• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan Yang Dihadapi Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana Perdagangan Orang

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

3. Hambatan Yang Dihadapi Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana Perdagangan Orang

negara,sehingga penyadapan ini sangat perlu dilakukan untuk mencari bukti dan mengungkap jaringan pelaku tindak pidana perdagangan orang,dan hal ini tertuang pada Pasal 31 Undang-undang Nomor 21 tahun 2007.49

3. Hambatan Yang Dihadapi Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana Perdagangan Orang .

Perdagangan manusia merupakan bagiandarikejahatan internasional terorganisiryangdilakukanmelewatibatasnegara(transborder).

Tidakberlebihanapabilakejahatanini

sudahmelibatkanpelakudariberbagainegara,jaringaninternasionalsertadukungandana yangrelatiftidakterbatas.

Denganmemperhatikankarakteristikkejahatan perdaganganmanusia yang sedemikiankhas tentunya penanggulangannya tidak mudah jika dibandingkan dengan penaggulangankejahatankonvensional,sehinggadariwaktukewaktupenanggulangannya selaludiperhadapkanpadaberbagaikendala.

Secara umum yang menjadi kendala dalam upaya penanggulangan kejahatanTindak Pidana Perdagangan Orang yaitu :50

1. Meningkatnyapekerjakeluarnegeri(migrantworkers)merupakan masalah yang sangatrentandengantrafficking,

2. Berkembangnyajaringanperdaganganmanusiainternasionalyangmakin kuat dan canggih,

3. Globalisasi dan percepatanteknologi informasi, kemudahan mengakses di berbagai

duniabagioperasionalisasiorganisasikriminal,khususnyaperdaganganperempua ndan anak;

4. Kemajuandibidangtransportasimemudahkanpemindahankorbandarisatutempat ke tempatlain,antarwilayahmaupunantarnegara,

5. Masih belum memadainya (kualitas dan kuantitas) aparat penegak hukum yang

memilikikeahliankhususdalampenyidikankasusperdagangananakdanwanita; 6. Khususdariaspekpenyidikannyabersumberdarikorbanperdagangansendiridima

50

Haris,Abdul, Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia, Pustaka Pelajar,Jakarta, 2005, halaman 38.

na

korbantidakinginkasusnyadisidik,ingincepatpulangkekampunghalamannyasert a tidak mengenal agen yang merekrut, memindahkandanmengeksploitasikorban sehinggamenyulitkan pelacakan, korban juga dengan sengaja memalsukan identitas baik nama maupun usianya agar mempermudah proses administrasi pembuatan paspor.Tanpadisadari, korbantelahdengansengaja melakukan tindak pidana pemalsuandokumen;

7. Masih adanya pandangan masyarakat dibeberapa daerah tertentu yang berpendapat bahwaperdagangananakdanmanusiamerupakansebuahbisnisbiasa; 8. Aparat birokrasi didaerah masihbelummemiliki kesadaran hukum yangtinggi,

khususnyaberkaitandenganmasalahadministasi kependudukan, sehingga banyak munculpemalsuan-pemalsuandokumenkependudukan;

9. Kurangnyakoordinasiantarinstansiterkaitseringmenjadikendalasehinggamuncu l tumpangtindihkewenanganantarinstansiyangsatudenganyanglainnya.

10.Belumefektifnyakoordinasidankerjasamadengannegaratempattujuanakhiraktiv itas trafficking in person seperti, Malaysia, Singapura, Saudi Arabia, dan negara Timur Tengahlainnya.

Dalam kenyataan di kehidupan sehari-hari di masyarakat,Tindak Pidana Perdagangan Orang ini sangat sulit untuk dijerat terutama dalam hal menangkap pelakunya dan membuktikan adanya suatu kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang yang terjadi di kota Medan.

