• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Pemasangan Instalasi Pipa Air Minum Antara Pdam Tirtanadi Dengan Pihak Kontraktor (CV. Indra Utama)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perjanjian Pemasangan Instalasi Pipa Air Minum Antara Pdam Tirtanadi Dengan Pihak Kontraktor (CV. Indra Utama)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Andasasmita, Komar Andasasmita. 1990. Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya, Cetakan 2. Bandung: Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat.

Badrulzaman, Mariam Darus. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Bandung: Alumni. _______. 1982. Pendalaman Materi Hukum Perikatan. Medan: Penerbit

Fakultas Hukum USU.

_______. 1986. Hukum Perikatan depngan Penjelasannya. Bandung: Citra Aditya Bhakti

_______. 1993. KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya. Bandung: Alumni.

Barkatulah, Abdul Halim. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen (Kajian Teoretis dan Perkembangan Pemikiran. Bandung: Nusa Media.

Fuadi , M. dkk, 2005. Pengantar Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Fuady, Munir. 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis.

Bandung: Citra Aditya Bakti.

Harahap, M. Yahya. 1986. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni. Mahdi, Sri Soesilowati, et. all. 2005. Hukum Perdata (Suatu Pengantar). Jakarta:

Gitama Jaya.

_______. 2004. Perikatan Pada Umumnya. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Masjachan, Sri Soedewi. 1980. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok

Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan. Yogyakarta: Liberty.

Miru, Ahmadi. 2011. Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

(2)

Thesis Magister Ilmu Hukum. Pascasarjana: Universitas Sebelas Maret. Muljadi, Karitini dan Widjaja, Gunawan. 2003. Perikatan Yang Lahir dari

Perjanjian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nasution, Az. 2001. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta: Diadit Media.

Nurwidijanto, Apit. 2007. Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pada Puri Kencana Mulya Persada di Semarang. Tesis Ilmu Hukum. Universitas Diponogoro.

Prodjodikoro, R. Wirjono. 1991. Hukum Perdata Tentang Persetujuan Tertulis. Bandung: Subur.

Raharjo, Handri. 2009. Hukum Perjanjian di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu hukum. Cetakan Kelima. Bandung: Citra Aditya \ Bakti.

Roestamy, Martin & Hakim, Aal Lukmanul, 2011. Bahan Kuliah Hukum Perikatan. Fakultas Hukum: Universitas Djuanda Bogor.

R. Saliman, Abdul, et. all. 2004. Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Prenada.

Satrio, J. 1993. Hukum Perikatan (Perikatan Pada Umumnya). Bandung: Alumni. Setiawan, Rachmat. 1982. Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum.

Bandung: Alumni.

Setiono. 2004. Rule of Law (Supremasi Hukum). Thesis Magister Ilmu Hukum. Pascasarjana: Universitas Sebelas Maret.

Shidarta. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia edisi Revisi 2006. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Soekanto, Soejono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. Subekti, R. 1982. Aneka Perjanjian. Bandung: Alumni.

_______. 1987. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa.

(3)

BAB III

TINJAUAN UMUM KONTRAK PENGADAAN BARANG ATAU JASA PEMERINTAH

A. Pengertian Kontraktor Dalam KUH Perdata

Kontrak pengadaan barang merupakan kontrak yang dikenal dalam kegiatan pengadaan barang yang dilakukan oleh pemerintah dimana sumber pembiayaannya berasal dari APBN/APBD.53 Sumber dana yang digunakan dalam pengadaan barang ini berasal dari dana APBN dan dana APBD. Dana APBN merupakan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang ditetapkan oleh pemerintah pusat bersama dengan dewan perwakilan rakyat, sedangkan dana APBD merupakan dana yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja daerah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan dewan perwakilan rakyat daerah. Pelaksanaan pengadaan barang ini dapat dilakukan secara swakelola atau melalui penyedia barang.54

53

Salim, HS, Op. Cit., hlm 257

(4)

Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh kementerian, lembaga, satuan kerja perangkat daerah, atau institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Pasal 1 angka 22 Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 menyebutkan bahwa kontrak pengadaan barang/jasa adalah perjanjian tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang mewakili pemerintah, dengan penyedia barang/jasa atau pelaksana swakelola.

Pengadaan barang dan jasa (procurement) pada hakekatnya merupakan upaya untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkan dengan menggunakan metode dan proses tertentu untuk mencapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Kegiatan pengadaan barang dan jasa ini dituangkan dalam suatu perjanjian atau kontrak pengadaan barang dan jasa. Pemanfaatan kontrak atau perjanjian oleh pemerintah (kontraktualisasi pemerintah) merupakan praktek yang lazim dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kontraktualisasi pemerintah dilakukan dengan dasar bahwa dalam hal-hal tertentu, pemerintah akan lebih mudah dan efisien dalam mencapai tujuan pemerintahan, terutama terkait dengan peningkatan pelayanan publik.55

Kontraktualisasi dilakukan untuk menciptakan hubungan kontraktual, baik yang bertujuan untuk membelanjakan atau memperoleh penerimaan bagi

55

(5)

keuangan negara, dalam rangka penyelenggaraan kehidupan bernegara dan pemenuhan kesejahteraan umum, atau dengan kata lain, untuk menjalankan fungsi pemerintahan itu sendiri.56

1. Efisien berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang Dalam kontrak/perjanjian penyediaan barang/jasa, para pelaksana pengadaan barang/jasa yang bertindak untuk pemerintah meliputi pejabat pembuat komitmen dan panitia pejabat pengadaan, dimana mengenai persyaratan pengangkatan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing telah ditentukan oleh Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, dan untuk melaksakan proses pengadaan barang/jasa pemerintah diwajibkan memenuhi prinsip-prinsip efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Perpres No. 54 Tahun 2010.

Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa, panitia pengadaan dan/atau pejabat yang berwenang harus memerhatikan prinsip-prinsip atau nilai-nilai dasar yang tercantum dalam Pasal 5 Perpres No. 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang menerapkan enam prinsip pokok dalam pengadaan barang/jasa, sebagai berikut:

56

(6)

ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Efektif berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

3. Transparan berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya.

4. Terbuka dan bersaing berarti pengadaan barang/jasa ahrus terbuka bagi penyedia barang yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/criteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.

5. Adil/tidak diskriminatif berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan/atau alasan apa pun. 6. Akuntabel berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun

manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

(7)

kondusif bagi tercapainya efisiensi, partisipasi, dan persaingan sehat dan terbuka antara penyedia jasa yang setara dan memenuhi syarat, menjamin rasa keadilan dan kepastian hukum bagi semua pihak, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barang karena hasilnya dapat dipertanggung jawabakan kepada masyarakat, baik dari segi fisik, keuangan, dan manfaatnya bagi kelancaran pelaksanaan tugas institusi pemerintah.

Selain Perpres No.54 tahun 2010, terdapat sejumlah regulasi lain yang secara tidak langsung terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil

b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

e. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN

f. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan

g. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara h. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(8)

j. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah

k. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan APBN

l. Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Keppres No. 42 Tahun 2002

m. Peraturan Presiden No. 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN

n. Perpres No. 54 tahun 2010 juga telah diubah dengan Perpres No. 35 tahun 2011, yang mengganti ketentuan dalam Pasal 44

o. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

B. Jenis Pengadaan Barang Atau Jasa Pemerintah

Kontrak pengadaan barang/jasa dibedakan atas berdasarkan bentuk imbalan, berdasarkan jangka waktu pelaksanaan, dan bedasarkan jumlah pengguna barang/jasa. Bentuk imbalan terdiri atas:

(9)

2. Kontrak harga satuan, adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsure pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara.

