• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan kerjasama ekonomi Indonesia – Uni Eropa 1 Hambatan kerjasama dari sisi Indonesia 1 Hambatan kerjasama dari sisi Indonesia

Dalam dokumen KAJIAN KERJA SAMA BILATERAL INDONESIA UN (Halaman 29-33)

ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, HAMBATAN DAN PELUANG KERJA SAMA INDONESIA-UNI EROPA

3.3. Hambatan kerjasama ekonomi Indonesia – Uni Eropa 1 Hambatan kerjasama dari sisi Indonesia 1 Hambatan kerjasama dari sisi Indonesia

Beberapa hal dari Indonesia yang dapat menghambat kerja sama ekonomi Indonesia dengan Uni Eropa antara lain adalah sebagai berikut:

19 a. Daya saing industri dalam negeri yang lemah

Di tengah implementasi Free Trade Agreement (FTA), penguatan daya saing industri dan pengamanan pasar produk dalam negeri menjadi sangat diperlukan. Pemerintah Indonesia telah mengupayakan untuk mendongkrak penggunaan produk-produk dalam negeri, melalui penerapan berbagai macam regulasi teknis dan tata niaga untuk pengamanan pasar dalam negeri, serta program-program promosi seperti kampanye cinta produk dalam negeri, sosialisasi produk dalam negeri hingga melalui pameran-pameran. Peningkatan daya saing melalui optimalisasi penggunaan produk dalam negeri dengan menjaga kualitas dan standar.

Kementerian Perindustrian Indonesia telah melakukan empat langkah strategis terkait penguatan daya saing industri dalam negeri1. Pertama, restrukturisasi industri. Langkah ini terkait dengan pemanfaat teknologi yang efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan melalui restrukturisasi permesinan dan peralatan produksi yang lebih eco-friendly. Implementasi ini pada industri tekstil, alas kaku, gula, serta industri pupuk. Kedua, menjamin kecukupan bahan baku yang terkait dengan pengembangan industri hulu seperti industri gas, kimia dasar, dan logam dasar. Ketiga, peningkatan kualitas sumber daya manusia industri melalui fasilitasi pembangunan Unit Pelayanan Teknis (UPT) untuk mendukung pelatihan dengan keahlian khusus di bidang industri. Keempat, perbaikan pelayanan publik melalui birokrasi yang efektif, efisien, dan akuntabel.

Selain itu, Kementerian Perindustrian telah melakukan inisiatif melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib untuk produk industri, kebijakan Tata Niaga seperti penerapan Importir Produsen (IP) maupun Importir Terdaftar (IT), penerapan trade defends seperti safeguard, anti dumping, dan countervailing duties, serta optimalisasi peningkatan penggunaan produk alam negeri (P3DN) di semua lini kegiatan perekonomian..

b. Gangguan keamanan

Keamanan berinvestasi menjadi salah satu faktor penentu masuknya penanaman modal asing. Gangguan keamanan yang terjadi belakangan ini berdampak pada iklim investasi di Indonesia. Saat ini investor asing yang berdatangan ke Indonesia banyak juga yang datang dari Eropa, selain dari Asia seperti Jepang, Korea, dan Cina. Aspek keamanan terkait aksi unjuk rasa yang menandakan berjalannya proses demokrasi tetapi harus berujung anarkis membawa dampak yang kurang baik bagi iklim investasi. Kondisi ini membuat investor bersikap menunggu hingga keamanan kondusif. Akibatnya, investor yang seharusnya sudah masuk dan memulai aktivitas usahanya harus tertunda menunggu kepastian keamanan. Adanya aksi demonstrasi yang

1

http://www.kemenperin.go.id/artikel/3313/Menperin-Mendorong-Peningkatan-Daya-Saing-Industri-Nasional, diunduh pada 15 Agustus 2012.

