Tujuan latihan ini adalah untuk merangsang imajinasi peserta lewat sugesti cerita yang diberikan. Selain itu juga, peserta diajak pula untuk merangkai emosi untuk menghasilkan ekspresi gerak yang baik, dilatihan terakhir dari ekspresi gerak ini, peserta diajak untuk bergerak berdasarkan irama musik yang diputar (Tri, 2015: 8).

3) Konflik

Konflik berarti pertentangan antara dua pihak untuk saling berlawanan. Konflik adalah jantung cerita drama yang berfungsi untuk menghidupi lakon drama. Terdapat tiga jenis konflik yang perlu dipelajari sebelum bermain drama, yaitu:

 Konflik fisik: latihannya bisa dengan tarik tambang

 Konflik verbal: suatu konflik yang latihannya dengan melontarkan kata-kata atau adu argumen dengan lawan main.

 Konflik emosi: konflik yang latihannya atau memainkannya dengan hanya memainkan ekspresi wajah (mimik).

4) Pernafasan (olah vokal)

(37)

Vokal atau suara merupakan unsur penting dalam memainkan sebuah pentas teater/drama. Teknik vokal atau suara yang baik diperlukan untuk menyampaikan gagasan para tokoh dalam bentuk dialog-dialog yang dimainkan dalam suatu pementasan teater/drama. Untuk bisa menciptakan vokal atau suara yang bagus dalam suatu pementasan maka diperlukan latihan terlebih dahulu, bentuk latihan untuk mengolah vokal/suara adalah sebagai berikut:

 Senam mulut

 Latihan pernafasan

 Melatih kejelasan ucapan (artikulasi)

 Menjiwai cerita

 Latihan dinamika (intonasi) dan progresi (teknik pengembangan suara)

 Latihan irama (bisa dilakukan dengan menyanyi)

Dengan melakukan latihan-latihan ini seorang aktor atau pemain drama pasti akan memiliki vokal/suara yang bagus saat melakukan pementasan teater/drama (Tri, 2015: 9).

5) Penulisan naskah

(38)

a) Dari cerpen ke tema dan sinopsis, langkah-langkahnya yaitu:

 setiap peserta dibagikan satu buah cerpen yang ceritanya sama dan setelah itu diminta untuk membaca cerpen tersebut,

 setelah peserta memahami cerita, peserta diajak untuk membuat ringkasan cerita dari cerpen yang telah dibaca tadi,

 jika peserta sudah selesai membuat ringkasan cerita (sinopsis), peserta dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

b) Dari tema, sinopsis ke cerpen, langkahnya yaitu:

 setiap peserta diberikan satu buah sinopsis yang berisi cerita sama dan diminta untuk membaca sinopsis tersebut,

 setelah selesai membaca sinopsis, peserta diajak untuk menentukan tema cerita dari sinopsis dan membuat cerpen,

 jika sudah selesai, peserta mempresentasikan hasil karyanya.

c) Dari naskah drama ke tema, sinopsis dan treatment, langkah-langkahnya yaitu:

 peserta masing-masing diberikan satu buah naskah drama dan diminta untuk membacanya,

 setelah memahami naskah yang dibaca, peserta diajak untuk menentukan tema dan menjabarkannya ke dalam sinopsis serta treatment,

 setelah selesai, peserta diberi kesempatan untuk mempresentasikan apa yang telah dibuat.

d) Dari tema, sinopsis, treatment ke naskah drama, langkah pembuatannya yaitu:

(39)

 Hasil penulisan naskah yang telah dibuat dalam kelompok diwujudkan dalam bentuk pementasan (Tri, 2015: 12).

b. Pengamatan dan Penilaian terhadap Situasi Masyarakat (Kunjungan Lapangan)

Dalam tahap ini peserta diminta untuk terlibat langsung dalam kehidupan bermasyarakat guna mengamati berbagai macam corak kehidupan di dalam suatu masyarakat, mulai dari keadaan masyarakat sampai segala permasalahan yang dialami dalam kehidupan masyarakat. Peserta diajak untuk mengadakan serangkaian penelitian, pengamatan dan analisa yang dilakukan langsung dalam kunjungan lapangan. Dengan adanya interaksi langsung dalam masyarakat, diharapkan peserta bisa mencari tema yang cocok untuk pementasan teater rakyat berdasarkan hasil refleksi pengamatan langsung peserta dalam suatu masyarakat (Tri, 2015: 3).

