• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

A. PAPARAN DATA PENELITIAN

6. Konselor sebagai evaluator

Konselor mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam bidang akademik ataupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan keberhasilan siswa serta adanya penilaian mengenai masalah yang berhubungan dengan kegiatan program bimbingan dan penyuluhan. Program bimbingan yang baik senantiasa berdasarkan diri pada hasil-hasil penelitian dan penilaian.

Fungsi evaluasi yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan konselor dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa serta adanya tindak lanjutan dari hasil penanagan tersebut.

“Nggih mbak, karena itu berfungsi mengetahui tingkat keberhasilan konselor dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa serta adanya tindak lanjutan dari hasil penanagan tersebut (L, W9, 19 Maret 2019, 24).

Subjek menjelaskan dalam melakukan evaluasi ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu menetukan masalah yang dihadapi klein, kemudian mengumpulkan data serta adanyamenentukan layanan apa yang akan diberikan.

“Ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu menetukan masalah yang dihadapi klein, kemudian mengumpulkan data serta adanyamenentukan layanan apa yang akan diberikan” (L, W9, 19 Maret 2019, 2).

DAMPAK BROKEN HOME

Dampak sosial

Subjek I dan L menjelaskan akan adanya dampak dari broken home, baik dalam aspek belajar, perilaku, sosial maupun karir sang anak.

“Untuk dampak jelas ada mbak, baik itu di belajarnya, pribadinya, sosialnya dan aspek-aspek lainnya” (I, W5, 6 Februari 2019, 17).

“Untuk dampak pasti ada mbak, baik itu dari segi prestasi, belajar, sosial bahkan karir sang anak”.

(L, W6, 6 Februari 2019, 5).

Dampak sosial yang dialami siswa yaitu anak cenderung menjadi orang yang tertutup serta adanya rasa minder. Dan dia juga cenderung untuk bermain dengan orang-orang yang memiliki karakter maupun masalah yang sama dengannya.

“Untuk aspek sosial mereka lebih cenderung tertutup dengan orang lain dan juga adanya rasa minder. Namun, kalau bergaul dengan teman-teamannya mereka biasa dan dalam bergaulnya juga dia lebih senang untuk bermain dengan anak yang bermasalah lainnya, dalam artian anak yang memiliki latar belakang yang sama dengannya” (I, W5, 6 Februari 2019, 18).

Sama hal dengan subjek I, subjek L menjelaskan akan dampak dari broken home. Adapun dampak sosial yang dijelaskan yaitu kurang bisa bergaul dengan orang lain.

“Untuk sosial dia kurang bergaul mbak dengan teman-temannya. Dia lebih cenderung untuk dekat dengan orang yang sudah lama ia kenal. Contohnya, dia dekat dengan ada salah satu siswa juga disini, namun dia berbeda kelas.

Tapi, kalau ada apa-apa F selalu sama dia. Anak yang berasal dari kelurga yang demikian, biasanya dia mencari teman yang senasib dengannya. Dalam artian yang punya karakter sama dengannya. Begitupun dengan F mbak, teman dekatnya tersebut sering melanggar tata tertib yang ada, bisa dibilang mereka saling mepengaruhi satu sama lain’ (L, W6, 6 Februari 2019, 6).

Sedangkan jika hubungan dengan gurunya dia baik-baik saja. Namun, ada beberapa dia merasa tidak nyaman.

“Untuk hubungan interaksi baik-baik saja mbak.

Alhamdulillah. Namun, dia merasa kurang nyaman disaat diajarkan beberapa guru. Bahkan, disaat jadwal guru tersebut terkadang dia tidak masuk kelas, karena merasa tidak nyaaman dan juga terkadang dia takut” (L, W6, 6 Februari 2019, 10).

Dampak Belajar

Broken home juga akan berdampak pada aspek belajar anak, yang mana dia memiki prestasi yang menurun, sulit untuk fokus dalam proses pembelajaran dan kuranya minat untuk belajar.