20 besar dan disiarkan media membuat investor asing mempertanyakan kemungkinan dampak yang terjadi pada aktivitas usahanya. Selain itu, kurangnya perlindungan kawasan industri oleh aparat penegak hukum menjadi faktor pertimbangan juga bagi investor asing.

c. Pasokan energi kurang terjamin

Kurangnya jaminan pasokan energi sebagai sumber listrik manjadi hambatan dalam iklim investasi di Indonesia. Alternatif terkait pasokan energi mulai dari batubara, gas, pasokan listrik dari PT PLN. Namun, masing-masing sumber energi ini di Indonesia masih menghadapi kendala. Permasalahan utama terkait gas bumi adalah pasokan gas bumi untuk domestik tidak mencukupi real demand yang ada disebabkan kontral gas banyak yang sudah terikat kontrak jangka panjang2. Selain itu, ketiadaan infrastruktur gas juga membuat cadangan gas yang ada di Kalimantan dan Papua belum dapat dipergunakan untuk memenuhi pusat-pusat industri yang terletak di pulau Jawa dan Sumatera. Seperti contohnya, kurangnya pasokan gas untuk PLTGU milik PLN dimana total kebutuhan gas tahun 2011 sebesar 2.060 bbtud hanya dipenuhi 832 bbtud. Hal yang sama terjadi pada industri di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Sumatera Utama dimana real demand gas yang mencapai 1.529 bbtud hanya dapat dipenuhi sebesar 494 bbtud. Kondisi ini jelas dapat menghilangkan kesempatan derasnya investasi asing (FDI) yang masuk saat ini ke Indonesia.

d. Minimnya laboratorium nasional yang berstandar internasional

Keamanan, mutu, dan pemenuhan gizi pangan terkadang menjadi hambatan nontarif dalam perdagangan pangan dunia. Kehadiran laboratorium dan lembaga uji mutu pangan Indonesia diperlukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Dengan demikian, produk Indonesia bisa menembus pasar dunia dengan harga bersaing. Keberadaan laboratorium pangan nasional dengan standar internasional sangat penting dalam menopang industri pangan, pertanian, dan komoditas lainnya yang berbasis ekspor. Dengan demikian, standar mutu yang diuji laboratorium tersebut bisa diterima di pasar internasional. Saat ini banyak produk Indonesia yang mengalami hambatan dalam uji mutu dan sertifikasi sehingga terkadang menjadi mahal atau ditolak negara pembeli. Kehadiran laboratorium pangan dengan standar internasional penting sehingga tidak lagi menjadi semacam hambatan nontarif yang menyulitkan produk Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara pengeskpor ikan tuna yang disegani di dunia dengan tujuan ekspor terbesar ke Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Banyak terjadi penolakan terhadap produk ikan tuna Indonesia ke negara tersebut disebabkan adanya kandungan merkuri dalam ikan tuna melebih batas maksimum yang dipersyaratkan oleh negara tujuan ekspor. Peran Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanana (LPPMHP) sangat

21 penting dalam pembinaan dan pengujian mutu ekspor hasil perikanan terumatam untuk meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di pasaran internasional baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu, keberadaan Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) diperlukan untuk mengawal komoditas suatu produk agar dapat memenuhi persyaratan pasar negara tujuan ekspor.

3.3.2. Hambatan kerja sama dari sisi Uni Eropa

Beberapa hambatan dalam kerja sama ekonomi antara Indonesia dan EU yang berasal dari EU adalah sebagai berikut:

a. Perluasan anggota Uni Eropa

Dengan orientasi inward-looking, Uni Eropa lebih memfokuskan pembangunan pada anggotanya yang baru terutama yang perekonomiannya masih tertinggal. Sesama negara anggota Uni Eropa akan mempunyai bargaining power yang lebih besar dalam mengadakan kegiatan perdagangan sehingga mereka dapat menyulitkan Indonesia. Negara-negara Uni Eropa akan lebih mendahulukan kegiatan perdagangan dengan sesama anggota Uni Eropa dengan adanya perjanjian penghapusan tarif maupun kemudahan transportasi di wilayah Uni Eropa. Lebih lanjut, Indonesia pun harus siap dengan risiko terkait isu-isu tertentu seperti government procurement, kebijakan kompetisi, dan investasi yang dilontarkan anggota Uni Eropa.