c. Produksi Pementasan Teater Rakyat

Setelah menjalani semua jenis pelatihan, peserta melakukan pementasan hasil kreasi sendiri yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sumber cerita pementasan teater rakyat adalah kejadian nyata dari situasi masyarakat yang diperoleh dari kunjungan lapangan. Pementasan teater rakyat ini biasanya dipentaskan di depan masyarakat umum dalam berbagai macam corak penampilan teater rakyat (Tri, 2015: 3).

4. Peranan Teater Rakyat dalam Pewartaan

(40)

balik itu pula teater rakyat ternyata juga memiliki peranan dalam proses pewartaan.

a. Teater Rakyat sebagai Pengembangan Spiritualitas Injili.

Iswarahadi dalam bukunya Beriman dengan Bermedia mengatakan bahwa: Dalam diri setiap orang tentu sudah ada spiritualitas yang ditanam sendiri oleh Allah. Kita punya kewajiban untuk mengembangkannya. Spiritualitas Injili tak lain tak bukan adalah kabar gembira. “You are the Good News!” Benih- benih kabar gembira sudah ada dalam diri kita masing- masing. Setiap pewarta sabda atau katekis hidup di tengah umat, dan harus di tingkat basis. Seorang katekis mempunyai potensi untuk menggerakkan umat.

Iswarahadi lebih memandang teater rakyat sebagai suatu gerakan bukan sebagai organisasi. Teater rakyat berkaitan dengan katekis terutama dalam tugasnya untuk mewartakan kabar gembira. Teater rakyat dalam menyajikan sebuah bentuk pementasan bukan semata-mata untuk meninabobokan orang, melainkan untuk menggugat kemapanan. Gerakan yang dimaksud tersebut bisa tumbuh apabila di dalamnya ada “spiritualitas”.

Spiritualitas Injili dalam teater rakyat ditempatkan sama dengan spiritualitas yang dimiliki oleh para umat basis pertama yang hadir di Amerika Latin, di mana mereka pada saat itu dipandang memiliki kehidupan yang sama dengan kehidupan jemaat Kristen pertama. Para umat basis ini sungguh- sungguh menghayati hidup umat Kristen perdana dan bertindak atas sesamanya berdasarkan semangat Injil (Iswarahadi, 2003: 56).

(41)

saja, melainkan lewat teater rakyat kabar gembira bisa sampai kepada umat dalam balutan pementasan teater rakyat.

b. Teater Rakyat sebagai Medium Komunikasi

Dalam pewartaan-Nya Yesus seringkali menggunakan banyak perumpamaan. Apa yang dilakukan oleh Yesus ini juga harus diikuti oleh para pewarta dalam tugasnya di tengah umat. Teater rakyat adalah salah satu sarana yang bisa dipakai dalam rangka pewartaan atau media komunikasi kepada umat. Dalam kenyataannya teater rakyat sudah lama digunakan sebagai salah satu sarana pewartaan oleh para umat basis yang ada di Amerika Latin pada tahun 1970-an. Teater rakyat biasanya menyajikan permasalahan yang ada di antara umat. Masalah tersebut disajikan dalam bentuk seni yang selanjutnya dijadikan bahan diskusi oleh umat dan dari diskusi tersebutlah menghasilkan suatu komunikasi aktif antar umat dalam melihat dan merefleksikan perumpamaan atau permasalahan yang telah dihadirkan lewat pementasan teater rakyat (Iswarahadi, 2003: 64).

c. Teater Rakyat sebagai Media Pewartaan Alternatif bagi Kaum Muda

(42)

tengah zaman sekarang ini juga turut serta melunturkan semangat kaum muda untuk mau terlibat di dalam rangka karya pewartaan.

