SURAT PENGANTAR
Yth. Ibu/ Bapak di_ Tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka penelitian untuk menyusun tugas akhir (skripsi), bersama ini saya mohon bantuan Ibu/ Bapak agar bersedia menjadi responden dalam penelitian yang saya lakukan (angket terlampir).
Angket ini ditujukan untuk diisi oleh Ibu/ Bapak dengan menjawab seluruh pernyataan yang telah disediakan, perlu diketahui bahwa jawaban yang diberikan tidak akan mempengaruhi status/ jabatan Ibu/ Bapak. Saya mengharapkan jawaban yang Ibu/ Bapak berikan nantinya adalah jawaban yang obyektif agar diperoleh hasil maksimal.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengevaluasi komunikasi interpersonal pegawai, adapun judul dari penelitian ini adalah “Evaluasi Komunikasi Interpersonal Pegawai pada kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai”.
Demikian surat pengantar ini disampaikan, atas perhatian dan partisipasi yang diberikan saya ucapkan terima kasih.
Tanjungbalai, Hormat Saya,
I. Identitas Responden
(responden tidak perlu menulis nama)
1. No. Responden : (diisi oleh penulis) 2. Jenis kelamin : Pria/ Wanita 3. Pendidikan terakhir :
4. Usia : tahun
II. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan atas pengalaman Ibu/ Bapak, berilah tanda centang (√) pada salah satu altenatif jawaban yang merefleksikan persepsi Ibu/ Bapak pada setiap pernyataan. Ada lima alternatif jawaban yang dapat Ibu/ Bapak pilih, yaitu sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia
NO PERNYATAAN
JAWABAN
SS S KS TS STS A eterbukaan (openness)
1 nda dapat menerima masukan dari orang lain saat berkomunikasi
2 alam berkomunikasi Anda dapat
menyampaikan informasi yang penting 3
nda terbuka dan jujur dalam berkomunikasi
4 nda bertanggungjawab dengan pesan yang Anda sampaikan dalam berkomunikasi
B mpati (empathy) 5
NO PERNYATAAN
JAWABAN
SS S KS TS STS
6 nda mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain saat berkomunikasi 7 nda mampu memahami perasaan dan sikap
orang lain dalam berkomunikasi
8 nda mampu memahami harapan dan keinginan orang lain dalam berkomunikasi
C kap mendukung (suportiveness)
9 nda mampu membuat suasana akrab dan bersahabat dalam berkomunikasi
10
alam berkomunikasi Anda bersikap tulus dengan menunjukkan sikap menerima secara verbal dan non verbal
11
nda berterus terang dalam berkomunikasi D kap positif (positiveness)
12 alam berkomunikasi Anda menghargai orang lain
13 alam berkomunikasi Anda berpikiran positif terhadap orang lain
14 nda tidak menaruh curiga yang berlebihan kepada orang lain saat berkomunikasi
15 alam berkomunikasi Anda memiliki komitmen untuk menjalin kerjasama yang baik
E esetaraan (equality)
16 alam berkomunikasi Anda tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain
17
alam berkomunikasi Anda mengakui bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Bungin, M.Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2008.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Devito, Joseph A. The Interpersonal Communication Book. New York: Harper & Row, 1986.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Gitosudarmo, Indriyo dan Agus Mulyono. Prinsip Dasar Manajemen. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, 2001.
Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Liliweri, Alo. Komunikasi: Serba ada Serba Makna. Jakarta: Kencana, 2011
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Pace, R.Wayne. Komunikasi Organisasi: Strategi Peningkatan Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja rosdakarya, 2005
Sinulingga, Sukaria. Metode Penelitian. Medan: USU Press, 2001.
Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena
penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan masalah-masalah yang ada antar personal
dalam suatu organisasi. Pelitian deskriptif ialah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk
mencandra atau mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat suatu objek (Sukaria Sinulingga, 2011: 23).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Umum dan Arsip Pemerintah Kota
Tanjungbalai yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman No.111 Kota Tanjungbalai. Alasan
pemilihan lokasi penelitian karena Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai
merupakan unit layanan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, melalui berbagai
kegiatan layanan yang dilakukan seperti layanan perpustakaan keliling, mobil pintar, story
telling, monitoring ke perpustakaan binaan dan lain lain, kegiatan tersebut memerlukan
komunikasi interpersonal yang efektif antar pegawai agar pekerjaan yang dilakukan
bersama-sama itu dapat berjalan dengan lancar.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh data dalam suatu
penelitian, populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah:
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data.(P.
Sasaran populai dari penelitian ini adalah seluruh pegawai di Perpustakaan Umum
dan Arsip Kota Tanjungbalai yang berjumlah 28 orang yang terdiri dari 17 orang Pegawai
Negeri Sipil dan 11 orang Pegawai Honorer Pemko Tanjungbalai.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil
sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (Sugiyono,2011).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel menggunakan
semua populasi atau total sampling.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dapat dikelompokkan menjadi dua jenis data yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi
secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang
bersangkutan. (Joko subagyo, 1999:87). Data ini diperoleh melalui kegiatan
menggunakan instrument penelitian berupa angket yang telah dipersiapkan.
2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan
perpustakaan. Data ini biasanya digunakan untuk melengkapi data primer, data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber yang berhubungan dengan objek
yang akan diteliti (Joko Subagyo, 1999:88). Data skunder dalam penelitian ini
diperoleh dari bahan pustaka yang memuat teori yang mengkaji tentang
komunikasi interpersonal.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
Yaitu dengan menyebarkan angket kepada para responden yang dalam adalah pegawai
Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungabalai. Angket dibuat dalam bentuk
pernyataan yang bersifat tertutup dan setiap responden diminta untuk memilih salah
satu alternatif jawaban yang ditentukan.
2. Study Kepustakaan (Library Research)
Study kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data skunder diperoleh dari bahan
pustaka yang memuat teori tentang komunikasi interpersonal.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau alat ukur dalam penelitian ini menggunakan angket,
sebelum menyusun angket terlebih dahulu dibuat kisi-kisi kuesioner agar pernyataan yang
diajukan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk penelitian. Kisi-kisi penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket Komunikasi Interpersonal
Variabel Indikator No. Item
Kuesioner
Jmlh
omunikasi Interpersonal 1. Keterbukaan (openness)
2. Empati (empathy)
3. Sikap mendukung (suportiveness)
4. Sikap positif (positiveness)
5. Kesetaraan (equality)
1,2,3,4
Data yang dikumpul dari penyebaran kuesioner dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif. Data yang diperoleh ditabulasi dengan menyusun ke dalam teks kemudian
dihitung persentasenya selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan.
