• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMASANGAN INSTALAS

C. Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Selama Dalam Pelaksanaan

Dalam hal terjadinya sengketa dalam kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah yang dilakukan oleh penyedia harus diambil penyelesaian sesuai dengan ketentuan yang telah diperjanjikan dalam kontrak yang telah ditandatangani bersama yaitu dengan memperhatikan isi kontrak antara PDAM Tirtanadi Cabang Sunggal Medan dengan CV. Indra Utama dimana mereka bersepakat utuk menyelesaikan perselisihan di lembaga arbitrase atau melalui Pengadilan Negeri di Medan.66

Pada kebiasaannya perselisihan pengadaan barang ini terjadi karena ketidaksesuaian spesifikasi barang yang ditentukan dengan nyatanya. Jika syarat-

66

syarat untuk suatu macam bahan tidak terdapat di dalam syarat-syarat umum, maka bahan itu harus memenuhi syarat-syarat umum untuk bahan sejenis. Jika bahan menurut contoh, bahan harus cocok dengan contoh, dari pandangan luar dan ukuran. Bahan-bahan yang diperuntukkan bagi pekerjaan sebelum dikerjakan atau diserahkan harus diperiksa dan dinilai mutunya.

CV. Indra Utama mempunyai tanggung jawab, apabila ternyata nilai bahan, baik itu mutu maupun jenis tidak sesuai dengan dokumen kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah yang dilakukan oleh penyedia, apabila diadakan pemeriksaan oleh tim pengawas pekerjaan dan ditemukan ketidak sesuaian barang maka pihak CV. Indra Utama, diharuskan mengganti bahan- bahan yang disepakati sebelumnya dengan biaya sendiri. Pelaksanaan penggantian disebabkan ketidak sesuaian tersebut ditanggung oleh pihak CV. Indra Utama, termasuk adanya cacat pekerjaan. Hal di atas dirasakan wajar karena tidak dimungkinkan adanya pihak CV. Indra Utama, yang melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan bestek yang tertera dalam dokumen kontrak, tetapi hanya terfokus pada mencari keuntungan, maka dalam hal ini dibutuhkan kejelian tim pengawas pemberi pekerjaan agar hasil kerja pihak CV. Indra Utama, benar-benar bermutu dan sesuai bestek yang disepakati sebelumnya.67

Di satu sisi lagi timbulnya pertanggung jawaban pihak CV. Indra Utama, dalam pelaksanaan pekerjaannya adalah jika pihak CV. Indra Utama, terlambat menyelesaikan pekerjaan pengadaan tersebut. Jika pemborong tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang telah ditetapkan atau menyerahkan

67

Lihat Uraian Spesifikasi Barang Dalam Undangan Penawaran Nomor 07/UP/CSG/I/2014, Yang Dilampirkan Dalam Bagian Lampiran Skripsi Ini.

perkerjaan dengan tidak baik, maka si pemberi pekerjaan dapat memutuskan perjanjian tersebut sebagian atau seluruhnya serta segala akibat-akibatnya dan pemberi pekerjaan dapat memberikan denda sesuai hari keterlambatan pelaksanaan. Yang dimaksud dengan akibat pemutusan perjanjian disini ialah pemutusan untuk waktu yang akan datang (ontbinding voorde toekomst), dalam arti bahwa mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan/ dikerjakan akan tetapi dibayar, namun mengenai pekerjaan yang belum dikerjakan itu diputuskan. Dengan adanya pemutusan perjanjian demikian perikatannya dengan begitu bukan berhenti sama sekali seperti seolah-olah tidak pernah terjadi perikatan sama sekali, dan wajib dipulihkan ke keadaan semula, melainkan dalam keadaan tersebut di atas pemberi tugas dapat menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan itu, sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Atau jika telah terlanjur dibayarkan kepada penerima kerja atas biaya yang harus ditanggung oleh si penerima kerja dengan pembayaran yang diterimanya. Jika terjadi pemutusan perjanjian, si pemborong sebagai pihak penerima kerja selain wajib membayar denda-denda yang telah diperjanjikan juga wajib membayar kerugian yang berupa ongkos-ongkos, kerugian yang diderita dan biaya yang harus dibayar.68

Dalam praktek pengadaan barang atau jasa pemerintah konsumsi jika terjadi wanprestasi dari pihak penerima kerja setelah memberikan peringatan secara tertulis dan pihak penerima kerja tetap melalaikannya, maka si pemberi kerja menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut atas biaya/anggaran yang dipikul oleh penerima kerja yang sedianya diterima oleh

68

penerima kerja (pemborong). Mengenai kewajiban pembayaran denda yang diwajibkan dalam perjanjian maka jika terjadi kelambatan penyerahan pekerjaan, hendaknya diperhatikan bahwa pengaturan mengenai pembebanan denda tersebut dengan mengingat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Denda tersebut baru diwajibkan dibayar setelah adanya pernyataan lalai lebih dahulu, jika dalam jangka waktu pernyataan lalai tersebut pihak penerima kerja tetap tidak dapat memperbaiki kelalaiannya maka pembayaran denda wajib dipenuhi.

2. Pembayaran denda diwajibkan jika penerima kerja tidak dapat mengemukakan adanya overmacht atau hambatan penyerahan pekerjaan tersebut.

3. Denda itu harus diperinci sesuai dengan keadaan/sifat dari wanprestasi tersebut, sehingga ada denda yang diwajibkan untuk dibayar setiap hari keterlambatan, atau dibayar untuk sekian kali dan lain-lain.

4. Gugat untuk pembayaran denda tersebut dan gugat untuk pembayaran pengganti kerugian pada azasnya tidak boleh bersamaan/berganda. Karena pembayaran denda pada hakekatnya adalah merupakan pembayaran kerugian yang telah ditetapkan. Pihak yang dirugikan seharusnya membuktikan bahwa ia menderita kerugian yang lebih besar, padanya terletak beban pembuktian. Jika ia dapat membuktikan adanya kerugian yang diderita tersebut maka di samping denda ia dapat menuntut pengganti kerugian.69

Pemutusan kontrak diatur dalam Pasal 93 Perpres Nomor 54 Tahun 2010, yang dapat dilakukan oleh PPK secara sepihak apabila denda keterlambatan

69

pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia barang/jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak. Kemudian penyedia barang/jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Selain itu penyedia barang/jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang.70

Dalam hal terjadi perselisihan antara pihak dalam penyediaan barang/jasa pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat. Apabila hal tersebut tidak tercapai, penyelesaian perselisihan dapat dilakukan melalui arbitrase, alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 71 70

Salim, HS, Op. Cit., hlm 294

71

BAB V

Dokumen terkait