Teater rakyat merupakan salah satu media yang tepat untuk mengajak kaum muda terlibat dalam kegiatan pewartaan. Salah satu contoh dari bentuk pewartaan yang dimaksud seperti pementasan teater atau drama dalam homili perayaaan ekaristi kaum muda di Gereja Santo Antonius Kotabaru. Pewartaan yang dimaksudkan di sini yaitu bagaimana kaum muda ini ditantang untuk mengalami pengalaman yang jarang atau bahkan belum pernah sama sekali mereka alami. Lewat teater rakyat kaum muda pertama-tama diajak untuk melihat terlebih dahulu realitas sosial masyarakat kecil dalam suatu kunjungan lapangan. Dari pengalaman yang telah mereka dapatkan ini seringkali muncul rasa empati dari diri mereka tentang kehidupan yang barangkali tidak pernah mereka alami selama ini. Setelah itu mereka ditantang untuk berdinamika dalam latihan teater rakyat untuk menampilkan kenyataan yang telah mereka lihat dalam sebuah pementasan.

(43)

B. Public Speaking

Setelah memaparkan perihal yang berkaitan tentang teater rakyat, penulis pada bagian ini akan memaparkan segala hal yang berkaitan dengan public

speaking dalam empat bagian, yaitu: pengertian public speaking, hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam public speaking, bentuk- bentuk public speaking, dan fungsi kemampuan public speaking bagi mahasiswa Prodi IPPAK-USD dalam proses berkatekese.

1. Pengertian Public Speaking

Public speaking merupakan salah satu seni berbicara, di mana seseorang

berbicara menyampaikan maksud atau tujuannya kepada orang banyak atau publik bukan orang per orangan. Menurut Sukadi dalam bukunya Public Speaking Bagi

Pemula, yang dimaksud dengan public speaking adalah berbicara di depan

publik/sejumlah orang/umum yang dilakukan dalam rangka komunikasi (Sukadi, 1993: 5).

Dalam ilmu komunikasi public speaking juga dikenal dengan istilah retorika atau pidato di depan umum. Pengertian sempit dari public speaking dalam istilah retorika adalah ilmu bicara dan pengertian luasnya adalah ilmu penggunaan bahasa, baik lisan maupun tulisan (Effendy, 1992: 53).

(44)

dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars,

techne)(Hendrikus, 1991: 14).

Sedangkan menurut Balqis Khayyirah dalam bukunya Cara Pintar

Berbicara Cerdas di Depan Publik, public speaking memiliki pengertian sebagai

suatu seni berbicara di depan umum tentang suatu hal atau topik secara lisan, dengan tujuan mempengaruhi, mengajak, mendidik, mengubah opini, memberikan penjelasan dan memberikan informasi (Khayyirah, 2013: 21).

Dari beberapa pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa public

speaking merupakan suatu bagian dari seni berbicara dan juga sebuah ilmu

tentang bagaimana seseorang mampu berkomunikasi secara lisan di depan publik dengan tujuan mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mendidik, memberikan penjelasan dan menyampaikan informasi, di mana kemampuannya diperoleh seseorang berdasarkan talenta yang dimiliki ataupun karena memang mempelajari ilmu tentang cara berbicara di depan publik.

2. Hal- hal yang Harus Diperhatikan dalam Public Speaking

(45)

lancar, maka ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh para pembicara dalam melakukan kegiatan public speaking.

a. Membangun Rasa Percaya Diri

Memiliki rasa percaya diri merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh para pembicara. Perasaan takut, grogi, dan cemas biasanya muncul dalam diri seorang pembicara saat mulai menghadapi audiens akan tetapi apabila seorang pembicara mampu mengatasi segala perasaan tersebut dengan meningkatkan rasa percaya dirinya pasti seorang pembicara akan mampu untuk berbicara di hadapan publik (Khayyirah, 2013:92).

Untuk itu Charles Bonar Sirait yang merupakan seorang pembawa acara terkenal menuliskan dalam bukunya The Power Of Public Speaking teknik penting untuk bisa meningkatkan rasa percaya diri saat berbicara di depan publik:

1) Lakukan riset: lakukan analisis tentang bagaimana situasi yang akan dihadapi, siapa saja audiensnya, berasal dari kalangan mana, usia rata- rata audiens, tujuan acara, serta persepsi yang timbul bagi para audiens saat melihat penampilan pembawa acara. Semakin dalam riset yang dilakukan, semakin besar rasa percaya diri tumbuh.

