• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN MINYAK SAWIT DOMESTIK DAN DUNIA

VI. PERGERAKAN POLA DAN PERAMALAN HARGA OLEIN DI PASAR FISIK ROTTERDAM DAN JAKARTA DI PASAR FISIK ROTTERDAM DAN JAKARTA

6.1. Harga Olein Rotterdam 1. Identifikasi Pola data

Identifikasi pola data dilakukan untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada pola data dengan mengamati plot data sebagai pertimbangan awal yang dapat membantu dalam pemilihan teknik peramalan kuantitatif di tahap pengolahan selanjutnya.

Gambar 18. Grafik Plot data Harga rata-rata mingguan komoditi Olein Pada Pasar fisik Rotterdam, periode Januari 2005 s/d Minggu kedua Agustus 2008

Bedasarkan hasil plot data harga rata-rata minguan sebanyak 189 periode amatan, terdapat tiga periode pola harga. pembagian period pola harga ini berdasarkan unsur pola data yang terjadi yaitu: pola data stasioner dan pola tren yang naik dan tren yang berbalik arah serta memiliki pola musiman. Pembagian tiga periode demikian membantu memudahkan untuk memahami fenomena yang menyebabkan pola tersebut berlangsung. Secara keseluruhan bahwa pola datanya stasioner, tren naik dan menurun serta memiliki musiman pada periode minggu ketujuh sehingga membuat pola yang terjadi bersipat acak.

Pada periode minggu pertama hingga periode ke 78 atau minggu pertama bulan pertama Januari 2005 hingga minggu keempat bulan Juni 2006 plot data menunjukkan pola yang stasioner. Harga berkisar antara 363 $/MT hingga 421 $/MT atau dengan range sebesar 58 point. Harga rata-rata periode itu sebesar 401 dengan

keragaman data yang relatif seragam . Stabilnya harga pada periode ini disebabkan penawaran dan permintaan pada saat itu relatif seimbang.

Memasuki periode minggu ke79 hingga minggu ke166 atau minggu pertama semester dua bulanJuli 2006 hingga minggu keempat Maret 2008 terjadi tren kenaikan harga yang sangat tinggi. Harga bergerak dari 427 $/MT hingga mencapai harga puncak tertinggi mencapai 1416 $/MT atau dengan range harga sebesar 989 point. Harga rata-rata pada periode ini sebesar 722 atau terjadi kenaikan harga sebesar 64 persen dari harga rata rata periode sebelumnya sehingga keragaman data pada periode ini sangat tinggi sekali. Peningkatan harga yang sangat besar ini dalam sejarah kelapa sawit disebabkan oleh laju permintaan CPO sebagai bahan baku sangat tinggi sekali tidak bisa diimbangi oleh laju kenaikan penawaran dari minyak CPO itu sendiri sehingga terjadi acces Demand.

Peningkatan harga Olein pada pasar Rotterdam dipengaruhi oleh sangat tingginya pemintaan akan minyak CPO sehinga dengan naiknya harga CPO maka harga minyak Olein tersebut ikut mengalami kenaikan. Hal ini juga berbanding lurus dengan pergerakan harga minyak mentah dunia yang mengalami kenaikan sehingga minyak lemak nabati juga ikut mangalami kenaikan yang sangat tinggi. Peningkatan Konsumsi minyak sawit dunia yang begitu tinggi disebabkan oleh beberapa faktor, selain karena pertumbuhan karena populasi penduduk, permintaan akan biodesel dan bio fuel minyak sawit juga mulai digunakan sebagai bahan bakunya,

Pada periode minggu ke 167 hingga minggu ke 189 atau minggu pertama Juni 2008 hingga minggu kedua Agustus 2008 pola data harga mengalami tren penurunan. Harga bergerak dari 1323 $/MT turun menjadi 904 $/MT atau penurunan harga sebasar 40 persen dari periode sebelumnya dengan range sebasar 418 point. Harga rata-rata pada periode ini masih tinggi sebesar Rp 1209 dikarenakan harga mulai sangat turun memasuki bulan Juli dan Agustus , sedangkan keragaman data relatif sedang dibandingkan periode sebelumnya. Hasil statistik data harga mingguan komoditi Olein pada pasar berjangka Rotterdam semua periode ditunjukkan pada tabel 13.

