• Tidak ada hasil yang ditemukan

23

1. Alasan membeli Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang penting untuk membeli, Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harus dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan dipilih.

2. Diferensiasi/posisi Diferensiasi mempunyai didefinisikan sebagai suatu karakteristik penting dari merek, apakah merek tersebut bernilai atau ekonomis juga berkenaan dengan persepsi apakah merek tersebut terbaik atau sekadar kompetitif terhadap merekmerek lain.

3. Harga optimum Keuntungan ini memberikan pilihan-pilihan dalam menetapkan harga optimum yang bisa meningkatkan laba atau memberikan sumber daya untuk reinvestasi pada merek tersebut.

4. Minat Saluran distribusi Keuntungan ini yaitu meningkatkan minat para distributor dikarenakan dapat menawarkan suatu produk yang memiliki persepsi kualitas tinggi dengan harga yang menarik dan menguasai lalu lintas distribusi tersebut untuk menyalurkan merek-merek yang diminati konsumen.

5. Perluasan Merek Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk kedalam kategori produk baru.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

2.2.2.5. Loyalitas Merek (Brand Loyality)

Definisi dari loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek (Aaker: 1997).

Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat maka kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba dimasa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan.

Gambar 2.3. Piramida Loyalitas

Commited Menyukai merek Pembeli yang puas dengan biaya peralihan

Pembeli yang puas/bersifat kebiasaan,

tidak ada masalah untuk beralih

Berpindah-pindah, peka terhadap perubahan harga, tidak ada loyalitas merek

Sumber: Rangkuti (2002)

Melalui gambar piramida loyalitas di atas dapat dimengerti bahwa:

1. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli yang tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Konsumen seperti ini suka berpindah-pindah merek atau disebut tipe konsumen switcher atau price

25

buyer (konsumen yang lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian)

2. Tingkat kedua adalah para pembeli yang merasa puas dengan produk yang digunakan, atau minimal tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya tidak terdapat dimensi ketidak puasan yang dapat menjadikan sumber perubahan, apalagi bila perpindahan ke merek yang lain itu ada penambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat disebut pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).

3. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, tetapi harus memikul biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini biasanya disebut dengan konsumen loyal yang merasakan adanya suatu pengorbanan apabila ia melakukan penggantian ke merek lain. Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.

4. Tingkat keempat adalah konsumen yang benarbenar menyukai suatu merek Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman, atau kesan kualitas yang tinggi. Konsumen jenis ini memiliki perasan emosional dalam menyukai merek tersebut. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia yang merasakan kebanggaan ketika menjadi pengguna suatu merek karena merek tersebut penting bagi mereka baik dari segi fungsi maupun.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

2.2.3. Minat beli

2.2.3.1. Pengertian Minat Beli

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Henry Assael, 2001).

Pengertian minat beli menurut ( Durianto dan Liana, 2004: 44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.

Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang.

Sedangkan definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Rossiter dan Percy (1998: 126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan

27

seperti mengusulkan (pemrakarsa) merekomendasikan (influencer), memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.

Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak.

Minat beli timbul setelah menerima stimulasi dari sesuatu yang ia lihat. Menurut kamus pemasaran, Ismail Solihin (2004: 92), minat (interest) didefinisikan sebagai berikut:

“Interest adalah ketertarikan seseoreng terhadap suatu produk”. Menurut Rogers yang dikutip oleh Kotler (2002: 405), konsumen melalui lima tahap dalam mengadopsi produk baru:

1. Kesadaran (awareness): konsumen menyadari adanya inovasi tersebut tetapi masih kekurangan informasi mengenai hal tersebut.

2. Minat (interest): konsuen terdorong untuk mencari informasi mengenai inovasi tersebut.

3. Evaluasi (evaluation): konsumen mempertimbangkan untuk mencoba inovasi tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

4. Percobaan (trial): konsumen mencoba inovasi tersebut untuk memperbaiki pikirannya atas nilai inovasi tersebut.

5. Penerimaan (adoption): konsuen memutuskan untuk menggunakan inovasi tersebut sepenuhnya dan secara teratur.

Pada minat, konsumen dirangsang untuk mencari informasi mengenai inovasi seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak akan mencari informasi yang lebih banyak.

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Henry Assael, 2001).