b. Standar mutu impor yang tinggi

Uni Eropa memberikan perhatian yang tinggi terkait kebersihan mengenai kesehatan dan makanan dengan prinsip bahwa makanan harus memenuhi standar kesehatan, keselamatan, dan perlindungan bagi kelestarian lingkungan. Standar kualitas komoditas di Uni Eropa mengikuti standar yang telah diterapkan oleh negara pendiri Uni Eropa yang sudah maju, seperti penerapan standar labeling, pajak konsumsi, peraturan bea masuk, dan generalized system of preference (GSP). Negara-negara anggota baru Uni Eropa akan menerapkan kebijakan yang semakin ketat sesuai apa yang ditentukan oleh Komisi Eropa khususnya yang berkaitan dengan isu standar mutu dan lingkungan. Sebagai contoh, Komisi Eropa mengeluarkan keputusan terkait eco-label product untuk semua produk tekstil yang masuk pasar Uni Eropa. Semua produk tekstil yang akan masuk pasar Uni Eropa harus mengikuti ketentuan yang tertera pada keputusan tesebut untuk mendukung program Uni Eropa dalam menjaga kelestarian lingungan terkait dengan ISO 14000 (Ardie, 2012). Dengan adanya peraturan tersebut, ketentuan proses yang dikerjakan menyangkut carding, spaning, penghilangan lemak, pengelantangan, maupun proses finishing pada produk.

22 Komoditas ekspor Indonesia ke Uni Eropa yang cukup besar adalah produk perikanan. Negara-negara Uni Eropa mensyaratkan produks ekspor harus memiliki sertifikat keberlanjutan terhadap lingkungan, termasuk untuk produk ekspor perikanan dari hasil tangkapan laut atau budidaya. Selain itu, produk perikanan yang masuk ke Uni Eropa tidak boleh berasal dari penangkapan illegal. Uni Eropa memiliki database untuk melakukan pengecekan terhadap kapal yang masuk ke suatu negara bekerja sama dengan lembaga konservasi untuk memeriksa perizinannya. Untuk ikan hasil budidaya, tidak boleh mengandung residu antibiotika karena menyangkut keamanan pangan. Jaminan ini pun harus dilaporkan melalui sertifikat khusus yang disampaikan setiap dua tahun sekali. Produk perikanan yang masuk ke Uni Eropa harus memiliki mutu tinggi seperti bebas dari logam berat dan terjaga kebersihannya. Izin perusahaan dapat dicabut dan produk akan dikembalikan ke negara pengekspor jika peraturan tersebut dilanggar. c. Hambatan nontarif

Peraturan impor Uni Eropa terkait bahan kimia tercantum dalam Registration, Evaluation, Authorization, and Restriction of Chemicals (REACH). Aturan yang diimplementasikan sejak tanggal 1 Juni 2007 ini bertujuan mengatur agar produk yang dijual di Eropa mengandung zat kimia aman bagi lingkungan, masyarakat, dan pekerja. Dengan peraturan REACH ini, industri dam importir bertanggung jawab menjamin keamanan produk-produk yang mengandung zat kimia. Tanggung jawab tersebut dengan menyertakan daftar kandungan zat kimia atau hasil uji laboratorium bagi produk yang diproses dengan zat kimia.

Peraturan ini cukup menghambat eksportir minyak sawit yang berkontribusi cukup tinggi ke Uni Eropa. Namun sejak Juni 2010, Komisioner Perdagangan Uni Eropa menyampaikan klarifikasi tertulis bahwa produk turunan minyak sawit merupakan produk yang dikecualikan dalam regulasi REACH.

Dalam dokumen KAJIAN KERJA SAMA BILATERAL INDONESIA UN (Halaman 29-33)

Dokumen terkait