• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE KAJIAN

2. Hal yang Dikaji

Dalam pembuatan instalasi biogas ada beberapa aspek yang harus dianalisis selain aspek finansial. Aspek-aspek tersebut merupakan aspek penunjang dalam penilaian kelayakan usaha yang meliputi aspek teknis, aspek

pasar, aspek manajemen dan aspek sosial. Kajian ini membahas tentang pengembangan biogas berbasis individu (Bangka Tengah dan Cisarua Bogor) dan Kelompok (Jakarta Timur dan Kepahiang).

a. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Keberhasilan pembangunan instalasi biogas didukung oleh faktor lokasi dan aspek teknis yang diaplikasikan dalam pembuatan instalasi tersebut.

a) Lokasi Proyek

Menurut Djamin (1993), penentuan lokasi proyek didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

• Faktor pemasaran, yaitu menyangkut potensial pengembangan pemasaran.

• Peraturan dan kebijakan pemerintah setempat, seperti perpajakan. • Faktor tenaga kerja menyangkut ketersediaan adanya tenaga kerja

dan sebagainya.

• Faktor ketersediaan bahan baku, air dan bahan mentah lainya.

• Faktor lingkungan seperti sarana angkutan, jalan dan telekomunikasi.

Lokasi yang dipilih untuk proyek instalasi biogas berada di Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, Kelompok Peternakan Sapi di Cisarua, Bogor, Provinsi Jawa Barat, sedangkan untuk lokasi kajian secara individu dilaksanakan di peternak sapi perah di kelurahan Kelapa Dua Wetan Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta dan peternak sapi di desa Kaba Wetan Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Berdasarkan pertimbangan faktor penentu lokasi, lokasi tersebut sangat strategis karena merupakan sentra peternakan sapi perah. Di lokasi tersebut bahan baku yang dibutuhkan banyak tersedia dan berkelanjutan. Kebutuhan tenaga kerja dapat terpenuhi dengan baik karena proyek ini mempekerjakan orang-orang yang memang sudah berpengalaman

dalam bidang peternakan dan pengolahan biogas. Ketersediaan sarana penunjang lainnya seperti listrik, air, jalan dan telekomunikasi sudah memadai. Proyek instalasi biogas dibangun di lokasi yang berorientasi pada konsumen rumah tangga (RT) peternak. Dengan semakin dekatnya instalasi biogas dari RT peternak, maka penyaluran gas dapat lebih efektif dan efisien baik dalam biaya maupun pelaksanaannya.

Penentuan lokasi pembuatan biogas harus memperhatikan dimana sumberdaya yang tersedia, sehingga lebih praktis dan ekonomis. Sebaiknya instalasi biogas ditempatkan didekat kandang ternak. Hal ini dimaksudkan agar distribusi bahan pembentuk biogas prosesnya tidak terlalu jauh. Kemudahan dalam menempatkan instalasi biogas diharapkan dapat menghemat tenaga dan biaya.

Instalasi biogas sendiri terdiri dari digester (kubah penampungan lumpur), saluran pemasukan dan pengeluaran, bak penampungan sludge dan pipa penyalur gas hasil fermentasi. Keseluruhan luas area instalasi biogas yang ada di lokasi penelitian masing-masing, yaitu 18-20 m2. b) Teknologi Pembuatan Biogas

Instalasi biogas yang dibangun memiliki kapasitas pengolahan limbah sebanyak 5 m3. Beberapa tahapan dalam pembuatan instalasi biogas yaitu :

i. Sumur Digester

Sumur digester adalah tempat untuk menampung dan memfermentasi bahan organik. Digester harus mampu menampung kotoran ternak yang dialirkan secara kontinu dari kandang. Digester dibuat di dalam tanah yang digali sehingga posisinya lebih rendah dari kandang. Dengan demikian kotoran ternak dari kandang dapat langsung dialirkan ke lubang penampungan lumpur sementara dan dilanjutkan ke dalam digester.

