• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hal yang Mengikuti Perkembangan Zaman  Bahasa

Dalam dokumen Studi Etnografi Sunda Wiwitan dan Global (Halaman 35-39)

GLOBALISASI DAN POLA HIDUP PENGHAYAT SUNDA WIWITAN DI KAMPUNG CIREUNDEU

V.1. Falsafah Ngindung ka Bumi, Mibapa ka Jaman

2. Hal yang Mengikuti Perkembangan Zaman  Bahasa

“Tidak hanya wisatawan lokal, wisatawan asing juga banyak yang datang melihat proses pengolahan singkong. Ada yang dari Vietnam, Filipina, Jepang, Eropa.” Tutur Kang Yana. Beliau menambahkan bahwa memang memahami Bahasa Inggris dirasa perlu, cukup bisa mengerti apa yang diucap saja, meski belum bisa membalas atau berbicara berbahasa Inggris, terlebih karena Kampung Cireundeu sudah diangkat sebagai Desa Wisata. Ini membuktikan bahwa telah terjadi transfer informasi dua arah antara lingkungan di luar Desa Cireundeu dengan para penghayat. Di sini proses globalisasi pada bahasa jelas terjadi namun batas mereka mengelola informasi dari luar hanya pada sampai bagaimana mereka saling bertukar informasi menggunakan Bahasa Indonesia dan mampu mengerti yang diucapkan dalam Bahasa Inggris.

 Teknologi

Perkembangan teknologi memang tidak ada habisnya, secara berkelanjutan terus menerus datang ke berbagai lapisan elemen masyarakat. Bahkan sampai ke masyarakat pedalaman juga mau tidak mau, suka tidak suka juga mewabah. Dan perkembangan ini juga tidak sepenuhnya dapat dinilai secara negatif akan tetapi banyak nilai positifnya pula yaitu dengan mempermudah aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh para penghayat Sunda Wiwitan di Kampung Cirendeu. Sulit memisahkan pengetahuan dan teknologi, para penghayat menyadari bahwa untuk mengoptimalisasi pengetahuan mereka maka mereka perlu menerima perkembangan teknologi di era globalisasi. Dari hasil observasi dan studi etnografi, kami menemukan beberapa bukti nyata bagaimana globalisasi telah mempengaruhi para Penghayat Sunda Wiwitan di Cireundeu untuk menerima informasi dan pengetahuan dari luar:

- Akses Jalan Cor

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa akses jalan adalah gerbang bagi pertukaran informasi, karena dengan akses jalan yang baik maka dua peradaban dapat terhubung dengan lebih efisien. Ini menunjukkan para penghayat Sunda Wiwitan di Cireundeu membuka diri bagi pertukaran informasi, siap menerima globalisasi, siap juga aktif dalam globalisasi. Jalan yang dibangun dengan cara dicor membuktikan bahwa mereka telah mengenal teknologi dari perkembangan keilmuan teknik sipil.

- Listrik dan Lampu

Listrik dan lampu jelas menjadi indikator kehadiran globalisasi. Tepatnya bagaimana sistem pengetahuan barat tentang listrik dan lampu menjadi bentuk grobalisasi yang mengepung dunia dan memberi kebutuhan --atau dari perspektif lain dapat juga dikatakan-- memberi ketergantungan akan penggunaan listrik.

- Alat-alat Produksi

Para penghayat Sunda Wiwitan mengolah singkong menjadi beras singkong, tepung singkong dan olahan singkong lainnya tentu dengan bantuan alat-alat produksi. Alat-alat produksi ini sendiri terdiri dari mesin-mesin hasil penemuan dan pengembangan sejak masa industrialisasi dan imperialisme. Ini menunjukkan grobalisasi Industrialisme Barat diterima oleh Penghayat Sunda Wiwitan di Cireundeu. Bahkan mereka mengkreasikannya memanfaatkan nilai-nilai yang mereka pegang seperti prinsip-prinsip serta pengetahuan tentang mereka tentang kondsis alam dan manusia, menjadikan proses grobalisasi yang mengepung Sunda Wiwitan di Cireundeu, diglokalisasi sehingga memperkaya pluralitas globalisasi itu sendiri.

- Kendaraan Bermotor

Penggunaan kendaraan bermotor di Kampung Cireundeu menunjukkan terjadinya arus satu arah dari barat ke timur memanfaatkan proses globalisasi. Mereka jelas tidak menciptakan kendaraan bermotor lain, mereka juga tidak mengkreasikan kendaraan bermotor baru. Tidak ada proses glokalisasi yang terjadi, menunjukkan bahwa pemanfaatan kendaraan bermotor di Kampung Cireundeu masih murni sebagaimana maksud dan tujuan kendaraan bermotor pertama kali diciptakan.

