• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan yang Dihadapi Pihak Penyidik Dalam Menjalankan Tugasnya Untuk Menemukan Kesalahan Atas Isi Akta Yang Dibuat Notaris

SESUAI BATASAN AKTANOTARIS YANG DAPAT DIJADIKAN DASAR MEMIDANAKAN NOTARIS

1. Hambatan yang Dihadapi Pihak Penyidik Dalam Menjalankan Tugasnya Untuk Menemukan Kesalahan Atas Isi Akta Yang Dibuat Notaris

Menurut Hermin Hediati Koeswadji suatu perbuatan melawan hukum dalam konteks pidana atau perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang dan diancam dengan pidana mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:154

a. Unsur objektif adalah unsur-unsur yang terdapat di luar manusia yang dapat berupa:

1).Suatu tindakan atau tindak tanduk yang dilarang dan diancam dengan sanksi pidana, seperti memalsukan surat, sumpah palsu, pencurian.

2).Suatu akibat tertentu yang dilarang dan diancam sanksi pidana oleh Undang- Undang, seperti pembunuhan, penganiayaan.

3).Keadaan atau hal-hal yang khusus dilarang dan diancam sanksi Pidana oleh Undang-Undang, seperti menghasut, melanggar kesusilaan umum.

b. Unsur subjektif, yaitu unsur-unsur yang terdapat di dalam diri manusia Unsur subjektif dapat berupa:

1).Dapat dipertanggungjawabkan (toerekeningsvatbaarheid). 2).Kesalahan (schuld).

154Liliana Tedjosapatro, Mal Praktek Notaris dan Hukum Pidana, (Semarang: CV Agung, 1991), hal. 51

Apabila seorang Notaris melakukan penyimpangan akan sebuah Akta yang dibuatnya sehingga menimbulkan suatu perkara pidana maka Notaris harus mempertanggung jawabkan secara pidana apa yang telah dilakukannya tersebut. Pertanggungjawaban pidana lahir dengan diteruskannya celaan (verwijbaarheid) yang obyektif terhadap perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana berdasarkan Hukum Pidana yang berlaku, dan secara subyektif kepada pelaku yang memenuhi persyaratan untuk dapat dikenakan pidana karena perbuatannya itu.155 Hal tersebut didasarkan pada asas tidak dipidana jika tidak ada kesalahan atau “actus non facit reum nisi mens sit rea”. Orang tidak mungkin dimintakan pertanggungjawaban dan dijatuhi pidana jika tidak melakukan kesalahan. Akan tetapi seseorang yang melakukan perbuatan pidana, belum tentu dapat dipidananya. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan dipidanya apabila dia mempunyai kesalahan.156

Dalam hal menangani kasus tindak Pidana yang dilakukan maka pihak Polri baik kapasitasnya dalam melakukan penyelidikan dan maupun penyidikan menghadapi hambatan dalam pemeriksaan Akta yang dibuat Notaris untuk membuktikan bahwa Akta tersebut dapat mempidanakan Notaris, dan hambatan tersebut berasal dari pihak internal Kepolisian maupun dari eksternal Kepolisian sebagai berikut:

1. Hambatan dari pihak internal POLRI:

155 Dwidja Priyatno,Kebijakan Legislasi Tentang Sistem Pertanggungjawaban Pidana Korporasi di Indonesia, (Bandung: CV. Utomo,2004), hal 30

a. Polri sebagai penyidik terhadap Notaris yang melakukan tindak Pidana baik sebagai tersangka ataupun saksi yang memeriksa Notaris masih ada penyidik Polri/Penyidik pembantu di lingkungan Polri yang belum memiliki strata satu (S-1) sehingga dalam proses penyidikan pihak penyidik sendiri kurang tidak memahami apa yang akan dia periksa seperti Akta yang dibuat Notaris, dengan tidak memahami akan isi Akta tersebut membuat pihak penyidik susah untuk menemukan kesalahan dalam Akta yang dibuat Notaris.