(46)

3) Visualisasi penampilan terakhir: ingat- ingat lagi segala hal yang dilakukan saat pernah melakukan suatu presentasi, tentang hal yang menarik, maupun yang gagal dilakukan. Keberhasilan yang pernah dibuat maupun kegagalan yang pernah dibuat akan meningkatkan kembali rasa percaya diri. Namun jika masih pemula, rekam hasil latihan dengan handycam atau kamera video yang ada, jika sudah mintalah beberapa orang terdekat untuk mengevaluasi hasil presentasi yang telah dilakukan. Masukan dari orang terdekat biasa juga menjadi salah satu dorongan untuk meningkatkan rasa percaya diri (Sirait, 2007: 50).

b. Teknik Vokal

Teknik vokal sangat menentukan baik atau buruknya seorang pembicara dalam membawakan bahan pembicaraannya kepada audiens. Teknik vokal perlu dimiliki oleh setiap pembicara karena berfungsi untuk dapat mengatur artikulasi, tempo bicara, serta volume suara yang diperlukan saat berbicara di depan umum. Selain itu yang perlu diperhatikan juga dalam melatih vokal, seorang pembicara pertama-tama perlu juga memperhatikan dan melatih cara pernafasan, karena pernafasan juga menentukan baik atau tidaknya vokal seorang pembicara.

(47)

perut/diafragma lebih kuat dan lebih panjang daripada pernafasan dada (Nindiani, 2014:74).

Seorang pembicara juga harus memiliki jenis karakter dan kualitas suara yang baik, Charles Bonar Sirait mengatakan bahwa ada 5 jenis karakter dan kualitas suara yang baik, yaitu: menyenangkan untuk didengar, dinamis (memberikan impresi penuh tenaga dan kekuatan), ekspresif (kaya akan nuansa), jelas (segar, dan punya power kuat untuk didengar) dan yang terakhir adalah mengalir wajar dan tidak dibuat-buat (Sirait, 2007: 70).

Seorang pembicara rata-rata berbicara dengan gerak laju kira-kira 300 suku kata tiap menitnya, atau 5 buah per detiknya. Suku kata tersebut harus ditangkap dan diterjemahkan menjadi pemikiran. Apabila suku kata tersebut diproyeksikan secara lemah, tertelan, atau tertekan, maka terjadi sesuatu hal yang hilang dalam sebuah komunikasi. Oleh karena itu artikulasi yang jelas dari pembicara sangatlah penting dimiliki untuk dapat berbicara kepada publik agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar (Encarnacion dan Carpio, 2005:108).

Seorang pembicara juga harus memperhatikan tempo bicara. Tempo bicara yang ideal adalah tempo yang tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Apabila seorang pembicara berbicara terlalu cepat, bisa terjadi artikulasi menjadi tidak jelas yang mengakibatkan informasi kepada publik tidak bisa diterima dengan baik (Nindiani,2014: 75).

(48)

dalam berbicara. Idealnya bagi seorang pembicara, volume suara bisa terdengar sampai ke telinga para audiens yang hadir dalam suatu ruangan atau tempat (Nindiani, 2014: 75).

c. Bahasa Tubuh

Seorang pembicara yang baik selain mengandalkan vokalnya juga pasti akan mengandalkan tubuhnya dalam menyampaikan suatu informasi atau pesan saat berbicara di depan umum. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli, gerak tubuh justru memberikan kontribusi yang paling penting, yakni sebesar 55% dari seluruh aspek yang harus dikuasai oleh seorang pembicara saat harus menyampaikan informasi atau hal lainnya di depan umum (Sirait, 2007: 100).

Yang dimaksud dengan bahasa tubuh adalah suatu proses pertukaran pikiran dan gagasan, di mana pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, postur, dan gerakan tubuh (Khayyirah, 2013:129). Bahasa tubuh merupakan bentuk kemampuan mental dan fisik manusia, sebuah komunikasi non verbal yang terdiri dari gerakan tubuh, ekspresi wajah, gerakan mata dan bentuk postur tubuh.