Menurut (Arikunto, 2000, 349) untuk menghitung persentase jumlah dari responden
p = �
� x 100 % Keterangan: p : persentase
f : jumlah jawaban yang diperoleh
n : jumlah responden
Untuk menafsirkan besarnya persentase yang didapatkan dari tabulasi data, penulis
menggunakan metode penafsiran yang dikemukan oleh (Supardi, 1979, 421) sebagai acuan
interpretasi. Interpretasi yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
1.1-25 % : Sebagian kecil
2. 26-49 % : Hampir setengah
3. 50 % : Setengah
4. 51-75 % : Sebagian besar
5. 76-99 % : Pada umumnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keterbukaan (Openness)
Keterbukaan (Openness), ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Dari keterbukaan penulis menguraikan empat pernyataan yaitu:
Tabel 4.1
Menerima masukan dari orang lain
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban
f %
1 nda dapat menerima masukan dari orang lain saat berkomunikasi
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
8 10 10 0 0
28 36 36 0 0
Jumlah 28 100
Dari data pada Tabel 4.1 dapat diketahui 8 orang (28%) menjawab sangat setuju
dengan pernyataan dapat menerima masukan dari orang lain saat berkomunikasi, 10 orang
(36%) menjawab setuju dan 10 orang (36%) menjawab kurang setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat diketahui bahwa sebagian besar
(64%) responden setuju menerima masukan dari orang lain saat berkomunikasi sedangkan
hampir setengah (36%) menyatakan kurang setuju. Masukan dari orang lain sangat berguna
untuk menambah wawasan dan memperbaiki diri bagi keberhasilan di masa depan, masukan
Tabel 4.2
Dapat menyampaikan informasi penting
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
2 alam berkomunikasi Anda dapat menyampaikan informasi yang e. Sangat Tidak Setuju
6
Dari data pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa 6 orang (22%) menjawab sangat
setuju dengan pernyataan dapat menyampaikan informasi yang penting dalam berkomunikasi,
11 orang (39%) menjawab setuju dan 11 orang (39%) menjawab kurang setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
(61%) responden setuju bahwa mereka dapat menyampaikan informasi penting dalam
berkomunikasi sedangkan hampir setengah (39%) menayatakan kurang setuju.
Menyampaikan informasi penting ini dapat berupa undangan atau peraturan-peraturan baru
yang harus segera diberitahukan atau disebarkan sehingga semua pegawai mengetahui
dengan jelas informasi tersebut.
Tabel 4.3
Terbuka dan jujur dalam berkomunikasi
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
3 nda terbuka dan jujur dalam berkomunikasi
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
7
Dari data pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa 7 orang (25%) menjawab sangat
setuju dengan terbuka dan jujur dalam berkomunikasi, 7 orang (25%) menjawab setuju dan
Dari persentase jawaban responden diatas, maka dapat diinterpretasikan bahwa 50%
atau setengah responden menyatakan kurang setuju dengan pernyataan terbuka dan jujur
dalam berkomunikasi dan setengah lagi (50%) menyatakan setuju. Hal ini dapat disebabkan
pegawai merasa tidak semua hal dapat diungkapkan secara jujur dan terbuka misalnya yang
berhubungan dengan masalah pribadinya.
Tabel 4.4
Bertanggungjawab dengan pesan yang disampaikan
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
4 nda bertanggungjawab dengan pesan yang Anda sampaikan dalam berkomunikasi
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
8
Dari data pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa 8 orang (29%) menjawab sangat
setuju bahwa mereka bertanggungjawab dengan pesan yang disampaikan dalam
berkomunikasi, 14 orang (50%) menjawab setuju dan 6 orang (21%) menjawab kurang
setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa pada umumnya
(79%) responden setuju bahwa mereka bertanggungjawab dengan pesan yang disampaikan
dalam berkomunikasi sedangakan hampir setengah (21%) menyatakan kurang setuju. Ini
sangat penting karena komunikator yang baik ialah yang bertanggungjawab dengan pesan
yang disampaikannya.
Dari data di atas diketahui bahwa sebagian besar (63.5%) responden menyatakan
setuju terhadap keterbukaan dalam komunikasi interpersonal dan hampir setengah (36.5%)
menyatakan kurang setuju. Ini berarti bahwa sebagian besar responden sudah dapat
memahami dan melakukan keterbukaan dalam komunikasi interpersonal seperti dapat
menerima masukan dari orang lain serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada
4.2 Empati (empathy)
Empati (empathy), ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kaca mata orang lain. Dari empati penulis menguraikan empat pernyatan yaitu:
Tabel 4.5
Merasakan empati saat berkomunikasi
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban F %
5 nda merasakan empati saat berkomunikasi
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
6 9 13
0 0
21 32 47 0 0
Jumlah 28 100
Dari data pada Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa 6 orang (21%) menjawab sangat
setuju bahwa mereka merasakan empati saat berkomunikasi, 9 orang (32%) menjawab setuju
dan 13 orang (47%) menjawab kurang setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
(53%) responden setuju bahwa mereka merasakan empati saat berkomunikasi sedangkan
hampir setengah (47%) responden tidak setuju. empati dalam komunikasi interpersonal dapat
memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain sehingga komunikasi dapat berjalan
Tabel 4.6
Mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain saat berkomunikasi
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
6 nda mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain saat berkomunikasi
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
3
Dari data pada Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa 3 orang (11%) menjawab sangat
setuju dengan mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain saat berkomunikasi, 9
orang (32%) menjawab setuju dan 16 orang (57%) menjawab kurang setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden (57%) menyatakan kurang setuju dengan mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain saat berkomunikasi sedangkan hamper setengah (43%) responden
menyatakan setuju. Ini dapat disebabkan kurangnya kedekatan secara personal antara
pegawai yang mengakibatkan kurang mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain
saat berkomunikasi. Oleh karena itu perlu kedekatan secara personal untuk dapat memahami
motivasi dan pengalaman rekan kerja saat berkomunikasi.