ii. Konstruksi Bangunan

Di dalam lubang yang sudah digali dibuat konstruksi pondasi dengan bahan dasar dari batu kali dan bata merah di dindingnya. Lubang pengeluaran dan permasukan bahan juga dibuat secara

bersamaan. Dinding lubang yang sudah diberi bata merah, diplester menggunakan campuran pasir dan semen sehingga rapat dan kokoh. Digester yang dibuat harus kuat dan kedap udara oleh karena itu dinding yang telah diplester diaci kembali dengan semen kemudian didempul dan dicat menggunakan cat khusus kolam renang.

iii. Kubah Penampung Gas

Kubah penampung gas dibangun langsung menutupi digester, sehingga digester dan kubah penampung menyatu. Kubah dibuat menggunakan rangka kayu yang dilapisi triplek. sebagai penguat kubah, maka dipasang rangka dari besi. Selanjutnya rangka kubah dicor supaya kuat dan dapat menahan tekanan gas. Di atas kubah dibuat lubang untuk mengalirkan gas. Lubang tersebut terbuat dari pipa besi yang dilengkapi dengan kran pengatur tekanan.

iv. Instalasi Pipa Gas

Kran yang ada di atas kubah disambung dengan pipa (paralon atau pipa besi) untuk menyalurkan gas yang ada di dapur. Pemasangan pipa harus benar-benar rapat dan kuat agar gas tidak bocor.

c) Teknik Operasional Biogas

Pengoperasian alat bertujuan untuk menghasilkan biogas. Memproduksi biogas tidak terlepas dari ketersediaan bahan baku berupa kotoran ternak atau limbah dari sapi. Proses operasional limbah dalam instalasi biogas melalui beberapa tahapan yaitu :

i. Penampungan kotoran sapi di bak

Kotoran sapi dari kandang yang bercampur dengan air cucian kandang ditampung di dalam bak penampungan sementara, dimana bak tersebut berfungsi untuk menghomogenkan bahan masukan. Kotoran ternak yang dijadikan bahan isian harus memenuhi persyaratan di antaranya tidak terlalu kental, dalam kondisi segar, tercampur rata dengan air, serta bebas dari benda-benda keras seperti ranting dan batu. Di dalam bak penampungan, kotoran sapi yang menggumpal dihancurkan dan diaduk dengan perbandingan air dan

kotoran sapi 1 : 4. Pengadukan dilakukan secara merata sehingga bentuknya menjadi lumpur kotoran sapi. Laju produksi biogas tergantung pada pengenceran bahan isian. Bahan isian yang terlalu padat akan mempercepat produksi karena waktu yang dibutuhkan relatif sedikit dibandingkan bila terlalu encer.

ii. Pengaliran lumpur ke digester

Lumpur kotoran sapi dialirkan ke digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian awal uji coba, kran pengeluaran gas yang ada di puncak kubah sebaiknya tidak disambungkan dulu ke pipa. Kran tersebut dibuka agar udara dalam digester terdesak ke luar sehingga proses pemasukan lumpur kotoran sapi lebih mudah. iii. Penambahan starter

Pada pemasukan awal uji coba diperlukan lumpur kotoran sapi dalam jumlah banyak sampai lubang digester terisi penuh. Untuk membangkitkan proses fermentasi bakteri anerob, pada pengisian pertama perlu ditambahkan starter (berupa starter komersial yang banyak dijual di pasar). Setelah digester penuh, kran pengatur gas yang ada dipuncak kubah ditutup dan digester memulai proses fermentasi. Lubang pemasukan sementara ditutup agar tidak ada penambahan lumpur kotoran sapi.

iv. Pembuangan gas awal (saat awal uji coba)

Kran yang berada di atas kubah dibuka dan gasnya dibuang. Pembuangan gas ini disebabkan gas awal yang terbentuk di dominasi CO2. Selama kurang lebih empat hari akan terbentuk gas CH4 yang semakin meningkat, sedangkan CO2 menurun. Pada saat komposisi CH4 54 persen dan CO2 27 persen maka biogas akan menyala. Selanjutnya, biogas dapat dimanfaatkan untuk menyalakan kompor gas di dapur.