(49)

membantu untuk menyampaikan isi dari pembicaraan yang sedang dibawakan, selain itu bisa juga bermanfaat untuk menarik minat atau perhatian para audiens kepada pembicara yang sedang menyampaikan pembicaraan karena gerakan tubuh bisa menghilangkan situasi pembicaraan yang monoton. Manfaat bahasa tubuh lainnya adalah bisa membantu pembicara untuk menghilangkan ketegangan dan kegugupan saat berada di atas panggung atau saat menghadapi para audiens penggunaan bahasa tubuh juga bisa membantu seorang pembicara dalam mengatur sebuah pembicaraan sehingga pembicaraan terlihat jelas atau terdengar baik bisa sampai kepada audiens yang sedang mendengarkan (Sirait, 2007: 103).

d. Menguasai Materi

Untuk dapat melakukan pembicaraan di depan umum sangatlah penting seorang pembicara untuk menguasai materi atau bahan yang akan disampaikannya kepada audiens. Seorang pembicara tidak akan mungkin bisa berbicara dengan lancar jika tidak mempunyai materi yang akan dibicarakan di depan banyak orang. Oleh karena itu penting bagi seorang pembicara untuk mempersiapkan sebuah materi pembicaraan serta melatih menguasai materi tersebut sehingga nantinya pesan atau informasi bisa sampai kepada audiens.

Menurut Balqis Khayyirah dalam bukunya yang berjudul Cara Pintar

Berbicara Cerdas di Depan Publik seorang pembicara dapat mempersiapkan

(50)

seluruh ide atau gagasan tanpa harus diseleksi atau dikritisi terlebih dahulu. Sedangkan mind map adalah suatu metode untuk mengelola informasi secara keseluruhan, termasuk di dalamnya menyimpan informasi, mengorganisasikan informasi, skala prioritas, belajar memahami informasi, meninjau kembali, dan mengingat informasi. Mind map merupakan teknik mencatat kreatif dengan memanfaatkan cara kerja otak. Setelah itu bisa seorang pembicara bisa segera membuat kerangka materi yang akan disampaikan, kerangka materi dibuat agar memudahkan pembicara untuk membawakan suatu materi yang telah dipersiapkan (Khayyirah, 2013:75).

Setelah materi dipersiapkan, yang paling penting lagi bagi seorang pembicara adalah menguasai materi yang telah disiapkannya. Cara menguasai materi yang telah dipersiapkan adalah dengan membuat daftar konsep tentang hal-hal yang ingin disampaikan. Menguasai materi bukan berarti menghafal materi yang telah dipersiapkan (Khayyirah, 2013: 89).

3. Bentuk- bentuk Public Speaking

Public speaking atau sering dikenal dengan seni berbicara di depan umum

memiliki macam-macam bentuk. Bentuk public speaking dibagi menurut jenis penggunannya atau tujuannya. Dori Wuwur Hendrikus dalam bukunya membagi

public speaking ke dalam dua jenis yaitu monologika dan dialogika. Monologika

(51)

tentang seni berbicara, di mana terdapat dua orang atau lebih yang berbicara atau ikut ambil bagian dalam satu proses pembicaraan (Hendrikus, 2010: 16).

Macam-macam bentuk public speaking lebih jelas lagi diterangkan oleh Balqis Khayyirah ke dalam beberapa bentuk, yaitu:

a. Presentasi

Presentasi merupakan suatu kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat, atau informasi kepada orang lain, presentasi biasanya digunakan dalam kegiatan pendidikan atau kegiatan bisnis. Tujuan dari presentasi bisa berbagai macam, misalnya untuk membujuk (dibawakan oleh wiraniaga), memberi informasi (dibawakan oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan (dibawakan oleh orang yang membantah suatu pendapat tertentu). Ciri-ciri dari suatu presentasi adalah: dilakukan secara formal, disusun secara matang atau terencana, biasanya sudah ditentukan (waktu, tempat, dan materi), dibantu dengan alat peraga maupun alat bantu presentasi, dipandu oleh moderator, ada pihak lain yang digunakan sebagai sasaran presentasi, dan diikuti dengan sesi tanya jawab dan memiliki tujuan atau target tertentu.

b. Pidato

(52)

c. MC (Master of Ceremony)