3. Gabungan lump sum dan harga satuan, adalah kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pkerjaan yang diperjanjikan. 4. Kontrak terima jadi, adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap, sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

5. Kontrak presentase, adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultasi di bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu. Konsultan yang bersnagkutan akan menerima imbalan jasa berdasarkan presentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut.

Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan terdiri atas:

1. Kontrak tahun tunggal, adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun.

(10)

dibiayai APBN, Gurbenur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, dan Bupati/Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota. Berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa terdiri atas:

1. Kontrak pengadaan tunggal, adalah kontrak antara satu unit kerja atau satu proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu pula.

2. Kontrak pengadaan bersama, adalah kontrak antara beberapa unit kerja atau beberapa proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu pula. Pekerjaan pengadaan yang dilakukan nant sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing unit kerja, dan pendanaannya juga bersifat bersama dan dituangkan dalam kesepakatan bersama.

Pelaksanaan pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dapat dilakukan dengan beberapa metode/cara tergantung dari besarnya nilai kontrak pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pelelangan Umum

(11)

pekerjaan pengadaan barang/jasa dengan nilai lebih dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).

2. Pelelangan Sederhana/ Pemilihan langsung

Pelelangan sederhana ditunjukan untuk proses pengadaan barang dibawah Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Dalam pelelangan ini tidak ada negosiasi teknis dan harga, dan diumumkan sekurang-kurangnya di website lembaga-lembaga dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta portal pengadaan nasional, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

3. Pemilihan Langsung

Pemilihan langsung dilakukan untuk pengadaan jasa konstruksi yang bernilai kurang dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan lebih dari Rp. 100.000.00 (seratus juta rupiah). Pemilihan langsung minimal diikuti oleh 3 (tiga) perusahaan. Pada umumnya yang dapat mengikuti proses pemilihan langsung adalah badan usaha dengan kualifikasi kecil (grade 1 dan grade 2 untuk kontraktor).

4. Penunjukan Langsung

Penunjukan langsung pada penyedia barang atau pekerjaan konstruksi dilakukan terhadap kriteria keadaan tertentu meliputi:

(12)

b. Barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang yang spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh 1 (satu) penyedia barang/jasa karena 1 (satu) pabrikan, 1 (satu) pemegang hak paten, atau pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak paten, atau pihak yang menjadi pemenang pelelangan untuk mendapatkan izin dari pemerintah.

5. Pengadaan Langsung

Pengadaan langsung dapat dilakukan terhadap pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernikai paling tinggi Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kebutuhan operasional sebuah lembaga b. Teknologi sederhana;

c. Risiko kecil dan/atau

d. Dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan dan/atau badan usaha kecil, serta koperasi kecil.

6. Sayembara/ Kontes

Sayembara/ kontes digunakan ntuk pengadaan jasa lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Proses dan hasil dari gagasan, kreatifitas, inovasi, budaya, dan metode pelaksanaan tertentu.

b. Tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.

(13)

(satu) dari 3 (tiga) metode evaluasi penawaran berdasarkan jenis barang/jasa yang diadakan dan harus dicantumkan dalam dokumen lelang. Metode Evaluasi tersebut terdiri dari:

1. Sistem gugur, adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan. Tahap-tahap penilaian dengan sistem gugur terdiri atas evaluasi admistrasi, evaluasi teknis, dan evaluasi harga.57

2. Sistem nilai/pembobotan (merit point), adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. Setelah nilai didapat baru kemudian membandingkan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya. Dalam mengevaluasi dokumen penawaran, panitia/pejabat pemilihan penyedia barang/jasa tidak diperkenankan mengubah, menambah, dan mengurangi (post bidding) kriteria serta tata cara evaluasi dengan alasan apa pun. Tahap-tahap penilaian dengan sistem nilai menggunakan evaluasi administrasi serta evaluasi teknis dan harga.58

3. Sistem penilaian biaya ekonomis, adalah evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai pada unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai menurut umur ekonomis barang yang ditawarkan, berdasarkan kriteria dan nilai yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.

57

(14)

tahap penilaian dengan sistem penilaian biaya ekonomis menggunakan evaluasi administrasi serta evaluasi teknis dan harga.59

C. Para Pihak Dalam Pengadaan Barang Atau Jasa Pemerintah

Dalam Pasal 7 Perpres No. 54 Tahun 2010 telah ditentukan pihak-pihak yang terkait dalam organisasi pengadaan barang/jasa untuk pengadaan melalui penyedia barang/jasa terdiri atas:

1. Organisasi Pengadaan

a. Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). PA adalah pejabat pemegang kewenangan pengguna anggaran Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau pejabat yang disamakan pada institusi lain pengguna APBN/APBD. KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau yang ditetapkan oleh kepala daerah untuk menggunakan APBD. Tugas pokok dan kewenangan PA meliputi:

1) Menetapakan rencana umum pengadaan.

2) Mengumumkan secara luas rencana umum pengadaan paling kurang di website K/L/D/I.

3) Menetapkan PPK.

4) Menetapkan pejabat pengadaan.

5) Menetapkan panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan. 6) Menetapkan:

59

(15)

a) Pemenang pada pelelangan atau penyedia pada penunjukan langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan nilai diatas Rp.100.000.000.000 (seratus milyar rupiah).

b) Pemenang pada seleksi atau penyedia pada penunjukan langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi dengan nilai diatas Rp.10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah).

7) Mengawasi pelaksanaan anggaran.

8) Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9) Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/pejabat pengadaan, dalam hal yang terjadi perbedaan pendapat.

10)Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan barang/jasa.

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa. PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan meliputi:

1) Menetapkan rencana pelaksanaan pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi:

a) Spesifikasi teknis barang/jasa b) Harga Perkiraan Sendiri (HPS) c) Rancangan kontrak

(16)

3) Menandatangani kontrak.

4) Melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa. 5) Mengendalikan pelaksanaan kontrak.

6) Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA dengan berita acara penyerahan.

7) Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan. 8) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan

pengadaan barang/jasa.

c. Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan, adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Tugas pokok dan kewenangan ULP/Pejabat Pengadaan meliputi:

1) Menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa. 2) Menetapkan dokumen pengadaan.

3) Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran.

4) Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website K/L/D/I masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional.

(17)

6) Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk.

7) Khusus untuk ULP. 8) Menjawab sanggahan.

9) Menetapkan penyedia barang/jasa untuk:

a) Pelelangan atau penunjukan langsung utnuk paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.100.000.000.000 (seratus milyar rupiah).

b) Seleksi atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi yang bernilai paling tinggi Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah).

c) Menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada PPK.

d) Menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa.

e) Khusus Pejabat Pengadaan menetapkan penyedia barang/jasa untuk penunjukan langsung atau pengadaan langsung untuk paket pengadaan barang/ pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) dan penunjukan langsung atau pengadaan langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi yang bernilai paling tinggi Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

(18)

11)Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA.

d. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. Tugas pokok dan kewenangan Panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan meliputi:

1) Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

2) Menerima hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui pemeriksaan/pengujian.

3) Membuat dan menandatangani berita acara serah terima hasil pekerjaan.

2. Organisasi pengadan barang/jasa untuk pengadaan melalui swakelola terdiri atas:

a. Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

c. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan d. Penyedia Barang/Jasa

(19)

1) Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha.

2) Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang/jasa.

3) Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia barang/jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak. 4) Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang

diperlukan dalam pengadaan barang/jasa.

5) Dalam hal penyedia barang/jasa akan melakukan kemitraan, penyedia barang/jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang memuat presentasi dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.

6) Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil.

7) Memiliki kemampuan dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk pengadaan barang dan jasa konsultasi.

8) Khusus untuk pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya, harus memperhitungkan sisa kemampuan paket (SKP).

(20)

perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani penyedia barang/jasa.

