• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

E. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Menulis

Menurut The liang Gie (2002:3), menulis ialah membuat huruf, angka, nama, dan sesuatu tanda kebahasaan dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Selain pengertian di atas, menulis juga dapat diartikan seperti mengarang.

Mengarang adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain, atau kepada diri sendiri, dalam tulisan (Widyamartaya, 1978 : 9).

Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami (The Liang Gie, 2002:3).

Kegiatan mengarang meliputi rangkaian perbuatan dari mengolah gagasan sampai menyusun kalimat, berbagai pengalaman dari pikiran yang cerah atau perasaan yang gembira atau kesal, dan sebuah naskah yang bisa bagus atau jelek (The Liang Gie, 1992 : 1).

Dilihat dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa mengarang merupakan suatu proses kegiatan manusia dengan cara mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya dalam bentuk tulisan. Dalam menulis karangan harus jelas, karena kejelasan sangat penting diperlukan agar mudah dipahami oleh pembaca.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis dalam menulis karangan atau mengarang meliputi 4 unsur sebagai berikut :

1. Gagasan

Gagasan ini dapat berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan melalui bahasa pikiran seseorang.

2. Tuturan

Tuturan ialah bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca. Bentuk pengungkapan tersebut dibedakan menjadi empat sebagai berikut: (a) penceritaan, bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa /pengalaman dalam kerangka urutan

waktu kepada pembaca. (b) pelukisan, bentuk pengungkapan yang menggambarkan suatu objek yang sedang dibicarakan, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan pembaca. Objek yang dimaksudkan di sini seperti mendeskripsikan tempat, watak, suasana, benda dan sebagainya. (c) pemaparan, bentuk pengungkapan yang menyajikan fakta-fakta secara teratur, logis, dan terpadu dengan maksud memberi penjelasan kepada pembaca mengenai sesuatu ide, persoalan, dan proses. (d) perbincangan, bentuk pengungkapan dengan maksud meyakinkan pembaca agar mengubah pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang diharapkan oleh pengarang.

3. Tatanan

Tatanan ialah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan kerangka karangan.

4. Wahana

Wahana ialah sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata.

Keempat unsur itu saling terkait, dan bersama‐sama mewujudkan sesuatu 

karangan (The Liang Gie, 2002: 4‐7). Dalam proses karang-mengarang diperlukan bahasa tulis untuk menuangkan gagasan dari pikiran seseorang kepada pembaca. Setiap ide atau gagasan dapat dituangkan ke dalam kata; kemudian kata-kata tersebut dirangkai menjadi ungkapan; beberapa ungkapan tersebut

digabungkan menjadi anak kalimat; sejumlah anak kalimat dapat membentuk sebuah kalimat; kemudian serangkaian kalimat tersebut dapat dirangkai membentuk alinea; alinea-alinea tersebut akhirnya dapat mewujudkan sebuah karangan. Penulisan dari sesuatu karangan ialah berupa kalimat. Tetapi, penulisan dari pikiran dalam karangan ialah alinea. Dengan kata lain, seorang penulis atau pengarang berpikir dalam kerangka alinea, tetapi menuliskan gagasan dalam susunan kalimat-kalimat. Proses gagasan menjadi karangan.

Dari pernyataan di atas mengenai unsur-unsur mengarang dan proses gagasan menjadi sebuah karangan, maka hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menulis karangan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemilihan judul

Dalam karangan formal, judul karangan harus tepat menunjukkan topiknya. Penentuan judul harus sesuai dengan persyaratan sebagai berikut (Sabarti, 1989: 10):

a. Harus sesuai dengan topik atau isi karangan

b. Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frase benda

c. Judul karangan diusahakan singkat

d. Judul harus dinyatakan secara jelas dan tidak mengandung arti ganda

2. Penentuan pikiran utama

Salah satu ciri utama tulisan yang baik adalah adanya kesatuan gagasan antarparagrafnya (Mustakim, 1994:112). Dalam sebuah paragraf hendaknya hanya mengandung satu gagasan utama, dan diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas. Hal tersebut perlu dilakukan

agar sebuah tulisan menjadi jelas jika mempunyai kesatuan, dengan maksud agar tidak menyimpang dari pikiran utama.

Seperti dikemukakan oleh Vero Sudiati (1995:12), pikiran utama adalah pernyataan tentang suatu dari gagasan pokok atau pernyataan tentang pokok pangkal pembicaraan.

3. Penggunaan kata

Menurut Widyamartaya (1990), kata adalah kesatuan makna dengan bunyi. Kata mempunyai peranan yang penting dalam upaya memahami sebuah bacaan. Penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi pemahamannya terhadap bacaan.

Menurut Widyamartaya (1990), kata dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Kata yang menimbulkan kemudahan

1. Menurut jenis

Contoh kata-kata yang sudah dikuasai oleh murid kelas IV berdasarkan jenisnya itu dikelompokkan menjadi:

a.1.1 Kata benda:

alam, alat, andil, batas, atlas, baterai, jiwa, beruang, elang, belalai, dagu, dahi, jati, kacang, kapas, gergaji, dan sebagainya. a.1.2 Kata kerja:

ambil, anggap, desak, bakar, bergaul, dirawat, dan sebagainya. a.1.3 Kata sifat:

a.1.4 Kata bilangan:

dua, sepuluh, lima belas, seratus, dan sebagainya. a.1.5 Kata depan:

di, ke, pada, dari, antara, seperti, dan sebagainya. a.1.6 Kata keterangan:

benar, baik.