MC berarti “penguasa acara”, pemandu acara, pengendali acara, pembawa

acara, pengatur acara, atau pemimpin upacara. MC memiliki peran untuk mengumumkan susunan acara dan memperkenalkan orang yang akan mengisi acara, serta bertanggung jawab atas kelancaran, ketepatan waktu, kemeriahan, maupun kekhidmatan acara dari awal hingga akhir.

d. Moderator

Moderator adalah orang yang memimpin, mengatur, dan memandu suatu kegiatan diskusi. Moderator berbeda dengan MC, moderator lebih sering dijumpai dalam acara diskusi atau debat. Moderator adalah orang yang paling berkuasa dalam suatu diskusi atau debat. Moderator mempunyai hak untuk memilih siapa yang diberi kesempatan untuk bertanya kepada penyaji.

e. Ceramah

Ceramah merupakan kegiatan komunikasi satu arah, di mana pembicara menyampaikan gagasannya kepada pihak lain dan tidak memerlukan reaksi berupa tanggapan atau respon. Ceramah bertujuan untuk memberikan nasihat dan petunjuk kepada audiens.

f. Khotbah

(53)

g. Seminar

Seminar merupakan pertemuan ilmiah yang secara sistematis mempelajari suatu topik khusus, di bawah pimpinan seorang ahli dan berwenang dalam bidang tersebut. Seminar biasanya diadakan untuk membahas suatu masalah secara ilmiah, sehingga pesertanya pun orang yang ahli dalam bidangnya. h. Diskusi

Diskusi berarti bertukar pikiran tentang suatu masalah, baik untuk memahami, menemukan sebab terjadinya masalah, maupun mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Diskusi dengan kata lain adalah suatu kegiatan tukar-menukar informasi, pendapat, dan unsur pengalaman secara teratur, dengan maksud mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang suatu hal.

i. Simposium

Simposium merupakan suatu rangkaian pidato pendek di depan para pendengar dengan seorang pemimpin (moderator). Simposium menampilkan beberapa pembicara dan para pembicara ini mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dari sebuah topik yang sama.

j. Kolokium

(54)

k. Lokakarya (Workshop)

Lokakarya adalah suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya. Sebuah lokakarya merupakan sebuah pertemuan ilmiah kecil.

l. Rapat

Suatu bentuk media komunikasi kelompok resmi bersifat tatap muka, yang sering diselenggarakan oleh banyak organisasi. Rapat merupakan alat untuk mendapatkan mufakat melalui musyawarah kelompok (Khayyirah, 2013:36-55).

Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa public speaking tidak terikat dengan satu jenis atau satu bentuk saja, melainkan memiliki banyak bentuk. Bentuk-bentuk dari public speaking ini ada karena berdasarkan kebutuhan dan sifatnya masing-masing. Seorang pembicara yang baik pasti akan melakukan kegiatan public speaking-nya berdasarkan kebutuhannya berbicara dan menyesuaikan dengan bentuk dari public speaking yang ada.

4. Fungsi Memiliki Kemampuan Public Speaking bagi Mahasiswa Prodi IPPAK-USD dalam Proses Berkatekese

Dalam anjuran apostolic Catechesi Tradendae, Sri Paus Yohanes Paulus II mengartikan katekese:

(55)

Dengan kata lain katekese diartikan sebagai usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam katekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Metode yang sesuai perlu dicarikan agar katekese dalam ragam bentuknya bergema dalam hati pendengar dan berbuah nyata (Telambanua, 1999:5).

Dalam tulisannya Marcel Beding menuliskan bahwa katekese merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi, karena melalui katekese tiap umat sebenarnya berusaha menyampaikan pesan khusus dari Allah untuk keselamatan manusia. Allah berkomunikasi dengan umat melalui orang-orang lain (Ibr 1:1) dan Yesus merupakan metodenya yang sempurna dan cemerlang (Ibr 1:2). Dari kutipan ini secara sederhana dapat dikatakan bahwa Yesus merupakan jembatan komunikasi paling baik yang pernah diciptakan oleh Allah (Praedicamus, 2008: 25).

(56)

menggunakan surat sebagai sarana berkomunikasi dengan umat pada saat itu. Surat- surat yang ditulis oleh Rasul Paulus sebagai sarana berkomunikasi dan pesan dalam surat tersebut masih bisa diterima umat sampai pada zaman sekarang ini. Surat- surat yang ditulis itu termuat di dalam Kitab Suci.

