TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Hambatan-hambatan dalam komunikasi Interpersonal
Komunikasi antar personal adalah komunikasi yang dilakukan antara 2 orang atau lebih, di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver. Menurut Hafied Cangara (2000, 145-149) hambatan atau gangguan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas tujuh macam, yaitu:
1. Hambatan Teknis
Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan.
2. Hambatan Sematik
Hambatan sematik ialah hambatan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.
3. Hambatan Psikoligis
Hambatan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh adanya persoalan-persoalan yang terjadi dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena kondisi kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.
4. Hambatan Fisik
Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi geofrafis. Dalam komunikasi interpersonal, hambatan fisik bisa juga diartikan karena adanya ganguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indera pada penerima.
5. Hambatan Status
Hambatan status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau atasan dan bawahan. Perbedaan ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat kepada atasan,atau rakyat pada raja yang memimpinnya. 6. Hambatan kerangka berpikir
Hambatan kerangka berpikir ialah hambatan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam komunikasi, ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda.
Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.
Menurut Alo Liliweri (2011, 161-162) hambatan dalam komunikasi terjadi dalam proses pembentukan persepsi, yaitu:
1. Berdasarkan teori implicit personality, hambatan persepsi bersumber dari: a. Kecendrungan individu untuk mengembangkan pribadi yang terpisah b. Individu menerima konfirmasi yang tidak tepat
2. Self-fulfilling prophecy, individu mempersepsi sesuatu karena dipengaruhi oleh faktor tertentu yang tidak dia duga sebelumnya
3. Perceptual accentuation, hambatan persepsi karena individu berada dalam situasi: a. Dia mencari apa yang tidak ada
b. Dia tidak melihat apa yang dia sedang cari
c. Dia mengalami kesulitan menyaring informasi yang hampir mirip d. Dia memproyeksi orang lain dalam antribusi negatif
e. Dia mengalami distorsi dari memori sehingga tidak dapat mengeluarkan informasi yang dia simpan
4. Primacy-Recency, hambatan persepsi ini terjadi karena individu terlalu terbuai dengan kesan pertama tentang objek yang dia persepsikan
5. Consistency, hambatan persepsi ini terjadi karena individu mengharapkan segala sesuatu bersifat konsisten, namun yang dia hadapi adalah situasi inkonsisten antara apa yang dia pikirkan dan prilaku
6. Stereotyping, hambatan persepsi ini terjadi karena individu dipengaruhi oleh stereotip (positif atau negatif) terhadap orang lain yang kebetulan menjadi anggota suatu kelompok tertentu, mengakibatkan persepsinya terhadap orang lain:
a. Mempunyai kualitas tertentu (terlalu baik atau buruk)
b. Dia mengabaikan keunikan karakteristik orang lain dari kelompok tertentu 7. Attribution, hambatan persepsi ini terletak pada atribusi dimana individu gagal
membentuk atau membangun atribusi dari objek yang dipersepsi, misalnya gagal membangun atribusi-atribusi dari komunikan
Dari teori diatas dapat diketahui bahwa ada berbagai macam hambatan dalam komunikasi interpersonal. Hambatan tersebut akan berpengaruh dalam penerimaan pesan dan dapat mengakibatkan komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan lancar, oleh karena itu dalam melakukan komunikasi interpersonal harus menghindari atau mengantisipasi hambatan- hambatan tersebut agar komunikasi interpersonal dapat berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Komunikasi sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik formal maupun informal, komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar dan merupakan prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi, karena tanpa komunikasi interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi.
Organisasi dibutuhkan oleh setiap manusia yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, setiap tempat atau badan dimana mereka saling berusaha untuk mewujudkan tujuan tersebut. Proses komunikasi yang selalu terjadi dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisai yang efektif. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi.
Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin dicapai. Komunikasi dalam konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama adalah komunikasi antara atasan kepada bawahan, sisi kedua antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lain, sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan, masing-masing komunikasi tersebut memiliki polanya sendiri. Diantara kedua belah pihak harus ada komunikasai dua arah atau komunikasi timbal balik untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Di dalam suatu organisasi khususnya organisasi perpustakaan, proses komunikasi adalah proses yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Organisasi perpustakaan yang berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dari berbagai komponen. Suatu organisasi perpustakaan dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi, artinya ketika proses komunikasi antar komponen tersebut dapat diselenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut akan semakin kokoh dan kinerja perkantoran akan meningkat.
Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai yang diresmikan pada tanggal 07 April 2003 dengan peraturan daerah Kota Tanjungbalai No. 16 Tahun 2008, merupakan lembaga penyedia sumber informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat umum maupun pelajar. Guna memperluas jangkauan pelayanan ke masyarakat Perpustakaan umum dan Arsip Kota Tanjungbalai melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan yaitu:
1. Layanan mobil pintar dan perpustakaan keliling;
2. Pembinaan perpustakaan se-kota tanjungbalai diantaranya perpustakaan kecamatan, perpustakaan kelurahan, perpustakaan sekolah, perpustakaan rumah ibadah, perpustakaan khusus, perpustakaan taman baca masyarakat (tbm) dan perpustakaan perguruan tinggi
3. Kegiatan story telling
4. Pendataan dan penataan arsip 5. Kegiatan perlombaan
6. Sosialisasi dan Bimtek perpustakaan
Kegiatan-kegiatan pelayanan di perpustakaan tersebut memerlukan peran pegawai yang optimal dalam menjalankan semuan kegiatan yang telah dijadwalkan sehingga tujuan pelayanan tercapai. Peran pegawai yang optimal harus didukung oleh komunikasi interpersonal yang efektif. Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai dikelola oleh Kepala kantor yang membawahi satu sub bagian, tiga seksi dan satu tenaga fungsional pustakawan dengan jumlah pegawai 28 orang.
Dalam proses kegiatan di perpustakaan perlu adanya hubungan yang harmonis antar pegawai agar pembagian tugas dapat dijalankan dengan baik, komunikasi interpersonal memiliki peran penting dalam pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok orang tanpa komunikasi interpersonal baik akan terdapat banyak hambatan dan rintangan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan khususnya pekerjaan yang menyangkut layanan kepada masyarakat.
Melalui pengamatan, observasi dan wawancara dengan pegawai perpustakaan diketahui bahwa permasalahan yang umum dirasakan yaitu kurang efektifnya komunikasi interpersonal dengan adanya pegawai yang tidak mengetahui cara berkomunikasi yang baik dengan rekan kerjanya yang cenderung berkata kasar dan kurang sopan, sehingga menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Hal ini jika dibiarkan akan mengakibatkan menurunnya kualitas pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan prima dari para pegawai perpustakaan.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pimpinan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menasehati dan berdiskusi dengan pegawai untuk mencari jalan keluar agar masalah komunikasi interpersonal tersebut tidak sampai menimbulkan dampak yang buruk bagi pekerjaan.
Berdarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis tentang Evaluasi Komunikasi Interpersonal Pegawai pada Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai.”