10)Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi pengusaha kena pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan.

11)Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak.

12)Tidak masuk dalam daftar hitam.

13)Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman.

14)Menandatangani pakta integritas.

D. Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Atau Jasa Pemerintah 1. Undangan Mengikuti Pengadaan Barang/Jasa

Undangan pengadaan barang dan jasa diumumkan melalui media cetak dan media elektronik dalam hal ini melalui internet. Pengumuman pengadaan barang/jasa dengan sumber Anggaran Pendapatan Belanja Negara bisa dibaca di Harian Media Indonesia. Selain di media cetak, pengumuman pengadaan barang/jasa juga diumumkan disitus-situs resmi lembaga negara yang mengadakan pengadaan paling kurang 7 (tujuh) hari kerja.

2. Proses Pendaftaran

(21)

melakukan pendaftaran langsung ke panitia, pengadaan barang/jasa atau melalui pendaftaran model e-procurement secara elektronik berbasis internet.

3. Proses Prakualifikasi

Dalam Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dijelaskan, bahwa prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa, sebelum memasukan penawaran. Proses prakualifikasi secara umum meliputi:

a. Pengumuman prakualifikasi

b. Pengambilan dokumen prakualifikasi c. Pemasukan dokumen prakualifikasi d. Evaluasi dokumen prakualifikasi

e. Penetapan calon peserta pengadaan yang lulus prakualifikasi f. Pengumuman hasil prakualifikasi

4. Penjelasan Pekerjaan

Pemberian penjelasan dilaksanakan paling cepat 4 (empat) hari kerja sejak tanggal pengumuman lelang/seleksi.

5. Pemasukan Dokumen

Pemasukan dokumen penawaran dimulai 1 (satu) hari kerja setelah pemberian penjelasan. Sedangkan, batas akhir pemasukan dokumen penawaran palng kurang 2 (dua) hari kerja setelah penjelasan, dengan memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan dokumen penawaran sesuai dengan jenis, kompleksitas, dan lokasi pekerjaan.

6. Proses Penilaian Pasca-Kualifikasi

(22)

setelah memasukkan penawaran.60

a. Dokumen biaya, yang berisi biaya yang ditawarkan oleh bada usaha untuk mengerjakan pekerjaan yang ditawarkan oleh panitia pengadaan barang/jasa.

Dalam proses ini peserta yang diusulkan untuk menjadi pemenang dan cadangan pemenang akan dievaluasi dokumen kualifikasinya. Dokumen kualifikasi terdiri dari:

b. Dokumen admistrasi, yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai hal-hal tertentu.

c. Dokumen teknis, yang berisi informasi atas kemampuan perusahaan yang ditawarkan untuk mengerjakan sebuah proyek pengadaan barang/jasa. 7. Pengumuman Pemenang

Setelah dilakukan penilaian pascakualifikasi, panitia pengadaan barang/jasa akan mengumumkan peringkat hasil penilaian. Pada umumnya 3 (tiga) perusahaan akan diumumkan sebagai pemenang1, pemenang 2, dan pemenang 3.

8. Masa Sanggah

Masa sanggah merupakan rentang waktu bagi badan usaha yang dinyatakan kalah untuk menyatakan keberatan terhadap hasil penilaian panitia. Masa sanggah berlangsung selama 5 (lima) hari dari pengumuman pemenang lelang. Pada masa ini, badan usaha harus mengajukan surat sanggahan. Dan, dalam rentang waktu itu pula panitia mesti menyiapkan klarifikasi untuk menanggapi sanggahan.61

9. Proses Prakontrak

60

Ryan Albert Op. Cit., hlm. 34

61

(23)

Sebelum penandatanganan kontrak, pengguna barang/jasa mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ). SPPBJ diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang lelang/seleksi tidak ada sanggahan, atau setelah sangahan dijawab. Jika sanggahan banding diterima, SPBBJ akan diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah adanya jawaban sanggahan banding dari Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi.

10. Kontrak Kerja dengan Pemenang/Pihak Ketiga

Kontrak ditandatangani paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya SPPBJ. Dalam Perpres No. 54 Tahun 2010, format kontrak memuat:

a. Tanggal mulai berlakunya kontrak. b. Nama dan alamat para pihak.

c. Nama paket pekerjaan yang diperjanjikan. d. Harga kontrak dalam angka dan huruf.

e. Pernyataan bahwa kata dan ungkapan yang terdapat dalam syarat-syarat umum/khusus kontrak telah ditafsirkan sama bagi para pihak.

f. Kesanggupa n penyedia barang/jasa yang ditunjuk untuk memperbaiki kesanggupan pekerjaan atau akibat pekerjaan.

g. Kesanggupan pengguna barang/jasa untuk membayar kepada penyedia barang/jasa sesuai dengan jumlah harga kontrak.

h. Tanda tangan para pihak diatas materai. 11. Sistem Pembayaran Dan Cara Pembayaran

(24)

a. Untuk usaha kecil setingi-tinginya 30% (tiga puluh persen) dari nilai kontrak.

b. Untuk usaha selain usaha kecil setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) dari nilai kontrak.

(25)

BAB IV

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMASANGAN INSTALASI PIPA AIR MINUM ANTARA PDAM TIRTANADI DENGAN PIHAK

KONTRAKTOR

A. Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian Pemasangan Instalasi Pipa Air Minum Antara Pdam Tirtanadi Dengan Pihak Kontraktor

Kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan salah satu bentuk perjanjian baku. Perjanjian baku telah dikenal dalam masyarakat dan sangat berperan terutama dalam dunia usaha. Perjanjian baku adalah suatu perjanjian yang didalamnya telah terdapat syarat-syarat tertentu yang dibuat oleh salah satu pihak, yang umumnya disebut perjanjian adhesie atau perjanjian baku. Nama perjanjian adhesie adalah yang paling tua yang oleh Salcilles, ahli hukum Perancis yang besar, dilaksanakan dalam masyarakat dan begitu cepat menjadi terkenal (“contract d’adhesian”, “adhesion contract”).

(26)

membuat redaksinya, sehingga pihak lawan berada dalam keadaan di bawah kekuasaannya.

Menurut Abdul Kadir Muhammad, istilah perjanjian baku dialih bahasakan dari istilah yang dikenal dalam bahasa Belanda yaitu “standard contract”. Kata baku atau standar artinya tolak ukur yang dipakai sebagai patokan

atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan pengusaha, yang dibakukan dalam perjanjian baku ialah meliputi model, rumusan, dan ukuran. Model, rumusan, dan ukuran tersebut sudah dibakukan dan tidak dapat diganti, diubah atau dibuat lagi dengan cara lain karena pihak pengusaha sudah mencetaknya dalam bentuk formulir yang berupa blanko naskah perjanjian lengkap didalamnya sudah dilampiri dengan naskah syarat-syarat perjanjian atau yang disebut dengan dokumen bukti perjanjian yang memuat tentang syarat-syarat baku yang wajib dipenuhi oleh pelanggan. Pihak pengusaha dalam merumuskan atau menuangkan syarat-syarat perjanjian tersebut biasanya menggunakan bentuk nomor-nomor, pasal atau klausula-klausula tertentu yang mengandung arti tertentu pula, yang pada dasarnya hanya dipahami oleh pihak pengusaha dan ini merupakan kerugian bagi konsumen karena konsumen sulit atau tidak bisa memahaminya dalam waktu yang singkat.