Mahasiswa Prodi IPPAK-USD merupakan para mahasiswa yang dididik secara khusus menjadi seorang katekis atau pewarta sabda Allah. Para mahasiswa ini mempunyai tugas khusus untuk melanjutkan karya Yesus serta para muridNya untuk mewartakan kabar gembira. Sesuai dengan apa yang tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) kanon 773 para mahasiswa Prodi IPPAK-USD yang nantinya setelah lulus menjadi seorang katekis memiliki tugas pokok sebagai seorang katekis yaitu, mewartakan sabda Allah dan memberi kesaksian (KHK’1983: kan. 773).

(57)

juga mampu menciptakan suasana yang memudahkan peserta katekese umat untuk bisa mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain (Lalu, 2005: 121).

(58)

BAB III

PENGARUH PELATIHAN TEATER RAKYAT TERHADAP

KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING MAHASISWA IPPAK- USD DALAM RANGKA PROSES BERKATEKESE

Pada bab III ini penulis akan menguraikan pengaruh pelatihan teater rakyat terhadap kemampuan public speaking mahasiswa IPPAK-USD dalam rangka proses berkatekese. Dalam bab ini penulis akan menguraikan terlebih dahulu kedudukan pelatihan teater rakyat dalam pendidikan calon katekis di Prodi IPPAK-USD. Pada bagian berikutnya penulis akan membahas metodologi penelitan yang berisi jenis penelitian seperti apa yang akan penulis gunakan guna mendapatkan hasil yang penulis inginkan. Setelah itu penulis juga akan membahas hasil penelitian berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis dapatkan. Melalui hasil penelitian yang nantinya diperoleh, penulis berharap bisa mengetahui sejauh mana kemampuan public speaking yang dimiliki oleh mahasiswa IPPAK-USD dalam rangka proses berkatekese terutama setelah mengikuti pelatihan teater rakyat yang diberikan Prodi IPPAK-USD.

A. Kedudukan Pelatihan Teater Rakyat dalam Pendidikan Calon Katekis di Prodi IPPAK-USD

(59)

speaking karena kemampuan tersebut sangat berpengaruh dan sangat menunjang

seorang katekis dalam melakukan proses berkatekese terutama jika katekis tersebut ingin menciptakan sebuah proses katekese yang menarik di depan umat.

Di Prodi IPPAK-USD kemampuan public speaking mahasiswa diajarkan serta dikembangkan lewat pelatihan teater rakyat. Pada bagian ini penulis akan memberikan pemamparan tentang sejarah, visi, misi, kurikulum dan perjalanan pelatihan teater rakyat di Prodi IPPAK-USD, sehingga diketahui bahwa Pelatihan Teater Rakyat memiliki pengaruh terhadap proses berkatekese melalui kemampuan public speaking mahasiswa IPPAK-USD.

1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK-USD

Pada tahun 1959 Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (sekarang KWI) merencanakan usaha-usaha untuk meningkatkan pelayanan di bidang pendalaman hidup beriman dan untuk memperbarui pelaksanaan katekese di Indonesia. MAWI menyerahkan rencana tersebut kepada P. F. Heselaars SJ yang kemudian bekerjasama dengan P.C. Carry SJ (Staf Dosen IPPAK, 2010: 1).

(60)

disahkan dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, nomor 3 tanggal 3 April 1964 di Yogyakarta (Staf Dosen IPPAK, 2010: 1).

Pusat Kateketik beserta AKKI pada mulanya bertempat di Jl. P. Senopati 20 Yogyakarta. Pada tahun 1968 atas prakarsa Bapak Julius Kardinal Darmoyuwono Pr, kedua lembaga tersebut menempati gedung sendiri di Jl. Abubakar Ali 1, Yogyakarta. Tempat yang baru ini dapat memenuhi kebutuhan akan ruang-ruang kuliah, perpustakaan dan ruang baca, kesekretariatan, kantor kerja staff, laboratorium audio visual, sanggar-sanggar kesenian, aula, ruang pameran dan ruang rekreasi (Staf Dosen IPPAK, 2010: 1).