Titik tolak untuk memahami ekuitas merek dapat mempengruhi perilaku pembelian konsumen adalah melalui stimuli AIDA yang berusaha untuk mengambarkan tahap-tahap rangsangan tertentu yang diberikan oleh pemasar, yaitu:

1. Perhatian ( Attention )

Timbulnya perhatian konsumen terhadap suatu produk. 2. Minat ( Interest )

Munculnya rasa tertarik, maka mulailah timbul hasrat. 3. Keinginan ( desire )

Setelah munculnya rasa tertarik, maka mulailah timbul hasrat atau keinginan untuk memilih objek tersebut.

29

4. Tindakan ( Action )

Merupakan tindakan yang muncul setelah tindakan ketiga tahap diatas yang mengarah pada keputusan pembelian.

Minat beli konsumen merupakan masalah yang kompleks, namun harus tetap jadi perhatian pemasar. Minat konsumen untuk membeli dapat muncul akibat dari adanya stimulus ( rangsangan ) yang ditawarkan oleh perusahaan. Adapun ciri-ciri minat adalah:

1. Minat tidak dibawa orang sejak lahir, melainkan di bentuk dan dipelajari selama perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objeknya. 2. Minat itu dapat berubah-ubah sejalan dengan kedekatan hubungan orang

itu dengan objeknya.

3. Minat itu tidak berdiri sendiri melainkan mengandung hubungan terhadap suatu objek.

4. Objek minat bukan hanya merupakan satu hal saja, tetapi dapat merupakan kumpulan hal-hal tertentu.

5. Minat merupakan segi motivasi dan perasaan.

Minat konsumen untuk membeli akibat dari adanya stimulus ( rangsangan ) yang ditawarkan oleh perusahaan. Masing-masing stimulus tersebut dirancang untuk menghasilkan tindakan membeli dari konsumen. Keputusan untuk membeli timbul karena adanya penilaian yang objektif atau karena dorongan emosi. Keputusan untuk bertindak adalah hasil dari rangkaian aktifitas dan rangsangan mental dan emosional. Proses untuk menganalisa, merasakan dan memutuskan ini,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

pada dasarnya adalah sama seperti seorang individu dalam memecahkan masalahmasalah lainnya.

Adapun indikatornya menurut Agusty (2006: 206) adalah sebagai berikut: 1. Intensitas pencarian informasi:

Konsumen yang tergugah kebutuhanya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak.

2. Keinginan segera membeli:

Munculnya rasa tertarik, maka mulailah timbul hasrat atau keinginan untuk membeli produk tersebut.

3. Keinginan preferensial:

Keinginan membeli dan memilki satu produk dan rela mengabaikan produk yang lainya walaupun sejenis.

2.2.3.2. Karakteristik pembeli (Buyer’s characteristic)

Selain faktor budaya dan sub budaya, kelas sosial juga memiliki pengaruh penting pada perilaku konsumen, yang biasanya merupakan strata sosial. Kelas sosial mencerminkan penghasilannya, yang sekaligus sebagai indikator pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. Tiap-tiap kelas sosial memiliki ciri yang berbeda-beda, termasuk ciri dalam memilih busana/sarung, preferensi produk dan merek. Keputusan membeli dipengaruhi pula oleh karakteristik pribadi, yaitu usia, dan tahap hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli Selera terhadap konsumsi barang-barang jasa yang dibeli berhubungan dengan usia seseorang. Stanford Research Institute, yang membuat definisi daripada segmen yang berbeda-beda. Dikemukakannya ada 8 group

31

segmen dengan definisi masing-masing group sebagai berikut : Actualizers, Fulfilleds, Believers, Achievers, Strivers, Experiencers, Makers and Strugglers. (Assel, 1996:326)

Group Believers adalah kelompok yang mempunyai orientasi prinsip yang kurang dalam memiliki harta kekayaan. Orientasi mereka lebih tradisional dibandingkan dengan kelompok fulfilleds. Kehidupan mereka terpusat pada keluarga, gereja (rumah ibadat/masjid), komunitas dan bangsa. Mereka menghargai aturan dan percaya pada otoritas figure.

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya, yang menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup seorang pegawai negeri umumnya adalah mencari status dirinya dalam lingkungan birokrasi, sedangkan gaya hidup seorang kyai adalah menggambarkan seorang yang moralis.

Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian yang diklasifikasikan dengan akurat dan terdapat korelasi yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek.

Faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang untuk membeli terdiri dari empat faktor yaitu : motivasi (dorongan seseorang untuk bertindak guna memuaskan kebutuhannya sehingga dapat mengurangi ketegangan yang dimilikinya), persepsi (proses seseorang individu memilih, mengorganisasi dan mengintepretasi masukan-masukan untuk menciptakan gambaran yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

bermakna), pengetahuan (pembelajaran yang meliputi perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman).serta keyakinan dan pendirian yang dapat diperoleh seseorang melalui bertindak dan belajar.