v. Pemanfaatan biogas yang sudah jadi

Gas yang sudah mulai terbentuk dapat digunakan untuk menghidupkan nyala api pada kompor. Selanjutnya instalasi sudah dapat menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Digester

dapat terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal. Produksi biogas yang berlangsung secara kontinuitas dapat terjadi jika lumpur kotoran ada dan tersedia. Selain menghasilkan biogas, proses pembuatan biogas juga menghasilkan sisa buangan lumpur yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Gambar alur proses produksi biogas selengkapnya

dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Bagan alur proses pembentukan biogas dan pupuk

Pengolahan limbah ternak di empat lokasi kajian dilakukan secara kontinu. Proses pemasukan bahan baku (limbah) dilakukan saat pembersihan kandang dilakukan. Jumlah lumpur yang masuk setiap satu kali siklus produksi/hari berkisar antara 900-990 liter dengan perbandingan antara kotoran dan air sebesar 1 : 4. Limbah yang masuk ke instalasi dihitung berdasarkan jumlah ternak yang ada di kandang. Dimana untuk satu ekor sapi dengan berat 600 kg diasumsikan mengeluarkan kotoran sebanyak 25 kg/hari (Sudono, l985). Peternak dalam proyek biogas memiliki sapi perah sebanyak 3-6 ekor (individu) dan 7-15 ekor (kelompok), sehingga perharinya dapat dihasilkan kotoran sapi sebanyak + 100 kg (individu) dan sebanyak + 270 kg kelompok. Dari lumpur yang masuk ke dalam digester maka 20 persennya akan menjadi gas dan sisanya adalah lumpur atau ampas.

d) Pengolahan Pupuk Padat dan Cair

Limbah yang diolah melalui instalasi biogas memberikan produk sampingan berupa sludge atau ampas yang jika diproses lebih lanjut dapat menjadi pupuk organik baik padat maupun cair. Menurut Simamora(2006) bahwa pupuk organik yang berasal dari ampas/sludge biogas lebih baik kualitasnya sebagai pupuk organik dibandingkan sisa kotoran ternak yang langsung dibuat menjadi pupuk kandang. Ketika kotoran baru ke luar dari perut ternak maka belum dapat dikatakan

sebagai pupuk kandang, karena jika kotoran ternak langsung diberikan ke tanaman akan menyebabkan tanaman layu bahkan mati.

Kotoran ternak tersebut biasanya masih "mentah" atau menurut istilah petani masih "panas" Pupuk organik yang terbuat dari ampas biogas selain kualitasnya baik juga memiliki keunggulan dibandingkan pupuk kimia. Pupuk organik lebih ramah lingkungan dan dapat menyeimbangkan zat-zat dalam tanah (memperbaiki sifat tanah). Pupuk organik membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah diolah. Kegunaan ini tidak bisa digantikan oleh pupuk buatan.

Usaha pengolahan pupuk, seperti yang dilakukan peternak akan memberikan keuntungan berupa terprosesnya kembali ampas/sludge biogas. Dalam pengolahan pupuk lebih lanjut diperlukan beberapa peralatan dan sarana pendukung, baik itu untuk pupuk padat dan pupuk cair.

i. Pupuk Cair

Ampas/sludge yang dihasilkan sudah mempunyai sifat seperti kompos, akan menyulitkan dalam pengemasan dan akan dipisahkan menjadi pupuk padat dari instalasi biogas tetapi karena bentuknya lumpur maka mudah dalam pemisahan. Pemisahan sludge dilakukan dengan cara dan alat yang sederhana. Peternak dapat menggunakan alat saringan yang terbuat dari kawat nyamuk, dan saringan kelapa. Berikut proses pengolahan pupuk cair :

• Lumpur dari sisa hasil biogas disaring dengan saringan pasir diteruskan dengan saringan kawat halus dan ditampung dalam drum plastik ukuran 150 liter. Sedangkan ampas padatan dari penyaringan dikumpulkan terlebih dahulu.

• Cairan pupuk yang ada di drum untuk meningkatkan kualitasnya perlu dicampurkan dengan tepung tulang atau tepung darah (dapat dibeli di toko bahan kimia) lalu dibiarkan 8-10 hari.

