• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

B. PEMBAHASAN

3. Harapan Klien

Harapan klien mengundang makna adanya kebutuhan yang ingin terpenuhi melalui proses konseling. Harapan klien terhadap proses klien adalah untuk memperoleh informasi, menurunkan kecemasan, memperoleh jalan keluar dari persoalan yang dialami dan mencari upaya bagaimana dirinya supaya lebih baik.

Shertzer dan stone (1980) mengemukakan,bahwa harapan klien adalah agar proses konseling dapat menghasilkan solusi persoalan pribadi mereka.

Disamping itu, harapan klien adalah agar dapat mengatasi kegagalan dalam pelajaran, agar konseling dapat memberikan jaminan untuk mendapatkan kedudukan lebih baik.

a. Faktor pendukung

Subjek I mengatakan faktor pendukung akan keberhasilan guru bimbingan dan konseling dalam menangani siswa yang broken home yaitu selain adanya faktor dari anak sendiri serta peran keluarga (I, W5, 6 Februari 2019, 22).

Keluarga memiliki peranan bagi upaya membantu anak yang mengalami masalah. Beberapa tindakan yang perlukan antara lain, menerima adanya perbedaan pada diri anak, memberikan perhatian yang yang proporsional dan tidak memebeda-bedakan dalam memberikan perlakuan kepada anaknya sesuai dengan karakteristik khsusnya, menyampaikan data dan informasi tentang perkembangan anak secara terbuka kepada kepada sekolah dan guru dan juga tidak memaksakana

kehendak kepada anak untuk pencapaian suatu keinginan dan harapan dari orang tua (Hamdani & Afifuddin, 2012: 214).

Kerjasama dengan keluarga dan guru merupakan hal yang harus dilakukan guru bimbingan dan konseling dalam menunjang keberhasilan konseling. Adanya peran keluarga dalam menangani siswa yaitu karena sang anak lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dibandingkan disekolah sehingga adanya perhatian, kasih sayang, dan controling yang dilakukan pihak keluarga. Dengan adanya hal tersebut, maka guru bimbingan dan konseling dan keluarga sang anak bisa sharing maupun berkomunikasi mengenai perilaku maupun perkembangan sang anak.

Begitupun, dengan guru yang lainnya, karena pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah (guru), Orang tua murid, masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian, semua pihak yang terkait harus senantiasa menjalani hubungan kerjasama dan interaksi dalam rangka menciptakan kondisi belajar yang bagi sang anak (Hamdani &

Afifuddin, 2102: 19).

Selain adanya faktor keinginan klien ingin berubah dan penanganan keluarga. Faktor lainnya yaitu dukungan sosial dan juga keterbukaan diri pada klien. Subjek L menjelakan keterbukaan diri yang dimaksud yaitu bagaimana sang anak ini bisa dengan nyaman dan lancar menceritakan apa yang sedang dia hadapi (L, W6, 6 Februari 2019, 18).

Morton (dalam Sears, Jonahan & Anne, 1985: 254) mengungkapkan bahwa pengungkapan diri atau keterbukaan diri adalah kegiatan membagi

perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. keterbukaan diri bersifat deskriptif dan evaluative. Keterbukan diri deskriptif adalah kegiatan yang melukiskan berbagai fakta mengenai individu yang belum diketahui oleh orang lain dilingkungan sekitar. Sedangkan keterbukaaan diri evaluative adalah kegiatan mengungkapkan pendapat atau perasaan individu seperti mengungkapkan perasaan mengani orang-orang yang disukai ataupun tidak disukai. Adapun yang mengatakan keterbukaan diri adalah suatu proses menghadirkan diri yang terwujud dalam kegiatan membagi informasi, perasaan denagn orang lain.

Tidak semua anak bisa mengungkapakan apa yang ia rasakan atau alami. Dalam menghadapi permasalahan tersebut, upaya yang dilakukan guru bimbingan dan konseling adalah melakukan pendekatan-pendekatan, banyak berinteraksi, membangun kepercayan dan kenyamanan) (L, W6, 6 Februari 2019, 18).