Gambar 2.4

Five Stage of the Consumer Buying Process

Sumber : Kotler, 2000, 179

Untuk sampai ketahap pembelian, terdapat langkah-langkah dalam proses pembelian dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tahap pengenalan masalah, yaitu saat pembeli mengenali kebutuhan untuk membeli suatu barang atau produk.

2. Pencarian informasi, yaitu tahap konsumen mencari informasi untuk memperoleh pengetahuan tentang barang yang dibutuhkan dari sumber-sumber yang mungkin didapatkan.

3. Evaluasi terhadap merek yang kompetitif, membuat penilaian akhir dan mengembangkan keyakinan tentang posisi merek terhadap atributnya. 4. Melalui evaluasi tersebut konsumen sampai pada sikap keputusan

pembelian atas preferensi dari bermacam-macam merek melalui prosedur atribut.

5. Setelah pembelian konsumen akan mengalami kepuasan atau ketidak puasan kemudian melakukan tindakan untuk mendapatkan perhatian dari pemasar. Problem Recognitio n Evaluation of alternatives Postpurchas ebehavior Information search Purchase desicion

33

2.3. Hubungan Antar Variabel

2.3.1 Pengaruh Ekuitas Merek Ter hadap Minat Beli

Merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah trade mark yang mampu menciptakan nilai dan

pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat. Saat ini merek sudah menjadi konsep yang kompleks dengan sejumlah ratifikasi teknis dan psikologis (Durianto, Et al, 2001:1).

Hal ini juga didukung oleh penelitian (Epy Ponco Istiyono, dkk 2007 ) yang terbukti ekuitas merek berpengaruh positif terhadap minat membeli konsumen. Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh (Aeker, 1991) klasifikasi elemen-elemen ekuitas merek tersebut terdiri dari kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi merek (brand association), dan loyalitas merek (brand loyalty).

Menurut Simamora (2003), ekuitas merek (brand equity) disebut juga nilai merek, yang menggambarkan keseluruhan kekuatan merek di pasar. Ekuitas merek memberikan suatu keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan karena orang lebih cenderung membeli produk yang membawa nama merek terkenal dan dihormati.

Menurut Aaker (1997), ekuitas merek atau brand equity adalah: “Seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ekuitas merek yang di miliki suatu produk maka semakin tinggi tingkat minat beli terhadap produk tersebut atau dengan kata lain bahwa Ekuitas Merek berpengaruh positif terhadap minat beli. Hal ini di dukung oleh Jurnal Epy Ponco Istiyono, dkk 2007.

2.4. Kerangka Konseptual

2.5. Hipotesis

Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran di atas, maka diajukan suatu hipotesis penelitian: “ Diduga Ekuitas Merek berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli smartphone Nokia”.

Ekuitas mer ek (X)

Minat beli (Y)

35 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:

1. Ekuitas Merek ( X )

David A. aker mendefinisikan ekuitas merek sebagai serangkaian aset dan kewajiban merek smartphone Nokia yang terkait dengan nama dan simbol sebuah merek smartphone Nokia, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu smartphone Nokia kepada perusahaan maupun kepada pelanggan perusahaan. Jika nama dan simbol suatu merek smartphone Nokia diubah, baik sebagian atau semua aset dan kewajiban merek smartphone Nokia tersebut, maka pengaruh yang dihasilkan dapat mengakibatkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan.

Menurut Soehadi (2005), kekuatan suatu merek (brand equity) dapat di ukur berdasarkan 5 indikator, yaitu:

1. Leadership: kemampuan untuk mempengaruhi pasar, baik harga

maupun atribut non/harga.

2. Market: kekuatan merek untuk meningkatkan kinerja toko atau distributor.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

3. Internationality: kemampuan merek untuk keluar dari area geografisnya atau masuk ke negara atau daerah lain.

4. Trend: merek semakin penting dalam industri. 5. Protection: merek tersebut mempunyai legalitas. 2. Minat Beli ( Y )

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek smartphone Nokia atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian. (Henry Assael, 2001).

Sedangkan pengertian minat beli menurut ( Durianto dan Liana, 2004: 44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk smartphone Nokia serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.

dalam penelitian ini merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.

Adapun indikatornya menurut Agusty (2006: 206) adalah sebagai berikut: 1. Intensitas pencarian informasi: Konsumen yang tergugah kebutuhanya

akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak.

2. Keinginan segera membeli: Munculnya rasa tertarik, maka mulailah timbul hasrat atau keinginan untuk membeli produk tersebut.

3. Keinginan preferensial: Keinginan membeli dan memilki satu produk dan rela mengabaikan produk yang lainya walaupun sejenis.

37

3.1.1 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala ( Likert ), Skala Likert merupakan skala yang dipakai untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang / sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2004). Skala ini banyak digunakan karena mudah dibuat, bebas memasukkan pernyataan relevan, realibilitas yang tinggi dan aplikatif pada berbagai aplikasi. Penelitian ini menggunakan statement dengan skala 5, skala ini mudah dipakai untuk penelitian yang terfokus pada responden dan obyek.

Indikator-indikator diatas diukur dengan skala Likert yang memiliki lima tingkat preferensi jawaban yang masing-masing mempunyai skor 1-5 dengan rincian:

1. = Sangat tidak setuju 2. = Tidak setuju 3. = Netral 4. = Setuju 5. = Sangat setuju 1 2 3 4 5 STS TS N S SS

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

3.2 Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek / obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa UPN “Veteran” yang berminat untuk membeli Smartphone merke Nokia.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode pengambilan sampel dengan metode non probability sampling dengan teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti. “Dengan kriteria mahasiswa yang Mengetahui manfaat dan fitur-fitur merek Smartphone Nokia”.

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut ukuran sampel dalam PLS, dengan perkiraan minimal 10 x jumlah indikator menurut (Solimun 2011).

39

3.3.Prosedur Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

Data dalam penelitian ini yaitu menggunakan data primer, data yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada konsumen.

3.3.2.Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil langsung dari konsumen yang dalam penelitian ini adalah adalah mahasiswa aktif reguler S-1 UPN “Veteran” Jawa Timur dengan cara menyebarkan kuesioner. 3.3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara berikut:

a. Wawancara

Yaitu pengumpulan data dan pernyataan dengan cara bertanya kepada mahasiswa aktif reguler S-1 UPN “Veteran” Jawa Timur.

b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada mahasiswa aktif reguler S-1 UPN “Veteran” Jawa Timur untuk diisi agar memperoleh jawaban langsung dari konsumen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode SEM berbasis komponen dengan menggunakan PLS dipilih sbeagai alat analisis pada penelitian ini. Teknik Partial Least Square (PLS) dipilih karena perangkat ini banyak dipakai untuk analisis kausal – prediktif yang rumit dan merupakan teknik yang sesuai untuk digunakan dalam aplikasi prediksi dan pengembangan teori seperti pada penelitian ini.

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi nilai terhadap variabel laten yang dipengaruhinya juga dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi terhadap variabel laten yang dipengaruhi juga dapat dengan mudah dilakukan.

SEM berbasis kovarian membutuhkan banyak asumsi parametrik, misalnya variabel yang diobservasi harus memiliki multivariate normal distribution yang dapat terpenuhi jika ukuran sampel yang digunakan besar (antara 200-800). Dengan ukuran sampel yang kecil akan memberikan hasil parameter dan model statistik yang tidak baik (Ghozali, 2008)

PLS tidak membutuhkan banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi normal multivariate dan jumlah sampel tidak harus besar (Ghozali merekomendasikan antara 30 – 100). Karena jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini kecil (<100) maka digunakan PLS sebagai alat analisisnya.

41

Untuk melakukan pengujian dengan SEM berbasis komponen atau PLS, digunakan dengan bantuan SmartPLS. PLS mengenal dua macam komponen dalam model kausal yaitu model pengukuran (measurement models) dan model struktural (structural model).

Melalui pendekatan ini, diasumsikan bahwa semua varian yang dihitung merupakan varian yang berguna untuk penjelasan. Pendekatan pendugaan variabel laten dalam PLS adalah sebagai exact kombinasi linear dari indikator, sehingga mampu menghindari masalah indeterminacy dan menghasilkan skor komponen yang tepat. Dengan menggunakan algoritma iteratif yang terdiri dari beberapa analisis dengan metode kuadrat kecil biasa (ordinary least square) maka persoalan identifikasi tidak menjadi masalah, karena model bersifat rekursif.

Pendekatan PLS didasarkan pada pergeseran analisis dari pengukuran estimasi parameter model menjadi pengukuran prediksi yang relevan. Sehingga fokus analisis bergeser dari hanya estimasi dan penafsiran signifikan parameter menjadi validitas dan akurasi prediksi.

Didalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pencerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflective indicator). Disamping itu, juga bisa konstruk dibentuk (formatif) oleh indikatornya, diistilahkan dengan indikator

Dokumen terkait