Tabel 13. Statistik Periode-Periode Unsur Pola Data Harga Olein Rotterdam

Periode 

(minggu)  Mean  StDev  Variance  Sum  Min  Max  Range  Kurtosis      N  1 s/d  78  401.6  11.586  134.2 31324 363 421.5 58.5 1.02572  78  79 s/d 166  722.53  227.01  51535 63582 427.5 1416.7 989.2 0.256108  88  167 s/d 189  1209.64  104.673  10956  27822  904.2  1323  418.8  3.07127  23 

Terjadinya kecenderungan penurunan harga pada periode ini disebabkan oleh turunnya harga minyak CPO Dunia dimana acses demand yang sangat besar pada periode sebelumnya sudah mulai bisa direspon oleh pihak produsen dari berbagai negara produsen minyak CPO terutama Indonesia dan Malaysia dengan meningkatkan penawaran minyak CPO kepasaran Internasional. Selain itu juga faktor turunnya harga minyak mentah di pasar internasional dari kisaran 147 dollar AS per barrel ke sekitar 120 dollar AS per barrel. Ini menarik harga CPO ikut turun.

Untuk melihat unsur pola musiman dan siklus sulit dilakukan dengan dengan plot data secara grafis namun dapat dilakukan dengan plot data ACF secara grafik atau korelogram . Dari plot yang dilakukan terdapat unsur musiman pada lag 7 artinya musiman terjadi setiap minggu ketujuh dan tidak bersiklus, hasil plot ACF dan PACF dapat dilihat pada lampiran 3. Secara keseluruhan pola data dari harga mingguan CPO Rotterdam menunjukkan pola yang acak, artinya data historis tidak terpola sehingga harga kedepan masih sulit untuk dipredikasikan dengan baik dan memberikan peluang ketidak pastian yang sangat tinggi.

6.1.2. Penerapan Teknik Peramalan Time Series

Berdasarkan pola data yang dimiliki maka tidak semua model peramalan kuantitatif dapat diterapkan pada data tersebut, karena tidak semua model peramalan cocok untuk menjelaskan keragaman pola data historis dari karakteristik pola data

harga CPO Rotterdam diatas. Beberapa teknik analisis time series yang dipilih untuk mendekati karakteristik dari pola data adalah sebagai berikut : Dekomposisi, Winters dan Sarima dikarenakan teknik ini mampu menangkap musiman yang ada dan mampu meramalkan untuk beberapa periode kedepan. untuk output hasil olahan denga program dari minitab 14 dapat dilihat pada lampiran 3. Sedangkan selain teknik ini teknik time series lainnya seperti tren memberikan nilai eror sangat tinggi dikarenakan trennya mengalami berlawanan arah sehinga perlu dilakukan modipikasi atau pemotongan data untuk di jadikan basis datanya untuk mendapatkan nilai eror yang kecil.sedangkan untuk teknik lainya hanya mampu untuk meramalkan satu bulan kedepan.sehingga beberapa teknik tersebut tidak digunakan.

6.1.3. Pemilihan Teknik Peramalan Kuantitatif Terbaik

Setelah menerapkan berbagai teknik peramalan untuk meramalkan, maka langkah selanjutnya adalah pemilihan teknik yang dianggap terbaik dan sesuai. Pemilihan teknik ini berdasarkan kepada MAPE terkecil dan memiliki model yang sederhana untuk dapat diterapkan sesuai dengan tujuan peramalan. Tabel 14 berikut menunjukkan perbandingan hasil Output masing-masing teknik peramalan yang dipergunakan.

Tabel 14. Perbandingan hasil penerapan Model Peramalan

No Teknik permodelan Tentatif MAPE

1. Dekomposisi a. Aditif b. Multiflikatif 10 12 2. Winter Brown a. Multiflikatif b. Aditif α(0.2), β (0.2), γ (0.2) α(0.2), β (0.2),γ (0.2) 4.7 5.31

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa teknik peramalan yang memberikan MAPE terkecil untuk untuk data harga komoditi Olein Rotterdam pada pasar berjangka adalah teknik Winters Brown Multiflikatif dengan nilai Mape sebesar 4,7. Model Brown Multiflikatif menjelaskan pola data yang terjadi dengan pendekatan pemulusan eksponensial untuk menangani data yang memiliki pola musiman. metode ini secara terus menerus merevisi nilai ramalan dengan mempertimbangkan perubahan atau fluktuasi data terakhir dimana bobot terbesar diberikan pada observasi yang terbaru dan bobotnya semangkin turun secara eksponensial dengan semangkin lamanya observasi. dalam model ini diasumsikan bahwa terdapat perubahan tren linier secara perlahan dan perubahan pola musiman secara perlahan yang menunjukkan variasi musiman yang tidak konstan. teknik ini mampu menangkap musiman yang ada pada keragaman data untuk meramalkan beberapa periode kedepan. Model Winters Brown Multiflikatif ini diputuskan untuk meramalkan selama 8 periode kedepan.

6.2. Harga Olein Jakarta

Dokumen terkait