• Setelah kurang lebih 8-10 hari, cairan tersebut disaring kembali dengan menggunakan kain karung bekas kemasan tepung

terigu. Cairan hasil penyaringan tersebut ditampung lagi dalam drum plastik lalu dibiarkan selama 3-4 hari dan sesekali dibuka untuk melepaskan gas yang tersisa.

• Bila cairan sudah menjadi bening dan partikel yang ada sudah mengendap maka cairan pupuk tersebut bisa langsung dimasukkan ke dalam botol dan siap untuk dijual.

ii. Pupuk Padat

Sisa ampas padatan dari pupuk cair juga dapat diolah bersamaan dengan pengolahan pupuk cair. Bagian padatan yang telah dipisah, oleh peternak dapat langsung dijemur selama kurang lebih 7-10 hari sampai ampas/padatan tersebut benar-benar kering. Ampas tersebut dijemur dengan menggunakan terpal atau alas plastik di bawah sinar matahari. Lumpur yang dihasilkan dari instalasi biogas memiliki keunggulan, yaitu tidak bau sehingga walaupun dijemur didekat rumah tinggal peternak maka tidak akan menimbulkan masalah bau. pengeringan ampas dilakukan sampai kadar air yang tersisa hanya 20 persen dari keadaan awal. Setelah kering, pupuk organik padat langsung dikemas dalam kantong plastik ukuran 1 kg dan siap dipasarkan. Petenak biasanya mengemas pupuk padat dalam ukuran 1 kg - 2,5 kg. Untuk mendapatkan kualitas pupuk yang baik, pupuk padat yang telah kering dapat dicampurkan dengan tepung tulang atau tepung darah. Bahan ini dapat dibeli di toko bahan kimia terdekat, hal ini dimaksudkan agar kualitas pupuk lebih baik.

b. Aspek Pasar

a) Karakteristik Produk

Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah ternak adalah gas dan sludge. Ampas atau sludge sebagai produk sampingan jika diolah lebih lanjut akan menghasilkan pupuk organik dengan kualitas yang sangat baik. Sebenarnya tanpa pengolahan, ampas dapat digunakan

sebagai pupuk organik. Tetapi untuk pemasarannya ampas atau sludge tersebut harus diproses terlebih dahulu agar dapat dipasarkan.

Gas yang dihasilkan dari instalasi biogas ini tidak dijual tetapi dimanfaatkan langsung oleh RT peternak. Tetapi dalam analisis finansial, harga jual biogas akan dihitung berdasarkan hasil konversi dengan minyak tanah yang dipakai RT peternak sebelum menggunakan biogas. Produk yang dihasilkan dari pengembangan instalasi biogas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produk hasil instalasi biogas secara individu kapasitas 5 M3 di DKI Jakarta.

No Jenis Kapasitas Prod/hari Harga (Rp/liter) Jumlah (Rp) 1. Gas-Bio 2 M 3 (Setara M.Tanah 1,6-2 ltr) 8.000 16.000 2. Ampas/Sludge padat 20 kg 500 10.000 3. Cair 480 liter 1.000 48.000 Total 74.000

Tabel 6. Produk hasil instalasi biogas secara kelompok kapasitas 17 M3 di Cisarua Bogor

No Jenis Kapasitas Prod/hari Harga (Rp/liter) Jumlah (Rp) 1. Gas-Bio 6,8 M 3 (Setara M.Tanah 7 ltr) 8.000 56.000 2. Ampas/ Sludge padat 170 kg 500 85.000 3. Cair 1.020 liter 3.000 3.060.000 Total 3.201.000

b) Pupuk Organik

Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos. Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, kotoran ternak, rumput, jerami dan lain-lain.

Bahan baku kompos yang berasal dari sampah merupakan limbah padat yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dibuang atau dikelola agar tidak mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan. Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat. Penggunaan berbagai pupuk organik di lahan pertanian terbukti dapat meningkatkan produksi.

Pupuk cair dan pupuk padat yang berasal dari instalasi biogas di empat wilayah kajian disebut juga sebagai pupuk organik karena berasal dari kotoran ternak yang telah difermentasikan. Pupuk ini diproses secara berbeda dan menghasilkan dua produk yaitu pupuk padat dan pupuk cair. Untuk pupuk padat, peternak hanya menjual dengan kemasan 1 kg/bungkus. Sedangkan untuk pupuk cair peternak hanya menghasilkan pupuk dengan ukuran 1 liter per botol. Namun demikian pada analisis finansial pupuk padat dijual dalam bentuk mentah/belum diolah.

c) Gas Bio

Gas yang dihasilkan dari instalasi biogas disebut juga dengan istilah gas rawa (gas-bio). Gas ini memiliki perbedaan dengan gas lainnya, perbedaan yang utama adalah dari sisi molekul kimianya. Gas-bio bukan merupakan gas murni karena masih memiliki unsur lainnya selain metana yang jumlahnya sangat kecil. Sedangkan gas lain seperti gas LPG merupakan gas murni yang tidak ada unsur lain lagi di dalamnya selain metana walaupun berbeda dengan gas LPG, biogas juga memiliki fungsi seperti gas lainya, dimana dengan memiliki kadar metana sebesar 54 persen maka biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar.

d) Pemasaran Produk

Saluran pemasaran merupakan serangkaian lembaga yang dapat terlibat selama proses penyampaian barang dan jasa ke konsumen dari produsen, pedagang besar, pengecer, agen pengangkutan perusahaan penyimpanan, biro periklanan dan sebagainya (Limbong dan Sitorus, 1987).

Saluran pemasaran yang terdapat dalam pengelolahan limbah ternak ini sangat sederhana. Gas yang dihasilkan di dalam pengolahan limbah tidak dijual, melainkan digunakan sendiri. Gas yang dihasilkan dari instalasi biogas langsung dikonsumsi oleh rumah tangga (RT) peternak, oleh karena itu untuk biogas sendiri tidak dapat digambarkan bagaimana saluran pemasarannya.

Berdasarkan hasil wawancara untuk pupuk padat dan cair peternak biasanya memasarkan pupuk melalui agen yang memasarkan dan menampung produk dari peternak. Peternak juga melakukan sistem pemasaran langsung, dimana bagi konsumen yang ingin langsung membeli pupuk organik dapat langsung mendatangi tempat produksi dan membeli secara langsung kepada peternak. Berikut maping saluran pemasaran pupuk organik yang tersaji dalam Gambar 16.

Gambar 16. Sistem saluran pemasaran pupuk cair & padat

Pangsa pasar pupuk organik saat ini sangat menjanjikan. Adanya pendapat "back to nature" membuat sebagian orang berlomba-lomba untuk kembali menggunakan produk yang ramah lingkungan, sehat, segar dan alamiah termasuk dalam penggunaan pupuk. Pupuk organik yang memiliki banyak keunggulan dirasa cukup aman digunakan terutama untuk produk tanaman sayuran dan buah-buahan. Tanaman yang menggunakan pupuk organik cukup aman untuk dikonsumsi karena

terbebas dari bahan kimia yang berbahaya. Munculnya berbagai penyakit dan kelainan genetik menurut beberapa ahli medis disebabkan karena pola konsumsi yang kurang baik. Oleh karena itu, pangsa pasar pupuk organik dipastikan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat modern akan kesehatan.

c. Aspek Institusional-Organisasi-Manajerial

Aspek manajemen dilakukan untuk mengkaji struktur organisasi yang sesuai dengan program yang direncanakan sehingga diketahui jumlah, kualifikasi, dan deskripsi tugas individu untuk melaksanakan program pembuatan instalasi biogas.

Struktur organisasi merupakan diagram yang menggambarkan jabatan-jabatan yang ada dari manajemen suatu organisasi serta hubungan jabatan-jabatan tersebut. Setiap jabatan mengandung tugas dan tanggung jawab yang jelas dan memiliki batasan yang jelas dengan jabatan lain. Hubungan timbal balik dan pengaruh jabatan satu dengan yang lainnya harus dibatasi secara tegas agar struktur organisasi yang disusun dapat berfungsi secara harmonis dan tujuan organisasi dapat diwujudkan secara efektif dan efisien.