Faktor pendukung lainnya yaitu adanya social support. Subjek L menjelaskan dengan adanya social support yang diberikan anak akan merasa dirinya berharga (L, W6, 6 Februari 2019, 17). Dukungan sosial dapat diartikan sebagai “pemberi bantuan atau pertolongan terhadap seseorang yang menagalami stress dari orang lain yang memilki hubungan dekat (saudara atau teman). House (1981) (dalam Hamdani & Afifuddin, 2012: 266-267) menjelaskan empat fungsi dukungan sosial yaitu; (1) emotional support, yang meliputi pemberian curahan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian; (2) appraisal support, yang meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan mengembangkan kesadaran akan masalah

yang dihadapi, termasuk usaha-usaha untuk mengklarifikasikan hakikat maslaah tersebut dan memberikan umpan balik tentang hikmah dibalik masalah tersebut; (3) informational support, yang meliputi nasihat dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah; (4) instrumental support, yang meliputi bantuan bantuan material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan uang, dan menyertai berkunjung ke biro layanan sosial.

b. Penghambat guru bimbingan dan konseling

Subjek L menjelaskna akan faktor penghambat keberhasilan guru bimbingan dan konseling adalah pergaulan serta sikap orang tua, karena sikap orang tua sangatlah pentig bagi pertumbuhan dan perkembangan sang anak, karena dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan orang tuanya. Jika tidak adanya sikap orang tua, sebagaimanapun besar usaha yang dilakukan guru bimbingan dan konseling dalam membantu siswa menyelesaikan permsalahan yang dihadapi, maka itu semua akan sia-sia. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya campur tangan yang dilakukan orang tua, seperti perhatian, kasih sayang dan mengontrol akan tindakan yang dilakukan sang anak (L, W6, 6 Februari 2019, 18).

Thurstone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik bersifat positif maupun negative alam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti; simbul, prase, slogan, cita-cita dan gagasan.

Sedangkan Howard Kendler mengemukakan, bahwa sikap merupakan kcenderungan (tendency) untuk mendekati (approach) atau menjauhi

(avoid), atau melakuakn sesuatu, baik secara positif maupun negative terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Adapun yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu (1) faktor pengalaman khusus, hal ini berarti sikap terhadap suatu objek itu terbentuk melalui pengalaman khusus; (2) faktor komunikasi dengan orang lain; (3) faktor model, banyak sikap terbentuk terhadap sesuatu itu dengan melalui jalan mengimitasi (meniru) sutau tingkah laku yang memadai model dirinya; (4) faktor lembaga-lembaga sosial (Yusuf & Nurihsan, 2010: 169-172).

Unsur (Komponen) sikap; (1) unsur kognisi (cognition), unsure ini terdiri atas keyakinan atau pemahaman indivudu terhadap obek-objek tertentu; (2) unsure afeksi (feeling/perasaan), unsur ini menunjukkan perasaan yang menyertai sikap individu terhadap suatu objek; (3) unsure kecenderungan bertindak (action tendency), unsure ini meliputi seluruh kesediaan individu untuk bertindak atau mereaksi terhadap objek tertentu.

Bentuk dari kecenderungan bertindak ini sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur sebelumnya (Yusuf & Nurihsan, 2010: 170).

Begitupun yang dikatakan oleh subjek I, dia menjelaskan akan faktor penghambat keberhasilan guru bimbingan dan konseling adalah lingkungannya, karena pada masa ini, anak-anak lebih cepat terpengaruh oleh orang lain, oleh karena itu perlu adanya pengontrol yaitu orang tua serta ketidak jujuran dari orang tua. banyak orang tua yang menyembunyikan kesalahan anak-anaknya, karena mereka tidak mau mengambil pusing atau tidak peduli dengan urusan sang anak (I, W5, 6 Februari 2019, 23).

Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu, sehingga individu itu terlibat atau terpengaruh karenanya. Lingkungan dibagi menjadi 3 yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan teman sebaya. (1) Lingkungan keluarga memiliki peranan penting ang sanngat penting dalam mengmebangkan pribadi anak. Perawatan anak yang penuh kasih sayang, dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan , baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan fakktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat;

(2) lingkungan sekolah. Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock (1986: 322) (dalam Yususf dan Nurihsan) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku; (3) kelompok teman sebaya, kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya.

Perannanya itu semakin penting terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada perubahand alam struktur masyarakat pada beberapa decade terakkhir ini, yaitu: perubahan strutur antara generasi muda, ekspansi jaringan komunikasi diantara kawula dan panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait