• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan pendampingan teater rakyat bagi pembentukkan karakter calon guru agama Katolik di Prodi Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010-2011 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peranan pendampingan teater rakyat bagi pembentukkan karakter calon guru agama Katolik di Prodi Ilmu Pendidikan Kekhususan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010-2011 - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER CALON GURU AGAMA KATOLIK DI PRODI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA

KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010-2011

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Agatha Eka Setya Wardani NIM: 061124004

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Skripsi ini saya persembahkan kepada

Bapak dan Ibuku,

Yang telah memberikan dukungan moral, spiritual, dan finansial, Adikku, Tunanganku, seluruh keluargaku dan seluruh sahabatku yang selalu

memberikan motivasi untukku

(5)

v

“Didiklah anakmu,

maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu”

(6)
(7)
(8)

viii

Skripsi ini berjudul “PERANAN PENDAMPINGAN TEATER RAKYAT BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER CALON GURU AGAMA KATOLIK DI PRODI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010-2011”. Penulisan skripsi ini mengajak para mahasiswa calon guru agama Katolik di Ilm u Pendidikan Kekhususan Pendidikan Aga ma Katolik Universitas Sanata Dharma (IPPAK USD) untuk m embentuk karakter yang utuh melalui teater rakyat. Mahasiswa cal on guru agam a Ka tolik dituntun untuk menjadi seorang calon guru yang benar-benar memiliki tanggungjawab yang utuh untuk para muridnya, tidak hanya di seko lah saja tetapi di lingkungan tem pat tinggal mereka. Diharapkan para m ahasiswa dapat menjadi seorang calon katekis yang dapat ditiru tingkah lakunya yang m encerminkan se orang yang m emiiki wibawa dan m ampu untuk m engembangkan diri yang lebih baik lagi di tengah-tengah masyarakat.

Permasalahan m endasar skrips i in i ad alah sejauh m ana peranan teater rakyat dalam konteks pembentukan karakter calon guru agama Katolik di IPPAK USD, bagaim ana sikap para calon guru agama Katolik di IPPAK US D setelah turut serta berperan dalam teater rakyat dan sejauh mana kegunaan studi mengenai teater rakyat dalam kaitannya dengan t ugas katekis sebagai seorang calon guru agama Katolik di tengah-tengah kehidupan masyarakat, maka diadakan penelitian melalui pengum pulan data di lapangan dengan m enyebarkan kuesioner kepada mahasiswa dan wawancara kepada dosen. Di samping itu, penulis juga melakukan studi pustaka untuk m emperoleh pem ikiran-pemikiran yang diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan karakter diri.

(9)

ix

The title of this the sis is "T HE ROLE OF POPULAR THEATER IN DEVELOPING PERS ONAL C HARACTER OF THE STUDE NTS OF THE DEPARTMENT OF E DUCATION ON RELIGION OF SANATA DHARMA UNIVERSITY PERIOD OF 2010-2011". This essay invites the students to respond to develop a good personal ch aracter through popular theatre. The students as a future Catholic teacher ar e guided to become a real teacher that having an intact responsibil ity to their pupils, not only in the school but also in their neighborhood.

The fundamental problem of this thesis is to analyze th e role of popular theater in d eveloping p ersonal character of the students of the departm ent of education on religion of Sanata Dharma University, to observe the attitude of the students of the department of education on religion of Sanata Dharm a University and to describe the usage of the study of popular theater in connection with catechetical duty as a relig ion teacher in the m iddle of t he society, the autho r conducted a research through data coll ection in the fiel d by distributing questionnaires to students and through in terview with. In a ddition, the authors also do libr ary research to gain insights that a re expected to help the students in developing their personal character.

(10)

x

Puji syukur penulis m emanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahm at dan ke kuatan sehingga penulis dapat m enyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERAN AN PENDAMPINGAN TEATER RAKYAT BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER CALON GURU AGAMA KATOLIK DI

RODI ILMU PENDIDIKAN KEKHUS USAN PE NDIDIKAN AGAMA

KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010-2011”. Selesainya Skripsi in i tidak terlep as dari bantuan banyak pihak yang dengan segala upaya m embantu penulis. Untuk itu penulis m engucapkan limpah terima kasih kepada mereka semua, teristimewa kepada:

1. Drs. Yoseph Ispuroyanto Iswarahadi, SJ. MA, selaku pem bimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, mendampingi penulis dengan penuh kesabaran dan cinta, dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. P. Banyu Dewa Hs, S.Ag. M.Si, selaku dosen pem bimbing akadem ik yang sekaligus sebagai dosen penguji II yang bersedia mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi.

3. Dra. Yulia Supriya ti, M.Pd, selak u dosen penguji III yang dengan tulus memberi dukungan dan membantu menyempurnakan skripsi ini.

4. Para dosen dan staf karyawan yang telah m emberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kedua orang tua dan adik yang selalu m endukung dan m emberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

(11)
(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PE RSETUJUAN PU BLIKASI PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB II PERAN TEATER RAK YAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMBENT UKAN KARAKTER BA GI CALON GURU AGAMA KATOLIK ... 6

A. Definisi Teater Rakyat ... 6

1. Pengertian Teater Rakyat ... 6

2. Teater Rakyat Menuju Komunikasi yang Inklusif ... 10

B. Karakter Guru Agama Katolik ... 12

1. Pengertian Karakter ... 12

2. Pengertian Pengembangan Diri ... 13

(13)

xiii

1. Kegunaan Teater Rakyat ... 19

2. Tahap-tahap Teater Rakyat ... 23

3. Peranan Teater Rakyat dalam Pembentukan Karakter dan Pengembangan Diri bagi Mahasiswa Calon Guru Aga ma Katolik di IPPAK USD ... 39

BAB III PERANAN TEATER RAKYAT BAGI PEMBENTUK AN KARAKTER CALON GURU AGAMA KATOLIK DI IPPAK... 41

A. Peranan Teater Rakyat Bagi Pe mbentukan karakter Calon Gur u Agama Katolik di IPPAK Universitas Sanata Dharma ... 41

1. Sejarah Singkat Program Studi IPPAK Univers itas Sanata Dharma ... 42

2. Visi, Misi, Tujuan dan Sa saran Program Studi IP PAK Universitas Sanata Dharma ... 44

3. Latar Belakang Mahasiswa IPPAK Universitas Sanata Dharma ... 45

4. Pendidikan Teater di Program Studi IPPAK Univers itas Sanata Dharma ... 46

B. Metodologi Penelitian ... 49

1. Tujuan Penelitian ... 49

2. Manfaat Penelitian ... 50

3. Jenis Penelitian ... 50

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

5. Instrumen Penelitian ... 51

6. Populasi Penelitian ... 52

7. Variabel Penelitian ... 53

8. Teknik Analisis Data ... 53

C. Hasil Penelitian ... 54

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61

BAB IV USULAN PROGRAM SEMINAR SEHARI BAGI MAHASIS WA IPPAK ANGKAT AN 2012 – 2013 DALAM MENINGKATKA N PERANAN TEATER RAKYAT BAGI PEMBENTUK AN KARAKTER CALON GURU AGAMA KATOLIK ... 70

(14)

xiv

2. Tujuan Seminar ... 73

3. Pentingnya Seminar ... 73

B. Usulan Program Se minar Sehari bagi Mahasiswa IPPAK Angkatan 2012 – 2013 dalam Meningkatkan Pe ranan Teater Rakyat bagi Pembentukan karakter Calon Guru Agama Katolik ... 74

1. Latar Belakang Pemilihan Program ... 74

2. Tujuan Program ... 75

3. Materi Program ... 76

4. Contoh Seminar Sehari bagi Mahasiswa IPPAK Angkatan 2012 – 2013 dalam Meningkatkan Peranan Teater Rakyat bagi Pembentukan karakter Calon Guru Agama Katolik ... 80

BAB V PENUTUP ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(15)

xv

Tabel 3.1. Distribusi Item ... 53 Tabel 3.2. Skala Likert Pem ahaman dan Penghayatan Mahasiswa IP PAK

Universitas Sanata Dharma tentang Teater Rakyat (N = 51) ... 55 Tabel 3.3. Skala Likert Faktor Pendukung dan Pengham bat Pendamping dan

Mahasiswa dalam Proses Belajar Teater R akyat di IPPAK

Universitas Sanata Dharma (N = 51) ... 57 Tabel 3.4. Skala Likert Peranan T eater Rakyat bagi Pembentukan karakter

Calon Guru Agama Katolik di IPPAK Universitas Sanata Dharma (N = 51) ... 60 Tabel 4.1 Penjabaran Seminar untuk Pe rsiapan Lokakarya bagi Calon Guru

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa in i bany ak permasalahan yang terjadi bahk an m uncul fak ta yang

menunjukkan b ahwa pendidikan Agam a Katolik sering kali mengalami k endala, di

antaranya ad alah k eberadaan mata pelajaran Ag ama Katolik tid ak men dapatkan

perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari alokasi waktu yang

hanya dua jam pelajaran per minggu, bila dibandingkan dengan pelajaran lain yang

mempunyai alokasi waktu lebih banyak. Juga di sisi lain minat siswa terhadap mata

pelajaran pendidikan ag ama diakui sang at m inim. Siswa m enganggap pelajaran

agama terlalu kaku dan membosankan.