Dalam hal ini pihak Kepolisian didalam mengungkapkan kasus perdagangan Orang ini sangat membutuhkan dukungan dan bantuan dari segala pihak, baik masyarakat maupun aparat Penegak Hukum yang lain seperti Kejaksaan dan

Pengadilan, dimana pihak Kepolisian sangat berharap terjalin kerja sama yang kooperatif diantara pihak Kepolisian dan Kejaksaan serta Pengadilan untuk saling koordinasi tentang berkas-berkas yang belum lengkap sampai vonis pelaku Tindak Pidana.51

Didalam menangani kasus Perdagangan Orang ini, pihak kepolisian juga sering menemukan faktor-faktor penghambat yang tidak jarang menghalangi penanganan terhadap kasus Perdagangan Orang ini. Faktor-faktor penghambat ini dilihat dari korban kejahatan kebanyakan adalah perempuan, sehingga penghambat tersebut datang dari korban sendiri yang masih takut untuk melaporkan masalahnnya, dan takut berusaha lari dari pelaku untuk mencari bantuan, dan juga dalam kasus Perdagangan Orang ini tidak ada saksi melihat dan mengetahui kejadian tersebut.52

Dalam hal kasus perdagangan orang ini kebanyakan korbanya adalah perempuan, dan biasanya korban tersebut dalam kondisi ketakutan dan trauma sehingga sangat sulit untuk memberikan informasi, maka pihak kepolisian melalui Pasal 45 Undang-undang nomor 21 tahun 2007 mengatur tentang tempat penerimaan khusus atau ruang pelayanan khusus untuk memberikan perlindungan kepada korban sehingga korban merasa aman dan bebas untuk menceritakan tindak pidana perdagangan orang yang di rasakannya tanpa rasa takut.53

Perlindungan ini di berikan agar memberi contoh kepada korban-korban yang lain untuk tidak takut melapor kepada pihak Kepolisian, dan hal ini diatur pada Pasal Tidak hanya kepada korban dari tindak pidana perdagangan orang yang harus di lindungi, tetapi pihak kepolisian juga melakukan perlindungan kepada para saksi-saksi yang mengetahui informasi tentang perdagangan orang tersebut, termasuk juga keluarga dari si korban.

51Wawancara dengan Iptu. Ariyani, Kanit PPA Polresta Medan, tanggal 28 April 2012. 52ibid

47 Undang-undang 21 Tahun 2007.Namun di dalam mengatasi kasus perdagangan orang ini, pihak kepolisian juga mendapat bantuan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait dan juga masyarakat. Dan dengan keluarnya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 ini, pelaku dapat di tindak tegas dengan ancaman hukuman yang lebih tinggi dan berat, dan banyak pihak-pihak yang terkait yang bisa bekerja sama dengan Kepolisian yaitu Instansi terkait dan semua pihak sebagai Pemerhati Perempuan dan anak.54

54ibid

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan

1. Karekteristik tindak Pidana Perdagangan orang dalam perkembangannya saat ini telah semakin meresahkan dimana telah menjadikan laki-laki,perempuan dan anak-anak bahkan bayi sebagai korban,sementara agen,calo atau sindikat bertindak sebagai yang memperdagangkan (trafficker),pelaku ini bisa meliputi orang-orang terdekat seperti orang tua atau kerabat,selain itu juga terdapat pelaku yang canggih dan terorganisasi yang melibatkan sindikat-sindikat yang teroganisir, ]intansi terkait dan bahkan tokoh masyrakat.Para korban trafickking ini dibawa dan di tujukan serta diperdagangkan baik kedalam maupun keluar negeri,yang mana mereka digunakan sebagai pekerja-pekerja kasar,pembantu rumah tangga bahkan sebagi pekerja seks komersial.Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan perdagangan orang ini,yaitu kemiskinan,ketenagakerjaan, pendidikan, migrasi, kondisi keluarga, sosial budaya, dan media massa.Pada umumnya didalam melakukan kejahatan perdagangan orang ini,para pelaku menawarkan berbagai modus kejahatan untuk mendapatkan korbannya seperti :

a. Menawarkan pekerjaan b. Penipuan

c. Penculikan d. Adopsi

Dampak dari tindakan pidana perdagangan orang ini sendiri tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dan aparat penegak hukum yang perusaha menghilangkan perdagangan orang ini,tetapi juga berakibat kepada kerugian secara fisik dan non fisik kepada para korban tindak perdagangan orang tersebut.

2. Dasar hukum yang berkaitan terhadap tindak perdagangan orang (human trafficking)terdapat berbagai ketentuan dan instrumen-instrumen,baik Instrumen Internasional maupun nasional.Secara Instrumen Internasional dapat dilihat dari Unversal Declaration Of Human Rights,Protokol-protokol dan Konfrensi PBB serta ketentuan hukum di Indonesia, seperti; KUHP, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, dan Peraturan Daerah(PERDA) Propinsi Sumatra Utara Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdangan (Trafficking) Perempuan Dan Anak.