Tabel 4.7
Mampu memahami perasaan dan sikap orang lain dalam berkomunikasi No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
7 nda mampu memahami
perasaan dan sikap orang lain dalam berkomunikasi
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
Jumlah 28 100
Dari data pada Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa 6 orang (21%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan mampu memahami perasaan dan sikap orang lain dalam berkomunikasi, 7 orang (25%) menjawab setuju, 12 orang (43%) menjawab kurang setuju, 2 orang (7%) menjawab tidak setuju dan 1 orang (4%) menjawab sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (54%) responden menyatakan kurang setuju bahwa mereka mampu memahami perasaan dan sikap orang lain dalam berkomunikasi sedangkan hamper setengah (46%) responden menyatakan setuju. Ini hampir sama dengan motivasi, untuk mampu memahami perasaan dan sikap orang lain dalam berkomunikasi perlu adanya pendekatan secara personal.
Tabel 4.8
Mampu memahami harapan dan keinginan orang lain dalam berkomunikasi
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
8 nda mampu memahami harapan dan keinginan orang lain dalam berkomunikasi
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
5
Dari data pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa 5 orang (18%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan mampu memahami harapan dan keinginan orang lain dalam berkomunikasi, 2 orang (7%) menjawab setuju, 15 orang (53%) menjawab kurang setuju, 3 orang (11%) menjawab tidak setuju dan 3 orang (11%) menjawab sangat tidak setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
(75%) responden menyatakan kurang setuju bahwa mereka mampu memahami harapan dan
keinginan orang lain dalam berkomunikasi sedangkan sebagian kecil (25%) responden
menyatakan setuju. Ini dapat disebabkan kurangnya kedekatan secara personal antara
saat berkomunikasi. Oleh karena itu perlu kedekatan secara personal dan kepedulian untuk
dapat memahami harapan dan keinginan rekan kerja saat berkomunikasi.
Dari data di atas diketahui bahwa hampir sebagian (41.75%) responden menyatakan
setuju dengan sikap empati dalam komunikasi interpersonal sedangkan sebagian besar
(58.25%) responden menyatakan kurang setuju. ini berarti bahwa sebagian besar responden
belum mampu memahami dan merasakan empati dalam berkomunikasi, ini dapat disebabkan
kurangnya kedekatan antar pribadi sehingga kurangnya kepedulian untuk memahami dan
merasakan apa yang dirasakan orang lain.
4.3 Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Dari sikap mendukung penulis menguraikan tiga pernyataan yaitu:
Tabel 4.9
Mampu membuat suasana akrab dan bersahabat dalam berkomunikasi No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
9 nda mampu membuat suasana akrab dan bersahabat dalam e. Sangat Tidak Setuju
7
Dari data pada Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa 7 orang (25%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan mampu membuat suasana akrab dan bersahabat dalam berkomunikasi, 12 orang (43%) menjawab setuju dan 9 orang (32 %) menjawab kurang setuju.
dasarnya suasana akrab dan bersahabat dapat tercipta berdasarkan kepercayaan diri akan kemampuan diri sendiri untuk menciptakan situasi tersebut.
Tabel 4.10
Bersikap tulus dengan menunjukkan sikap menerima secara verbal dan non verbal
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
10 alam berkomunikasi Anda bersikap tulus dengan menunjukkan sikap menerima secara verbal dan non verbal
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
11
Dari data pada Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa 11 orang (39%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan bersikap tulus dengan menunjukkan sikap menerima secara verbal dan non verbal dalam berkomunikasi, 9 orang (32%) menjawab setuju dan 8 orang (29%) menjawab kurang setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
(71%) responden setuju bahwa mereka mampu bersikap tulus dengan menunjukkan sikap
menerima secara verbal dan non verbal dalam berkomunikasi sedangkan hampir setengah
(29%) responden menyatakan kurang setuju. dengan demikian sebagian besar responden
sudah mampu bersikap tulus dengan menunjukkan sikap tersebut dalam berkomunikasi.
Tabel 4.11
Berterus terang dalam berkomunikasi
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban
f %
11 nda berterus terang dalam berkomunikasi
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
Jumlah 28 100
Dari data pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa 5 orang (18%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan berterus terang dalam berkomunikasi, 9 orang (32%) menjawab setuju dan 14 orang (50%) menjawab kurang setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan setengah responden
(50%) menyatakan kurang setuju bahwa mereka berterus terang dalam berkomunikasi dan
setengah (50%) responden menyatakan setuju. Hal ini dapat disebabkan pegawai merasa
tidak semua hal dapat diungkapkan secara jujur dan terbuka misalnya yang berhubungan
dengan masalah pribadinya, dengan demikian pegawai dapat memilah hal bersifat pribadi
dengan yang tidak untuk dikomunikasikan.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebagian besar (63%) responden setuju
dengan sikap mendukung dalam komunikasi interpersonal sedangkan hampir setengah (37%)
responden menyatakan kurang setuju. ini berarti bahwa sebagian besar responden mampu dan
memahami sikap mendukung, bahwa masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki
komitmen untuk mendukung terselenggaranya komunkasi yang efektif.
4.4 Sikap positif (positiveness)
Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap, antara lain:
- Menghargai orang lain
- Berfikiran positif terhadap orang lain - Tidak menaruh curiga secara berlebihan - Meyakini pentingnya orang lain
- Memberikan pujian dan penghargaan - Komitmen menjalin kerjasama
Tabel 4.12 Menghargai orang lain No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
12 alam berkomunikasi Anda menghargai orang lain
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
22
Dari data pada Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa 22 orang (79%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan menghargai orang lain dalam berkomunikasi dan 6 orang (21%) menjawab setuju.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa seluruhnya (100%) responden menyatakan setuju bahwa dalam berkomunikasi mereka menghargai orang lain. Ini berarti seluruh responden dapat memahami dan bersikap menghargai orang lain dengan membangun hubungan saling percaya dan melihat kemampuan atau kelebihan rekan kerja bukan kelemahannya.
Tabel 4.13
Berpikir positif terhadap orang lain
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
13 alam berkomunikasi Anda berpikiran positif terhadap orang lain
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
9
Dari data pada Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa 9 orang (32%) menjawab sangat setuju dengan pernyatan berpikiran positif terhadap orang lain dalam berkomunikasi, 11 orang (39%) menjawab setuju dan 8 orang (29%) menjawab kurang setuju.
sedangkan hampir setengah (29%) responden menyatakan kurang setuju. Dengan demikian pegawai harus meningkatkan kemampuan berpikir positif terhadap orang lain dengan menghilangkan pikiran negatif serta memberikan pujian dan penghargaan terhadap orang lain.