Terkait de ngan persoalan pe ndidikan te rsebut, Arif ( 2002:19) berpendapat

bahwa persoalan-persoalan yang selalu menyelimuti dunia pendidikan sampai saat ini

adalah se putar tujuan d an hasil yang tidak se jalan de ngan k ebutuhan m asyarakat,

metode pe mbelajaran ya ng statis dan k aku, sikap da n mental pe ndidik ya ng d irasa

kurang m endukung proses, d an m ateri pem belajaran yang tidak prog resif. Dari

pernyataan tersebut, proses pendidikan yang se perti ini te lah berpengaruh terhadap

proses pendidikan Agama Katolik, di m ana selama ini pembelajaran Agama Katolik

masih menggunakan m odel p embelajaran kl asik atau j uga d apat d isebut bentuk

belajar formal. Um umnya g uru m engontrol d an be rpusat pa da materi pelajaran, di

(17)

kemauan g uru, sehingga m ateri pelajaran lebih cenderung bersifat ab strak, teoritis,

dan berbasis pada buku saja tanpa ada kreativitas yang muncul.

Kecenderungan h idup m anusia pa da d asarnya ad a kesamaan, yai tu m anusia

selalu ingin mempertahankan k elangsungan hidup, pra ktis, ra sa e nak, n yaman dan

aman. Kecend erungan-kecenderungan itu akhirnya m enjadi semacam t ujuan h idup

manusia di dunia. Ke cenderungan-kecenderungan ma nusia ter sebut me mpengaruhi

dalam berinteraksi dengan sesamanya karena manusia tidak lepas dari interaksi sosial.

Soekanto (1989: 50) berpendapat bahwa dari interaksi sosial inilah aktivitas-aktivitas

sosial terjadi dan dari sinilah terlihat adanya kehidupan bersama. Hanya saja aktivitas

sosial d alam kehidupan bersama sering mengalami g angguan karena m anusia

cenderung memandang sesamanya se bagai s aingan dalam m encapai t ujuan hidup.

Kecenderungan manusia ini d ilatarbelakangi ol eh ke inginan untuk diakui baik

sebagai perseorangan ataupun s ebagai ke lompok yang m empunyai k edudukan dan

pengaruh d alam masyarakat. Dari sinilah terjadi persaingan-persaingan yang dalam

interaksi sosial manusia selalu berusaha mencari cara untuk dapat menjadi pemenang

dalam persaingan tersebut.

Bertolakdari situasi yang ada dalam diri para calon katekis, penulis ingin agar

teater ra kyat dipakai s ebagai media a lternatif u ntuk m engembangkan pembentukan

karakter bagi calon guru Agama Katolik. Teater rakyat berfungsi untuk belajar cara

berkomunikasi yang baik dan dapat mengangkat permasalahan yang ada. Ketertarikan

lain dari penulis bermaksud mengembangkan teater rakyat dalam rangka keterlibatan

(18)

karakter s ebagai c alon guru A gama Katolik. Pe ngembangan teater ini dimulai oleh

penulis m elalui k eterlibatannya dalam mendampingi m ahasiswa IP PAK di

Yogyakarta y ang tergabung dalam bentuk kelompok pe kan teat er ra kyat yang

dilaksanakan seti ap tahunnya di Sinduharjo. Lebi h lanjut, penulis tert arik unt uk

melihat kaitan antara teater rakyat dengan studi yang ada di kampus IPPAK.

Teater ra kyat ini be rorientasi pa da perm asalahan ba gi setiap cal on guru

Agama Katolik di IPPAK US D m aupun b agi m asyarakat pa da u mumnya. Teater

rakyat ini m erupakan wu jud dar i kerinduan, ungkapan perasaan, cita-cit a, dan

jawaban atas situasi yang m ereka h adapi. Teater r akyat ini jug a da pat membentuk

karakter sportivitas, ke jujuran, k edisiplinan mahasiswa, ke beranian, terampil b agi

calon guru Agama Katolik di IPPAK USD dan kepekaan terhadap masalah sosial.

Teater rakyat d ikembangkan d i IPPAK Sanata Dh arma Yogyakarta sebagai

sarana untuk membentuk karakter bagi para mahasiswa calon guru Agama Katolik.

Setiap tahunnya teater rakyat diperkenalkan kepada para mahasiswa di IPPAK USD.

Dengan demikian teater r akyat merupakan salah satu m edia altern atif un tuk

mengembangkan ket erampilan be rkomunikasi c alon g uru Agama Katolik. Bertitik

tolak da ri hal te rsebut, pe nulis i ngin mengetahui sejauh m ana da mpak dari tea ter

rakyat ba gi p embentukan ka rakter calon g uru A gama Katolik. Apa kah ada

perubahan-perubahan yang terjadi sebagai dampak dari teater rakyat. Oleh sebab itu

penulis merumuskan judul skripsi sebagai berikut: “Peranan Pendampingan Teater

(19)

Pendidikan Kekhususan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010-2011”.

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar b elakang di atas, penulis merumuskan permasalahan

yang muncul sebagai berikut:

1. Apa pe ranan tea ter rakyat ba gi pe mbentukan karakter ba gi calon guru A gama

Katolik di IPPAK USD?

2. Bagaimana sika p para c alon guru A gama Katolik di IPPAK USD setelah turut

serta berperan dalam teater rakyat?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah:

1. Mendeskripsikan teater ra kyat d alam ko nteks pembentukan karakter c alon g uru

Agama Katolik di IPPAK USD.

2. Untuk melihat sikap para calon guru Agama Katolik di IPPAK USD setelah turut

serta berperan dalam teater rakyat.

3. Untuk m elihat sejauh m ana kegunaan s tudi m engenai tea ter ra kyat dalam

kaitannya d engan t ugas katekis sebagai s eorang calon guru A gama Ka tolik di

(20)

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Menambah pe ngetahuan da n wawasan ba gi penulis dan pem beca mengenai

manfaat studi teater ra kyat k hususnya dalam kaitannya dengan studi di kampus

IPPAK USD .

2. Memberikan su mbangan pem ikiran berkaitan dengan m anfaat studi teater raky at

dalam kaitannya de ngan pem bentukan ka rakter calon g uru Agama Katolik di

IPPAK USD.

E. Metode Penulisan

Dalam penul isan sk ripsi in i penulis m encoba menggunakan buku-buku atau

referensi ya ng s esuai d engan tema pembahasan. Ref erensi tersebut dig unakan ole h

penulis sebagai ba han k ajian pustaka. Pe nulis menggunakan m etode de skriptif

analitis d ari proses p endampingan teater rakyat yang di lakukan o leh penul is mulai

bulan Januari 20 11 sa mpai dengan bul an Februari 201 1 sebagai b ahan an alisis.

Penulis akan menggambarkan permasalahan yang ada melalui pemaparan data yang

diperoleh melalui kuesioner dan studi pustaka.

Data y ang d iperoleh dari h asil ku esioner, d an stud i pu staka dio lah guna

menghasilkan data yang akurat demi kelangsungan mahasiswa IPPAK-USD sebagai

calon katekis sekaligus sebagai calon guru Agama Katolik yang akan melaksanakan

(21)

6

BAB II

PERAN TEATER RAKYAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PENGEMBANGAN DIRI BAGI CALON GURU AGAMA KATOLIK

A. Definisi Teater Rakyat 1. Pengertian Teater Rakyat

Pada umumnya masyarakat sudah tidak asing lagi dengan istilah teater. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah te ater dia rtikan se bagai seni d rama,

pementasan d rama, sandiwara; pementasan dr ama sebag ai su atu se ni atau pr ofesi

drama (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988: 909 ). Secara umum, istilah

teater diartikan s ebagai se ni pertunjukkan. Se ni p ertunjukkan a da berbagai macam

misalnya se ni tari, se ni musik, se ni bac a pu isi, seni d rama d an sebagainya. Secara

khusus, istilah teater diartikan sebagai seni drama. Di Indonesia ada berbagai macam

teater tradisi onal, misalnya di DIY: Ketoprak, Ludruk . DKI: Lenon g, Ongkek.

Sulawesi Selatan; Sirilli dan masih banyak lagi macamnya (Ismarwanto, 1994: 27).

Secara etimologis teater adalah gedung pertunjukkan atau auditorium. Dalam

arti lu as teater ialah seg ala tontonan y ang dip ertunjukkan d i depan orang bany ak.

Secara sempit teater diartikan s ebagai dr ama, kisa h hidup da n ke hidupan manusia

yang d iceritakan di atas pentas disaksikan o leh o rang b anyak deng an m edia:

percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah yang

(22)

Teater ad alah gambaran dar i su atu masa . Mengetahui m asa lampau te ater

berarti mengetahui keadaan masa itu secara keseluruhan. Hasil riset dan pengetahuan

ini m emberi suatu peng ertian yang lebih baik at as kemanusiaan m asa k ini

(Harymawan, 1986: 172).

Lalu (2007) dalam bukunya yang berjudul Katekese Umat mengatakan bahwa

teater sesungguhnya merupakan sarana komunikasi untuk raky at, dari raky at, dan

oleh rakyat agar rakyat dapat menerima dan menyalurkan informasi pada tempat dan

dengan ca ra y ang pa ntas. Teater rakyat sebagai sarana k omunikasi ingin

mengungkapkan situasi penderitaan ya ng dial ami oleh rakyat kec il da n mencari

alternatif jalan kel uarnya. Teater rakyat sebagai je nis ke senian y ang m emihak da n

mencoba m enampilkan re alitas da n permasalahan s osial di m ana se lalu terdapat

konflik da ri dua belah pi hak ya ng be rbeda ke pentingannya. Ko nflik sosial ter jadi

antar pihak penguasa yang ingin mempertahankan kekuasaannya dan mau menguasai

rakyat de ngan pihak rakyat ya ng dikuasainya dan d itentukan u ntuk m enuruti

kehendaknya. Teater raky at semacam ini tam pil dalam b entuk yang lu gas, juju r,

terbuka, kritis dan bukan karena sentimental.