3. Peran dan tanggung jawab kepolisian dalam menangani kasus-kasus perdagangan orang di Kota Medan ini adalah dengan mencegah semakin banyaknya kejahatan perdagangan orang yang terjadi di Kota Medan ini dengan menindak secara tegas pelaku tindak pidana perdagangan orang tersebut.Dan didalam melaksanakan tanggung jawabnya tersebut,pihak kepolisian tidak hanya mendapat faktor pendukung dari adanya kerjasama yang terkoordinasi dan saling terkait antara para aparat penegak hukum yang lain dan masyarakat,tetapi pihak kepolisian juga mendapatkan kebebasan dan kesempatan di dalam membuat suatu RPK (ruang pelayanan khusus) yang sesuai dengan Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang memberikan perlindungan bagi mereka yang menjadi korban atau bahkan keluarga korban atau saksi dari kejahatan tindak pidana traffiking tersebut.Dalam situasi lain tidak jarang juga terdapat faktor penghambat yang menghambat kerja pihak kepolisian,yang mana faktor penghambat itu tidak lain datang dari korban kejahatan perdagangan orang itu sendiri,yang tidak terbuka didalam memberikan informasi dan keterangan-keterangan lain terhadap pihak kepolisian.

Sebagai saran dapat saya rangkum dalam hal-hal berikut ini :

1. Selain menggunakan peraturan hukum nasional,sebaiknya juga kita harus lebih banyak lagi mengadaptasi Konfensi-Konfensi Internasional sebagai bahan pertimbangan untuk mengatasi masalah-masalah perdagangan orang ( human trafficking) yang sudah semakin komplek.

2. Faktor-faktor pendorong terjadinya perdangangan orang (human trafficking) harus lebih dipahami lebih menyeluruh, seperti misalnya didalam faktor sosial-budaya, seharusnya dipahami bahwa mendapatkan kekayaan,kedudukan yang tinggi bukan merupakan hal-hal yang di larang oleh hukum, dan didalam faktor ekonomi dimana kemiskinan menjadi alasan utama untuk melakukan kegiatan perdagangan orang ini,dan seharusnya pemerintah dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak agar masalah kemiskinan ini dapat diatasi dengan baik.

3. Upaya pencegahan terhadap perdagangan orang ini,diharapkan dapat benar-benar di laksanakan agar perdangan orang ini dapat diatasi dengan lebih cepat.Dalam hal melakukan perlindungan dan penanganan hukum terhadap masalah ini,diharapkan kepada pihak-pihak yang terkait dapat melaksanakan hak-hak dan keawajibannya secara serius dan benar-benar dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Arief,BardaNawawiMasalahPenegakan HukumdanKebijakan Penanggulangan Kejahatan, CitraAdityaBakti,Bandung,2001

Bawengan,W.Gerson,Pengantar Psikologi Kriminal, Djambatan, Jakarta, 2000 E.Utrecht,Hukum Pidana II,Universitas Bandung,Bandung, 1962.

Haris,Abdul,Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia,Pustaka Pelajar,Jakarta,2005

Irianto,Sulistyowati,Perdagangan Perempuan,Obor Indonesia,Bandung ,2005 Jan Remmelink,Hukum Pidana ,gramedia,Jakarta,2000

Mozasa, Chairul Bariah,Aturan-aturan hukum trafficking, USU Press,2005

Muladi danBardaNawawi Arief, Teori-teori dan KebijakanPidana,Alumni, Bandung,1998.

Mulyadi, Lilik, Kapita SelektaHukum PidanaKriminologi dan Victimologi, Djambatan, Jakarta, 2007

Prodjodikoro,wirjono,Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia,RefikaAditama,Bandung, 2003

Polak,Leo,Hukuman Sebagai Perbuatan Hukum,Ghalia Indonesia,Jakarta,1981

R Soesilo, KUHP serta komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal,Politea ,Bogor, 1995

Sahetapy,J.E dan Reksodiputro,B.Marjono,Paradoks dalam Kriminologi,Obor,Jakarta,1983

Shuterland,H.Edwin,Principles of Criminology,Nova,Jakarta,1989 Sudarto,Hukum dan Hukum Pidana,Bandung,Alumni,1986

Syafaat,Rachmad dkk, Dagang Manusia,Laperra,Yogyakarta,2003, Shihab, Alwi,Makalah Permasalahan Trafficking,Jakarta , 2005

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

Dokumen terkait