2. Menurut bentuk

Contoh kata-kata yang sudah dikuasai oleh murid kelas IV berdasarkan bentuknya dikelompokkan menjadi:

a.2.1 Kata dasar:

bakar, alat, bengkak, ambil, anggap, busa, dan sebagainya. a.2.2 Kata berimbuhan:

dengan ber- : bergaul, berdusta, berekor;

dengan me- : mendaki, membalut;

dengan di- : dirawat, dibeli;

dengan ter : terikat, terjebak, tertimpa;

dengan pe- : pejuang, petani;

dengan me- dan per- : mempertajam, memperbanyak;

dengan –kan : andaikan;

dengan me- dan –kan : melainkan, membandingkan;

dengan di- dan –i : disenangi;

dengan di- dan –kan : dipergunakan, dirahasiakan;

dengan ber- dan –an : berjatuhan, berceceran;

dengan per- dan –an : permainan, permulaan;

dengan ke- dan –an : kedinginan, ketahuan;

dengan pe- dan –an : penjelasan, penegasan.

3. Menurut makna

Contoh kata-kata yang sudah dikuasai oleh murid kelas IV berdasarkan maknanya dikelompokkan menjadi:

alat, baterai, dagu, hati, garpu, busa, suling, dan sebagainya.

b. Kata yang menimbulkan kesukaran

1. Menurut jenis

Contoh kata-kata yang sudah dikuasai oleh murid kelas IV berdasarkan jenisnya itu dikelompokkan menjadi:

b.1.1 Kata sambung:

padahal, melainkan, sekalipun, dan sebagainya. b.1.2 Kata Ganti:

anda, beliau.

b.1.3 Kata keterangan:

semata-mata, seolah-olah, seakan-akan.

2. Menurut bentuk

Contoh kata-kata yang sudah dikuasai oleh murid kelas IV berdasarkan bentuk kata berimbuhan dikelompokkan menjadi:

b.2.1 akhiran -i:

b.2.2 akhiran dan “akhiran semu” yang berasal dari bahasa asing: -wan, -wati, -al, -isme, -isasi, misalnya: sukarelawan, seniwati, material, nasionalisme, globalisasi.

b.2.3 dua awalan, di- dengan per-: seperdua, seperempat, seperenam. b.2.4 dua awalan dan akhiran:

memperjuangkan, memperhatikan, memperingatkan.

4. Menurut makna

Contoh kata-kata yang sudah dikuasai oleh murid kelas IV berdasarkan makna yang merujuk pada suatu yang jauh dari lingkungan murid dikelompokkan menjadi:

antena,ganggang, tajuk, gema, baku, dan sebagainya.

4. Penulisan kalimat

Kalimat dalam karangan harus jelas dan mudah dipahami, agar orang lain yang membacanya tidak kesulitan menangkap maksud kalimat tersebut. Setiap kalimat pada suatu karangan pada dasarnya disusun oleh kata-kata. Susunan kata-kata tersebut mempunyai bagian-bagian yang berupa subyek, predikat, obyek, dan keterangan. Bagian-bagian kalimat tersebut akan dijelaskan seperti di bawah ini:

a. Subjek

Subjek kalimat sangat menentukan kejelasan makna sebuah kalimat. Jabatan atau fungsi subyek dalam kalimat biasanya dapat

diketahui dengan jalan mengajukan pertanyaan apa, atau siapa yang dibicarakan dalam karangan (Yohanes, 1991:6). Berikut ini adalah beberapa contoh subjek:

- Berhitung tidak mudah.

- Merah adalah warna dasar.

b. Predikat

Predikat kalimat sangat menentukan kejelasan makna sebuah kalimat. Ciri-ciri umum predikat terletak di belakang subyek serta berbentuk kata kerja (Yohanes, 1991). Berikut ini adalah beberapa contoh predikat:

- Ibu sedang makan di dapur.

- Gempa Minggu lalu keras sekali.

- Ayah saya lurah desa Kajen.

c. Obyek

Kehadiran obyek dalam kalimat tergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas obyek itu sendiri. Obyek pada umumnya berbentuk kata benda, atau di belakang kata tugas “oleh” dalam kalimat pasif (Yohanes, 1991). Contoh dari objek adalah :

- Santi memanggil orang lain.

d. Keterangan

Keterangan tidak wajib ada dalam sebuah kalimat. Bagian keterangan dalam kalimat bahasa Indonesia menyatakan banyak makna, tetapi sering ditemukan dalam pemakaian bahasa sehari-hari,

seperti keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan tujuan (Yohanes, 1991). Berikut ini adalah beberapa contoh keterangan :

- Kemarin ada ulangan IPS.

- Dia memotong rambut di kamar.

- Susi memotong kertas dengan gunting.