Tabel 4.14
Tidak menaruh curiga yang berlebihan kepada orang lain saat berkomunikasi
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
14 nda tidak menaruh curiga yang berlebihan kepada orang lain saat berkomunikasi
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
7 12
9 0 0
25 43 32 0 0
Jumlah 28 100
Dari data pada Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa 7 orang (25%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan tidak menaruh curiga yang berlebihan kepada orang lain saat berkomunikasi, 12 orang (43%) menjawab setuju dan 9 orang (32%) menjawab kurang setuju.
Tabel 4.15
Memiliki komitmen untuk menjalin kerjasama yang baik
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
15 alam berkomunikasi Anda memiliki komitmen untuk menjalin kerjasama yang baik
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
10
Dari data pada Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa 10 orang (36%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan memiliki komitmen untuk menjalin kerjasama yang baik dalam berkomunikasi, 7 orang (25%) menjawab setuju dan 11 orang (39%) menjawab kurang setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (61%) responden menyatakan setuju bahwa mereka memiliki komitmen untuk menjalin kerjasama yang baik dalam berkomunikasi sedangkan hampir setengah (39%) responden menyatakan kurang setuju. Dengan demikian pegawai harus meningkatkan kemampuan menjalin kerjasama yang baik dengan menjalin hubungan yang baik, bersikap optimis dan berpikiran positif.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebagian besar (63%) responden setuju
dengan sikap positif dalam komunikasi interpersonal sedangkan sebagian kecil (25%)
responden menyatakan kurang setuju. ini berarti bahwa sebagian besar responden sudah
mampu memahami dan bersikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan prilaku yaitu
menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap orang lain, tidak menaruh curiga secara
berlebihan, meyakini pentingnya orang lain, memberikan pujian dan penghargaan serta
komitmen menjalin kerjasama.
4.5 Kesetaraan (equality)
Tabel 4.16
Tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
16 alam berkomunikasi Anda tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
13
Dari data pada Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa 13 orang (46%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain dalam berkomunikasi, 7 orang (25%) menjawab setuju dan 8 orang (29%) menjawab kurang setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (71%) responden menyatakan setuju bahwa mereka mereka tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain dalam berkomunikasi sedangkan hampir setengah (29%) responden menyatakan kurang setuju. Dengan demikian pegawai harus meningkatkan kemampuan tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain dalam berkomunikasi dengan pengendalian diri dan menghargai orang lain.
Tabel 4.17
Mengakui bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
17 alam berkomunikasi Anda mengakui bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
6
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (68%) responden menyatakan setuju dalam berkomunikasi mereka mengakui bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga sedangkan hampir setengah (32%) responden menyatakan kurang setuju. Dengan demikian pegawai harus meningkatkan kemampuan untuk mengakui bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga dengan melihat kelebihan orang lain dan masing– masing memiliki sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Tabel 4.18
Mengakui bahwa kedua belah pihak saling memerlukan
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban f %
1 8
alam berkomunikasi Anda mengakui bahwa kedua belah pihak saling memerlukan
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
11
Dari data pada Tabel 4.18 dapat diketahui bahwa 11 orang (39%) menjawab sangat setuju dengan pernyataan mengakui bahwa kedua belah pihak saling memerlukan dalam berkomunikasi, 8 orang (29%) menjawab setuju dan 9 orang (32%) menjawab kurang setuju.
Berdasarkan hasil dari jawaban responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (68%) responden menyatakan setuju dalam berkomunikasi mereka mengakui bahwa kedua belah pihak saling memerlukan sedangkan hampir setengah (32%) responden menyatakan kurang setuju. Dengan demikian pegawai harus meningkatkan kemampuan untuk mengakui bahwa kedua belah pihak saling memerlukan dengan pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, saling membutuhkan dan menghindari sikap negatif seperti sombong dan angkuh.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebagian besar (69%) responden
menyatakan setuju dengan kesetaraan dalam komunikasi interpersonal sedangkan hampir
setengah (31%) responden menyatakan kurang setuju. ini berarti bahwa sebagian besar
responden sudah memahami kestaraan dalam komunikasi interpersonal dengan pengakuan
bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, sama-sama bernilai dan berharga serta saling
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
evaluasi komunikasi interpersonal pegawai pada Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota
Tanjungbalai adalah sebagai berikut:
a. Keterbukaan (openness) sebagian besar pegawai Kantor Perpustakaan Umum dan
Arsip dapat bersikap terbuka dalam berkomunikasi. keterbukaan dapat berupa
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini wajar.
b. Empati (empathy) sebagian besar pegawai Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip
belum mampu memenuhi efektivitas komunikasi interpersonal yaitu merasakan
empati dalam berkomunikasi. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang.
c. Sikap mendukung (supportiveness) sebagian pegawai Kantor Perpustakaan Umum
dan Arsip sudah mampu bersikap mendukung dalam berkomunikasi dan sebagian lagi
belum mampu atau hanya sebagian dari pegawai Kantor Perpustakaan Umum dan
Arsip yang mampu memenuhi efektivitas komunikasi interpersonal yaitu sikap
mendukung (supportiveness).
d. Sikap positif (positiveness) sebagian besar pegawai Kantor Perpustakaan Umum dan
Arsip sudah memenuhi efektivitas komunikasi interpersonal yaitu sikap positif
(positiveness). Komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif
terhadap diri mereka sendiri karena
perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (equality) sebagian besar pegawai Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip
Kesetaraan dapat berarti pengakuan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu
5.2 Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas ada dua dari kualitas umum efektifitas
komunikasi interpersonal yang belum terpenuhi oleh pegawai Kantor Perpustakaan Umum
dan Arsip yaitu Empati (empathy) dan Sikap positif (positiveness). Ada beberapa hal yang
dapat penulis ajukan sebagai masukan, yaitu sebagai berikut :
a. Empati (empathy) atau kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya
menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat
merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan
dari sudut pandang orang lain, melalui kaca mata orang lain. Agar pegawai Kantor
Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai mampu menumbuhkan empati
dalam komunikasi yaitu dengan menunjukkan kepedulian , mengerti apa yang
dirasakan orang lain, dapat melihat masalah dari sudut pandang mereka dan
menerima keadaan itu. Empati adalah sikap atau usaha untuk memahami perasaan
atau keadaan orang lain tanpa ikut larut dan berusaha sebisa mungkin membantu
menyelesaikan masalahnya.