Pada tanggal 11 Mei 1965 AKKI memperoleh status terdaftar dari menteri PTIP dengan SK No. 108/B.SWT/P/65. Pada tahun 1966 diselenggarakan ujian tingkat Sarjana Muda untuk pertama kalinya. Setelah beberapa kali menyelenggarakan ujian negara, pada tanggal 31 Desember 1969 AKKI memperoleh kenaikan status dari terdaftar menjadi diakui dari Menteri P dan K dengan SK No. 0170 tahun 1969 (Staf Dosen IPPAK, 2010: 1).

Pada tahun 1969 dibuka tingkat sarjana lengkap yang mendorong perubahan nama lembaga. Pada tanggal 31 Maret 1971 dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, AKKI berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya. Pada tanggal 23 Juni 1971 tingkat sarjana Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya memperoleh status terdaftar dari Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen P dan K dengan SK No. 227/ DPT/B/71.

(61)

nama unit jurusan/program studi dengan status diakui di Lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V, DIY. Berdasarkan proses itu, Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu sarjana muda dan sarjana penuh dipadukan ke dalam bentuk baru berupa program sarjana satu (S1) dengan nama Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya. Program sarjana satu ini berstatus diakui dengan SK Mendikbud No. 043/0/1985 tertanggal 28 Januari 1985. STFK Pradnyawidya memperoleh penetapan kembali status diakui pada tanggal 14 Mei 1986 dengan SK Mendikbud No. 0362/0/1986. Pada tahun akademik 1991/1992, tepatnya tanggal 26 Desember 1991, STFK Pradnyawidya memperoleh status disamakan dengan SK No. 660/0/1991 (Staf Dosen IPPAK, 2010: 1).

Dengan adanya peraturan dari pemerintah bahwa hanya lulusan dari LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) atau yang memiliki akta mengajar dapat secara sah menjadi guru, maka STFK Pradnyawidya memerlukan perubahan jalur dari jalur non kependidikan menjadi jalur pendidikan. Perubahan tersebut mengantar STFK Pradnyawidya ke dalam proses merger kepada FKIP USD. Setelah melalui proses merger yang cukup lama, berdasar SK Mendikbud No. 08/D/O/1995 tertanggal 14 Februari 1995 STFK Pradnyawidya berubah menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA), Jurusan Pendidikan Agama Katolik, Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma dengan status disamakan (Staf Dosen IPPAK, 2010: 1).

(62)

nilai B. Pada tahun 1999 pemerintah mengadakan penataan kembali nama-nama program studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA USD berubah menjadi program studi dengan nama program studi “Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” (IPPAK) dan menjadi

bagian FKIP USD (Staf Dosen IPPAK, 2010: 1).

Pada tahun 2003 IPPAK mengajukan akreditasi. Berdasarkan SK BAN PT Depdiknas RI nomor 014/BAN-PT/AK-VII/S1/IV/2004 IPPAK mendapat peringkat A. Pada tahun 2008 IPPAK kembali mengajuan akreditasi. Berdasarkan SK BAN PT Depdiknas RI nomor 015/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009 IPPAK kembali mendapat peringkat A (Staf Dosen IPPAK, 2010: 1).

2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi IPPAK-USD

Adapun visi, misi, tujuan, motto serta sasaran Prodi IPPAK-USD adalah sebagai berikut:

Visi:

Terwujudnya Gereja yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat (Staf Dosen IPPAK, 2010: 4).

Misi:

(63)

Tujuan:

Menghasilkan sarjana pendidikan yang beriman mendalam, berkompeten, berkepribadian, dan berintegritas, dengan sikap yang unggul dapat membantu sesama umat beriman mengembangkan imannya, yang dapat berprofesi menjadi Guru Agama Katolik, katekis, dan pengembang karya katekese melalui kerjasama dengan tokoh-tokoh umat dan pemimpin gerejawi lainnya serta mampu menghasilkan karya-karya pengembangan katekese

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian Skala Likert (N=60)
Tabel 2. Variabel Penelitian Observasi (N=6)
Tabel 3. Variabel Penelitian Wawancara (N= 5)
Tabel 4: Pemahaman mengenai Pelatihan Teater Rakyat (N= 60)
+7

Referensi

Dokumen terkait