• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERK “SIJEMPOL” DIKAITKAN DENGAN PENEGAKAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

B. Hambatan dari Aspek Aparatur Hukum

PT. Neo National diduga telah melanggar ketentuan Pasal 62 ayat (1) Jo. Pasal 8 ayat (1) huruf a dan dahulu huruf j sekarang huruf e Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen oleh PPNS-PK. Setelah hasil pemeriksaan dilakukan pada tanggal 08 Maret 2011 dan tanggal 15 Maret 2012 pada PT. Neo National adalah sama sekali tidak memenuhi unsur seperti yang dipersangkakan di atas, yaitu Pasal 62 ayat (1) Jo.Pasal 8 ayat (1) huruf a dan e. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Unsur yang tidak dipenuhinya adalah unsur “memproduksi dan/atau memperdagangkan”. Selain itu, PPNS-PK juga tidak menemukan bukti permulaan yang cukup dalam melakukan penyidikan suatu perkara tindak pidana.149 Sehingga terkesan PPNS-PK tidak bertindak secara profesional dan proporsional dalam melakukan penyidikan.150

149

Dalam KUHAP tidak ada batasan mengenai apa yang dimaksud dengan bukti permulaan yang cukup. Oleh karena itu, pengertian bukti permulaan yang cukup merujuk pada Keputusan Bersama Mahkamah Agung, Menteri Kehakiman, Kejaksaan Agung, dan Kapolri No. 08/KMA/1984, No. M.02-KP.10.06 Tahun 1984, No. KEP-076/J.A/3/1984, No. Pol KEP/04/III/1984 tentang

Ketidak-profesionalan PPNS-PK dalam hal ini adalah sangat fatal, dimana dalam menentukan Pasal mana yang menjadi sangkaan PPNS-PK dalam menyidik perkara ini berubah. Dalam tahap awal penyitaan, PT. Neo National disangkakan dengan melanggar Pasal 62 ayat (1) Jo. Pasal 8 ayat (1) huruf a dan j, sedangkan pada saat pemanggilan berdasarkan Surat Panggilan dari PPNS-PK terhadap PT. Neo National sangkaan tersebut diubah menjadi Pasal 62 ayat (1) Jo. Pasal 8 ayat (1) huruf a dan e Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.151 Dari hal tersebut terkesan PPNS-PK ragu-ragu dalam menentukan Pasal dugaan tindak pidana, dan terhadap hal tersebut penyidikan yang dilakukan oleh PPNS-PK adalah harus dihentikan.152

Selanjutnya selama pemeriksaan berlangsung dari mulai awal terjadinya ataupun dugaan terjadinya tindak pidana yang disangkakan kepada PT. Neo National, PPNS-PK sama sekali tidak pernah memperlihatkan barang bukti ataupun Kipas Angin merk “SiJempol” mana dan kapan yang telah beredar di pasaran dengan tanpa izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Terhitung sejak tanggal 23 September 2011, PT. Neo National telah mendapatkan perizinan yang terdiri dari : Sertifikat Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI) No. 64/26.01.02/11/LS-Pro-Surabaya/IX/2011 tanggal 23 September 2011; dan Nomor

Peningkatan Koordinasi dalam Penanganan Perkara Pidana (Mahkejapol) dan pada Peraturan Kapolri No. Pol. Skep/1205/IX/2000 tentang Pedoman Administrasi Penyidikan Tindak Pidana, bukti permulaan yang cukup adalah minimal ada laporan polisi ditambah dengan satu alat bukti yang sah.

150

Berita Acara Pemeriksaan Saksi atas nama Sjarifuddin selaku Komisaris PT. Neo National pada hari Kamis, 08 Maret 2012 dan Berita Acara Pemeriksaa Saksi atas nama Way Tjong selaku Kepala Bagian Teknik PT. Neo National dan Harianto selaku Kepala Gudang PT. Neo National masing-masing pada hari Kamis, 15 Maret 2012.

151

Wawancara dengan Sjarifuddin selaku Komisaris PT. Neo National, Medan, 03 Oktober 2012.

152

Registrasi Produk (NRP) No. 106-007-111868 tanggal 10 Oktober 2011, sehingga dengan demikian secara hukum produk tersebut di atas telah sah untuk diedarkan ataupun dipasarkan ke Toko-Toko maupun Konsumen yang ada.153

Oleh karena itu, yang menjadi permasalahan hukum yang dihadapi PT. Neo National adalah “Apakah barang tersebut diperoleh di pasaran sebelum izin diperoleh PT. Neo National atau sesudah izin tersebut diperoleh?”. Pertanyaan tersebut muncul untuk memperjelas tempus delicti-nya sehingga perkara tersebut dapat terurai secara terang dan jelas. Apabila barang tersebut diperoleh sebelum terbitnya SPPT-SNI dan NRP, maka PT. Neo National dapat dipersalahkan telah melanggar ketentuan Pasal 62 ayat (1) Jo. Pasal 8 ayat (1) huruf a dan dahulu huruf j sekarang huruf e Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sebagaimana yang dipersangkakan. Namun, sebaliknya apabila barang tersebut diperoleh di pasaran sesudah terbitnya SPPT-SNI dan NRP, maka PT. Neo National sama sekali tidak dapat dipersalahkan.