Dalam perkembangan selanjutnya, meskipun banyak bermunculan jenis-jenis

dan k elompok teater, teater k ebanyakan leb ih berf ungsi sebagai ala t u ntuk

menyampaikan propaganda penguasa, promosi b isnis a tau i klan, kampanye politik.

Secara ringkas fungsi teater bukan lagi pesta rakyat tetapi sebagai hiburan rakyat dan

dalam ra ngka k omersial guna m endukung k epentingan piha k pe nguasa. Sedangkan

(23)

Teater s ebagai hiburan da pat dis aksikan di ge dung pe rtunjukkan, radio,

televisi dan film. Sejauh ini meskipun melalui teater persoalan sosial diangkat dalam

pementasan, m asih terlihat a danya kesenjangan jara k a ntara pem ain dan penonton.

Kesenjangan yang u tama jelas ter letak dalam pe mbicaraan, telah direkayasa oleh

pihak pe nulis ce rita dan dil akonkan oleh para p emain ya ng ka dang-kadang ha nya

berlandaskan kepentingan bisnis (pemain bayaran). Jadi tema-tema yang ditampilkan

lewat teater kada ng tidak se suai dengan ke hendak dan realitas serta emosional si

penonton. Selain itu penonton hanya berfungsi melulu menjadi penonton. Hingga hal

ini melahirkan suatu budaya diam yaitu “budaya bisu”. Budaya bisu menurut Paolo

Freire adalah :

Kultur massa rakyat, yang cirinya adalah beradanya sekelompok dalam situasi ketidak b erdayaan dan ketakutan umum untuk menyatakan d an mengungkapkan pikiran dan perasaannya se hingga ha rus ata u le bih baik “berdiam diri”, karena menganggap realitas sebagai sesuatu yang sakral buat dipersoalkan. (Freire, 1989: 32)

Dilihat d ari berkepihakannya, teater raky at memb erikan keberpihakannya

pada rakyat kecil. Hal ini ditunjukkan dengan tujuan yang ada dalam teater rakyat itu

sendiri. Teater rakyat dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan keberanian

mengungkapkan diri bagi orang tertindas. Teater rakyat berguna untuk menghidupkan

dan memperkembangkan organisasi rakyat. Dalam organisasi rakyat tersebut, rakyat

yang t ertindaslah y ang akan menguasainya. Org anisasi terse but d igunakan ol eh

mereka untuk memperjuangkan kepentingan mereka secara bersama-sama.

Teater rakyat juga d apat d igunakan untuk menantang ketid aksamarataan,

(24)

dominasi baik id eologi m aupun jasmani, teater rakyat m enjadi suatu m edia untuk

menggalang kekuatan bersama d alam ra ngka pembebasan diri ora ng tertindas.

Dengan kes adaran a kan pentingnya perjuangan b ersama d alam dir i orang tertindas,

maka mereka da pat le bih memiliki k uasa u ntuk m engadakan pe rubahan se hingga

mereka dapat lebih merasakan hasil pembangunan.

Dari segi pendid ikan, teater raky at d ianggap sebagai proses pendidikan dan

bukan hasil yang sudah selesai. Pertunjukkan tidak merupakan pengalaman total. Segi

pertunjukkan berhubungan dengan diskusi dan juga diperkuat oleh diskusi dan bentuk

interaksi l ainnya. Dengan adanya p ertunjukkan maka o rang akan di tantang un tuk

bersama-sama b erpikir mengenai tanggapan mereka te rhadap situ asi so sial yang

ditampilkan dal am pem entasan. J adi pementasan bukanlah puncak d an a khir dari

proses, tetapi m enjadi b agian dari a ksi bersama ya ng m enuntut a danya a ksi

berikutnya sebagai tindak lanjut.

Karakteristik dari teater rakyat yang lain adalah partisipasi sebagai tujuan dan

sarana. Teater raky at seba gai suatu p roses d imaksudkan un tuk meningkatkan

partisipasi atau keterlibatan dari orang tertindas dalam menguasai kehidupan mereka

sendiri. Teater rakyat sekaligus menjadi sarana menggalakkan orang tertindas untuk

berpartisipasi dalam proses belajar dan untuk menguasai proses itu.

Teater rakyat m enjadi m edium bagi raky at untuk m engungkapkan at au

menyatakan kepentingan da n p erasaannya, perspektif da n analisisnya dari d unia.

Teater rakyat juga menjadi sebuah kurikulum rakyat. Kurikulum ini bukanlah suatu

(25)

tidak m engungkap pesan-pesan dari lu ar se perti yang te rdapat dalam model

pembangunan tradisional.

Dari segi kegiatannya, teater r akyat m erupakan a ktivitas kolektif. Ke giatan

bersama yang ada dalam teater rakyat tersebut merangsang terjadinya interaksi, tukar

pendapat, membuat keputu san secara ko lektif, memperkembangkan k esatuan

kelompok atau orga nisasi da n ju ga merangsang ti ndakan kolektif. Dalam proses

kegiatan bersama ini orang terbantu untuk memiliki kesadaran kritis dan kepercayaan

pada diri sendiri. Teater ra kyat m enjadi ba gian dari pro ses mengorganisir ka rena

melalui proses yang terj adi di dalamnya rakyat k ecil t erbantu un tuk membangun

kesatuan kel ompok, m engembangkan hubungan dengan k elompok lain dan

mengorganisir tindakan secara kolektif.

2. Teater Rakyat menuju Komunikasi yang Inklusif

Pada awalnya teater merupakan sebuah pesta yang penuh dengan kegembiraan

dan kebersamaan. Dalam pesta biasanya semua ikut terlibat aktif ambil bagian. Pesta

yang terjadi merupakan ungkapan seluruh perasaan melalui cerita, gerakan, nyanyian

dan tarian ya ng dic iptakan se cara baik d an teratur. Teater ad alah masyarakat atau

rakyat yang beriring gembira secara bebas. Semua orang bisa mengekspresikan diri.

Teater d iciptakan oleh dan untuk rak yat, melibatkan seluruh li ngkungan ta npa

membedakan kedudukan. Dari se bab itu, gu na memperoleh p engalaman awal m ula

teater sebagai “pesta” terlebih dahulu perlu dilihat sejarah di mana teater itu sendiri

(26)

kelahiran teater sebagai seni pertunjukkan, baru kemudian setelah teater memperoleh

bentuk seni pertunjukkan dan memiliki pandangan nilai seni y ang dipengaruhi oleh

kepentingan kebijaksanaan p engendali b udaya pada z amannya, teater tidak la gi

merupakan “ pesta” k epentingan p enguasa, bai k pol itik maupun ekonomi, sangat

menentukan n ilai, bentuk, c orak dan pandangan id eologis d ari teater (Ismarwanto,

1994: 26-29).

Dari sedikit ceritera tersebut, dapat dilihat bahwa dengan pertunjukkan yang

menarik dari aneka c erita y ang dapat dihidupkan oleh ang gota kelompok

pertunjukkan tid ak ada p emain y ang khusus pemain dan p enonton yang khusus

penonton. Pesta rakyat ini merupakan ungkapan perasaan setiap orang lewat ceritera,

gerak, nyanyi, dan musik pengiring. Demikianlah cikal bakal teater, di mana semua

orang sekaligus menjadi penonton dan pemain. Semuanya menjadi “pencipta” yang

kreatif dan komunikator yang ekspresif .

Oleh sebab itu, teater ra kyat m enjadi m edia komunikasi rakyat, di mana

kenyataan hidup be serta pe rsoalan-persoalannya dia ngkat di da lam pementasan.

Karena yang dipentaskan itu menyangkut pengalaman banyak orang, semakin banyak

orang yang terdorong untuk melibatkan diri, maka melalui teater rakyat komunikasi

(27)

B. Karakter Guru Agama Katolik 1. Pengertian Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter da pat diartikan m enjadi

sebagai tabiat atau ke biasaan. Karakter menurut pe nulis adalah k ebiasaan ya ng

mengarahkan tindakan s eorang individu. Karena itu, j ika p engetahuan m engenai

karakter seorang it u d apat d iketahui, dapat dik etahui p ula bagaimana individu

tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.

Dengan mel ihat kenyataan yang ada d i ma syarakat secara langsung, teater

rakyat membantu mahasiswa untuk ik ut merasakan a pa ya ng diras akan or ang lain,

sehingga menumbuhkan j iwa k eberanian mereka un tuk m engembangkan karakter

yang dimilikinya menjadi seorang calon guru Agama Katolik nantinya. Mata kuliah

Pendidikan Teater yang ada dalam prodi IPPAK-USD adalah salah satu pendukung

pencapaian tujuan prodi IPPAK-USD itu sendiri.