(27)

banyak orang, menimbulkan kebutuhan untuk mempersiapkan isi perjanjian itu terlebih dahulu dan kemudian dibakukan dan seterusnya dicetak dalam jumlah banyak sehingga mudah menyediakannya setiap saat jika masyarakat membutuhkan. Atas dasar itu dapat kita rumuskan perjanjian standar adalah perjanjian tertulis yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu, yang mengandung syarat-syarat baku, yang dibuat oleh salah satu pihak kemudian disodorkan kepada pihak lain untuk, disetujui (lawan janjinya). Disini terlihat sifat adanya perjanjian baku, yaitu perjanjian yang diperuntukkan bagi setiap debitur yang melibatkan diri dalam perjanjian sejenis ini. Tanpa memperhatikan perbedaan kondisi antara debitur yang satu dengan yang lain. Jika debitur menyetujui salah satu dari syarat-syaratnya, maka debitur hanya mungkin bersikap menerima atau tidak menerimanya sama sekali, kemungkinan untuk mengadakan perubahan isi sama sekali tidak ada.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman perjanjian baku dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Perjanjian baku sepihak atau perjanjian adhesi adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya didalam perjanjian itu. Pihak yang kuat disini ialah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi (ekonomi) kuat dibandingkan pihak debitur.

(28)

3. Perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah, ialah perjanjian baku yang isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian-perjanjian yang mempunyai obyek hak-hak atas tanah. 4. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat adalah

perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang minta bantuan notaris atau advokat yang bersangkutan. 62

Ada 5 ciri dari perjanjian baku yaitu:

a. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi (ekonominya) kuat. Di dalam pembuatan suatu perjanjian baku hanya ditetapkan oleh salah satu pihak saja dan biasanya pihak yang membuat adalah pihak yang posisinya relative kuat, hal ini dimaksudkan agar pihak-pihak yang posisinya lemah mau atau tunduk pada semua ketentuan yang telah disebutkan dalam perjanjian baku tersebut. Isi dari perjanjian tersebut adalah klausula-klausula baku yang merupakan ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat yang dibuat oleh salah satu pihak dan dikehendaki oleh perusahaan yang dituangkan kedalam suatu dokumen perjanjian yang mengikat serta wajib dipenuhi oleh konsumen. Hal ini menyebabkan konsumen berada dalam posisi yang lemah karena harus mengikuti semua yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan, oleh karena itu konsumen harus dilindungi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

62

(29)

b. Masyarakat (debitur) sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian itu. Setiap isi perjanjian yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula-klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti oleh pihak lain dan setiap pelaku usaha dilarang membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai isi perjanjian. Sehingga dalam hal ini setiap isi perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha walaupun dibuat secara sepihak juga harus memperhatikan hak-hak dari masyarakat (debitur) yang akan melakukan penandatanganan pada suatu perjanjian.

(30)

kehendak pelaku usaha apabila masyarakat tersebut menginginkan barang atau jasa tersebut.

d. Bentuknya tertulis. Setiap perjanjian yang disajikan oleh suatu perusahaan pasti bentuknya tertulis, hal ini memudahkan para debitur untuk melakukan penandatanganan atau persetujuan terhadap isi perjanjian yang telah dibuat oleh setiap pelaku usaha. Jadi apabila debitur telah membaca dan menyetujui apa yang ada dalam perjanjian maka ia tinggal menandatangani dan pihak pelaku usaha tidak perlu lagi menjelaskan.

e. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau konfektif. Lazimnya dalam bentuk formulir yang jumlahnya lebih dari satu, karena pelaku usaha sudah dari awal mempersiapkan perjanjian-perjanjian tersebut secara massal, ini untuk menjaga apabila perjanjian baku tersebut dibutuhkan oleh banyak debitur sehingga perusahaan tidak perlu lagi membuat perjanjian baku yang isinya sama dengan perjanjian yang dibuat, dan hal ini juga tidak menyulitkan baik dari pihak perusahaan dan pihak debitur. Pada masa yang akan datang, sebagai akibat dari globalisasi, perjanjian baku dengan bentuk formulir ini secara luas menguasai dunia bisnis di Indonesia.

(31)

menyiapkan perjanjian tersebut tahu sampai seberapa jauh hak dan kewajiban mereka.63

1) Kedudukan pemerintah selaku pengelola dana APBN dan APBD yang mempunyai tugas untuk mempercepat dan meningkatkan pembangunan di Indonesia sering melakukan kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah dengan perusahaan penyedia barang dan jasa. Pemerintah dalam melakukan rancangan pembangunan berkelanjutan tentunya mempunyai tata cara untuk melakukan kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah. Dalam sebagian besar metode kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah, andil pihak pemerintah dalam menentukan isi kontrak sangat besar, dan lebih dominan. Pemerintah dapat menentukan spesifikasi dan harga satuan atas suatu barang dan akan melakukan penawaran umum kepada penyedia barang dan jasa pemerintah.

Berkaitan dengan kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah sebagai salah satu bentuk kontrak baku, maka masing-masing pihak yang ada dalam kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah ini tentu saja mempunyai kedudukan yang berbeda, adapun kedudukan masing-masing pihak dalam kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah ini yakni:

2) Kedudukan perusahaan penyedia barang atau jasa (kontraktor) atau orang yang melakukan pekerjaan proyek pengadaan pemerintah dalam kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah ini, dimana mereka sebenarnya mempunyai kedudukan yang tidak seimbang atau pihak yang lebih lemah.

63

(32)

Hal ini dikarenakan sifat kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah kontrak baku yang dimana pihak perusahaan penyedia barang atau jasa tidak ikut lebih jauh dalam merumuskan isi dalam kontrak tersebut, para penyedia barang atau jasa hanya mempunyai pilihan untuk menerima dan menyetujui serta menandatangani kontrak baku tersebut atau meninggalkan dan menolak kontrak tersebut. Namun walaupun posisi penyedia barang dan jasa dalam kontrak ini lebih lemah tetapi perusahaan tidak perlu takut, karena semua sistem dalam kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah ini telah dijamin pelaksanaannya dan pengawasannya pemerintah terkait, dan semata-mata kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah bertujuan untuk mempercepat pembangunan semua aspek di Indonesia.

Berdasarkan kedudukan masing-masing pihak yang telah diuraikan dalam penjelasan diatas, maka ada ketidakseimbangan antara para pihak, terutama antara kontraktor dan pemerintah dimana pada sebagian besar metode pengadaan barang atau jasa pemerintah, perusahaan penyedia barang atau jasa tidak ikut dalam merumuskan kontrak kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah yang akan di setujuinya. Sehingga bila dipandang dari sudut pandang hukum, maka kontrak perjanjian pengadaan barang atau jasa pemerintah yang termasuk dalam salah satu bentuk kontrak baku ini tidak terdapat asas persamaan hak dalam hukum (equality in law). Namun karena perusahan penyedia barang dan jasa menyetujui dan

(33)

bagi mereka yang bersepakat untuk melakukan kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah tersebut (pacta sun servanda).