b. Sikap positif (positiveness). Untuk mengembangkan sikap positif pegawai Kantor
Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai harus memiliki kecenderungan
yang positif seperti bersikap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang baik,
menerima sesuatu dengan baik. Selalu gunakan kata-kata yang positif saat berpikir
dan berbicara.
c. Selain itu pegawai perpustakaan harus mampu meningkatkan keterbukaan
(openness), sikap positif (positiveness), kesetaraan (equality) agar komunikasi
komunikasi yang efektif dapat tercapai sehingga diharapkan dapat meningkatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal merupakan bagian dari ilmu komunikasi adalah hal yang
sangat penting dalam suatu organisasi untuk kelancaran kegiatan yang menjadi tujuan suatu
organisasi. Ada beberapa pengertian tentang komunikasi interpersonal yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya:
Arni Muhammad (2009, 159) mendefensikan “Komunikasi interpersonal adalah
proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan
bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi orang
dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut.
Komunikasi interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain.
Hafied Cangara (2006, 31) memberikankan pengertian bahwa komunikasi
interpersonal atau komunikasi antarpribadi ialah proses komunikasi yang berlangsung antara
dua orang atau lebih secara tatap muka.
Burhan Bungin (2008, 32) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar-perorangan yang bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa
medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan percakapan tatap
muka, percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah
bentuk-bentuk dan sifat hubungan (relationship), percakapan (discourse), interaksi dan
karakteristik komunikator.
Menurut Onong Uchjana Effendy (2007, 15) umpan balik dalam komunikasi
interpersonal dapat langsung diketahui karena komunikasi dilakukan dengan tatap muka (face
to face communication) dan tanggapan komunikan dapat segera diketahui.
Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono (2001, 196) mengartikan bahwa
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka (face to face) ini merupakan hal
yang penting bagi seorang manager atau pemimpin. Keberhasilan dalam komunikasi ini
Menurut Agus M. Hardjana (2003:85) Komunikasi interpersonal adalah interaksi
tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan
secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
Menurut Deddy Mulyana (2000:73) Komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal
interpersonal ini adala
dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya.
Dari berbagai defenisi di atas dapat dinyatakan bahwa komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang terjadi secara langsung atau tatap muka baik antara seseorang
dengan seseorang maupun dengan kelompok, komunikasi ini sangat efektif karena dapat
langsung diketahui respon dari komunikan.
2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Terdapat berbagai tujuan dalam komunikasi interpersonal. Menurut Arni
Muhammad (2009, 165-168) Tujuan komunikasi tidak perlu disadari pada saat terjadinya
pertemuan dan juga tidak perlu ditanyakan, tujuan ini boleh disadari atau tidak disadari dan
boleh disengaja atau tidak disengaja. Diantara tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut:
a. Menemukan diri sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Kenyataannya sebagian besar dari persepsi kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dalam pertemuan interpersonal. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai atau mengenai diri kita. b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal ini menjadikan kita memahami lebih baik dunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan orang lain.
c. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabdikan untuk membentuk dan menjaga hubungan dengan orang lain.
d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
tertentu. Kita lebih sering membujuk melalui komunikasi interpersonal dari pada komunikasi media massa.
e. Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan dilingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonel kita sehari-hari. Apakah profesional atau tidak profesional, keberhasilan memberikan bantuan tergantung kepada pengetahuan dan keterampilan komunikasi interpersonal.
Bagi organisasi keberhasilan di dalam berkomunikasi ini merupakan faktor penentu
bagi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan komunikasi yang baik maka
bawahan akan dapat menangkap dengan baik pula apa yang ditugaskan kepadanya, sehingga
hal ini merupakan titik pangkal dari keberhasilan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya,
sebaliknya ketidakberhasilan dalam mengkomunikasikan suatu hal kepada bawahan (anggota
kelompok) maka akan merupakan awal kegagalan dari penyelesaian tugas-tugas bawahan
tersebut (Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono (2001, 196).
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa tujuan komunikasi interpersonal adalah
untuk mencapai kedekatan dan kenyamanan dalam bersosialisasi sehingga dapat diterima
oleh orang-orang lingkungan kita sehari-hari dan untuk keberhasilan pencapaian tujuan yang
sudah ditargetkan.
2.3 Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Ada bermacam-macam nama dalam komunikasi interpersonal antaranya komunikasi
diadik, dialog, wawancara, percakapan, dan komunikasi tatap muka. Redding
mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan
sosial, interogasi atau pemerikasaan dan wawancara (Redding dalam Arni Muhammad (2009,
159-160)
a. Interaksi Intim
Interaksi intim termasuk komunikasi diantara teman baik, pasangan yang sudah menikah, anggota famili, dan orang yang mempunyai ikatan emosional yang kuat. Kekuatan dari hubungan menentukan iklim interaksi yang terjadi. Didalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi informal. Misalnya, hubungan yang terlibat diantara kedua orang teman baik dalam organisasi, yang mempunyai interaksi personal mungkin diluar peranan dan fungsinya dalam organisasi.
b. Percakapan Sosial
secara mendalam. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal dalam organisasi.
c. Interogasi atau Pemeriksaan
Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi daripada yang lain. Meskipun bentuk komunikasi ini tidaklah selalu diingini tetapi ada dalam organisasi. Misalnya bila seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi untuk kepentingan pribadinya biasanya karyawan tersebut diinterogasi oleh atasannya untuk mengetahui benar atau tidaknya tujuan tersebut.
d. Wawancara
Wawancara adalah satu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Salah seorang mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi dan yang lainnya mendengarkan dengan baik kemudian memberikan jawaban yang dikehendaki sampai tujuan wawancara tercapai.
R. Wayne Pace yang dikutip oleh Hafied Cangara (2006, 32) mengemukakan bahwa
menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni
Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi Kelompok Kecil (Small
Group Communication)
a. Komunikasi Diadik
Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu percakapan, dialog dan wawancara.
b. Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain.