“Untuk akademik, sebagaina besar prestasinya menurun, karena mereka sulit untuk fokus dalam proses pembelajaran. Disaat dieklas lebih senang untuk menggagu temannya, dia lebih enak untuk mengajak teamnnya ngobrol, membuat risuh kelas dan lebih susah untuk diminta nulis atau mengerjakan PRnya. Hal tersebut ya karena tidak dan tidak adanya control dari orang tua, baik itu disaat dia bergaul, masalah sekolah maupun belajar.

Namun, ada anak yang berasal dari broken home memiliki prestasi yang baik, bahkan dengan keadaannya tersebut menjadi motivasi bagi dirinya untuk menjadi lebih baik.

Dan ada mbak dulu ada anak yang berasal dari anak yang broken home mengatakan kepada saya, bu besok kalau saya sudah berkeluarga saya ingin menjadi ayah yang baik untuk anak-anak saya. jadi dari permasalahan tersebut dia bisa berpikir dewasa “(I, W5, 6 Februari 2019, 19).

Kalau dalam segi belajar anaknya kurang aktif dalam kelas, ya tadi yang saya bilang, dia selalu duduk dibelakang. Disaat guru menjelaskan terkadang dia ngobrol dengan temannya, menyibukkan diri dengan yang lain dan cenderung untuk sulit fokus. Namun, disaat saya ngajar dikelasnya, ya dia biasa mbak. Tapi kalau dimata pelajaran lainnya, ya gitu mbak sulit untuk fokus. Malah terkadang, dia tidak mengerjakan tugas atau PR yang telah diberikan guru. Dan permasalahan lainnya yaitu disaat dia tidak suka dengan gurunya, terkadang dia tidak masuk sekolah. pernah itu mbak dia lakukan (L, W6, 6 Februari 2019, 7).

Dampak Perilaku

Adanya perbedaan yang jelas tampak antara anak yang broken home dengan anak yang memilki keluarga yang utuh atau harmonis. Subjek L mengatakan perbedaan tersebut tampak, baik pada aspek pribadi, belajar maupun sosial.

“Jelas ada mbak dan itu kelihatan nyata baik itu pada aspek pribadi, belajar maupun sosial sang anak” (L, W1, 4 Desember 2018, 18).

Begitupun yang dikatakan dengan subjek I bahwsanya perbedaan tersebut akan tampak pada perilaku, belajar dan sosial sang anak. Dan juga anak yang berasal dari keluarga yang utuh atau harmonis, mereka lebih cenderung untuk menjadi anak yang disiplin, rajin, terbuka dan mudah untuk diatur, sedangkan anak yang berasal dari keluarga yang broken home agak susah untuk diatur.

“Ya tadi yang saya katakan baik itu pada perilaku, belajar, dan sosial . Anak yang berasal dari keluarga yang utuh dan harmonis, mereka lebih cenderung menjadi anak yang terbuka,disiplin, rajin dan lebih mudah diatur. Ya sebaliknya, untuk anak yang broken home sama hal yang tadi saya katakana mereka lebih agak susah untuk diatur dibandingkan lainnya” (I, W2, 4 Desember 2018, 17).

Anak broken home lebih cenderung melakukan apa yang mereka inginkan, tanpa adanya melihat dampak atas perilaku mereka. Namun, dibalik semua itu ada hal atau tujuan yang mereka inginkan yaitu adanya perhatian dari orang-orang sekitarnya. Hal tersebut yang diakatakan oleh subjek I, bahwasanya mereka melakukan penyimpangan-penyimpangan tersebut karena ingin mencari perhatian.

“Anak-anak yang broken home itu biasanya karena mereka butuh kasih sayang dan perhatian. Ada beberapa dari mereka melakukan penyimpangan-penyimpangan tersebut karena ingin mencari perhatian. Mereka beranggapan bahwasanya dengan mereka melakukan hal tersebut orang akan peduli, akan meberikan kasih sayanng, perhatian untuk dirinya tanpa memikirkan apakah yang dilakukan benar atau salah. Jadi, kita sebagai guru bimbingan dan

Dokumen terkait