Dalam m embentuk kepribadian diri, p erlu j uga disadari krisis pembentukan

karakter dalam diri individu. Begitu pula menjadi seorang calon guru agama, h arus

diketahui bagaimana m embentuk k arakter dalam diri c alon guru ag ama untuk

mendidik anak didik mereka kelak. Sementara, Rick Ezell mengatakan bahwa dalam

kehidupan setiap orang terjadi peristiwa-peristiwa yang bisa membangun, tetapi juga

bisa menghancurkan orang itu. Peristiwa-peristiwa ini dapat menjadi baji (perkakas

tukang k ayu) y ang melontarkan seseorang menjauh d ari Allah , tetapi dapat ju ga

menjadi magnet yang dapat menarik seseorang semakin mendekat kepada Allah. Di

(28)

Untuk bis a mengalami an ugrah it u, seseorang per lu mengerti bagaimana Allah

bekerja m elalui s ituasi-situasi yang su lit itu dalam rangka memantapkan h idupnya

(Ezell, 2002: 2)

2. Pengertian Pengembangan Diri

Tarmudji (1998 : 28) mengatakan bahwa p engembangan d iri b erarti

mengembangkan bakat ya ng dim iliki, mewujudkan impian-impian, m eningkatkan

sikap per caya d iri, menjadi k uat da lam menghadapi per cobaan, da n m enjalani

hubungan yang baik dengan sesamanya. Hal ini dapat dicapai melalui upaya belajar

dari pengalaman, menerima umpan balik dari orang lain, melatih kepekaan terhadap

diri sendiri maupun orang lain, mendalami keadaan, dan mempercayai suara hati.

Setiap orang ingin atau mendambakan tubuh, berkembang dan maju keinginan

itu wajar atau no rmal dan pa ntas did ukung. Teta pi d alam kenyataan diri sekian

banyak m anusia b elum sempurna, maksudnya bahwa se seorang s edang dan m asih

harus berkembang. Hal-hal yang membantu perkembangan diri itu ada di sekitarnya.

Seseorang bisa m emanfaatkanya u ntuk m enjadikan dirinya yang pal ing baik

(Tarmuji, 1998: 29).

Dalam m encapai pengembangan diri, set iap manu sia akan memasuki suatu

tahap y ang menjadikan seorang p roduktif seperti y ang d iinginkannya.

Langkah-langkah yang perlu dalam mencapai segala sesuatu untuk pengembangan diri dapat

(29)

a. Membuka pikiran u ntuk mencetuskan g agasan atau ide-ide yang tidak terbilang

banyak,

b. Membangkitkan semangat untuk mendorong kepribadian yang dinamis.

c. Memecahkan problem besar maupun kecil dengan berhasil dan kreatif.

d. Memanfaatkan waktu luang sehingga dapat menambah kreativitas dan menambah

prestasi.

e. Menyampaikan gagasan/ide-ide dan menimbulkan d aya piki r dalam diri o rang

lain.

f. Mengembangkan kepribadian yang dinamis.

g. Menambah penghasilan.

h. Memperoleh sukses yang lebih besar dalam bidang yang dipilih, memimpin dan

mengajar orang lain dengan lebih efektif.

i. Menjalani kehidupan rumah tangga dan kepribadian yang lebih dinamis.

j. Menikmati hidup da n manfaatkan ke hidupan de ngan lebih baik, menjadi orang

yang lebih berhasil.

Setiap l angkah i ni telah berulang ka li terbukti hasilnya. Kesemuanya t elah

membantu orang yang selama ini tidak juga mendapat kemajuan dalam pekerjaannya

tiba-tiba mencapai jabatan ya ng lebih tinggi. K esemuanya telah m enolong banyak

orang memperbaiki d an m embantu hal-hal yang s ulit untuk d icapai. Yang perlu

dilakukan hanyalah m emanfaatkan waktu, bakat dan kemampuan m enggali se suatu

yang selam a ini sudah ad a dalam d irinya, kepribadian d iri y ang sesungguhnya

(30)

Tarmuji (1998: 30) mengatakan bahwa sebenarnya banyak sekali cara untuk

mengembangkan di ri, yang semuanya saling berkaitan d an saling melengkapi.

Masalah itu dapat dipandang d ari be rbagai s udut. Semua orang hi dup di beberapa

kelompok, m ulai d ari ke luarga, k elompok te man, kelompok k erja, da n la in-lain.

Setiap ke lompok it u mempunyai tuj uan tertentu, yang ka dangkala te rcapai, tetapi

kadang kala juga tidak. Di k elompok-kelompok itu indiv idu b ergaul d engan orang

lain, ia a kan m enjadi manusia yang tumbuh dewasa melalui pergaulan y ang sangat

mempengaruhi ti ngkah la ku dan s ikapnya. Namun de mikian kelompok-kelompok

tersebut dapat juga mengalami banyak hambatan dalam proses perkembangan, yaitu

perjalanan untuk mencapai tujuan.

Belajar da ri pengalaman adalah s uatu pr oses ya ng dalam kehidupan s

ehari-hari juga terjadi secara terus menerus. Namun proses itu memakan waktu yang lama,

sehingga tanpa disadari seso rang d apat saj a m engulang kesalahan da n k elemahan

dalam kehidupannya. Yang perlu diperlukan dari pengalaman atau peritiwa tersebut

adalah menyadarkan seseorang atas pengalamannya sendiri, sehingga pengalaman itu

menjadi bermanfaat untuk kehidupan selanjutnya.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bawa dalam kehidupan sehari-hari

sangat penting diperhatikan, apa akibat dan hasil dari tingkah laku seseorang. Untuk

itu diperlukan beberapa cara dalam pengembangan diri, antara lain:

a. Percaya diri

Syarat utama agar se seorang dapat m andiri da lam se gala hal, yaitu jika

(31)

b. Belajar dari pengalaman

Belajar bukan terbatas pada saat mengalami suatu p endidikan y ang sedang

berlangsung, melainkan merupakan bagian dari keseluruhan hidup. Belajar adalah

berlangsung seumur hidup.

c. Menghargai waktu

Salah satu keharusan dalam mengembangkan di ri ad alah bel ajar bagaimana

cara menggunakan waktu dengan baik dan bijaksana. Ini dapat dilakukan dengan

merencanakan waktu , kemudian mempertahankan rencan a terh adap ganggu an

hal-hal yang da pat menggagalkannya. La ngkah pertama da lam mengatur wa ktu

ialah dengan menghargai waktu secara tulus dan serius.

d. Jangan menjadi katak dalam tempurung

Dalam hal ini untuk dapat berkembang, seseorang harus berusaha melihat dan

mendengar, kem udian be rusaha u ntuk mendapatkan a pa yang m enjadi

keinginannya. Keinginan itu dapat dicapai yaitu dengan cara berhubungan dengan

orang lain atau lingkungan di seki tarnya. Dengan demikian seseorang pun dapat

diakui ke beradaannya. Arti nya, jika ada sesuatu ke giatan ya ng menyangkut

masyarakat atau lingkungan orang banyak maka seseorang dapat melakukan

hal-hal atau aktivitas yang sifatnya m endukung d an m emberikan pengetahuan

(32)

e. Menghargai diri sendiri dan orang lain

Untuk m engembangkan dir i yang di lakukan pe rtama, sese orang harus

menghargai dirinya sendiri, harus menghargai kelebihan maupun kekurangannya.

Seseorang a kan be rkembang bi la percaya akan kemampuan ya ng d imiliki.

Misalnya dengan kem ampuan keterampilan ya ng d imiliki, seseorang d apat

menutupi ke kurangannya. Demikian ju ga de ngan ke beradaan ora ng lain ya ng

berada d i sek itar l ingkungannya, b aik itu dari segi sikap atau tingkah laku.

Seseorang harus m enghargai mereka sebagai o rang y ang m endukung

pengembangan dirinya.

f. Adanya dorongan untuk berprestasi.

Adanya d orongan b erprestasi merupakan hal yang penting dalam hidup

seseorang. Dengan a danya dorongan te rsebut ses eorang diharapkan m ampu

melakukan kegiatan-k egiatan yang bersifat positif. Untuk m endukung

pengembangan dirinya pun dituntut untuk aktif dalam berbagai hal.

Berdasar teori di atas maka pendidikan karakter perlu diajarkan pada diri para

calon g uru A gama Katolik sebagai bagian d ari proses pengembangan diri. De ngan

memiliki k arakter y ang baik , calon g uru Ag ama Katolik d iharapkan mampu

membentuk kepribadian yang baik pula bagi anak didiknya kelak ketika benar-benar

sudah t erjun dalam kehidupan nyata di te ngah masyarakat se bagai seo rang gu ru

(33)

3. Karakter Seorang Guru Agama Katolik

Pada da sarnya k arakter seo rang g uru adalah memiliki jiwa yang siap d alam

mempersiapkan diri m endidik ana k did ik nantinya. Land asan y ang harus dimiliki

adalah im an, di m ana ketika seseorang ti dak da pat m elihat Alla h d alam h al

keberanian, ketika seseorang merasa bahwa tidak dapat berubah dalam suatu harapan,

dan ketika seseorang dihadang kemustahilan dalam melakukan kebijaksanaan dalam

mendidik serta ketika seseorang tidak da pat mengatakan apa-apa yang d iinginkan.

Inilah sa at sulit yang m enentukan dirinya, ketika dun ia m ulai retak ini adalah saat

Allah in gin mengasah ka rakternya dan menariknya untuk lebih d ekat ke pada-Nya

(Ezell, 2001: 5)

Sebagai calon g uru A gama Katolik karakter d iri da lam pengembangan d iri

sangat penting peranannya. Se bagaimana dikatakan T armudji ( 1998: 3 9), bahwa

manusia dianugrahi pertimbangan akal. Dia hidup karena menyadari dirinya sendiri.

Dia m emiliki kesadaran akan dirinya s endiri. Ma nusia mempunyai k eperluan dan

ketakutan te tapi ke lemahan b ukan h al ya ng m engerikan it u sam a sekali bukan

kutukan kalau dimenerima. Kesulitan dimulai ketika seseorang membenci diri sendiri

untuk ke lemahannya. Ke bencian pa da diri sendiri inilah ya ng merusak dar i da lam

yang mengalahkan seseorang sebelum mulai bergerak maju.

Dalam hal ini se seorang j uga h arus m emiliki ke percayaan diri ya ng dapat

ditanamkan pa da dirinya. Kepercayaan d iri sendiri da pat mencapai d ua ha l pe nting

yaitu kekuatan untuk bertekun dalam pekerjaan dan akan mempengaruhi orang lain

(34)

lagi nilai g agasannya. J ika s eseorang memiliki kepercayaan p ada d irinya, ia akan

menemukan bahwa sangat mudah u ntuk mey akinkan orang la in agar p ercaya

kepadanya. Dengan m enunjukkan pe rcaya diri ke pada o rang la in melalui

kemampuannya m aka dengan m udah i a untuk memecahkan problem se cara kreatif

untuk membuat orang lain merasa lega, untuk melenyapkan rasa takut dan bimbang

yang dapat menonjolkannya jika dibiarkannya.

C. Pembentukan Karakter sebagai Bagian dari Pengembangan Diri melalui Teater Rakyat

1. Kegunaan Teater Rakyat

Ada b eberapa kegunaan teater rakyat yang bisa dili hat terperinci, d an

kegunaan ini meliputi:

a. Media rakyat

Pengertian media menurut Berrigan di sini adalah:

Media-media yang dengannya anggota masyarakat memiliki akses informasi, pendidikan, hiburan, jika mereka memang menginginkannya. Media-media di mana masyarakat da pat be rpartisipasi s ebagai pe rencana, pembuat dan pemakaiannya sekaligus. Deng an kata lain , media tersebut ad alah alat untuk mengungkapkan d iri oleh masyarakat, buk an un tuk masyarakat (Fakih d an Topatimasang, 1988: 51).

Teater ra kyat se bagai media ra kyat dipakai s ebagai alat atau s arana b agi

rakyat untuk m engungkapkan kepentingan di rinya, ap a saj a y ang d ialami d an

diharapkan sehu bungan deng an h idupnya. B ahkan sebagai media rakyat teater

(35)

merupakan ungkapan simbol-simbol dari k epentingan rakyat itu sendiri sehingga

mudah dipahami dan dikenal oleh mereka (Freire, 1984: 51).

b. Teater rakyat sebagai konsientisasi

Teater rakyat dalam pementasannya menyajikan tema yang membuka dialog

dalam masyarakat bawah . Dialog dimaksudkan unt uk membicarakan

permasalahan atau realitas dan mengubah keadaan ke arah yang lebih baik. Teater

rakyat menjadi media untuk mengadakan kodifikasi persoalan-persoalan. Rakyat

terbantu untuk m elihat pe rmasalahan mereka se cara le bih de kat dan

mendiskusikan sebab-sebab d ari situasi ya ng terjadi d i m asyarakat. Pr oses

kodifikasi te rjadi mel alui proses an alisis so sial di man a masy arakatlah yang

menjadi subyek p elakunya. B agi Michael Etherton, analisis sosial dalam proses

teater ra kyat menjadi ja lan m asuk ba gi m asyarakat untuk be lajar m enganalisa

situasi sosial budaya mereka sendiri (Etherton, 1988: 2).

c. Pengembangan sikap kritis

Setelah rakyat menyadari situasinya deng an b erbagai p ermasalahan y ang

disadarinya p erlulah kem ampuan untuk meneliti se cara kritis as al-usul

permasalahan hingga ditemukan alternatif pemecahannya. Melalui teater rakyat,

rakyat sendiri dil atih u ntuk mengembangkan sikap kr itisnya te rhadap situasi

hidup ya ng mereka h adapi, sehingga mereka m emiliki keberanian u ntuk

mengubah situasi mereka lewat kemungkinan yang ada dalam diri mereka sendiri

(36)

d. Teater rakyat menghidupkan budaya setempat

Pada das arnya te ater ra kyat merupakan s uatu ha l ya ng dapat membantu

masyarakat setempat untuk membangkitkan kesadaran mereka. Kesad aran y ang

dimaksud ini adalah kesadaran akan identitas budaya dan tingkat tekanan-tekanan

budaya dan politis yang terjadi d i masyarakat itu. Kesadaran mereka selama itu

dininabobokan lewat media massa dan pertunjukkan-pertunjukkan konvensional.

Hal i ni umumnya dila kukan oleh se buah rezim y ang m enekan. Pe nguasa ini

merupakan p emilik dan pengontrol sara na-sarana ko munikasi m assa. Alat-alat

ekspresi politik yang ada itu dikuasai oleh rezim yang berkuasa dan rakyat tidak

memiliki media alternatif sebagai sumber informasi y ang dapat membangkitkan

kesadaran politik (Centre For Study of Comunication and Culture, 1988: 3).

e. Menggalang solidaritas

Teater rakyat tidak dapat dilaksanakan secara perorangan atau sendiri-sendiri.

Demikian juga pe nanganan pe rmasalahan da lam p engembangan d iri sebagai

calon guru A gama Katolik tidak dapat hanya di harapkan da ri satu orang saja,

tetapi menuntut a danya ke rjasama di antara r akyat lingkungan sekitar m ereka,

dengan diadakannya pementasan teater rakyat diharapkan para mahasiswa dapat

menemukan si kap so lidaritas an tara mereka dan sesama teman me reka s endiri.

Dalam rangka pembebasan teater rakyat menggalang terciptanya solidaritas (rasa

(37)

diri dari tindakan atau situasi yang menindasnya. Dengan solidaritas itulah usaha

pembebasan dari penindasan diusahakan bersama.

f. Meningkatkan partisipasi

Teater rakyat menuntut keterlibatan aktif secara bebas tanpa ada paksaan dan

tidak ad a yang m enguasai. Teater rakyat m enjadi sarana untuk meningkatkan

partisipasi (keterlibatan da lam p erencanaan, p engambilan keputusan dan

pelaksanaan) a tau aktivitas orang-orang yang tertindas d alam menguasai h idup

mereka s endiri. Pa rtisipasi dipahami s ebagai ket erlibatan a nggota masyarakat

sebanyak m ungkin pada kegiatan-kegiatan rakyat kec il un tuk m ewujudkan

hidupnya yang lebih manusiawi.

g. Membawa perubahan menyeluruh

Arah teater rakyat adalah perubahan yang menyeluruh yang mencakap proses

penyadaran, peng embangan kepemimpinan, org anisasi dan perjuangan.

Perubahan yang dimaksudkan bukan “tambal sulam” yang hanya menyembuhkan

luka sesaat, tetapi lebih-lebih p erubahan mendasar y ang b isa mengubah n asib

hidup rakyat bawah, dan diharapkan para mahasiswa calon guru Agama Katolik

dapat membawa pe rubahan in i se hingga pa da na ntinya da lam bertugas sebagai

seorang gu ru dapat membawakan d iri dengan total d an tidak h anya

(38)

2. Tahap-tahap Teater Rakyat

Teater rakyat pada umumnya a dalah “ pesta” di m ana seluruh r akyat dapat

mengungkapkan dirinya d engan k ebebasan m elalui ce rita, ta rian dan n yanyian

diiringi deng an bunyian-buyian. Dalam pesta itu terungkap p ermasalahan d an

kebutuhan, keprihatinan da n ke cemasan mereka, perjuangan da n c ita-cita m ereka.

Dengan demikian teater pa da hakikatnya m enjadi peluang u ntuk t erjadinya dialog

guna mengusahakan perubahan keadaan, pe rbaikan tatanan da n pe nciptaan kem bali

dunia ya ng lebih baik. Tea ter rakyat ber orientasi pa da kembalinya te ater p ada

hakikatnya s emula. Ole h sebab itu dalam p roses teater ra kyat, orang dia jak u ntuk

mengalami p roses dengan tahap-tahap tertentu. Tahap-tahap ini dimaksudkan untuk

membantu orang agar mampu menjadi subyek “pencipta” (Mulyono, 2010: 63).

a. Dinamika Kelompok

Dinamika k elompok m erupakan p roes pengembangan k elompok. Proses

pengembangan kelompok dalam t eater rakyat di lakukan m elalui berbagai

kegiatan da n m etode. Ke giatan itu m eliputi perkenalan, permainan-permainan,

interaksi, p embinaan k elompok, evaluasi, meleburkan d engan bidang-bidang

subyek kesenian, teori dan praktek, memberi dan menerima kritik dan sebagainya

(Studio Audio Visual Puskat, 1987).

Dengan adanya dinamika k elompok ini peserta terbantu untuk dapat saling

mengenal baik m engenal nama, sif at m asing-masing, c iri-ciri f isik dan

sosiologis. Dinamika kelompok i ni ju ga m engkondisikan peserta untuk sa ling

(39)

kesetiakawanan, dan keterbukaan. Dinamika kelompok dalam bentuk perkenalan

misalnya ‘sebut na ma diri, na ma tem an yang la in, dan z ip-zap’. Sedangkan

dalam b entuk p ermainan m isalnya divorce, m embuat garis, Samson-Delila,

ekspresi diri dengan be ntuk sharing da n ekspresi ke lompok de ngan b entuk

collage (Studio Audio Visual Puskat, 1987).

b. Ekspresi Gerak

Dalam vi deo “Teater bagi Masyarakat Kebanyakan” ya ng dib uat oleh

Studio Audio V isual P uskat diberikan pengertian m engenai ekspresi g erak.

Ekspresi ge rak d iartikan sebagai e kspresi id e-ide, perasaan dan pe mikiran

melalui gerak. A dapun ya ng m enjadi dasar dari gerak ya ng die kspresikan

bersumber dari gerak dalam kehidupan sehari-hari, gerak ilmu pernafasan, gerak

(yoga), seni be la dir i, ta rian ra kyat (tra disional), ta rian m odern ( balet) dan

semacamnya (Studio Audio Visual Puskat, 1987).

Sebelum sampai pa da ekspresi ge rak, dalam p roses teater ra kyat peserta

diajak untuk mengikuti tahap penyadaran tubuh. Penyadaran tubuh ini bertujuan

membebaskan o tot yang terstruktur ol eh kebiasaan sehar i-hari. Dengan

mengalami p enyadaran tubu h, peserta terbantu un tuk mendapatkan k elenturan

otot kembali dan siap untuk mengekspresikan dirinya. Dalam penyadaran tubuh

ini, peserta belajar untuk dapat menyadari setiap gerak tubuhnya. Dalam proses

teater ra kyat, pe nyadaran tu buh ini d iberikan melalui beberapa l atihan a tau

(40)

hipnotis da n cermin. Setela h mengalami penyadaran tu buh, p eserta akan

terbentuk untuk melakukan ekspresi gerak (Studio Audio Visual Puskat, 1987).

Ada tiga macam bentuk ekspresi gerak dalam proses teater rakyat:

1) Latihan dasar-dasar gerak

Dengan latihan dasar-dasar ge rak, p eserta t erbantu untuk m enguasai

kelenturan tubuhnya. Dalam latihan dasar-dasar gerak ini ada berbagai macam

dasar g erak y ang d ipelajari. M acam-macam dasar g erak yang dipelajari

meliputi latihan dasar-dasar g erak, y aitu gera k lengku ng, ger ak lurus, g erak

patah. Latihan se nam juga d iberikan da lam latihan dasar-dasar ge rak yang

meliputi senam ir ama, pencak sil at, tari, yoga. Selai n i tu juga ada latihan

gerak de ngan pe nekanan pa da ba gian-bagian tubuh tertentu. Latihan das

ar-dasar ger ak d iberikan pada pa gi h ari sebagai awal dari prose setiap ha rinya

dalam bentuk olah tubuh (Studio Audio Visual Puskat, 1987).

2) Ekspresi gerak dengan bentuk

Setelah m engikuti la tihan da sar-dasar g erak, d alam proses te ater ra kyat

peserta diajak u ntuk m engikuti la tihan mengekspresikan ge raknya untuk

mencipta suatu bentuk. Dalam latihan ini, peserta diajak untuk belajar bekerja

sama dalam kelompok, membuat komposisi dan teknik penampilan. Selain itu

juga m elatih peserta u ntuk s emakin m empunyai kelenturan t ubuh s ehingga

(41)

Dalam p roses ini, pe serta dibagi d alam keompok se kitar e nam sam pai

tujuh orang. M asing-masing kelompok in i k emudian d iminta untuk

menciptakan su atu bentuk atau obyek tert entu. Mereka menggunakan

eksistensi tubuh m ereka untuk m enciptakan be ntuk a tau obyek-obyek yang

diminta oleh pendamping. Se telah berproses d alam ke lompok dan

menciptakan be nda yang diminta, akhirnya sa tu per s atu kelompok d iminta

untuk me mpresentasikan atau m ementaskan hasil cipt aan merek a. Ketika

salah satu kelompok mempresentasikan ata u menampilkan h asil ciptaan

mereka, k elompok lain berperan se bagai penonton ya ng pada n antinya

bertugas m emberikan penilaian. Pe nilaian didasarkan pada terbaca tidaknya

“pesan” yang disampaikan melalui pementasan kelompok penampil. Mereka

juga dimintai untuk m emberikan e valuasinya t erhadap pementasannya o leh

kelompok penampil. Dengan demikian dalam proses ini peserta terdidik untuk

dapat menggunakan eksistensi tubuh mereka untuk berkomunikasi. Beberapa

bentuk yang d iciptakan meliputi b entuk-bentuk st atis atau d iam,

bentuk-bentuk di namis atau g erak da n b entuk-bentuk-bentuk alami atau pr oses alamiah

(Studio Audio Visual Puskat, 1987).

3) Ekspresi gerak dengan rangkaian cerita

Setelah peserta be rlatih un tuk mengekspresikan d iri m elalui ge rak u ntuk

menciptakan bentuk, pe serta d iajak untuk b erlatih mengekspresikan gerak

(42)

ekspresi, yaitu ucapan-ucapan s ugesti, rangkaian em osi t erhadap s uasana,

irama musik yang didengarkan (Studio Audio Visual Puskat, 1987).

Dalam ekspresi ger ak dengan berdasarkan sugesti, pese rta dia jak u ntuk

belajar m embangun imajinasi dengan merasakan su asana y ang d ibangun

melalui ucapan-ucapan sugesti. Da ya imaj inasi te rhadap suatu pengalaman

dalam uca pan-ucapan s ugesti it u menjadi dasar u ntuk m enciptakan gerak

(Studio Audio Visual Puskat, 1987).

Ekspresi ge rak be rdasarkan ra ngkain e mosi terhadap s uasana merupakan

suatu latihan bagi peserta untuk dapat mencipta atau menyusun suatu rentetan

cerita da n membuat komposisi d engan gerak dan suara n on ver bal

berdasarkan e mosi yang menggambarkan s uasana tertentu. S ebelum

mengikuti proses ini, terl ebih dahulu pe serta diajak untuk berlatih mengenai

dasar-dasar e mosi. La tihan in i dila kukan dengan m engajak peserta untuk

membayangkan pe ngalamanya di waktu yang la lu dan mengekspresikannya

kembali. L atihan dasar i ni dilakukan secar a perseorangan (Faki h da n

Topatimasang, 1989: 102).

Setelah latihan da sar-dasar em osi, peserta bar u m asuk dalam kelompok

untuk be rlatih m engekspresikan d iri d engan ra ngkaian em osi. D alam

rangkaian c erita ini ha ruslah jelas pe rubahan dari s uasana ya ng ada d i

dalamnya. Maka gerak-gerak y ang d itampilkan h aruslah jelas motivasinya,

logis da n dapat ditangkap maknanya. Seperti ju ga d alam merangkai gerak

(43)

menampilkan hasil ciptaan m ereka. Setel ah p enampilan dila njutkan jug a

dengan evaluasi bersama, sehingga kelompok dapat mengetahui sejauh mana

pesan yang diciptakannya dapat dikomunikasikan keadaan orang lain (Studio

Audio Visual Puskat, 1987).

Selain latihan berekspresi m elalui rangkaian ceri ta m elalui sug esti,

rangkaian e mosi ada juga lat ihan e kspresi g erak berdasarkan irama m usik.

Dalam l atihan ini, peserta di ajak untuk melatih kep ekaan dirinya terhadap

irama dramatik. Selain itu juga m elatih p eserta untuk m ampu menciptakan

gerakan berdasarkan i rama musik yang didengarkannya. L atihan i ni j uga

dilakukan daam ke lompok dengan mekanisme ke rja se perti pada latihan

sebelumnya (Fakih dan Topatimasang, 1989: 102).

c. Ekspresi Vokal atau Musik

Dalam vi deo “Teater bagi Masyarakat Kebanyakan” ya ng dib uat oleh

Studio Audio Visual Puskat, ekspresi vokal atau musik diartikan sebagai ide-ide,

perasaan dan pem ikiran m elalui improvisasi v okal dan m embuat k omposisi

musik se bagai pendukung p ementasan teater r akyat d engan b erbagai macam

instrumen (Studio Audio Visual Puskat, 1987).

Dalam pr oses teater ra kyat, p eserta dia jak untuk berlatih mengekspresikan

vokalnya. E kspresi vokal sa ngat penting dalam te ater ra kyat k arena dal am

pementasan t eater ra kyat tida k digunakan pengeras suara at au microphone.

(44)

wawan kata dalam pementasan dapat didengarkan oleh penonton sehingga pesan

atau isi pementasan dapat d itangkap o leh pe nonton. Untuk membantu pes erta

dalam mengekspresikan vokalnya maka latihan ekspresi vokal ini dilaksanakan

di alam terbuka (Harymawan, 1986: 50).

Dalam l atihan ekspresi vok al ini pesert a di ajak untuk men gikuti berbagai

latihan. Latihan-latihan ini meliputi:

1) Senam mulut dil akukan dengan cara bersiul sel ama b eberapa waktu atau

menggerakkan bibir ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah, serta berputar.

2) Latihan pernafasan berguna untuk melatih pernafasan agar teratur dan tidak

tersendat-sendat selama b erdialog. Latihan in i d ilakukan deng an mengajak

peserta m enarik nafas da lam-dalam dan m enyimpannya d alam p erut

kemudian menjadikannya kekuatan untuk mengucapkan seluruh abjad dari A

sampai Z dalam satu tarikan nafas yang tidak terputus.

3) Latihan kejelasan ucapan (artikulasi) dan plastisitas suara. Dalam latihan ini

peserta dibe ri sarana puisi u ntuk la tihan membaca de ngan artikulasi yang

jelas.

4) Latihan m enjiwai ce rita. Dalam l atihan in i pe serta d iajak un tuk b elajar

membawakan suati cerita hasil ciptaan mereka sendiri dengan menarik dan

dapat membawakan pe ran de ngan b erbagai karakter yang ada dalam cerita

tersebut. Latihan ini dilakukan secara pe rseorangan sec era be rgantian dan

(45)

5) Latihan di namika (intonasi) da n p rogresi (pengembangan suara). U ntuk

pelaksanaan latihan ini peserta diminta untuk membuat pidato pendek. Satu

per satu kemu dian mereka mebacakan pid atonya d engan m emperhatikan

dinamika dan progresi dalam pembawaannya.

Selain ekspresi vokal, komposisi musik juga sangat mendukung pementasan.

Oleh sebab itu d alam proses t eater rakyat pesert a juga d iajak un tuk b elajar

mengenai ekspresi m usik. Ekspresi m usik i ni bertujuan a gar orang dapat

mengenal unsur-unsur musik dan irama dalam hubungannya dengan penciptaan

kesan dan su asana. Dengan lat ihan ekspresi in i peserta terbantu untuk

menciptakan su asana dalam pe mentasan s ehingga pementasan m enjadi le bih

hidup. Pese rta diajak u ntuk dapat secara bebas mengekspresikan kre ativitasnya

melalui imp rovisasi gera k dan suara dengan musik yan g dicip takannya.

Kemudian secara b erkelompok, m ereka b elajar menciptakan s uasana ya ng

mendukung pementasan (Fakih dan Topatimasang, 1989: 102).

Ada b erbagai ma cam alat mu sik yang d igunakan dalam l atihan ini. Alat

instrumen yang digunakan meliputi:

1) Alat b unyi-bunyian perkusif (b enda-benda yang m enghasilkan bunyi non

melodik) seperti botol, alat-alat d apur, kale ng, ba mbu, ba tu, tempurung

kelapa dan sebagainya. Alat-alat tersebut dapat dicari sendiri oleh peserta di

lingkungan sekitarnya.

2) Alat musik tradisional misalnya Gamelan, Kulintang, Angklung, Jimbe dan

(46)

3) Alat musik akustik dan elektrik

Dalam mengikuti l atihan e kspresi m usik i ni p eserta mengalami be rbagai

tahap latihan. Tahap-tahap yang dialami meliputi:

1) Eksplorasi irama

Eksplorasi irama merupakan latihan mengenal berbagai macam irama.

Latihan ini terutama menggunakan al at m usik p erkusif atau menggunakan

tubuh s ebagai s umber b unyi, m isalnya t epukan, s iulan. Pes erta dapat

mencoba belajar berbagai irama dari b unyi ya ng d ihasilkan ole h pe ralatan

perkusif yang ada.

2) Improvisasi musik

Setelah peserta me ngenal berbagai mac am irama, k emudian peserta

masuk dalam ke lompok. Dalam ke lompok, m ereka belajar m enciptakan

komposisi bu nyi de ngan berbagai irama ya ng dipadu s ecara menarik.

Komposisi bunyi ini harus dapat menggambarkan suasana tertentu. Suasana

yang dibangun oleh kelompok melalui komposisi bunyi yang dici ptakannya

akan terbaca melalui kesan y ang di rasakan oleh p endengar atau penon ton

ketika hasil ciptaan itu ditampilkan. Latihan ini pun tidak lepas dari kegiatan

evaluasi bersama terhadap pementasan yang dilakukan oleh masing-masing

(47)

3) Improvisasi musik dengan gerak dan suara

Setelah d apat membangun su asana dengan k omposisi musik y ang

dicipta, pe serta dim inta u ntuk mencipta sa tu komposisi musik sebagai

iringan salah sa tu be ntuk rangkaian gerak atau tarian. K omposisi ini jug a

dipadukan de ngan teriakan-teriakan yang selaras de ngan suasana ya ng

ditampilkan. Peralatan yang digunakan masih peralatan perkusif.

4) Latihan musik dengan lagu

Pada tahap ini peserta diajak untuk belajar membuat komposisi musik

untuk mengiringi sebuah lagu.

d. Konflik

Konflik dalam suatu lakon drama merupakan inti pokok yang menghidupkan

pementasan. Konflik juga merupakan benturan dua kekuatan atau kemauan yang

berlawanan. Ada banyak p ertentangan y ang terjadi di dunia ini, perten tangan

antara m anusia dengan m anusia, antara manusia dengan ke adaan yang

mengelilinginya, manusia de ngan pr ibadinya sen diri da n sebagainya (Studio

Audio Visual Puskat, 1987).

Dalam teater rakyat kon flik y ang diangkat menjadi inti p ementasan adalah

konflik-konflik ya ng terjadi di m asyarakat akibat adanya ketidakadilan,

penindasan, kesewe nangan-wenangan dan sebagainya. Kon flik-konflik yang

diangkat adalah kon flik so sial di masyarakat y ang muncul d alam b erbagai

(48)

Dengan melihat letak p entingnya konflik dal am pem entasan, m aka d alam

belajar teater rakyat peserta diajak u ntuk be lajar mengenal k onflik yang sering

terjadi di masyarakat itu te rutama se bagai calon se orang guru Agama Ka tolik

yang nantinya di m asyarakat menjadi c ontoh.. Se bagai seorang c alon guru

Agama Katolik , mereka benar-benar harus siap dan matang dalam mengambil

sikap m ereka untuk m empersiapkan di ri dalam melatih anak d idik mereka

nantinya, dan m elalui te ater ra kyat in i setidaknya mereka dapat dia jarkan

bagaimana me mbawakan diri melalui ekspresi d iru untuk men gajar anak d idik

mereka. Dan dalam hal ini pu la b entuk-bentuk konflik y ang d ipelajari dalam

teater rakyat meliputi konflik fisik, konflik verbal, dan konflik emosi.

e. Ekspresi Visual

Pemahaman mengenai ekspresi visual dijelaskan dalam video “Teater bagi

Masyarakat Kebanyakan” d iartikan sebagai ekspresi id e-ide, p erasaan d an

pemikiran m elalui p enggunaan b ahan-bahan visual. Dalam proses ini, peserta

diajak untuk be lajar da n bereksperimen m elalui e kspresi visual u ntuk

menciptakan perlengkapan yang mendukung pementasan, misalnya scenic back

drop atau latar be lakang, pro perti, set decoration, k ostum, topeng, dan

sebagainya. Proses ini p un m endidik pes erta u ntuk da pat kreatif, yakni dapat

mencipakan sendiri sarana-sarana pendukung pementasan (Studio Audio Visual

(49)

f. Penulisan Naskah

Dalam teater rakyat naska h di tulis sebagai hasil dari analisa d ata yang

diperoleh melalui p engamatan dan penelitian terhadap si tuasi di m asyarakat.

Sebelum penulisan naskah, dalam pelatihan teater rakyat peserta harus memiliki

data per masalahan so sial yang m enjadi bahan penulisan naskah. Baru set elah

mempunyai data perm asalahan sosial, peserta d apat m enganalisanya b erdasar

tema yang s udah m ereka p ilih. A nalisa data ini kem udian dapat dijadikan atau

ditulis seb agai naskah. Ada b erbagai ma cam be ntuk n askah cerita y ang dapat

dipilih yaitu bentuk puisi, cerita binatang (sim bolis), ce rpen, da n sebagainya

(Studio Audio Visual Puskat, 1987).

Tahap-tahap y ang d ialami peserta d alam penulisan n askah teater rakyat

dapat terinci sebagai berikut:

1) Riset

Untuk mendapatkan data perm asalahan s osial seb agai ba han pembuatan

naskah, p eserta harus m engadakan riset. Riset da pat ditempuh m elalui

wawancara, pengamatan dan pengalaman langsung. Dalam mengadakan riset

ini mungkin diperlukan juga konsultasi dengan para pakar ataupun referensi

dan literatur.

2) Tema

Sebagai titik tolak atau fokus dalam menganalisa data permasalahan sosial,

(50)

Tema berguna u ntuk m embatasi topik y ang ingin d ibicarakan sehingga

permasalahan y ang diangk at m enjadi l ebih fokus. Selain itu tema juga

berguna untuk menentukan sasaran dari permasalahan yang diangkat. Dalam

tema inilah terungkap t ujuan dari isi pementasan. Dalam teater raky at tema

cerita bertolak dari ide yang diolah berdasarkan fakta atau d ata dari realitas

yang kemudian dianalisa dan dikembangkan menjadi naskah cerita.

3) Premis

Setelah menentukan tema, peserta juga perlu menentukan premis. Premis

merupakan ga gasan da sar ya ng a kan d ikomunikasikan melalui p ementasan.

Dengan pr emis ini ara h dari pementasan akan semakin jela s, se hingga

penyampaian isi atau pesan pementasan akan menjadi lebih terarah.

4) Sinopsis

Sinopsis merupakan ringkasan cerita. Dengan analisa data yang diperoleh

dari rise t, peserta d apat menyusun sin opsis c erita d ari n askah yang a kan

dipentaskan. Dalam sin opsis ini sudah m emuat unsur-unsur al ur ce rita,

kejadian, to koh, da n te mpat kejadian. Pem baca sud ah dapat mengetahui

gambaran ce rita yang ak an ditampilkan dalam pementasan mel alui si nopsis

ini. Sin opsis a kan m enarik pembaca ji ka si nopsis tersebut m ampu

mengundang rasa pe nasaran pem baca u ntuk m engetahui akhir d ari cerita

tersebut. Maka sangatlah penting untuk menyusun alur cerita yang rutut dan

(51)

5) Treatment

Dalam pe mbuatan treatment s angat penting untuk mem buat proses

penyutradaraan. Pe serta j uga diajak untuk belajar penyusunan se buah

treatment. Dalam treatment ini diu raikan ke jadian-kejadian y ang ada d alam

cerita, tokoh-tokoh utama, u raian m engenai alu r cerita menjadi babak atau

adegan-adegan, dan u raian mengenai tema pembicaraan a tau po in d ialog

setiap tokoh dalam adegan-adegan.

6) Dialog

Dialog ini maksudnya adalah uraian mengenai ucap an se tiap tok oh atau

peran seca ra r inci dalam ad egan. Dalam p roses teat er rakyat, dialog

dikembangkan m elalui improvisasi. Dialog tidak di tentukan oleh sa tu orang

saja, m isalnya sutr adara tetapi dikembangkan o leh kelompok. Pa ra t okoh

cerita diserahi te ma d ialog dari na skah yang disusun b ersama, kem udian

pengembangannya d ilakukan b ersama-sama melalui i mprovisasi. Dalam

proses latih an ini peserta terdidik untuk latih an beri mprovisasi

mengembangkan dialog secara bersama-sama.

g. Improvisasi Drama

Improvisasi drama merupakan ekspresi ide-ide, perasaan dan pemikiran yang

berdasarkan atas pengamatan atas situasi nyata yang sudah diolah menjadi suatu

naskah. Improvisasi drama ini menjadi perpaduan menyeluruh dari proses teater

(52)

unsur-unsur ekspresi artistik baik itu u nsur ger ak, g aris, ruang, be ntuk tekstur,

warna, suara, da n ir ama u ntuk m enciptakan sua tu pementasan yang menarik

(Studio Audio Visual Puskat, 1987).

h. Latihan dan Pementasan

Latihan dan pem entasan m erupakan ke giatan bagi pe serta da lam pr oses

teater rakyat untuk da pat menyatukan seluruh a ktivitas dan be rmacam-macam

bidang subyek kese nian yang telah d ilatih d an dipelajari kedalam p ementasan

teater rakyat. Jadi latihan pementasan ini merupakan latihan improvisasi drama

untuk mempersiapkan suatu pementasan pada akhir latihan teater rakyat.

i. Tahap Pengamatan dan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap u ntuk terjun d alam suatu situasi d i lingkungan

masyarakat (k unjungan l apangan). Dalam tahap in i p eserta d ilibatkan dalam

berbagai ma cam co rak tata kehidupan masy arakat. Kegiatan yang dilakukan

peserta adalah melakukan serangkaian p engamatan, p enelitian, int egrasi d an

analisa se cara langsung t erhadap ken yataan sosial. Dar i kegiatan ini, pe serta

diharapkan da pat m engidentifikasi m asalah, k ebutuhan, da n sumber daya

masyarakat yang akan diangkat dalam pementasan teater rakyat. Pemilihan tema

yang d iangkat h endaknya merupaka refleksi terhadap situasi k ehidupan

masyarakat d an lingku ngannya dan berguna untuk m engembangkan su atu

(53)

j. Tahap Produksi Pementasan Teater Rakyat

Pada tahap ini peserta berkesempatan membuat suatu produksi pementasan

teater ra kyat. Produksi pementasan ini merupakan hasi l kreasi d ari ha sil cipta

mereka be rsama dalam ke lompok. Lakon a tau cerita yang di pentaskan adalah

kejadian n yata dari suatu situasi masyarakat sebagai hasil kunjungan lapangan.

Pementasan d apat disajikan da lam bermacam cor ak pe nampilan teater rakyat,

misalnya sandiwara komedi, drama puisi, teatr fabel, drama eksperimental, teater

rakyat tradisional dan sebagainya. Dalam tahap produksi pementasan ini, peserta

dapat belajar mengenai teknik-teknik pemeranan, p enyutradaraan, pere ncanaan

produksi pementasan dan sebagainya (Studio Audio Visual Puskat, 1987).

k. Tahap Diskusi dan Tindak Lanjut

Diskusi m erupakan bagian dari pementasan. Pem entasan te ater ra kyat

terbuka untuk adanya dialog. Dialog tidak hanya terjadi di antara pemeran dalam

cerita, tetapi jug a dengan p enonton. Dialog di arahkan untuk memikirkan d an

memberi tan ggapan atas persoalan-persoalan penting yang dia ngkat ke

permukaan melalui pementasan (Studio Audio Visual Puskat, 1987).

Dalam proses teater rakyat, peserta diajak untuk selalu siap untuk

bersama-sama membangun di alog mengenai i si d ari pementasan y ang disajik an.

Pementasan pun harus merangsang pembicaraan atau diskusi dan kegiatan untuk

pemecahan permasalahan. Dengan dem ikian s etelah pem entasan ora ng b aik

(54)

menangani persoalan nyata yang terjadi di masyarakat. Persoalan yang terjadi di

masyarakat m enjadi semakin jelas dan semakin da pat disadari bers ama b erkat

pementasan (Studio Audio Visual Puskat, 1987).

3. Peranan Teater Rakyat dalam Pembentukan Karakter dan Pengembangan Diri bagi Mahasiswa Calon Guru Agama Katolik di IPPAK USD

Teater rakyat biasanya diperankan sebagai pengungkapan akan

permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat tradisional. Teater rakyat adalah suatu seni

pertunjukkan ya ng m engangkat realitas da n persoalan sosial ya ng di hadapi rakyat

kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel yang ditampilkan lewat pementasan. Bagi

calon guru A gama Ka tolik di IPPAK USD, t eater rakyat ak an m embantu untuk

memiliki pe mbentukan karakter ya ng u tuh, di mana m ereka b enar-benar dit untun

untuk menjadi seorang calon guru yang benar-benar memiliki tanggung jawab yang

utuh u ntuk para muridnya, tidak ha nya d i sekolah sa ja tetapi di li ngkungan tempat

tinggal mereka, diharapkan para mahasiswa dapat menjadi seorang calon katekis yang

dapat ditiru tingkah lakunya yang mencerminkan seorang yang memiiki wibawa dan

mampu u ntuk mengembangkan diri m enjadi lebih baik lagi di t engah-tengah

masyarakat. Karakter y ang u tuh m aksudnya bu kan sebatas kepekaan, ra sa simpatik

dan e mpatik terhadap s ituasi masyarakat ya ng s edang mengalami penindasan baik

fisik maupun psikis tetapi sebuah bentuk kesadaran seseorang akan realitas, sehingga

mereka paham apa yang seharusnya dilakukan dalam menyikapi realitas tersebut.

Teater ra kyat m enyajikan permasalahan yang te rjadi di masy arakat p ada

(55)

antara anggota masyarakat. Teater raky at memberikan p erhatian y ang besar un tuk

segala kes ulitan da n pe nderitaan ya ng dia lami o leh masyarakat. Segala penindasan

dan segala ketidakadilan dalam teater rakyat disebu t secara terus terang. De ngan

demikian m elalui teater rakyat diharapkan p ara p endengar/penonton d an ju ga para

pelakunya be nar-benar bis a m enyadari akan f ungsi t eater r akyat terse but dan

(56)

41

PERANAN TEATER RAKYAT BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER CALON GURU AGAMA KATOLIK DI IPPAK

A. Peranan Teater Rakyat Bagi Pembentukan Karakter Calon Guru Agama Katolik di IPPAK Universitas Sanata Dharma

Untuk membentuk calon guru Agam a Katolik yang profesional, terutama dalam m engembangkan diri bagi calon guru Aga ma Kat olik di IPPAK, maka Program St udi IPPAK Universitas Sana ta Dharm a m enempatkan mata kuliah Pendidikan Teater dalam kur ikulumnya. Adapun terjadinya Pendidikan Teater di Program St udi IPPAK Universitas Sana ta Dharm a dilakukan m elalui proses perkuliahan, pelatihan, pementasan teater rakyat dan evaluasi.

Analisis terhadap proses pendam pingan teater rakyat dim aksudkan untuk melihat suatu titik temu antara teori-teori yang a da dalam dasar teori dari skripsi ini dengan proses pendampingan yang dila ksanakan oleh penulis. Melalui analisa ini akan nampak adanya m anfaat dari pendampingan. Bab ini terbagi dalam dua bagian pem bahasan yakni peranan teat er rakyat bagi penge mbangan mahasiswa calon guru Agama Katolik dan perkembangan diri bagi calon guru Agama Katolik di IPPAK Universitas Sanata Dharma.

Gambar

Tabel 3.1.  Distribusi Item ........................................................................................
Tabel 3.1. Distribusi Item
Tabel 3.2. Skala Likert Pemahaman dan Penghayatan Mahasiswa IPPAK
Tabel 3.3. Skala Likert Faktor Pendukung dan Penghambat Pendamping
+3

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. Sagita

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan siswa MAN 1 Kota Bandung didalam menulis (Imla) serta faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis (Imla)

Sahabat MQ/ dalam refleksi peringatan Hari Guru kali ini/ Ketua Umum Klub Guru Indonesia-Satria Dharma berharap/ agar guru terus mampu memahami peran dan

Pada hari ke tujuh, 4 jam setelah pemberian EEBPJ diberikan natrium diklofenak dengan dosis yang telah dikonversikan terhadap dosis lazim 25 mg secara oral. Diambil urinnya

Pada gambar II.5 menunjukkan hubungan antara tegangan lateral dan kuat tekan beton yang diperoleh dari hasil pengujian pembebanan inti beton, dalam bentuk nondimensional. Nilai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan materi operasi bentuk aljabar pada siswa kelas VIII, untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan

inklusi dan melaksanakan praktik inklusi ( Indek Inklusi yang dikeluarkan oleh CSIE : 2003).Sekolah reguler belum siap melaksanakan pendidikan inklusif, hal ini

Dari segi kebutuhan sistem, pengguna software Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas terdiri dari pengunjung (visitor), anggota ( member ), dan admin