Situasi yang sama dengan komunikasi interpersonal ialah komunikasi kelompok
(group communication), baik komunikasi kelompok kecil (small group communication)
maupun komunikasi kelompok besar (large group communication) karena kedua jenis
komunikasi itu sifatnya tatap muka maka umpan balik berlangsung seketika. (Onong Uchjana
Effendy 2007, 15)
Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi interpersonal dapat dibedakan
menjadi komunikasi antara dua orang dalam pertemuan langsung dan komunikasi antara
kelompok orang dalam pertemuan langsung.
2.4 Kebutuhan Komunikasi Interpersonal dalam Organisasi
William C.Schutz yang dikutip oleh Arni Muhammad (2009, 161-165)
mengidentifikasikan 3 macam kebutuhan ini, yaitu kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan
diikutsertakan dan kebutuhan akan kekuasaan atau kontrol. Karena kebanyakan komunikasi
kebutuhan interpersonal yang kita punyai semua. Meskipun tiap-tiap kebutuhan itu
berbeda-beda pada tiap orang atau dari satu situasi kepada situasi lain, pemahaman tentang
komunikasi itu akan dapat membantu dalam berkomunikasi dengan orang lain.
a. Kasih Sayang
Kebutuhan akan kasih sayang adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan apakah diri kita disukai atau disayangi oleh orang lain. Dalam pengalaman hidup sehari-hari kita semua mempunyai teman atau telah melihat orang berusaha memenuhi kebutuhan ini. Misalnya disukai oleh tiap orang. Orang yang telah memenuhi kriteria ini dinamai personal. Di samping itu juga kelihatan biasa saja jika seseorang tidak sanggup memenuhi kebutuhan ini, dan orang demikian dinamakan Schutz kurang personal atau terlalu personal.
b. Diikutsertakan
Kebutuhan merasa berarti dan diperhitungkan adalah merupakan kebutuhan interpersonal diikutsertakan. Orang-orang yang tidak berhasil memenuhi kebutuhan ini dinamakan kurang sosial atau terlalu sosial. Orang-orang yang kurang sosial tidak suka orang disekelilingnya mereka menganggap komunikasi sebagai ancaman dari orang lain.orang-orang ini sering merasa amat malu dan sangat sulit untuk menciptakan percakapan dengan orang lain dalam organisasi.
c. Kontrol
Kebutuhan yang ketiga menurut Schutz adalah kontrol yaitu kebutuhan yang timbul karena rasa tanggungjawab dan kepemimpinan. Ada tiga tipe dari kontrol yang berbeda yaitu abdikrat yaitu orang yang karena kepribadiannya yang sangat patuh pada orang lain mereka ini tidak percaya atau sedikit percaya pada diri mereka dan sering menganggap diri mereka tidak sanggup mengerjakan sesuatu. Autokrat ialah orang yang tidak pernah cukup mengontrol, individu-individu ini selalu mencoba mendominasi orang lain. Dan demokrat ialah orang yang merasa senang apakah mereka memiliki posisi kepemimpinan atau kurang dari itu.
Dengan demikian, komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan oleh setiap orang
karna setiap orang memiliki kebutuhan komunikasi interpersonal yang berbeda kita harus
mengetahui kebutuhan interpersonal kita sendiri agar dapat mengubah prilaku kita yang tidak
sesuai dengan lingkungan kita agar tidak merugikan orang lain.
2.5 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut Joseph A.Devito (1986, 70-75) Efektivitas Komunikasi Interpersonal
dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness),
empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan
kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan (Openness).
Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenaan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal yaitu:
tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin agar orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan, dan kita berhak mengharapkan hal ini. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Ketiga menyangkut “kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita lontarkan adalah memang milik kita dan kita bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal)
2. Empati (empathy)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kaca mata orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. 4. Sikap positif (positiveness)
Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap, antara lain:
Menghargai orang lain
- Berfikiran positif terhadap orang lain - Tidak menaruh curiga secara berlebihan - Meyakini pentingnya orang lain
- Memberikan pujian dan penghargaan - Komitmen menjalin kerjasama
5. Kesetaraan (equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih cantik atau lebih tampan daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara Artinya, pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain.
a. Pesan/ informasi dibuat sejelas mungkin sehingga dapat dimengerti oleh penerima yang mempunyai pandangan dan pengalaman yang berbeda.
b. Penggunaan bahasa yang biasa dipakai, sederhana sehingga mudah diterima dimengerti oleh penerima pesan/ penerima informasi.
c. Hilangkan kegaduhan atau kebisingan yang ada. Hal ini untuk mengantisipasi kegaduhan komunikasi.
d. Buat suasana akrab dan bersahabat, hal ini untuk bisa mengendalikan reaksi emosional seseorang.
e. Menggunakan kode-kode atau simbol yang sederhana dengan komunikasi verbal yang cocok. Hal ini untuk mengatasi komunikasi verbal yang tidak konsisten.
f. Haruslah peka terhadap dunia dan pengetahuan dari penerima pesan pergunakan tatap muka/ sambung rasa yang mengasyikkan sehingga ketidak percayaan terhadap pemberi pesan dapat dihilangkan.
g. Untuk hal-hal/ bagian-bagian yang penting harus dijelaskan beberapa kali atau berulang kali dengan bentuk yang lain. Hal ini untuk mengatasi ketidakjelasan dari penerima informasi yang tersembunyi.
Menurut Roger yang dikutip oleh Arni Muhammad (2009, 176) hubungan
interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua pihak memenuhi kondisi berikut:
a. Bertemu satu sama lain secara efektif
b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti.
c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan.
d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima atau empati satu sama lain.
e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecendrungan gangguan arti.
f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang lain.
R. Wayne Pace (2005, 202-203) mengusulkan cara-cara untuk menyempurnakan
hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal cenderung menjadi sempurna bila kedua
pihak mengenal standar berikut.
a. Menyampaikan perasaan secara langsung dan dengan cara yang hangat dan ekspresif.
b. Menyampaikan apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi mereka melalui penyikapan diri.
c. Menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama lainnya dengan memberikan respons-respons yang relevan dan penuh pengertian.
d. Bersikap tulus kepada satu sama lainnya dengan menunjukkan sikap menerima secara verbal maupun nonverbal.
f. Berterus terang mengapa menjadi sulit atau bahkan mustahil untuk sepakat satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak menghakimi, cermat, jujur, dan membangun.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dinyatakan bahwa hubungan komunikasi
interpersonal yang efektif erat kaitannya dengan rasa empati terhadap lawan bicara kita,
dengan demikian akan menjadikan perasaan nyaman satu sama ain dan menciptakan
pemahaman yang positif sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif.
2.6 Hambatan-hambatan dalam komunikasi Interpersonal
Komunikasi antar personal adalah komunikasi yang dilakukan antara 2 orang atau
lebih, di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya
proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima
dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver. Menurut Hafied Cangara
(2000, 145-149) hambatan atau gangguan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas
tujuh macam, yaitu:
1. Hambatan Teknis
Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan.
2. Hambatan Sematik
Hambatan sematik ialah hambatan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan.
3. Hambatan Psikoligis
Hambatan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh adanya persoalan-persoalan yang terjadi dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena kondisi kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.
4. Hambatan Fisik
Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi geofrafis. Dalam komunikasi interpersonal, hambatan fisik bisa juga diartikan karena adanya ganguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indera pada penerima.
5. Hambatan Status
Hambatan status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau atasan dan bawahan. Perbedaan ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat kepada atasan,atau rakyat pada raja yang memimpinnya. 6. Hambatan kerangka berpikir
Hambatan kerangka berpikir ialah hambatan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam komunikasi, ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda.
Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi.
Menurut Alo Liliweri (2011, 161-162) hambatan dalam komunikasi terjadi dalam
proses pembentukan persepsi, yaitu:
1. Berdasarkan teori implicit personality, hambatan persepsi bersumber dari: a. Kecendrungan individu untuk mengembangkan pribadi yang terpisah b. Individu menerima konfirmasi yang tidak tepat
2. Self-fulfilling prophecy, individu mempersepsi sesuatu karena dipengaruhi oleh faktor tertentu yang tidak dia duga sebelumnya
3. Perceptual accentuation, hambatan persepsi karena individu berada dalam situasi: a. Dia mencari apa yang tidak ada
b. Dia tidak melihat apa yang dia sedang cari
c. Dia mengalami kesulitan menyaring informasi yang hampir mirip d. Dia memproyeksi orang lain dalam antribusi negatif
e. Dia mengalami distorsi dari memori sehingga tidak dapat mengeluarkan informasi yang dia simpan
4. Primacy-Recency, hambatan persepsi ini terjadi karena individu terlalu terbuai dengan kesan pertama tentang objek yang dia persepsikan
5. Consistency, hambatan persepsi ini terjadi karena individu mengharapkan segala sesuatu bersifat konsisten, namun yang dia hadapi adalah situasi inkonsisten antara apa yang dia pikirkan dan prilaku
6. Stereotyping, hambatan persepsi ini terjadi karena individu dipengaruhi oleh stereotip (positif atau negatif) terhadap orang lain yang kebetulan menjadi anggota suatu kelompok tertentu, mengakibatkan persepsinya terhadap orang lain:
a. Mempunyai kualitas tertentu (terlalu baik atau buruk)
b. Dia mengabaikan keunikan karakteristik orang lain dari kelompok tertentu 7. Attribution, hambatan persepsi ini terletak pada atribusi dimana individu gagal
membentuk atau membangun atribusi dari objek yang dipersepsi, misalnya gagal membangun atribusi-atribusi dari komunikan
Dari teori diatas dapat diketahui bahwa ada berbagai macam hambatan dalam
komunikasi interpersonal. Hambatan tersebut akan berpengaruh dalam penerimaan pesan dan
dapat mengakibatkan komunikasi interpersonal tidak berjalan dengan lancar, oleh karena itu
dalam melakukan komunikasi interpersonal harus menghindari atau mengantisipasi
hambatan- hambatan tersebut agar komunikasi interpersonal dapat berjalan lancar dan tujuan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik formal maupun
informal, komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar dan merupakan
prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada
komunikasi, karena tanpa komunikasi interaksi antar manusia, baik secara perorangan,
kelompok maupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi.
Organisasi dibutuhkan oleh setiap manusia yang memiliki kepentingan dan tujuan
yang sama, setiap tempat atau badan dimana mereka saling berusaha untuk mewujudkan
tujuan tersebut. Proses komunikasi yang selalu terjadi dalam organisasi adalah salah satu
faktor penentu dalam mencapai organisai yang efektif. Melalui organisasi terjadi pertukaran
informasi, gagasan dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang
kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola
komunikasi dalam organisasi.
Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Komunikasi dalam konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi.
Sisi pertama adalah komunikasi antara atasan kepada bawahan, sisi kedua antara pegawai
yang satu dengan pegawai yang lain, sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan,
masing-masing komunikasi tersebut memiliki polanya sendiri. Diantara kedua belah pihak
harus ada komunikasai dua arah atau komunikasi timbal balik untuk mencapai tujuan suatu
organisasi.
Di dalam suatu organisasi khususnya organisasi perpustakaan, proses komunikasi
adalah proses yang pasti dan selalu terjadi. Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan
koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Organisasi perpustakaan yang
berfungsi baik, ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dari berbagai komponen.
Suatu organisasi perpustakaan dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi, artinya ketika
proses komunikasi antar komponen tersebut dapat diselenggarakan secara harmonis, maka
perkantoran tersebut akan semakin kokoh dan kinerja perkantoran akan meningkat.
Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai yang diresmikan pada
tanggal 07 April 2003 dengan peraturan daerah Kota Tanjungbalai No. 16 Tahun 2008,
merupakan lembaga penyedia sumber informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat umum
maupun pelajar. Guna memperluas jangkauan pelayanan ke masyarakat Perpustakaan umum
1. Layanan mobil pintar dan perpustakaan keliling;
2. Pembinaan perpustakaan se-kota tanjungbalai diantaranya perpustakaan kecamatan,
perpustakaan kelurahan, perpustakaan sekolah, perpustakaan rumah ibadah,
perpustakaan khusus, perpustakaan taman baca masyarakat (tbm) dan perpustakaan
perguruan tinggi
3. Kegiatan story telling
4. Pendataan dan penataan arsip
5. Kegiatan perlombaan
6. Sosialisasi dan Bimtek perpustakaan
Kegiatan-kegiatan pelayanan di perpustakaan tersebut memerlukan peran pegawai
yang optimal dalam menjalankan semuan kegiatan yang telah dijadwalkan sehingga tujuan
pelayanan tercapai. Peran pegawai yang optimal harus didukung oleh komunikasi
interpersonal yang efektif. Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai dikelola oleh
Kepala kantor yang membawahi satu sub bagian, tiga seksi dan satu tenaga fungsional
pustakawan dengan jumlah pegawai 28 orang.
Dalam proses kegiatan di perpustakaan perlu adanya hubungan yang harmonis antar
pegawai agar pembagian tugas dapat dijalankan dengan baik, komunikasi interpersonal
memiliki peran penting dalam pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok orang tanpa
komunikasi interpersonal baik akan terdapat banyak hambatan dan rintangan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan khususnya pekerjaan yang menyangkut layanan kepada
masyarakat.
Melalui pengamatan, observasi dan wawancara dengan pegawai perpustakaan
diketahui bahwa permasalahan yang umum dirasakan yaitu kurang efektifnya komunikasi
interpersonal dengan adanya pegawai yang tidak mengetahui cara berkomunikasi yang baik
dengan rekan kerjanya yang cenderung berkata kasar dan kurang sopan, sehingga
menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Hal ini jika dibiarkan akan mengakibatkan
menurunnya kualitas pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan prima dari
para pegawai perpustakaan.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pimpinan untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan menasehati dan berdiskusi dengan pegawai untuk mencari jalan keluar agar masalah
komunikasi interpersonal tersebut tidak sampai menimbulkan dampak yang buruk bagi
Berdarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis tentang
Evaluasi Komunikasi Interpersonal Pegawai pada Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip
Kota Tanjungbalai.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah bagaimanakah proses komunikasi interpersonal pegawai di Kantor
Perpustakaan Umum Kota Tanjungbalai?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
proses komunikasi interpersonal pegawai di Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota
Tanjungbalai.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi:
a. Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai, sebagai masukan atau
sumbangan pemikiran untuk keefektifan komunikasi interpersonal pegawai;
b. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan bacaan dan referensi;
c. Penulis, sebagai penambah pengetahuan dan wawasan serta pemahaman penulis
tentang komunikasi interpersonal pegawai di perpustakaan;
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penulis memberikan batasan ruang lingkup penelitian komunikasi interpersonal ini
pada Efektivitas Komunikasi Interpersonal yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),
ABSTRAK
Pohan, Nurina. 2015. Evaluasi Komunikasi Interpersonal pada Kantor Perpustakaan Umum
dan Arsip Kota Tanjungbalai.
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman No.111 Kota Tanjungbala. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal pegawai di Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai di Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai yang berjumlah 28 orang yang terdiri dari 17 orang Pegawai Negeri Sipil dan 11 orang Pegawai Honorer Pemko Tanjungbalai. Teknik pengambilan sampel menggunakan semua populasi atau total sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari lima faktor Efektivitas Komunikasi
Interpersonal, faktor yang terendah yaitu Empati dan Sikap positif sikap positif dapat
ditingkatkan dengan bersikap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang baik, menerima sesuatu dengan baik. Selain itu agar pegawai Kantor Perpustakaan Umum dan
Arsip Kota Tanjungbalai mampu menumbuhkan empati dalam komunikasi yaitu dengan
menunjukkan kepedulian, mengerti apa yang dirasakan orang lain, dapat melihat masalah dari
sudut pandang orng lain dan menerima keadaan itu.
EVALUASI KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEGAWAI PADA
KANTOR PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP
KOTA TANJUNGBALAI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi
OLEH
NURINA POHAN 120723031
DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai salah satu tulisan
untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.
Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan
pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.
Medan, November 2015
Penulis
Nurina Pohan
ABSTRAK
Pohan, Nurina. 2015. Evaluasi Komunikasi Interpersonal pada Kantor Perpustakaan Umum
dan Arsip Kota Tanjungbalai.
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai yang beralamat di Jalan Jendral Sudirman No.111 Kota Tanjungbala. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal pegawai di Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai di Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai yang berjumlah 28 orang yang terdiri dari 17 orang Pegawai Negeri Sipil dan 11 orang Pegawai Honorer Pemko Tanjungbalai. Teknik pengambilan sampel menggunakan semua populasi atau total sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari lima faktor Efektivitas Komunikasi
Interpersonal, faktor yang terendah yaitu Empati dan Sikap positif sikap positif dapat
ditingkatkan dengan bersikap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang baik, menerima sesuatu dengan baik. Selain itu agar pegawai Kantor Perpustakaan Umum dan
Arsip Kota Tanjungbalai mampu menumbuhkan empati dalam komunikasi yaitu dengan
menunjukkan kepedulian, mengerti apa yang dirasakan orang lain, dapat melihat masalah dari
sudut pandang orng lain dan menerima keadaan itu.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Evaluasi Komunikasi Interpersonal pada Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai” dengan baik.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Burhanuddin Pohan dan ibunda tercinta Badariah Simargolang yang dengan penuh kasih saying telah membesarkan, mendoakan, mendukung dan mengingatkan penulis. Serta terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
2. Dr. Irawaty A. Kahar M.Pd selaku Ketua Program Studi Perpustakaan Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos.,M.I.Kom, selaku dosen pembimbing I yang
meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Abdul Hafiz Harahap, S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing II yang
meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar M.Pd, selaku dosen penguji I yang telah meluangkan
waktu dalam membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos., M.I.Kom, selaku dosen penguji II yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Ibu Hj. Ernawaty, S.Pd Selaku Kepala Perpustakaan Umum dan Arsip Kota
Tanjungbalai.
8. Seluruh staf pengajar program studi ekstensi khusus ilmu perpustakaan Fakultas
Ilmu Budaya USU, yang telah mendidik dan mengarahkan penulis selama masa
perkuliahan.
9. Abang dan kakak tersayang Dodi Hendri Pohan dan Rina Rahayu Pohan yang
10. Buat shabat-sahabatku ekstensi khusus Juli, Belli, Kak Rina, Kak Rina Devina,
Kak Ester, Kak Arie, Kak Fita, Kak Ika, Kak Rima, Bang Rinson, Bang Jafet dan
Febri.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun sistematika penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Pada akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Tanjungbalai serta umumnya bagi yang membutuhkannya,. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.
Medan, November 2015
Penulis
Nurina Pohan