B. Pelaksanaan Perjanjian Pemasangan Instalasi Pipa Air Minum Antara PDAM Tirtanadi Dengan Pihak Kontraktor

Pada tanggal 28 januari 2014 Muhammad Azhari Iqbal, SE selaku pejabat pengadaan melakukan penawaran langsung atau penunjukan langsung kepada pimpinan CV. Indra Utama untuk melakukan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa distribusi dengan mengirimkan surat undangan penawaran no 07/UP/CSG/I/2014 dengan ketentuan surat penawaran harga dari CV. Indra Utama sudah diterima oleh pihak PDAM TIRTANADI paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal undangan penawaran ini diterima. Adapun uraian pekerjaan yang dikirimkan sebagai berikut:

1. Nama Pekerjaan : Pemasangan Pipa Distribusi Ø 110 MM & 90 MM

2. Lokasi Pekerjaan : Jalan. Pasar III Tapian Nauli Perumahan Permata Setiabudi Residence II

3. Panjang Pipa : 249 Meter & 591 Meter

(34)
[image:34.595.114.535.162.547.2]

Tabel 2. Uraian Pekerjaan Dalam Undangan Penawaran No Uraian Pekerjaan Diameter

(Ø)

Vol Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Lobang Potong Berm Galian/Timbun Sirtu Galian/Timbun Berm Galian/Timbun Sirtu Galian/Timbun Berm Pasang PVC Pives Pasang PVC Pives Pasang Collar Pasang Collar Pasang Collar

Pencucian Dengan Pig Busa

Pencucian Dengan Pig Busa

Pasang F. Gate Valve Pasang F. Gate Valve Bak Meter Air U/Meter Ø4” 160 110 110 90 90 110 90 6” 4” 3” 4” 3” 100 80 - 1 150 99 414 177 249 591 2 1 1 249 591 4 1 1 Tempat Meter Meter Meter Meter Meter Meter Buah Buah Buah Meter Meter Buah Buah Hitung Terbilang: Jumlah PPN 10% Total Dibulatkan Rp. Rp. Rp. Rp. Sumber: Lampiran Undangan Penawaran Nomor 07/UP/CSG/I/2014 Antara

PDAM Tirtanadi Dengan CV. Indra Utama

(35)
[image:35.595.112.534.139.535.2]

Tabel 3. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan No

.

Uraian Pekerjaan Dia mete

r (Ø)

Vol Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Lobang Potong Berm Galian/Timbun Sirtu Galian/Timbun Berm Galian/Timbun Sirtu Galian/Timbun Berm Pasang PVC Pives Pasang PVC Pives Pasang Collar Pasang Collar Pasang Collar

Pencucian Dengan Pig Busa

Pencucian Dengan Pig Busa

Pasang F. Gate Valve Pasang F. Gate Valve Bak Meter Air U/Meter Ø4” 160 110 110 90 90 110 90 6” 4” 3” 4” 3” 100 80 - 1 150 99 414 177 249 591 2 1 1 249 591 4 1 1 Tempat Meter Meter Meter Meter Meter Meter Buah Buah Buah Meter Meter Buah Buah Hitung 479.049 51.214 26.149 39.770 20.000 3.900 3.000 62.700 62.700 50.200 450 450 162.900 141.500 8.411.300 479.049 7.682.100 2.588.751 16.464.780 3.540.000 971.100 1.773.000 125.400 62.700 50.200 112..050 265,950 651.600 141.500 8.411.300

Terbilang: Empat Puluh Tujuh Juta Enam Ratus Lima Puluh Satu Ribu Empat Ratus Rupiah

Jumlah PPN 10% Total Dibulatka n 43.319.480 4.331.948 47.651.428 47.651.400 Sumber: Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Yang Disusun Oleh CV. Indra

(36)
[image:36.595.112.542.193.586.2]

menguntungkan PDAM TIRTANADI, dan total harga setelah negosiasi sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Negosiasi Harga No

.

Uraian Pekerjaan Diamet er (Ø)

Vol Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Lobang Potong Berm Galian/Timbun Sirtu Galian/Timbun Berm Galian/Timbun Sirtu Galian/Timbun Berm Pasang PVC Pives Pasang PVC Pives Pasang Collar Pasang Collar Pasang Collar

Pencucian Dengan Pig Busa

Pencucian Dengan Pig Busa

Pasang F. Gate Valve Pasang F. Gate Valve Bak Meter Air U/Meter Ø4” 160 110 110 90 90 110 90 6” 4” 3” 4” 3” 100 80 - 1 150 99 414 177 249 591 2 1 1 249 591 4 1 1 Tempat Meter Meter Meter Meter Meter Meter Buah Buah Buah Meter Meter Buah Buah Hitung 479.000 51.200 26.100 39.750 20.000 3.900 3.000 62.700 62.700 50.200 450 450 162.900 141.500 8.411.200 479.000 7.680.000 2.583.000 16.456.500 3.540.000 971.100 1.773.000 125.400 62.700 50.200 112..050 265,950 651.600 141.500 8.411.200

Terbilang: Empat Puluh Tiga Juta Enam Ratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Rupiah

Jumlah PPN 10% Total Dibulatkan 43.304.100 4.330.410 47.634.510 47.634.500 Sumber: Lampiran Hasil Negosiasi Harga Nomor 08/BAN/II/CSG/2014

Tanggal 3 Februari 2014 Antara PDAM Tirtanadi Dengan CV. Indra Utama

(37)

08/SPMK/CSG/2014 memerintahkan kepada CV. Indra Utama untuk memulai pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Macam pekerjaan adalah pemasangan pipa distribusi Ø 110 MM & Ø 90 MM di lokasi Jalan. Pasar III Tapian Nauli Perumahan Permata Setiabudi Residence II di kawasan PDAM TIRTANADI Cabang Sunggal Medan

2. Tanggal mulai kerja 5 Februari 2014 s/d 14 Februari 2014

3. Syarat-Syarat pekerjaan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan kontrak 4. Waktu penyelesaian selama 7 (tujuh) hari kerja dan pekerjaan sudah harus

selesai tanggal 14 Februari 2014

5. Masa pemeliharaan 7 (tujuh) hari kerja dan penagihan dilakukan setelah lewat masa pemeliharaan

6. Denda dimana terhadap setiap hari keterlambatan pelaksanaan/ penyelesaian pekerjaan penyedia jasa akan dikenakan denda

a. Keterlambatan 1 s/d 7 hari dikenakan denda 1%0 (satu permil) dari nilai SPK

b. Keterlambatan 8 s/d 14 hari dikenakan denda 1% (satu persen) dari nilai SPK

c. Keterlambatan 15 s/d 21 hari dikenakan denda 2.5% (dua setengah persen) dari nilai SPK

(38)

e. Apabila setelah 30 hari kerja keterlambatan pekerjaan belum selesai dilaksanakan, maka surat perintah kerja dianggap batal dan dalam hal ini pihak rekanan tidak dapat menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun.

7. Penagihan hanya dapat dilakukan setelah penyelesaian pekerjaan yang diperintahkan dalam SPK dan dibuktikan dengan berita acara serah terima. Jika pekerjaan ini tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu pelaksanaan pekerjaan karena kesalahan atau kelalaian, penyedia jasa berkewajiban untuk membayar denda kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

Perjanjian yang telah dibuat dalam pelaksanaannya terdapat pengurangan atau bahkan penambahan prestasi (addendum) pekerjaannya. Addendum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jilid tambahan (pada buku), lampiran ketentuan atau pasal tambahan, misal dalam akta. Pada umumnya, istilah addendum dipergunakan saat ada tambahan atau lampiran pada perjanjian

pokoknya namun merupakan satu kesatuan dengan perjanjian pokoknya. Meskipun jangka waktu perjanjian tersebut belum berakhir, para pihak dapat menambahkan addendum sepanjang disepakati oleh kedua belah pihak.

(39)

(misalnya hubungan kerja) untuk diteruskan. Sehingga, para pihak membuat kesepakatan untuk memperpanjang perjanjian/kontrak.64

Pada dasarnya, keduanya, baik addendum maupun perpanjangan kontrak adalah perjanjian. Karena tanpa kesepakatan kedua belah pihak, salah satu pihak tidak dapat membuat addendum atau memperpanjang suatu perjanjian secara sepihak. Jadi, sebenarnya perbedaannya adalah pada penggunaan istilah atas dasar perbedaan fungsi. Namun, esensi keduanya tetap adalah perjanjian. Dengan demikian, keduanya sama-sama merupakan perjanjian dan tunduk pada asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338

bebas menentukan isi kontrak sepanjang isi dari perjanjian itu tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, maupun dengan ketertiban umum, termasuk dalam menentukan bentuk yang digunakan, para pihak dapat menyepakatinya.

Menurut Frans Satriyo Wicaksono, jika pada saat kontrak berlangsung ternyata terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam kontrak tersebut, dapat dilakukan musyawarah untuk suatu mufakat akan hal yang belum diatur tersebut. Untuk itu ketentuan atau hal-hal yang belum diatur tersebut harus dituangkan dalam bentuk tertulis sama seperti kontrak yang telah dibuat. Pengaturan ini umum ini umum disebut dengan addendum atau amandemen biasanya klausula yang mengatur tentang addendum dicantumkan pada bagian akhir dari suatu perjanjian pokok. Namun apabila hal tersebut tidak dicantumkan dalam perjanjian, addendum tetap dapat dilakukan sepanjang ada kesepakatan diantara para pihak,

(40)

dengan tetap memperhatikan ketentuan pasal 1320 KUH Perdata. Belum ada alasan yang pasti mengapa cara addendum lebih dipilih digunakan daripada membuat perjanjian baru untuk perubahan dan atau penambahan isi dari suatu perjanjian. Namun patut diduga bahwa hal tersebut semata karena alasan kepraktisan serta lebih menghemat waktu dan biaya.65

Pada hari Selasa tanggal 4 Maret 2014, Reza Putrawan Daulay, SE selaku Kabag Pengawasan PDAM TIRTANADI Cabang Sunggal yang berkedudukan di Jalan. Pekan Sunggal Medan yang bertindak atas jabatannya selaku pihak pertama bersama dengan Bobby Octavianus Zulkarnain selaku Direktur CV. Indra Utama yang berkedudukan di Jalan. Taduan Gg. Buntu No. 2 Medan yang dalam ini bertindak untuk dan atas nama jabatannya selaku pihak kedua berdasarkan surat nomor 35/BAP/CSG/2014, kedua belah pihak telah setuju dan sepakat membuat Bahwa dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat addendum tambah kurang pekerjaan pemasangan pipa distribusi Ø 110 MM & Ø 90 MM di lokasi Jalan. Pasar III Tapian Nauli Perum Permata Setiabudi Residence di kawasan PDAM TIRTANADI Cabang Sunggal Medan berdasarkan surat Nomor 08/SPMK/CSG/2014 dengan nomor addendum surat 35/BAAD/CSG/2014, dimana dalam surat tersebut terdapat pengurangan harga pekerjaan dari harga awal SPMK No. 08/SPMK/CSG/2014 sebesar 47.634.500, dikurang addendum pengurangan sebesar 1.175.800 dan realisasi biaya pemasangan sebesar 46.458.700 termasuk PPn 10% yang disepakati dan disetujui oleh kedua belah pihak.

65

(41)

berita acara hasil pemeliharaan bersama atas pekerjaan pemasangan pipa distribusi Ø 110 MM & Ø 90 MM di lokasi Jalan. Pasar III Tapian Nauli Perumahan Permata Setiabudi Residence II di kawasan PDAM TIRTANADI Cabang Sunggal Medan berdasarkan surat Nomor 08/SPMK/CSG/2014 tanggal 05 Februari 2014 dan berita acara laporan hasil pemeriksaan bersama dilapangan tertanggal 14 Februari 2014. Dari hasil pemeriksaan bersama dilapangan, kedua belah pihak sepakat menyatakan bahwa pekerjaan yang dimaksud telah selesai dikerjakan seratus 100% dengan pelaksanaan sesuai waktu, selanjutnya dinyatakan bahwa pekerjaan dimaksud diatas memasuki masa pemeliharaan selama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal tersebut diatas.

C. Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Selama Dalam Pelaksanaan Perjanjian Dan Upaya Yang Telah Diambil Untuk Menyelesaikannya

Dalam hal terjadinya sengketa dalam kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah yang dilakukan oleh penyedia harus diambil penyelesaian sesuai dengan ketentuan yang telah diperjanjikan dalam kontrak yang telah ditandatangani bersama yaitu dengan memperhatikan isi kontrak antara PDAM Tirtanadi Cabang Sunggal Medan dengan CV. Indra Utama dimana mereka bersepakat utuk menyelesaikan perselisihan di lembaga arbitrase atau melalui Pengadilan Negeri di Medan.66

Pada kebiasaannya perselisihan pengadaan barang ini terjadi karena ketidaksesuaian spesifikasi barang yang ditentukan dengan nyatanya. Jika

66

(42)

syarat untuk suatu macam bahan tidak terdapat di dalam syarat-syarat umum, maka bahan itu harus memenuhi syarat-syarat umum untuk bahan sejenis. Jika bahan menurut contoh, bahan harus cocok dengan contoh, dari pandangan luar dan ukuran. Bahan-bahan yang diperuntukkan bagi pekerjaan sebelum dikerjakan atau diserahkan harus diperiksa dan dinilai mutunya.

CV. Indra Utama mempunyai tanggung jawab, apabila ternyata nilai bahan, baik itu mutu maupun jenis tidak sesuai dengan dokumen kontrak pengadaan barang atau jasa pemerintah yang dilakukan oleh penyedia, apabila diadakan pemeriksaan oleh tim pengawas pekerjaan dan ditemukan ketidak sesuaian barang maka pihak CV. Indra Utama, diharuskan mengganti bahan-bahan yang disepakati sebelumnya dengan biaya sendiri. Pelaksanaan penggantian disebabkan ketidak sesuaian tersebut ditanggung oleh pihak CV. Indra Utama, termasuk adanya cacat pekerjaan. Hal di atas dirasakan wajar karena tidak dimungkinkan adanya pihak CV. Indra Utama, yang melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan bestek yang tertera dalam dokumen kontrak, tetapi hanya terfokus pada mencari keuntungan, maka dalam hal ini dibutuhkan kejelian tim pengawas pemberi pekerjaan agar hasil kerja pihak CV. Indra Utama, benar-benar bermutu dan sesuai bestek yang disepakati sebelumnya.67

Di satu sisi lagi timbulnya pertanggung jawaban pihak CV. Indra Utama, dalam pelaksanaan pekerjaannya adalah jika pihak CV. Indra Utama, terlambat menyelesaikan pekerjaan pengadaan tersebut. Jika pemborong tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang telah ditetapkan atau menyerahkan

67

(43)

perkerjaan dengan tidak baik, maka si pemberi pekerjaan dapat memutuskan perjanjian tersebut sebagian atau seluruhnya serta segala akibat-akibatnya dan pemberi pekerjaan dapat memberikan denda sesuai hari keterlambatan pelaksanaan. Yang dimaksud dengan akibat pemutusan perjanjian disini ialah pemutusan untuk waktu yang akan datang (ontbinding voorde toekomst), dalam arti bahwa mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan/ dikerjakan akan tetapi dibayar, namun mengenai pekerjaan yang belum dikerjakan itu diputuskan. Dengan adanya pemutusan perjanjian demikian perikatannya dengan begitu bukan berhenti sama sekali seperti seolah-olah tidak pernah terjadi perikatan sama sekali, dan wajib dipulihkan ke keadaan semula, melainkan dalam keadaan tersebut di atas pemberi tugas dapat menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan itu, sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Atau jika telah terlanjur dibayarkan kepada penerima kerja atas biaya yang harus ditanggung oleh si penerima kerja dengan pembayaran yang diterimanya. Jika terjadi pemutusan perjanjian, si pemborong sebagai pihak penerima kerja selain wajib membayar denda-denda yang telah diperjanjikan juga wajib membayar kerugian yang berupa ongkos-ongkos, kerugian yang diderita dan biaya yang harus dibayar.68

Dalam praktek pengadaan barang atau jasa pemerintah konsumsi jika terjadi wanprestasi dari pihak penerima kerja setelah memberikan peringatan secara tertulis dan pihak penerima kerja tetap melalaikannya, maka si pemberi kerja menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut atas biaya/anggaran yang dipikul oleh penerima kerja yang sedianya diterima oleh

68

(44)

penerima kerja (pemborong). Mengenai kewajiban pembayaran denda yang diwajibkan dalam perjanjian maka jika terjadi kelambatan penyerahan pekerjaan, hendaknya diperhatikan bahwa pengaturan mengenai pembebanan denda tersebut dengan mengingat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Denda tersebut baru diwajibkan dibayar setelah adanya pernyataan lalai lebih dahulu, jika dalam jangka waktu pernyataan lalai tersebut pihak penerima kerja tetap tidak dapat memperbaiki kelalaiannya maka pembayaran denda wajib dipenuhi.

2. Pembayaran denda diwajibkan jika penerima kerja tidak dapat mengemukakan adanya overmacht atau hambatan penyerahan pekerjaan tersebut.

3. Denda itu harus diperinci sesuai dengan keadaan/sifat dari wanprestasi tersebut, sehingga ada denda yang diwajibkan untuk dibayar setiap hari keterlambatan, atau dibayar untuk sekian kali dan lain-lain.

4. Gugat untuk pembayaran denda tersebut dan gugat untuk pembayaran pengganti kerugian pada azasnya tidak boleh bersamaan/berganda. Karena pembayaran denda pada hakekatnya adalah merupakan pembayaran kerugian yang telah ditetapkan. Pihak yang dirugikan seharusnya membuktikan bahwa ia menderita kerugian yang lebih besar, padanya terletak beban pembuktian. Jika ia dapat membuktikan adanya kerugian yang diderita tersebut maka di samping denda ia dapat menuntut pengganti kerugian.69

Pemutusan kontrak diatur dalam Pasal 93 Perpres Nomor 54 Tahun 2010, yang dapat dilakukan oleh PPK secara sepihak apabila denda keterlambatan

69

(45)

pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia barang/jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak. Kemudian penyedia barang/jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Selain itu penyedia barang/jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang.70

Dalam hal terjadi perselisihan antara pihak dalam penyediaan barang/jasa pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat. Apabila hal tersebut tidak tercapai, penyelesaian perselisihan dapat dilakukan melalui arbitrase, alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

71

70

Salim, HS, Op. Cit., hlm 294

71

(46)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kedudukan antara kedua belah pihak tidaklah seimbang, dimana kedudukan PDAM Tirtanadi lebih tinggi dari pada CV. Indra Utama, dikarenakan Pihak PDAM Tirtanadi yang menentukan sepenuhnya isi dari kontrak tersebut. Sedangkan kedudukan CV. Indra Utama lebih rendah dikarenakan isi dari kontrak tersebut sudah baku dan hanya mempunyai pilihan untuk menerima dan menyetujui serta menandatangani kontrak baku tersebut atau meninggalkan dan menolak kontrak.

(47)

3. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian yakni adanya hambatan dimana ketidaksesuaian spesifikasi barang yang ditentukan dalam kontrak tidak sesuai dengan kenyataannya, Upaya yang dilakukan apabila terjadinya ketidaksesuaian spesifikasi barang, barang tersebut harus diganti oleh pihak kontraktor sesuai dengan barang yang ditentukan dalam kontrak.

B. Saran

1. Sebaiknya perlu ada kesadaran dari pihak yang membuat kontrak perjanjian khususnya perjanjian pengadaan barang dan jasa pemerintah mengenai pemahaman asas equality in law, sebab jika asas ini dapat dijalankan dengan baik, maka resiko terjadinya perselisihan akan berkurang.

2. Seharusnya perlu ada sosialisai lebih lanjut mengenai perubahan kedua Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Barang/ Jasa Pemerintah yang diubah menjadi Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Barang/ Jasa Pemerintah, agar para perusahaan penyedia barang dan jasa pemerintah lebih siap dalam melaksanakan kontrak-kontrak pengadaan pemerintah.

(48)

BAB II

PEMASANGAN INSTALASI PIPA AIR MINUM SEBAGAI SUATU PERJANJIAN MENURUT KUH PERDATA

A. Pengertian Perjanjian Atau Perikatan

Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian atau persetujuan (overeenkomst) yang dimaksud dalam Pasal 1313 KUHPerdata hanya terjadi atas izin atau kehendak (toestemming) dari semua mereka yang terkait dengan persetujuan itu, yaitu mereka yang mengadakan persetujuan atau perjanjian yang bersangkutan.9

Menurut Setiawan perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Dalam membuat sebuah pengertian tentang perjanjian, setiap sarjana mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai definisi perjanjian.

10

Menurut Subekti perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal itu.11

Menurut Wirjono Prodjodikoro perjanjian adalah suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji

9

Komar Andasasmita, Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya, Cetakan 2, (Bandung: Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, 1990), hlm. 430

10

Apit Nurwidijanto, Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Bangunan Pada Puri Kencana Mulya Persada di Semarang, Tesis Ilmu Hukum, Universitas Diponogoro, 2007, hlm. 41

11

(49)

atau dianggap tidak berjanji untuk melakukan sesuatu, atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain menurut pelaksanaan sesuatu hal itu.12

Menurut Mariam Darus Badrulzaman perjanjian adalah suatu perhubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang terletak dalam bidang harta kekayaan, dengan mana pihak satu berhak atas prestasi dan pihak lain wajib memenuhi kewajiban itu.13

1. Perjanjian dalam arti luas, adalah setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagaimana yang telah dikehendaki oleh para pihak, misalnya perjanjian tidak bernama atau perjanjian jenis baru.

Handri Rahardjo mengatakan secara garis besar perjanjian dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

2. Perjanjian dalam arti sempit, adalah hubungan-hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan seperti yang dimaksud dalam Buku III KUHPerdata. Misalnya, perjanjian bernama.14

Handri Raharjo mengatakan perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak dalam lapangan harta kekayaan dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak yang lain berkewajiban berprestasi. Yang dimaksud dengan lapangan harta kekayaan adalah hubungan antara subjek hukum dengan objek hukum (harta kekayaan) dan dapat dinilai dengan uang.15

12

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, (Bandung: Sumur, 1992), hlm. 12

13

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), hlm. 3

14

Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009), hlm. 42

(50)

melaksanakan sesuatu hal tertentu. Perjanjian itu merupakan suatu ketentuan antara mereka untuk melaksanakan prestasi.

Dari beberapa pengertian tentang perjanjian yang telah diurikan diatas, terlihat bahwa dalam suatu perjanjian itu akan menimbulkan suatu hubungan hukum dari para pihak yang membuat perjanjian. Masing-masing pihak terikat satu sama lain dan menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak yang membuat perjanjian. Namun, dalam prakteknya bukan hanya orang perorangan yang membuat perjanjian, namun termasuk juga badan hukum yang juga merupakan subjek hukum. Selain itu dalam merumuskan suatu perjanjian terdapat beberapa unsur yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan sebagai sebuah perjanjian antara lain sebagai berikut:

a. Ada pihak-pihak (subjek), sedikitnya dua pihak dimana subjek dalam perjanjian adalah para pihak yang terikat dengan diadakannya suatu perjanjian. Subjek perjanjian dapat berupa orang atau badan hukum dengan syarat subjek adalah orang mampu atau berwenang melakukan perbuatan hukum.

b. Ada persetujuan antara pihak-pihak yang bersifat tetap dimana unsur yang penting dalam perjanjian adalah adanya persetujuan (kesepakatan) antara pihak. Sifat persetujuan dalam suatu persetujuan disini haruslah tetap, bukan sekedar berunding. Persetujuan itu ditunjukan dengan penerimaan tanpa syarat atas suatu tawaran.

(51)

mengadakan perjanjian dengan pihak lain. Tujuan itu sifatnya tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan tidak dilarang oleh Undang-Undang.

d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan dimana prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian. e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan. Bentuk perjanjian perlu ditentukan,

karena ada ketentuan Undang-Undang bahwa hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan kekuatan terbukti. Bentuk tertentu biasanya berupa akta.

f. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian. Syarat-syarat tersebut biasanya terdiri dari syarat pokok yang akan menimbulkan hak dan kewajiban pokok

Menurut M. Yahya Harahap perjanjian atau verbintennis mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasinya.16 Dari pengertian singkat di atas dijumpai di dalamnya beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain hubungan hukum (rechtbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (persoon) atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.17

16

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 6

(52)

perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hubungan hukum antara perseorangan/person adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum. Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai dalam harta benda kekeluargaan.

Dalam hubungan hukum kekayaan keluarga, dengan sendirinya timbul hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orang tuanya seperti yang diatur dalam hukum waris. Lain halnya dalam perjanjian, hubungan hukum antara pihak yang satu dengan yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya tindakan hukum/rechtshandeling. Tindakan/perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihaklah yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi. Sedangkan pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani dengan kewajiban untuk menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh hak/recht dan pihak sebelah lagi memikul kewajiban/plicht menyerahkan/menunaikan prestasi. Prestasi ini adalah objek atau voorwerp dari verbintenis. Tanpa prestasi, hubungan hukum yang dilakukan berdasar tindakan

hukum, sama sekali tidak mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas prestasi mempunyai kedudukan sebagai schuldeiser atau kreditur. Pihak yang wajib menunaikan prestasi berkedudukan sebagai

schuldenaar atau debitur.18

18

(53)

Para sarjana menyatakan bahwa rumusan Pasal 1313 KUH Perdata diatas memiliki banyak kelemahan, salah satunya adalah Abdul Kadir Muhammad yang menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan dari Pasal 1313 KUH Perdata adalah sebagai berikut :19

a. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal tersebut dapat diketahui dari perumusan satu orang saja atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Kata mengikatkan sifatnya hanya datang dari satu pihak saja tidak dari dua pihak. Seharusnya dirumuskan saling mengikatkan diri jadi ada consensus antara para pihak.

b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa Consensus. Pengertian perbuatan termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa, tindakan melawan hukum yang tidak mengandung consensus seharusnya dipakai kata persetujuan.

c. Pengertian perjanjian terlalu luas. Pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata terlalu luas karena mencakup juga pelangsungan perkawinan dan janji perkawinan yang diatur dalam lapangan hukum keluarga.

d. Tanpa menyebut tujuan. Dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut tidak disbutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga para pihak yang mengikatkan diri tidak memiliki tujuan yang jelas untuk apa perjanjian tersebut dibuat.

Kemudian Setiawan yang berpendapat bahwa definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata selain belum lengkap juga terlalu luas. Belum

(54)

lengkapnya definisi tersebut karena hanya menyebutkan perjanjian sepihak saja, terlalu luas karena dipergunakan kata perbuatan yang juga mencakup perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum. Sehubungan dengan hal tersebut, maka definisi perjanjian perlu diperbaiki menjadi :

a. Perbuatan tersebut harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan perbuatan hukum.

b. Menambahkan perkataan atau saling mengikatkan dirinya dalam Pasal 1313 KUH Perdata.

Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa definisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan pula terlalu luas.20

Salah satu sumber perikatan adalah perjanjian. Perjanjian melahirkan perikatan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak dalam perjanjian tersebut. Adapun pengertian perjanjian menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Rumusan dalam Pasal 1313 KUHPerdata menegaskan bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang

Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja.Definisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin, yang merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur di dalam KUH Perdata Buku III. Perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III kriterianya dapat dinilai secara materil, dengan kata lain dinilai dengan uang.

20

(55)

mengikatkan dirinya terhadap orang lain.21 Ini berarti suatu perjanjian menimbulkan kewajiban atau prestasi dari satu orang kepada orang lainnya yang berhak atas pemenuhan prestasi tersebut. Dengan kata lain, bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana pihak yang satu wajib untuk memenuhi suatu prestasi dan pihak lain berhak atas prestasi tersebut. Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa perjanjian menimbulkan prestasi terhadap para pihak dalam perjanjian tersebut. Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh salah satu pihak (debitur)kepada pihak lain (kreditur) yang ada dalam perjanjian. Prestasi terdapat baik dalam perjanjian yang bersifat sepihak atau unilateral agreement, artinya prestasi atau kewajiban tersebut hanya ada pada satu pihak tanpa adanya suatu kontra prestasi atau kewajiban yang diharuskan dari pihak lainnya.22

Prestasi juga terdapat dalam perjanjian yang bersifat timbal balik atau bilateral (or reciprocal agreement), dimana dalam bentuk perjanjian ini

masing-masing pihak yang berjanji mempunyai prestasi atau kewajiban yang harus dipenuhi terhadap pihak yang lainnya.

23

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian.

Pengaturan hukum perikatan menganut sistem terbuka.Artinya setiap orang bebas melakukan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun belum diatur.Pasal 1338 KUHPerdata menyebutkn bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagaiundang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan tersebut memberikan kebebasan para pihak untuk:

21

Karitini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, (Jakarta: RajaGrafindo Perkasa), hlm. 92

22

(56)

b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun.

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya. d. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.24 Sedangkan unsur-unsur perjanjian adalah sebagai berikut:

1. Ada beberapa para pihak.

2. Ada persetujuan antara para pihak. 3. Adanya tujuan yang hendak dicapai. 4. Adanya prestasi yang akan dilaksanakan. 5. Adanya bentuk tertentu lisan atau tulisan.

6. Adanya syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian.25

Perjanjian diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam perjanjian dikenal adanya 3 unsur yang merupakan perwujudan dari asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 1339 KUHPerdata, yaitu :

a. Unsur esensialia dalam perjanjian mewakili ketentuan-ketentuan berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang membedakannya secara prinsip dari jenis perjanjian lainnya.

b. Unsur naturalia adalah unsur yang pasti ada dalam suatu perjanjian tertentu, setelah unsur esensialianya diketahui secara pasti. Misalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur esensialia jual-beli, pasti akan

24

Martin Roestamy & Aal Lukmanul Hakim, Bahan Kuliah Hukum Perikatan, (Fakultas Hukum Universitas Djuanda Bogor), hlm. 5

25

(57)

terdapat unsur naturalia berupa kewajiban penjual untuk menanggung kebendaan yang dijual dari cacat-cacat tersembunyi.

c. Unsur aksidentalia adalah unsur pelengkap dalam suatu perjanjian, yang merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang oleh para pihak, sesuai dengan kehendak para pihak, yang merupakan persyaratan khusus yang ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak.26

Hukum perjanjian itu adalah merupakan peristiwa hukum yang selalu terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga apabila ditinjau dari segi yuridisnya, hukum perjanjian itu tentunya mempunyai perbedaan satu sama lain dalam arti kata bahwa perjanjian yang berlaku dalam masyarakat itu mempunyai coraknya yang tersendiri pula.

Corak yang berbeda dalam bentuk perjanjian itu, merupakan bentuk atau jenis dari perjanjian. Bentuk atau jenis perjanjian tersebut, tidak ada diatur secara terperinci dalam undang-undang, akan tetapi dalam pemakaian hukum perjanjian oleh masyarakat dengan penafsiran Pasal dari KUHPerdata terdapat bentuk atau jenis yang berbeda tentunya. Perbed

Gambar

Tabel 2. Uraian Pekerjaan Dalam Undangan Penawaran
Tabel 3. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan
Tabel 4. Hasil Negosiasi Harga
Tabel 1. Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan

Referensi

Dokumen terkait