- Televisi, radio, mesin cuci dan alat elektronik

Sama halnya dengan kendaraan bermotor, alat-alat elektronik masih dimanfaatkan sebagaimana tujuan awal mereka tercipta. Tidak ada kreasi ataupun proses glokalisasi yang memberi warna bagi proses globalisasi di Kampung Cireundeu. Televisi dan radio masih dimanfaatkan sebagai media hiburan. Penggunaan televisi dengan fungsi penyampaian informasi masih belum dimanfaatkan.

- Telefon genggam, Komputer dan Internet

Teknologi-teknologi ini adalah beberapa teknologi yang dimanfaatkan para penghayat sebagai media glokalisasi. Meski mereka dikepung oleh grobalisasi para kaum kapitalis dan menjadikan para penghayat ketergantungan dengan –terutama telefon genggam dan internet– namun pemanfaatannya mampu mereka optimalkan untuk mengenalkan budaya, pola hidup dan olahan pangan mereka. Menjadikannya sebagai media bertukar informasi merupakan proses glokalisasi yang mereka lakukan terhadap arus globalisasi yang datang dari barat. Sehingga lahir karakter bahwa penggunaan teknologi tersebut tidaklah hanya untuk kaum kapitalis, tidaklah hanya bagi golongan konsumtif, tetapi juga sebagai media glokalisasi.

 Sistem Pengetahuan

Selain sistem pengetahuan yang diterapkan melalui kesenian –seperti yang telah dijelaskan dalam BAB sebelumnya– para penghayat juga memanfaatkan sistem teknologi seperti televisi, telefon genggam dan internet sebagai media dalam mengembangkan sistem pengetahuan mereka.

 Sistem Ekonomi

Mayoritas penduduk Kampung Cireundeu memang memilih menetap dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Terbukti di bidang pangan mereka telah dinyatakan ‘Daulat Pangan’ –bukan lagi swasembada– oleh Pemerintah Indonesia. Mereka juga menjadikan beras singkong untuk konsumsi sendiri dan baru diperjualbelikan bila ada kelebihan produksi. Dari sini kita bisa melihat pola hidup yang cukup dan tidak industrialis. Namun bila kita melihat bagaimana ibu-ibu PKK di sana mendirikan UKM untuk mengolah singkong menjadi aneka ragam snack dan kue, maka kita bisa melihat bahwa mereka telah mengadaptasi sistem ekonomi dari luar yang mereka kreasikan dengan nilai-nilai kebudayaan mereka. Maka dapat dikatakan pula bahwa telah terjadi proses glokalisasi di sini.

Dari pengklasifikasian di atas, kita dapat melihat bahwa pada beberapa aspek, telah terjadi proses grobalisasi dari luar dan proses glokalisasi dari para penghayat Sunda Wiwitan di Cireundeu itu sendiri. Dilihat dari kedelapan poin tersebut, kami menemukan bahwa proses pengolahan informasi dari luar sebagai potensi mereka mengembangkan nilai-nilai yang mereka pegang --salah satu yang utamanya-- yaitu mengkonsumsi olahan singkong, merupakan bentuk glokalisasi. Ini didasari dari bagaimana arus informasi mengepung mereka melalui adanya globalisasi ini. Sementara informasi dan nilai yang mereka sebarkan keluar, (1) tidak menunjukkan niatan yang kapitalistik karena mereka berfokus pada pemenuhan kebutuhan kampung mereka sendiri serta kepedulian mereka akan kelangkaan pangan pokok; dan (2) tidak bermaksud memaknai kembali/memperkuat nilai mereka yang sebelumnya telah mengglobal karena ruang lingkup nilai yang mereka pengaruhi masih regional. Kedua hal tersebut merupakan bentuk grobalisasi yang justru hadir mengepung nilai-nilai yang dipegang para penghayat Sunda Wiwitan di Cireundeu.

Kemudian, dari kedelapan poin yang telah kami klasifikasi, kami meneruskan dan memfokuskan penelitian pada sistem pengetahuan dalam pengolahan pangannya. Olahan pangan singkong mereka tidak akan tercipta tanpa nilai dan prinsip Sunda Wiwitan Cireundeu yang mereka pegang sejak dari leluhur mereka. Olahan pangan singkong mereka juga tidak akan tercipta tanpa arus informasi yang datang dari luar. Maka di sini, globalisasi ternyata memberi keuntungan bagi para penghayat dalam melakukan glokalisasi.

Dalam dokumen Studi Etnografi Sunda Wiwitan dan Global (Halaman 35-39)

Dokumen terkait