5. Pembentukan paragraf

Paragraf pada dasarnya merupakan istilah lain dari alinea. Menurut Mustakim (1994:112), paragraf adalah suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat.

Syarat-syarat paragraf yang baik menurut Mustakim (1994:115) hendaknya dapat memenuhi dua kriteria atau persyaratan, sebagai berikut: kesatuan dan kepaduan. Kesatuan, menyangkut keeratan hubungan makna antargagasan dalam sebuah paragraf. Paragraf bisa tersusun dari beberapa buah kalimat yang saling berhubungan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh untuk menyampaikan suatu maksud. Dengan demikian, untuk membuat suatu paragraf yang baik, kalimat-kalimat yang disusun hendaknya berhubungan, sehingga arti atau maksud tersebut menjadi jelas. Kepaduan, menyangkut keeratan hubungan antarkalimat dalam paragraf dari segi bentuk atau strukturnya, logis, dan mudah dipahami. Kepaduan dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya yang terangkai dengan baik.

Menurut Mustakim (1994:113), ada tiga penanda yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebuah paragraf. Pertama, paragraf

ditandai dengan permulaan kalimat yang menjorok ke dalam, Kedua, perenggangan, yaitu dengan memberi jarak tertentu antara paragraf yang satu dan yang lain, Ketiga, penanda yang dilakukan dengan cara mencampurkan atau menggabungkan penanda pertama dan penanda kedua. Penanda paragraf gabungan ini dimulai dengan kalimat pertama menjorok ke dalam dan pada akhir paragraf diberi jarak yang lebih renggang daripada jarak spasi yang digunakan pada karya tulisan yang bersangkutan. Sebagai contoh, perhatikan gambar berikut:

Gambar 2.1 Paragraf menjorok ke dalam

Gambar 2.2 Paragraf merenggang

Gambar 2.3 Paragraf gabungan

……… ……… ………  ……… ………..……… ………...  ……… ……… ……… ………  ……… ………..……… ……… ……… ………  ……… ………..……… ………... 

6. Penggunaan ejaan dan tanda baca

Menurut Muchlisoh (1993:308), ejaan adalah keseluruhan peraturan/sistem penulisan bunyi-bunyi bahasa. Pengertian di atas sejalan dengan pendapat Djago Tarigan, yaitu: Ejaan adalah cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa (Djago Tarigan, 1986:2). Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia saat ini adalah ejaan yang disempurnakan (EYD)

Menurut Muchlisoh (1993:310), Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan dalam sebuah bacaan. Tanda baca yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu: (a) tanda titik (.), (b) tanda koma (,), (c) tanda titik koma (;), (d) tanda titik dua (:), dan (e) tanda hubung (-), (f) tanda seru (!), (g) tanda tanya (?).

Penjelasan dari macam-macam tanda baca antara lain sebagai berikut (Tarigan, 1985:143):

a. Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan; pada akhir singkatan nama orang; pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan, pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum; di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,atau daftar untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu;untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

b. Koma (,)

Tanda koma digunakan untuk menyatakan jeda sejenak; untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat; di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat; dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, dan sebagainya;untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat; di antara tempat dan alamat, tempat dan tanggal yang ditulis berurutan; untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunan dalam pustaka; di antara tempat penerbitan, nama penerbitan dan tahun penerbitan, di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya; di muka angka persepuluh dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan; untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi; di antara unsur-unsur pemerincian atau pembilangan; untuk memisahkan kalimat setara yang didahului tetapi melainkan.

c. Titik koma (;)

Titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

d. Titik dua (:)

Titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian; sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerincian; dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan; di antara jilid nomor dan halaman; di antara bab dan ayat dalam kitab suci; di antara judul dan anak judul suatu karangan.

e. Tanda hubung (-)

Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris; menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris; menyambung unsur-unsur kata ulang; menyambung huruf kata yang dieja satu-satu; memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan merangkaikan unsur Bahasa Indonesia dengan unsur Bahasa Asing.

f. Tanda seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah.

g. Tanda tanya (?)

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Dengan demikian tanda baca tidak boleh diabaikan dalam tulis-menulis, karena dengan tanda baca penulis dapat menyampaikan maksudnya dengan lebih jelas. Sedangkan untuk pembacanya dapat menangkap pesan yang disampaikan oleh penulis.

Kriteria yang digunakan oleh peneliti untuk menelaah karangan deskripsi berdasarkan unsur-unsur karangan, sebagai berikut :

Unsur Karangan Kriteria

Judul

Sesuai dengan topik, jelas, singkat dan bentuk frase

Unsur Karangan Kriteria

Isi gagasan yang dikemukakan

Berdasarkan objek yang diamati seperti mendeskripsikan watak seseorang, suasana, tempat dan benda

Organisasi isi

Antara paragraf runtut dan terpadu,setiap paragraf

mempunyai satu gagasan pokok, minimal terdapat dua kalimat dalam satu paragraf

Pilihan kosa kata Pilihan kata yang tepat

Ejaan

Penulisan huruf capital tepat Pemakaian huruf yang tepat Penggunaan tanda baca yang tepat Penggunaan kata sambung

Penggunaan kata depan

Dokumen terkait