Mengenai PT. Neo National yang memproduksi Kipas Angin merk “SiJempol” tipe NN 1651 KP untuk implementasi SNI, pertanyaan yang timbul adalah “Apakah dapat dipersalahkan telah melanggar ketentuan Pasal 62 ayat (1) Jo. Pasal 8 ayat (1) huruf a dan dahulu huruf j sekarang huruf e Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sebagaimana yang dipersangkakan?”. PT. Neo National juga telah memiliki izin-izin terkait produksi barang yaitu Keputusan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan No.

153

Wawancara dengan Sjarifuddin selaku Komisaris PT. Neo National, Medan, 03 Oktober 2012.

532/253/IUI/TDU/VII/2010 tentang Izin Usaha Industri (IUI) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan pada tanggal 27 Juli 2010.154

Dengan demikian sepanjang dapat dibuktikan bahwa produk PT. Neo National tidak pernah ditemui di pasaran sebelum terbitnya SPPT-SNI dan NRP, maka kegiatan memproduksi barang tersebut juga tidak menyalahi ketentuan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, demi hukum oleh karena belum ditemukannya unsur- unsur pasal yang dapat dipersalahkan (sebagai bukti permulaan yang cukup) kepada PT. Neo National maka PPNS-PK dapat menghentikan penyidikan terhadap permasalahan hukum yang dihadapi PT. Neo National.

PPNS-PK yang melakukan penyidikan terhadap permasalahan hukum PT. Neo National ini adalah tidak proporsional dan tidak profesional dalam hal155

1. “Tidak memiliki bukti permulaan yang cukup untuk melakukan penyidikan; :

154

Menurut Sjarifuddin melalui wawancara tanggal 03 Oktober di Medan, PT. Neo National telah memiliki perizinan sebagaimana dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, sebagai berikut : 1) Izin Usaha Industri (IUI) Nomor 532/253/IUI/TDU/VII/2010 tertanggal 27 juli 2010 yang dikeluarkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan; 2) Izin Gangguan (HO) Nomor 0038/0037/0041/2.1/1801/02/2012 tertanggal 10 Februari 2012 yang dikeluarkan Badan Pelayanan

Perizinan Terpadu Kota Medan; 3) Izin Usaha Perdagangan (IUP) Nomor

0929/0998/1.1/1801/02/2012 tertanggal 22 Februari 2012 yang dikeluarkan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan; 4) Sertifikat Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI) Nomor 64/26.01.02/11/Ls-Pro-Surabaya/IX/2011 tertanggal 23 September 2011 yang dikeluarkan Balai Riset dan Standardisasi Industri Surabaya – Lembaga Sertifikasi Produk Surabaya (LSPro) Surabaya; 5) Nomor Registrasi Produk (NRP) Nomor 106-007-111868 tertanggal 10 Oktober 2011 yang dikeluarkan Kepala Pusat Pengawasan Mutu Barang Kementerian Perdagangan Republik Indonesia; 6) Tanda Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual dalam Bahasa Indonesia bagi Produk Telematika dan Elektronika Produksi Dalam Negeri Nomor P.12.NEO11.01701.0611 tertanggal 07 Juni 2011 yang dikeluarkan Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia; 7) Surat Keterangan Pencantuman Label dalam Bahasa Indonesia (SKPLBI) Nomor 1-812/PDN.6/SKPLBI tertanggal 15 September 2010 yang dikeluarkan Direktur Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Kementerian Perdagangan Republik Indonesia; 8) Sertifikat Registrasi ISO 9001:2008 Nomor QEC29068 tertanggal 19 Agustus 2011 yang dikeluarkan PT. SAI Global Indonesia Graha Iskandarsyah.

155

Wawancara dengan Sjarifuddin selaku Komisaris PT. Neo National, Medan, 03 Oktober 2012.

2. Keragu-raguan dalam menentukan penerapan Pasal yang dilanggar; dan 3. Tidak hadirnya PPNS-PK dalam pemeriksaan Komisaris PT. Neo National

sebagai Tersangka pada tanggal 31 Mei 2012 berdasarkan Surat Panggilan No. S-Panggil/63/Ditwas/PPNS-PK/5/2012 dan No. S- Panggil/62/Ditwas/PPNS-PK/5/2012 tertanggal 25 Mei 2012”.

Berubah-ubahnya ketentuan yang dipersangkakan kepada PT. Neo National adalah menunjukkan penyidikan tersebut cacat hukum sehingga penyidikan tersebut harus dihentikan demi hukum. PPNS-PK yang tanpa memeriksa bukti permulaan yang cukup menetapkan Komisaris PT. Neo National sebagai Tersangka adalah menyalahi KUHAP.

Apabila pada saat implementasi SNI, PT. Neo National dibimbing dengan baik oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan. Kenyataannya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan memang melakukan pembinaan tetapi tidak berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia sehingga mengakibatkan ketidak-tahuan PPNS-PK bahwa PT. Neo National sedang melakukan implementasi SNI dan NRP guna kelengkapan berkas-berkas administrasi pelaku usaha tersebut.

C. Hambatan dari Aspek Budaya Hukum