Dalam hal ini Polri memang mengakui masih adanya penyidik Polri/penyidik pembantu di lingkungan Polri yang belum memiliki strata satu (S-1) maka disini Polri ke depan akan membuat M.O.U. atau kerjasama terhadap Universitas Negeri atau swasta untuk dapat bekerjasama dengan POLDA SUMUT untuk mengikuti strata satu, strata dua untuk menambah dengan wawasan dan ilmu pengetahuan agar sumber daya manusia/personil Polri dapat seimbang dengan Notaris yang akan dilakukan pemeriksaan oleh pihak Kepolisian baik kapasitas sebagai saksi maupun tersangka.157

b. Personil Polri sulit diberikan rekomendasi/kemudahan untuk mengikuti kuliah strata satu atau strata dua karena mengingat dan menimbang personil Polri tugasnya sangat berat/kompleks permasalahan yang dihadapi untuk mengikuti perkuliahan dikarenakan tugas-tugas tertentu. Jauhnya tempat bertugas dari Universitas yang ada M.O.U. dengan pihak Polda Sumut, Personil yang

157Wawancara dengan AKP Lalu Mustu Ali, Kanit Tindak Pidana Reserse Umum Polresta Medan, Pada tanggal 6 Januari 2015.

ingin/berminat untuk melakukan kuliah contoh di : USU, jarak tempuh sangat jauh misalnya ada personil Polri yang bertugas di Kabupaten Nias dan Kabupaten Pak Pak Barat, sementara apabila personil ada yang ingin kuliah di USU harus hadir dan tetap aktif pada hari Jumat dan Sabtu. Dan perlu dijelaskan disini personil Polri apabila mau ingin kuliah harus ada izin rekomendasi dari pimpinan dan sanggup dengan biaya sendiri, karena di Kepolisian belum ada dana untuk membantu perkuliahan/sekolah di lingkungan pendidikan umum.158

c. Adanya piranti keras yang dilakukan penyidikan Polri terhadap Notaris masih sebatas standart kewajaran sesuai dengan Perundang-Undangan yang berlaku, dan apabila Notaris dipanggil sebagai saksi di lingkungan Polri khususnya Polresta Medan masih proaktif. Dan mau menghadiri akan tetapi, ada sebagian Notaris yang tidak mau hadir karena belum memahami undang-undangNotaris yang baru.159

d. Karena pemanggilan terhadap Notaris harus melalui proses yang lebih lama membuat asumsi negatif terhadap institusi Kepolisian karena pada umumnya pihak pelapor kurang memahami prosedur khusus yang harus dilakukan penyidik untuk menghadirkan Notaris sebagai saksi atau tersangka.

158

Wawancara dengan Aiptu Sudarmono,Penyidik Pembantu Polresta Medan, pada tanggal 6 Januari 2015

159Wawancara dengan AKP Lalu Mustu Ali,Kanit Tindak Pidana Reserse Umum Polresta Medan, Pada tanggal 6 Januari 2015

e. Dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan biasanya pihak Polri menangani masalah kepidanaan, jadi disini pihak Polri lebih memahami masalah kepidanaan sedangkan di sisi lain Notaris membuat Akte Otentik masalah perjanjian dalam hal keperdataan maka dalam penanganan kasus ini keterikatan dengan pihak Notaris, pihak Polri sebagai penyidik sering mengalami kesalahan dalam menerapkan Pasal apakah yang dikenakan terhadap kesalahan akan Akta yang dibuat Notaris yaitu unsur Pidana atau Perdata yang dikenakan pada Notaris.160

f. Pihak Kepolisian sering mengalami adanya intervensi dari pihak terutama pihak pelapor karena terkadang pihak pelapor/Korban tidak merasa puas terhadap personil Polri yang mana pihak tersangka/pelaku atau pun pihak Notaris tidak dilakukan penahanan. Maka pihak pelapor membuat laporan tembusan kemana-mana yang pada intinya mengendapkan kasus yang dilaporkan pihak Korban dan upaya-upaya ini pihak Polri melakukan gelar perkara yang pada intinya akan diundang, atau dihadiri oleh pihak korban, pihak tersangka dan kedua belah pihak dari penasehat hukum/pengacara baik korban atau tersangka. Dan pihak Kejaksaan bila perlu diundang pihak Notaris yang membuat Akta yang dimaksud untuk menentukan kasus ini perdata atau Pidana, untuk bisa supaya dapat crime cleance (cc) penyelesaian

160Wawancara dengan Aiptu Sudarmono,Penyidik Pembantu Polresta Medan, pada tanggal 6 Januari 2015

oleh pihak Polri dihentikan penyidikan kalau bukan tindak Pidana/ kasus perdata.161

Dokumen terkait