Program pembuatan instalasi biogas dalam mengelolah limbah ternak sapi perah memiliki struktur organisasi dalam penguatan kelompok terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Struktur organisasi tersebut merupakan struktur organisasi lini (lini organization) yang dirasa sangat efektif. Sifat struktur lini yang sederhana mudah dimengerti serta jelas batasan wewenangnya akan dapat mempermudah pengambilan keputusan. Pengarahan dalam strutur tersebut juga dapat dilakukan dengan cepat (Heruman, 1979).

d. Aspek Sosial

Suatu proyek yang dilaksanakan harus memperhatikan dampak yang ditimbulkan dan pengaruhnya terhadap lingkungan, masyarakat dan negara. Proyek instalasi biogas dalam mengelolah limbah ternak sapi perah di empat wilayah kajian memberikan pengaruh terhadap lingkungan, masyarakat dan negara. Berikut ini akan diuraikan secara lebih terperinci mengenai dampak yang akan ditimbulkan akibat dari adanya proyek instalasi biogas.

1. Lingkungan.

Perkembangan usaha peternakan yang sejalan dengan peningkatan populasi sapi menyebabkan meningkatnya jumlah kotoran sapi (limbah). Peningkatan jumlah penduduk yang tidak dibarengi dengan peningkatan luas tanah menyebabkan kepadatan di wilayah pemukiman, hal tersebut menjadi dilema bagi kelestarian lingkungan di empat wilayah kajian. Satu sisi usaha peternakan sapi perah di empat wilayah kajian adalah sumber utama penghasil susu terbesar di wilayah tersebut, tapi di sisi lain menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi merupakan tanggung jawab semua pihak.

Biogas mempunyai beberapa keunggulan terhadap lingkungan dibandingkan dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifatnya yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan keunggulan dari biogas di bandingkan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil selama ini diisukan menjadi penyebab dari pemanasan global. Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat menyebabkan gas CO2 naik kepermukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan panas bumi. Hal tersebut menyebabkan tingginya suhu di atas permukaan bumi seperti yang terjadi beberapa tahun ke belakang. Biogas sebagai salah satu energi alternatif dipastikan dapat menggantikan bahan bakar fosil yang keberadaannya semakin hari semakin terbatas.

Biogas yang dihasilkan dari instalasi secara tidak langsung telah banyak membawa manfaat terhadap lingkungan. Limbah yang awalnya dibuang ke sungai, dengan dibangunnya instalasi biogas dapat termanfaatkan dengan baik. Limbah tersebut diproses di dalam instalasi yang tidak menimbulkan bau menyengat. Ampas atau sludge yang didapat diproses kembali menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan. Biogas yang telah ada minimal dapat mengurangi limbah yang dibuang ke sungai sehingga tingkat pencemaran sungai akibat limbah dari peternakan dapat dikurangi.

2. Masyarakat

Program pengembangan biogas dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Adanya instalasi biogas dan hasil sampingannya dapat memberdayakan sumberdaya manusia yang berpendidikan menengah untuk diberdayakan secara optimal. Ampas biogas yang diolah menjadi pupuk organik memberikan dua keuntungan sekaligus kepada para peternak. Pertama terciptanya lapangan kerja dan yang kedua dihasilkannya benefit dari penjualan pupuk organik. Biogas sebagai sumber energi alternatif memberikan manfaat yang cukup besar kepada rumah tangga peternak. Selama ini RT peternak menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar dalam memasak. Minyak tanah yang langka dipasaran dan harganya yang relatif meningkat lima tahun terakhir ini menyebabkan keberadaan biogas khususnya di wilayah sentra peternakan sangat dipertimbangkan.

3. Negara

Pembuatan instalasi biogas diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mencari solusi dari masalah kelangkaan BBM dan penciptaan lapangan kerja baru. Kelangkaan BBM di daerah terutama pedesaan baik itu dari akibat terlambatnya pasokan BBM dari pusat dapat diminimalkan dengan adanya sumber energi alternatif. Sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan selain biogas di antaranya biodiesel. Pengembangan sumber energi alternatif sejenis dapat lebih mengacu kepada daerah, dimana bahan baku tersedia berlimpah. Oleh karena itu, pemerintah dapat terus menggali potensi negara dengan memberdayakan sumber energi yang selama ini terabaikan.

Dokumen terkait